You are on page 1of 2

Halaman 4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


SIMPULAN DAN SARAN sekolah yang harus menjadi visi guru, teman sejawat BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN
dengan siapa mereka berbagi pengalaman, persepsi
mereka tentang kinerjanya sebagai model mental PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN
A. Simpulan yang dianut, budaya sekolah merupakan faktor lain
yang penting yang ikut menetukan keberhasilan men-
jadikan apa yang diperoleh guru dalam sertifikasi
1. Secara umum kompetensi guru bersertifikat lebih ting- menjadi praksis kinerja mereka dalam kegiatan pem- RINGKASAN EKSEKUTIF 
gi bila dibanding dengan guru yang belum bersertifikat belajaran setiap harinya.
di kalangan responden guru SD dan SMP baik negeri
PERBANDINGAN KINERJA
4. Secara umum berdasarkan temuan penelitian, tern-
maupun swasta. Namun bila ditelaah lebih lanjut untuk yata antara kompetensi dan komitmen kerja guru, GURU BERSERTIFIKAT DAN BELUM BERSERTIFIKAT
kelompok guru yang match dan mismatch, nampak iklim sekolah, kepemimpinan dan perilaku manajerial
kesenjangan kompetensi guru yang match lebih rendah kepala sekolah dengan kinerja guru memiliki hub-
dibanding dengan guru yang mismatch di kalangan guru
negeri (SD maupun SMP), sedangkan di sekolah swasta
ungan yang signifikan (positif). Dengan demikian baik PENDAHULUAN 
buruknya kinerja guru dapat terlihat sesuai dengan
(SD maupun SMP) kesenjangan kompetensi guru yang kompetensi dan komitmen kerja yang dimilikinya,
match lebih tinggi dibanding dengan guru yang mis- Latar Belakang sertifikasi, mereka berhak atas tunjangan profesi, yang
kondisi iklim sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, akan sangat berpengaruh dalam budget pendidikan dan
match. Dengan demikian secara umum terdapat perbe- Pemerintah Indonesia telah serius melakukan usaha
dan perilaku manajerial kepala sekolah manajemen sumberdaya manusia dalam pendidikan.
daan kompetensi antara guru yang bersertifikat dengan peningkatan kompetensi guru untuk menjadi guru
yang belum bersertifikat. profesional melalui berbagai kebijakan dalam bentuk Dalam mencapai amanat legal tentang guru tersebut,
peraturan perundang-undangan serta pengembangan perlu disadari bahwa kondisi lapangan tentang kompe-
2. Menurut persepsi hampir semua responden guru ter- B. Saran-saran sistem manajemen pendidik dan tenaga kependidikan. tensi guru pada saat ini masih jauh dari yang diinginkan.
hadap pelaksanaan pembelajaran, baik untuk ke- Peningkatan ini menyangkut usaha pada semua Meskipun demikian sertifikasi guru perlu segera di-
1. Perlu meningkatkan kompetensi guru khususnya di
lompok guru yang match maupun mismatch, nampak subsistem yang berkaitan dengan perjalanan karier guru tuntaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah
kalangan guru yang belum bersertifikasi, salah menargetkan pada Tahun 2014 misalnya, kurang lebih
rerata skor kinerja guru bersertifikat sedikit lebih ting- yang dimulai dari rekrutmen, pendidikan, penempatan,
satunya dengan memberikan kemudahan dan kesem- dan pengembangan karir guru. Peningkatan kualifikasi 1,75 juta guru harus sudah mencapai syarat kualifikasi
gi dibandingkan rerata skor kinerja guru yang belum
patan yang luas bagi mereka untuk menambah guru di Sekolah Dasar, misalnya, dilakukan dengan S1/D4, dan sekitar 2,5 juta guru dapat memperoleh
bersertifikat. Namun kondisi ini tidak ditemui pada
guru SMPN bersertifikat yang mismatch, karena rerata pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai guru. memberlakukan persyaratan jenjang pendidikan yang sertifikat pendidik, sementara data tahun 2009 masih
lebih tinggi dalam pengangkatan pertama seseorang menunjukkan bahwa jumlah guru yang belum memenuhi
skor kinerja mereka lebih rendah dibandingkan dengan 2. Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja guru kelayakan secara akademik, masing-masing 77,7% di SD
guru yang belum bersertifikat. Hasil yang sama juga menjadi guru. Dimulai dari persyaratan tamat SD atau
yang professional, maka perlu ditinjau kembali setingkat dengan tambahan kursus sebagai syarat untuk dan 28.3 % di SMP (PSP, Balitbang Kemdiknas, 2009).
ditunjukkan dari observasi kelas terhadap kinerja guru pelaksanaan (prosedur) sertifikasi profesi pendidik diangkat menjadi guru SD pada tahun 50-an, secara
SMPN bersertifikat yang mismatch. Kondisi ini ditemui Mengingat jumlah guru dalam jabatan yang sangat besar,
oleh pihak yang berwenang, seperti perlu ada strate- berangsur kemudian meningkat menjadi setingkat SMP dan keinginan untuk segera meningkatkan kinerja
pula pada kelompok guru SDN bersertifikat yang mis- gi pelaksanaan sertifikasi pendidik yang dapat berim- (SGB), setingkat SMA (SGA/SPG), Diploma1, Diploma 2,
match, di mana rerata skor kinerja mereka lebih ren- mereka melalui program sertifikasi mendesak, perlu
bas pada kinerja guru. Diploma 3, sampai pada kondisi terakhir sejak tahun ditempuh cara-cara cepat yang non-konvensional untuk
dah dibandingkan dengan yang belum bersertifikat. Di 2005 menjadi S1 atau Diploma 4 ditambah syarat meningkatkan kinerja mereka. Program sertifikasi
sisi lain, hasil observasi terhadap proses pembelajaran 3. Perlu kesinambungan atas situasional sekolah memperoleh sertifikat profesi guru. Di samping mening- dilakukan oleh Lembaga Tenaga Kependidikan (LPTK)
di kelas menunjukkan rerata skor kinerja guru ber- yang kondusif bagi guru dalam melaksanakan katkan kualifikasi akademik, sebagai persyaratan melalui dua jalur, yaitu jalur penilaian portofolio (murni
sertifikat lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan re- akademik guru, berbagai penyegaran dan penataran dan melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru–PLPG)
pembelajaran. Selain itu kesempatan yang luas telah dilakukan kepada beribu-ribu guru dalam usaha
rata skor kinerja guru yang belum bersertifikat. Pola perlu diberikan bagi guru guna meningkatkan dan jalur pendidikan profesi. Menurut Keputusan Menteri
perbaikan kinerja, melalui usaha peningkatan Pendidikan Nasional Nomor 40 tahun 2007, pendidikan
ini dapat ditemui pada kelompok guru SDS bersertifikat
kompetensi dan memperkuat komitmen kerjaan- kompetensinya. profesi dilaksanakan melalui pendidikan prajabatan.
yang match maupun mismatch, SDN bersertifikat yang
match, SMPN bersertifikat yang match dan SMPS ber- ya. Dalam usaha menjawab tuntutan membangun korps guru Sebelum rencana jalur pendidikan prajabatan direalisasi-
sertifikat yang match maupun mismatch. Dengan profesional, pada tingkat kebijakan makro, telah kan, sejak tahun 2007, telah dirintis sertifikasi melalui
4. Perlu diperbaiki kondisi kerja guru, sehingga disiapkan landasan berupa berbagai produk peraturan jalur portofolio murni (melalui pengumpulan dan
demikian secara umum perbedaan kinerja antara guru pemeriksaan self report dalam bentuk portofolio) dan
yang bersertifikat dengan yang belum bersertifikat pa-
guru merasa mendapatkan kesempatan untuk perudang-undangan dalam pengaturan sistem pendidikan
mengaktualisasikan pengalaman yang diperoleh nasional. Produk itu di antaranya adalah Undang-Undang PLPG (diberi pelatihan singkat secara khusus) bagi yang
da semua tingkat dan status tidak begitu mencolok. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan belum memenuhi standar dengan jalur murni. Program
mereka dari proses sertifikasi. Dengan kata lain, rintisan ini merupakan program yang harus dilaksanakan
3. Dari temuan di atas, kelihatannya belum ditemukan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
perlu perbaikan kondisi kerja yang sistemik bagi Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun segera, sebagai usaha crash program yang menggunakan
generalisasi yang konsisten dan meyakinkan tentang guru yang menunjang proses peningkatan kiner- sumberdaya besar dan merupakan sesuatu yang baru,
perbedaan kinerja guru yang bersertifikasi dan belum 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional serta
janya. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang implementasi kebijakan ini perlu dievaluasi untuk
bersertifikasi. Ini mungkin disebabkan oleh program Guru. mengetahui sejauh mana efektivitasnya. Dalam usaha
sertifikasi yang by design tidak hanya difokuskan untuk 5. Untuk terus meningkatkan kinerja guru yang ber- untuk mengetahui efektivitas program sertifikasi ini,
peningkatan kinerja guru, tetapi juga untuk pening- Dalam pasal 8, 9, dan 10 Undang-undang nomor 14 tahun perlu dilakukan penelitian kebijakan, dengan mem-
sertifikat perlu dirancang program yang menjaga 2005, disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi bandingkan kinerja guru yang telah bersertifikat dan
katan kesejahteraan guru. Berbagai teori menunjukkan
bahwa motivasi untuk memperbaiki kinerja, tidak kesinambungan (sustainable) sehingga apa yang akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat yang belum mendapatkan sertifikat serta mengetahui
diperoleh guru tidak menjadi luntur, tetapi jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk berbagai faktor yang ada hubungannya dengan kualitas
ditentukan oleh kesejahteraan semata-mata. Namun mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
demikian kesejaahteraan merupakan prakondisi untuk dapat berakumulasi sesuai dengan pengalaman kinerja guru.
akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program
terjadinya motivasi untuk berkinerja. Mungkin sekali mereka dalam melaksanakan apa yang diperoleh Sarjana (S1) atau Diploma IV (D-IV) yang relevan. Tujuan
terjadi, kesejahteraan guru yang diperoleh dari tunjan- dalam sertifikasi. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
gan profesi sebagai hasil sertifikasi itu belum menyen- kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh 1. Perbandingan kompetensi guru bersertifikat dengan
tuh dan dimanfaatkan untuk tujuan peningkatan kiner- melalui pendidikan profesi. Jika guru telah memenuhi kompetensi guru yang belum bersertifikat
ja, tetapi baru untuk memenuhi kebutuhan dasar syarat-syarat tersebut, mereka diberikan sertifikat 2. Perbandingan kinerja guru bersertifikat dengan
Informasi lebih lanjut, hubungi: pendidik. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang kinerja guru yang belum bersertifikat
mereka. Di samping itu perbaikan kinerja tidak dapat
dilakukan secara instant, karena setiap usaha pemba- sangat progresif, dan memberikan dampak yang sangat 3. Hubungan kinerja guru dengan kompetensi guru,
haruan memerlukan masa inkubasi, sehingga apa yang Puslitjak Balitbang Kemdiknas, besar baik dalam manajemen tenaga kependidikan mau- iklim sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, mana-
Gedung E, Lantai 19, pun dalam hubungannya dengan motivasi guru secara jerial kepala sekolah, dan komitmen kerja guru
diperbarui itu memerlukan waktu sampai menjadi individual. Misalnya, jika guru telah mendapatkan
praksisnya. Perlu pula diingat, bahwa proses belajar Jl. Jend. Sudirman-Senayan, Jakarta 10270
guru untuk berkinerja lebih tinggi, tergantung kepada Telp: (021) 573-6365, 571-3827; Faks: (021) 574-1664
berbagai kondisi subsistem di mana ia bekerja. Ini e-mail: puslitjaknov@yahoo.com  
TULISAN INI MERUPAKAN SALAH SATU RINGKASAN EKSEKUTIF DARI KAJIAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH :
kelihatan dari temuan bahwa lingkungan guru berko- PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN, BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
relasi sangat tinggi dengan kinerja mereka. Visi TAHUN 2010
Halaman 2 Halaman 3

match. pada guru bersertifikat lebih tinggi dibandingkan rera-


Metodologi ta skor guru yang belum bersertifikat. Hal ini
Sampel penelitian ini diambil dari 20 kabupaten/Kota, 2. Perbandingan kinerja guru bersertifikat dengan 3. Hubungan Kinerja Guru Dengan Kompetensi ditemukan pada SDS yang match/mismatch, SMPN
yaitu wilayah Indonesia Timur, Jawa, Kalimantan, yang belum bersertifikat Guru, Iklim Sekolah, Kepemimpinan Kepala match/mismatch, SMPS yang match.
Sulawesi, dan Sumatera. Kabupaten/kota tersebut Sekolah, Manajerial Kepala Sekolah, dan Komit-
Hasil ini merupakan temuan studi yang terkait dengan men Kerja Guru
dipilih dengan sengaja (purposive), yang terdiri dari kinerja guru baik untuk guru yang bersertifikat mau-
10 kabupaten/kota yang merupakan sampel penelitian pun yang belum bersertifikat. Temuan tersebut a. Hubungan Kompetensi dengan Kinerja d. Hubungan Perilaku Manajerial Kepala Sekolah
Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balitbang didasarkan pada self-assessment guru pada proses dengan Kinerja
tahun 2009, ditambah dengan 10 kabupaten/kota lain Mengingat guru bukan sekedar mampu dalam
pembelajaran, persepsi siswa, dan hasil observasi ter- melaksanakan tugas mengajarnya, tetapi mereka juga Salah satu dimensi dari kepemimpinan kepala sekolah
dalam wilayah tersebut yang berkarakteristik sama. hadap kinerja guru yang dinilai dari Rencana Pelaksa-
Jumlah guru yang dijadikan sampel adalah 589, yang perlu memiliki kompetensi untuk memberikan contoh adalah kemampuan managerial atau kompetensi ma-
naan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan dan berkomunikasi secara efektif. Secara keseluruhan, najerial. Perilaku manajerial kepala sekolah mempu-
terdiri dari guru SD 296 orang (negeri 181 orang dan Pelaksanaan Proses Pembelajaran (PPP).
swasta 115 orang) dan guru SMP sebanyak 293 orang terdapat hubungan yang berarti (positif) antara kom- nyai hubungan yang sangat signifikan dengan kinerja.
(negeri 172 orang dan swasta 121 orang). Responden Pada proses pembelajaran rerata skor kinerja guru petensi dengan kinerja. Temuan ini selaras dengan Jika dilihat lebih rinci menurut jenjang sekolah, baik
penelitian terdiri dari guru, Kepala SD (296 orang), bersertifikat lebih tinggi dibandingkan rerata skor teori yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan di SD maupun SMP terdapat hubungan yang signifikan
Kepala SMP (293 orang); siswa SD (1.480 orang) dan kinerja guru belum bersertifikat, ditemukan pada variabel yang amat penting dalam kinerja organisasi antara perilaku manajerial kepala sekolah dengan
siswa SMP (1.465 orang). Instrumen utama dalam sekolah dasar negeri match/mismatch, SD swasta seseorang. Kompetensi merupakan prasyarat untuk dengan kinerja. Makin baik persepsi guru tentang per-
mendapatkan data adalah kuesioner yang telah match/mismatch, SMP negeri match, dan SMP swasta kinerja keberhasilan tugas-tugas profesional. Colquitt, ilaku manajerial kepala sekolah, makin baik kinerja
disusun, diujicobakan di lapangan, dan kemudian match/mismatch. Sedangkan rerata skor kinerja guru LePine dan Wesson (2006: p 199) mengatakan bahwa mereka. Berdasarkan persepsi guru terhadap
direvisi. Validitas konstrak dan validitas isi dilakukan bersertifikat lebih rendah dibandingkan dengan rerata kompetensi dapat menimbulkan kebanggaan akan manejerial kepala sekolah, nampak rerata skor mana-
skor kinerja guru non-sertifikat, ditemukan hanya pa- pekerjaan seseorang dan penguasaan kompetensi jerial kepala sekolah di kalangan guru bersertifikat
dengan expert judgment oleh panel ahli.
da SMP negeri mismatch. Persepsi guru tersebut tern- secara intrinsik menyebabkan motivasi yang tinggi. lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum
yata sama dengan persepsi siswa yang menyatakan bersertifikat. Hal ini ditemukan pada kelompok guru
b. Hubungan Iklim Sekolah dengan Kinerja SDS match/mismatch, SMPN match, dan SMPS match/
TEMUAN bahwa guru yang sudah bersertifikat umumnya mem-
iliki kinerja yang sedikit lebih tinggi dari pada guru Iklim sekolah ternyata mempunyai hubungan positif mismatch. Sedangkan, rerata skor manajerial kepala
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam yang belum bersertifikat. yang sangat signifikan dengan kinerja. Persepsi guru sekolah di kalangan guru bersertifikat lebih rendah
penelitian ini disajikan temuan studi sebagai berikut. terhadap kondisi iklim sekolahnya ternyata bervariasi dibandingkan guru yang belum bersertifikat, se-
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi kelas antar kelompok guru. Jika pada SDN, rerata skor iklim bagaimana ditemukan pada SDN match/mismatch dan
menunjukkan, bahwa rerata skor kinerja kelompok sekolah pada kelompok guru bersertifikat lebih baik SMPN mismatch (signifikan).
guru SDN bersertifikat yang mismatch ternyata lebih dibandingkan pada guru yang belum bersertifikat. Pola
1. Perbandingan kompetensi guru bersertifikat e. Hubungan antara Komitmen Kerja Guru dengan
rendah dibandingkan dengan yang belum bersertifikat. tersebut berlaku pada masing-masing guru yang match
dengan yang belum bersertifikat Kondisi sebaliknya untuk rerata skor kinerja guru SDN Kinerja
dan mismatch. Pada SDS, rerata skor iklim sekolah di
Dalam studi ini, kajian kompetensi guru hanya bersertifikat yang match lebih tinggi dibandingkan kalangan guru bersertifikat lebih rendah dibandingkan Komitmen kerja guru mempunyai hubungan positif
terbatas pada kompetensi kepribadian dan sosial. guru yang belum bersertifikat. Selanjutnya pada tahap dengan guru yang belum bersertifikat, khususnya bagi yang sangat signifikan dengan kinerja. Makin baik
Kajian kompetensi ini didasarkan atas persepsi siswa interaksi diketahui, bahwa kesenjangan rerata skor guru yang match. Sebaliknya guru mismatch, rerata komitmen kerja guru, makin baik pula kinerja mereka.
dan persepsi kepala sekolah. Siswa mempersepsikan kinerja guru SDN bersertifikat dan yang belum ber- skor iklim sekolah guru bersertifikat lebih tinggi Jika dilihat lebih rinci menurut jenjang sekolah, baik
bahwa kompetensi guru bersertifikat sedikit lebih sertifikat pada guru yang match lebih kecil dibanding- dibandingkan rerata skor iklim pada guru yang belum di SD maupun SMP terdapat hubungan yang signifikan
tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertif- kan dengan kelompok guru yang mismatch. bersertifikat. antara komitmen kerja guru dengan dengan kinerja.
ikat. Demikian juga halnya dengan persepsi kepala Rerata skor kinerja guru SDS bersertifikat ternyata Dilihat dari dimensinya, dimensi kepatuhan terhadap
sekolah terhadap kompetensi guru di SDN, SDS, SMPN Pada SMPN, rerata skor iklim sekolah pada kelompok kesepakatan kerja merupakan dimensi yang paling
lebih tinggi dibandingkan rerata skor kinerja guru yang guru bersertifikat yang mismatch secara signifikan
dan SMPS. Jika dicermati lebih lanjut dan belum bersertifikat, baik untuk kelompok guru yang menonjol dari variabel komitmen kerja guru. Menurut
dikelompokan guru yang match dan mismatch, maka lebih rendah dibandingkan guru yang belum bersertif- persepsi guru, rerata skor komitmen guru bersertifikat
match maupun mismatch. Pada tahap interaksi, dapat ikat. Sebaliknya, pada guru bersertifikat yang match,
kesenjangan kompetensi guru yang match lebih diketahui bahwa kesenjangan rerata skor kinerja guru lebih tinggi dibandingkan guru yang belum bersertif-
rendah dibanding dengan guru yang mismatch rerata skor iklim sekolah lebih baik dibandingkan ikat. Kondisi ini ditemukan pada kelompok guru match
bersertifikat dan yang belum bersertifikat di kalangan dengan guru yang belum bersertifikat. Kondisi yang
ditemukan di kalangan guru SDN dan SMPN. guru yang match lebih kecil dibandingkan rerata skor di semua satuan pendidikan sampel. Begitu juga untuk
Sebaliknya kesenjangan kompetensi guru yang match berbeda ditemukan pada SMPS, di mana rerata skor rerata skor komitmen guru bersertifikat ternyata lebih
kinerja guru bersertifikat dan yang belum bersertifikat iklim sekolah pada guru bersertifikat lebih tinggi
lebih tinggi dibanding dengan guru yang mismatch pada kelompok guru yang mismatch. tinggi dibandingkan rerata skor komitmen guru yang
yang ditemukan di kalangan guru SDS dan SMPS. Oleh dibandingkan dengan yang belum bersertifikat. Mes- belum bersertifikat. Hal yang sama ditemukan juga
karena itu usaha untuk meningkatkan kompetensi guru Berikutnya adalah rerata skor kinerja guru SMPN ber- kipun pola yang sama nampak pada guru yang match pada kelompok guru mismatch di semua satuan pen-
khususnya di kalangan guru yang belum bersertifikasi sertifikat yang mismatch lebih rendah dibandingkan dan mismatch, namun perbedaan yang signifikan han-
didikan sampel.
lebih diberikan kemudahan dan kesempatan yang luas. dengan yang belum bersertifikat. Sedangkan untuk ya terjadi pada guru mengajar mismatch.
guru yang match, rerata skor kinerja guru yang ber-
Secara umum kinerja guru yang bersertifikat lebih c. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan
sertifikat lebih tinggi dibandingkan guru yang belum
baik dibanding dengan yang belum bersertifikat. Hal bersertifikat. Pada tahap interaksi, diketahui bahwa Kinerja
ini menunjukkan bahwa program Sertifikasi Guru kesenjangan rerata skor kinerja guru SMPN bersertif-
sangat dibutuhkan, namun prosedur Sertifikasi perlu Kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai hubungan
ikat dan yang belum bersertifikat di kalangan guru positif yang sangat signifikan dengan kinerja guru.
dilakukan pengkajian lebih lanjut. match lebih besar dibanding rerata skor kinerja guru Semakin baik persepsi guru terhadap kepemimpinan
Rendahnya kesenjangan pada guru match dibanding bersertifikat dan yang belum bersertifikat pada ke- kepala sekolah, maka semakin baik kinerja mereka.
dengan guru mismatch di Sekolah Negeri (SD dan SMP) lompok guru yang mismatch. Jika dilihat lebih rinci menurut jenjang sekolah, baik
disebabkan guru match lebih menguasai substansi Untuk rerata skor kinerja guru SMPS yang match ber- di SD maupun SMP terdapat hubungan yang signifikan
pelajaran dibanding dengan guru mismatch. sertifikat ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan dengan
Sementara itu, tingginya kesenjangan pada guru yang belum bersertifikat. Hal yang sama juga terjadi kinerja. Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala
match dibanding dengan guru mismatch di Sekolah di kalangan guru yang mismatch. Dalam tahap in- sekolah terlihat bervariasi antar kelompok. Rerata
Swasta (SD dan SMP) disebabkan di Sekolah Swasta teraksi terlihat, bahwa kesenjangan rerata skor kiner- skor kepemimpinan kepala sekolah di kalangan guru
persepsi kepala sekolah terhadap Kompetensi Guru ja guru bersertifikat dan yang belum bersertifikat di bersertifikat lebih rendah dibanding dengan guru yang
yang memiliki kinerja yang baik adalah guru yang kalangan guru yang match lebih besar dibandingkan belum bersertifikat. Kondisi ini ditemukan juga pada
mematuhi peraturan sekolah dan loyal terhadap dengan rerata skor kinerja guru bersertifikat dan yang guru SDN match/mismatch dan SMPS mismatch. Se-
perintah Kepala Sekolah. belum bersertifikat pada kelompok guru yang mis- dangkan rerata skor kepemimpinan kepala sekolah

You might also like