Professional Documents
Culture Documents
ISOLASI SOSIAL
OLEH:
OLEH KELOMPOK 5:
PUTU INDAH JELITA LESTARI (173222826)
NI WAYAN KENDRANITI (173222822)
NI PUTU SUYATI NINGSIH (173222820)
NI WAYAN SUTARNI (173222824)
NI LUH WIDARSIH (173222811)
NI MADE WIDYANTHI (173222816)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan
Keperawatan Isolasi Sosial” tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang sudah membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. PENGKAJIAN..............................................................................................3
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................13
C. RENCANA KEPERAWATAN....................................................................14
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN........................................................18
E. EVALUASI.................................................................................................32
BAB III..................................................................................................................33
PENUTUP..............................................................................................................33
A. Simpulan.....................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau
kelemahan, tidak hanya terbebas dari penyakit serta kelemahan. Gambaran
menurut penelitian WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini
cukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini
dan 25% penduduk dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada
usia tertentu hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-
20 tahun 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang
mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang
diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku.
Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai
13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang
menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil
meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai
Negara. Berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004,
diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18-30 tahun atau lebih mengalami
gangguan jiwa, jika prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000
penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep
diri : Isolasi meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada
peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental
melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan keluarga.
Berdasarkan gambaran masalah di atas maka pada makalah ini akan
membahas mengenai “Asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan dengan
Gangguan Isolasi Sosial”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1
Bagaiamana konsep dasar asuhan keperawatan kesehatan jiwa klien dengan
isolasi sosial ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Isolasi.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa maupun pembaca
yang membaca makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan asuhan
keperawatan isolasi sosial yang ada dan menyesuaikan dengan setiap asuhan
keperawatan. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis beserta
civitas akademika tentang asuhan keperawatan isolasi sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
( ) Tidak
Penjelasan :
Pasien mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama
kali pada tahun 2015 dan yang kedua kalinya adalah sekarang.
Klien dimasukan ke RSJ dengan keluhan yang sama untuk kedua
kalinya karena klien selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi,
baik dengan keluarganya dan orang disekitarnya.
3
B. Pengobatan sebelumnya
( ) Berhasil ( Kurang berhasil ) Tidak berhasil
Penjelasan :
Pengobatan kurang berhasil karena pasien kembali dirawat dengan
keluhan yang sama.
C. Riwayat Trauma
Pelaku/usia - Korban/usia - Saksi/usia
Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan criminal - - -
Penjelasan :
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah
mengalami kekerasasan fisik, tidak pernah menjadi pelaku
kekerasan, ataupun saksi. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
pernah mengalami kekerasan baik fisik maupun mental sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : -
D Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
( ) Ya ( ) Tidak
Masalah Keperawatan : -
E Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang ia
tidak pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan
Masalah/diagnosa keperawatan : -
4
V. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Keterangan:
= Perempuan
= Laki -laki
= Hubungan perkawinanan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal serumah
Penjelasan:
Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Ayah pasien sudah
meninggal dan kakak-kakak perempuan pasien sudah menikah keluar.
Pasien tinggal bersama dengan ibunya, adik laki-lakinya, ipar, dan 3
orang keponakannya.
B. Konsep Diri
1. Citra tubuh
Saat pengkajian pasien kebanyakan mengkritik dirinya sendiri,
mengatakan bahwa dirinya terlalu gendut, hitam, dan merasa diri jelek.
2. Identitas
Pasien mengatakan belum menikah, pasien anak ke empat dari lima
bersaudara. Pasien mengatakan senang menjadi wanita.
3. Peran
Peren pasien dalam keluarga adalah pasien anak keempat dari lima
bersaudara. Biasanya dirumah pasien membantu orangtuanya dan
5
menjaga keponakannya, namun semenjak dirawat di RSJ, klien tidak
mempedulikan perannya.
4. Ideal diri
Pasien mengharapakan bahwa pasien segera pulang dan sembuh dari
penyakitnya.
5. Harga diri
Pasien merasa tidak berguna dan tidak berharga karena tidak mampu
melakukan apapun untuk membantu orang tuanya sehingga pasien lebih
sering menyendiri di kamar, tidak berinteraksi dengan orang lain.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
C. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan bahwa orang yang paling berharga dalam hidupnya
adalah orangtuanya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan organisasi
masyarakat dilingkungan rumahnya, pasien hanya diam dirumah.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena
menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan
kepada orang lain. Pasien mengatakan lebih senang diam di dalam
kamarnya. Tampak pasien jarang melakukan percakapan dengan teman
di ruangan RSJ rawat inapnya. Saat diajak berbicara pasien hanya
menjawab pelan dengan suara yang rendah, pasien hanya menunduk
tanpa melakukan kontak mata.
D. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
Pasien menganut agama Hindu. Pasien percaya dengan adanya
keberadaan Tuhan.
2. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan sebelum MRS dia rajin sembahyang di rumahnya,
Pasien mengatakan tidak bersembahyang selama di rumah sakit.
Masalah/diagnosa keperawatan : -
6
Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapi. Rambut klien tidak tertata.
Klien tampak kusam, lesu, dan kuku klien tampak kotor. Klien
mengatakan ia jarang mandi.
B. Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan
bicara. Setiap pasien berinteraksi pasien lebih banyak menunduk, tidak
berani menatap lawan bicara, dan berbicara dengan suara lemah dan
rendah, menjawab pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan
inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.
C. Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak
menunduk, banyak diam ketika tidak ditanya, terkadang malah pulang ke
kamar.
D. Alam perasaan
Klien tampak cemas merasa diri tidak berguna, tidak mempunyai
kemampuan untuk membantu keluarga
E. Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan
seperlunya. Terkadang klien langsung pergi ke kamar.
F. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, tidak ada kontak mata. Klien
berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh perawat, setelah itu klien
kembali diam, pembicaraanya kacau, terkadang tidak jelas.
G. Persepsi
Pasien sesekali merasa ada yang mengatainya bahwa dia tidak berguna
bagi siapa pun
H. Isi Pikir
Pasien selalu memiliki pikiran bahwa dirinya tidak berguna dan tidak
memiliki kemampuan apapun sehingga dia tidak akan berhasil dalam
melakukan sesuatu hal.
I. Proses Pikir
7
Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien
lebih suka menyendiri. Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien
tidak fokus,dialihkan bila ada klien lain, pembicaraanya kacau terkadang
tidak jelas.
J. Tingkat Kesadaran
Pasien tampak bingung, tatapan mata kosong, dan jarang mengobrol
K. Memori
Pasien masih ingat dengan kejadian yang baru terjadi, dan masih bisa
menceritakan tentang keadaannya sebelum di RSJ
L. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien hanya diam saat diminta untuk berhitung, namun pasien mampu
untuk menjawab pertanyaan saat ditanyai walaupun secara singkat.
M. Kemampuan Penilaian
Pasien dapat mengambil keputusan jika dibantu oleh orang lain
N. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari tentang apa yang diderita klien saat ini. Klien
merasa sehat tidak perlu pengobatan khusus untuk dirinya.
B. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB & BAK di kamar mandi dan klien menyiramnya
C. Mandi
Klien mengatakan kadang tidak mandi, klien jarang sikat gigi, sehingga
giginya tampak kotor dan klien tidak mencuci rambut dan sabunan.
D. Berpakaian dan berhias
Klien tidak nampak berhias diruangan, klien jarang mengganti pakaiannya
sehingga tampak kusut, rambut tidak tertata rapi.
8
E. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan kebiasaan tidur sesuai dengan aturan diruangan
rawatnya.
F. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur dengan
dosis yang benar. Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat yang diminum.
G. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila menurut
klien sakitnya biasa saja, klien tidak pergi ke dokter (seperti masuk angin,
dll). Dan saat ini klien mengatakan rutin minum obat dan obat yang
diminum sesuai dengan yang diberikan oleh perawat.
H. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan kegiatan didalam rumah yang paling sering adalah tidur
dan berdiam diri dikamar, tidak ada kegiatan di rumah
I. Kegiatan diluar rumah
Pasien jarang melakukan kegiatan di luar rumah, klien hanya diam
dikamarnya.
9
Analisa Data
No. Analisa Data Masalah
Keperawatan
1. DS : Isolasi Sosial
Pasien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain,
karena menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan
atau diceritakan kepada orang lain. Pasien mengatakan lebih
senang diam di dalam kamarnya.
DO :
Pasien tidak pernah melakukan percakapan terlebih
dahulu.
Saat diajak berbicara pasien hanya menjawab pelan
dengan suara yang rendah
pasien hanya menunduk
Klien lebih banyak berdiam diri
Kontak mata kurang
Klien sering menyendiri
2. DS : Risiko Halusinasi
Pasien sesekali merasa ada yang mengatainya bahwa dia Pendengeran
tidak berguna bagi siapa pun
DO:
-
3. DS : Harga Diri Rendah
Pasiensering mengatakan dirinya jelek, gendut, dan hitam.
Pasien juga sering mengatakan dirinya tidak berguna
DO :
Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang
lain
Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain
Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara
Pasien sering berdiam diri dikamar
4 DS : Kerusakan
Klien mengatakan bingung bila ingin memulai pembicaraan Interaksi Sosial
dengan seseorang.
10
DO :
Klien kurang kooperatif saat diwawancarai
Tidak ada kontak mata.
Klien berbicara hanya saat diberi pertanyaan oleh
perawat, setelah itu klien kembali diam,
pembicaraanya kacau, terkadang tidak jelas.
8. DS : Defisit Perawatan
Klien mengatakan jarang mandi, jarang berganti pakaian, dan Diri
jarang sisiran.
DO :
Gigi klien terlihat kotor
Rambut pasien tampat berantakan
Pakaian pasien tampak kusut
Pohon Masalah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Isolasi sosial
B. Halusinasi pendengaran
C. Harga diri rendah
D. Kerusakan interaksi sosial
E. Defisit perawatan diri
11
C. RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas diagnose : Isolasi Sosial
Nama : Ny. K Ruangan: Sri Krisna RM No: 248686
12
Bersedia menceritakan f. Buat kontrak interaksi yang jelas
perasaan b. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
Berseddia klien
mengungkapkan
masalahnya
13
mau bergaul dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya
TUK 3 : Setelah 2 X interaksi klien 1. Observasi perilaku klien tentang berhubungan sosial
Klien dapat dapat melaksanakan 2. Beri motivasi dan bantuu klien untuk berkenalan /
melaksanakan hubungan soosial secara berkomunikasi dengan perawat lain, klien lain, kelompok
hubungan sosial secara bertahaap dengan : 3. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
bertahap Perawat 4. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan untuk
Perawat lain meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
14
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Orientasi Subjektif :
a. Salam Terapeutik
Orientasi
“Selamat pagi buk, perkenalkan nama saya
“……..Selamat pagi, nama saya Ny K”
W, panggil saja saya W. Nama ibu siapa?
Senang dipanggil siapa?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu K sekarang?
15
selama saya merawat ibu K, saya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik.” “iya……(pasien tertunduk)”
Topik : “ Baiklah buk, Bagaimana jika
sekarang kita mengobrol tentang
keadaan ibu saat ini?.”
Waktu : “ Buk K mau ngobrol-ngobrol
berapa lama ? bagaimana kalau
20 menit dari jam 09.00 wita
sampai 09.20 wita? “(mengangguk, tanpa ada kontak mata)”
Tempat : “ ibu K mau mengobrol
dimana? Bagaimana kalau di luar
ruangan ibu K saja?
“iya, boleh”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita ngobrol-ngobrol ya buk. Ibu
tidak perlu takut dan cemas kepada saya.
Ungkapkan saja apa yang ibu rasakan saat ini.
Fase Kerja
Saya akan berusaha membantu mengatasi
masalahnya.”
“Ibuk, tadi sudah menyebutkan namanya, lalu
16
berapa umurnya sekarang ?.”
“Ibuk sudah berapa lama dirawat disini?”
“Siapa yang membawa ibu kesini ?”
“Bagaimana keluhan ibuk saat dibawa ke rumah
sakit? Jadi seperti begitu ya buk” “40 tahun”
“sudah 7 hari”
“diantar oleh keluarga…. (diam)….., saya
“Ibuk tinggal dimana?”
merasa sehat saja saat dibawa kesini, gak tau
kenapa saya dibawa kesini (menjawab dengan
“Ibuk bersaudara berapa ? berapa jumlah laki-
suara lemah, lebih sering menunduk, kontak
laki dan perempuannya? Apa saudara ibu
mata kurang, tidak brani menatap lawan
semua masih hidup?”
“Siapa saja yang diajak tinggal dirumah? bicara)”
17
“Saya tinggal bersama ibu, adik laki-laki,
ipar, dan keponakan-keponakan saya karna
saya belum menikah”.
“Apakah ibu dekat dengan keluarga ?
Bagaimana hubungan ibu dengan pasien lainnya “saya sangat dekat dengan ibu saya, karena
?“ beliau yang membesarkan saya, dia yang
selalu memperhatikan saya. Walaupun saya
tidak berguna dan jelek dia selalu menyayangi
saya” (berbicara lemah, menunduk, sedikit
“Apakah ibuk pernah dirawat di rumah sakit ada kontak mata tetapi langsung beralih saat
sebelumnya? Kalau pernah tahun berapa dan menatap lawan bicara)
karena apa bu?”
“iya saya dekat dengan keluarga saya, tetapi
“Apa yang ibu K rasakan selama dirawat disini?
saya jarang berbicara dengan mereka karena
O.. K merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal
tidak tau harus membicarakan apa, jadi saya
di ruangan ini”
lebih memilih diam dikamar, toh saya juga
“Apa saja kegiatan yang biasa K lakukan?”
tidak bisa membantu apapun”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan pasien yang lain?” “saya pernah masuk rumah sakit sebelumnya
18
karena masalah yang sama. Kalau tidak salah
“Menurut ibu K apa saja keuntungannya kalau
tahun 2015
kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien
“saya merasa sendiri dan sepi. Saya tidak
dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
begitu kenal dengan yang lainnya”
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ?
Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga
“saya hanya diam saja dikamar”.
ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
“saya tidak tau harus membicarakan apa”
“Begini lho ibu K, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan “punya teman bercakap-cakap, tidak sendiri,
hobi. Contoh: Nama Saya K, senang dipanggil tidak kesepian…….. kalau ruginya tidak
K. Asal saya dari Badung, hobi memasak” punya temen, sendiri, kesepian, sedih”
“Selanjutnya K menanyakan nama orang yang
diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Ibu
siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”
“Ayo K dicoba! Misalnya saya belum kenal
19
dengan K. Coba berkenalan dengan saya!” “……. Iya mau”
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
20
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini
untuk mengajak K berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, K mau kan?
Tempatnya mau dimana? Baiklah kalau disini “Ya sedikit lebih baik, tapi saya masih malu”
lagi.”
“Mau, tapi ibu temani saya, saya tidak brani
”Baiklah, sampai jumpa besok K” sendiri. Jam 10 saja”
21
bersalaman dengan perawat ”
”Bagus sekali, K masih ingat. Nah seperti janji (mengangguk, sudah mulai ada kontak mata
saya, saya akan mengajak K mencoba walau sedikit)
berkenalan dengan teman saya perawat N.
Tidak lama kok, sekitar 10 menit.
Sebentar ya, saya panggil perawat N”
2. Fase Kerja
(Bersama-sama peraat N mendekati Ibu K) (pasien mendemontrasikan cara berkenalan
”Baiklah K, K bisa berkenalan dengan perawat dengan perawat N: memberi salam,
N seperti yang kita praktekkan kemarin” menyebutkan nama, menanyakan nama
perawat, dan seterusnya)
”Ada lagi yang K ingin tanyakan kepada
perawat N . coba tanyakan tentang keluarga (diam, hanya geleng-geleng kepala)
perawat N”
22
K bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat
N, misalnya jam 1 siang nanti”
”Baiklah perawat N, karena K sudah selesai
berkenalan, saya dan K akan kembali ke
ruangan K. Selamat pagi”
(Perawat N pergi meninggalkan tempat, untuk
membiarkan saya dan ibu K melakukan
terminasi)
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan K setelah berkenalan
dengan perawat N” “saya masih malu, tapi merasa senang karena
ada teman baru”
”K tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.
Pertahankan terus apa yang sudah K lakukan “Mau satu kali aja dulu, sampai besok
tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain perawat W”
supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain.
Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau
23
berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti K coba sendiri. Besok kita latihan
lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai
besok.”
”Bagaimana perasaan K setelah bercakap- “saya merasa senang, karena tidak sendiri
cakap dengan perawat N kemarin siang. Bagus lagi”
sekali K menjadi senang karena punya teman
lagi”
24
”Kalau begitu K ingin punya banyak teman “ingin”
lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi “iya boleh” (menghampiri pasien O)
dengan orang lain, yaitu pasien O, seperti biasa
kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang
makan”
2. Fase Kerja
(Bersama-sama K mendekati pasien O) (pasien mendemontrasikan cara berkenalan:
”Selamat pagi O, ini ada pasien saya yang ingin memberi salam, menyebutkan nama, nama
berkenalan. Baiklah K, K sekarang bisa panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal
berkenalan dengannya seperti yang telah K yang sama).
lakukan sebelumnya.”
”Ada lagi yang K ingin tanyakan kepada O. ”Iya baiklah ”(K membuat janji untuk
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, K bertemu kembali dengan O)
bisa sudahi perkenalan ini. Lalu K bisa buat
janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4
25
sore nanti”
”Baiklah O, karena K sudah selesai berkenalan,
saya dan K akan kembali ke ruangan K.
Selamat pagi”
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan
perawat O untuk melakukan terminasi dengan
K di tempat lain)
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan K setelah berkenalan “Saya merasa senang bu”
dengan O”
”Dibandingkan kemarin pagi, K tampak lebih “Iya bu, nanti saya akan menemui O lagi”
baik saat berkenalan dengan O, pertahankan apa
yang sudah K lakukan tadi. Jangan lupa untuk
bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti”
26
satu hari K dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam
1 siang dan jam 8 malam, K bisa bertemu
dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru
dikenal. Selanjutnya K bisa berkenalan dengan
orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana K,
setuju kan?”
27
E. EVALUASI
TGL/JAM Diagnosa Kep Evaluasi
17 Maret 2017 Isolasi Sosial S:
Pasien mau menyebutkan namanya kepada saya, perawat N,
dan pasien O, ibu K juga mau menyebutkan asal, dan
hobinya. Ibu K mengatakan merasa senang karena memiliki
teman, sehingga dia tidak merasa sendiri lagi
O:
Ibu K tampak mau melakukan perkenalan dengan saya ,
perawat N, dan pasien O.
Tampak melakukan apa yang sudah diajarkan, ibu K terlihat
mau berjabat tangan, sudah ada kontak mata dengan lawan
bicara tetapi masih merasa enggan kalau sedang tidak
percaya diri.
Ibu K masih tampak menunduk sesekali kalau terlalu lama
berbincang-bincang, suara sudah mulai agak lebih keras.
A : Lanjutkan Intervensi
P : Tingkatkan kondisi pasien
28
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito ,L.J, 2002). Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang
autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga
berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi,
mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas
sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri. Maka dari itu, perlu
adanya membina hubungan saling percaya sebagai dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
B. Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat penulis buat semua pihak agar
bisa menjadi lebih baik dimasa akan datang. Maka kita sebagai mahasiswa
jurusan keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya, binalah hubungan saling
percaya dengan klien agar terjadi komunikasi terapeutik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahannya agar tercapai keberhasilan proses
keperawatan. Dan dapat memberi edukasi kepada keluarga klien, untuk
menyisihkan waktu untuk mengunjungi klien selama dirawat di RSJ dan
terimalah klien apa adanya serta berikan dukungan dan perhatian yang dapat
mempercepat proses penyembuhan klien.
29
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Carpenito, 2002, Proses keperawatan jiwa, Jakarta : EGC
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama
Nursing Diagnosis. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 :
Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
Stuart dan Sundeen, 2002. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart dan Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Sulistiyowati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Townsend, M. C, 2002, Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatti, Edisi 3 Jakarta : EGC
30