You are on page 1of 6

Eva khofifah 1710313320019

1.1 Dependent Variable: RET_UUU

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengestimasian beta adalah data
dan sumbernya. Data yang diperoleh dari sumber yang berbeda sering
manghasilkan beta yang berbeda-beda untuk suatu aset yang sama. Mengapa hal
ini terjadi? Ingat bahwa beta adalah nilai yang diestimasi dengan data aktual. Tentu
saja, nilai beta estimasian tersebut memiliki kemungkinan berbeda-beda jika
dihasilkan dari data yang berbeda-beda pula.

Beta dapat dihitung dengan menggunakan returm harian, mingguan,


bulanan semesteran, atau tahunan. Ini tidak menjadi masalah dengan manakah
yang dipilih, tetapi estimasi beta yang dihasilkan akan menjadi berbeda. Beta juag
dapat dieestimasi beta yang dihasilkan akan menjadi berbeda. Beta juga dapat
diestimasi dengan jangka waktu periode yang pendek, misalnya beberapa minggu
ataupun periode panjang seperti 5 tahun atau lebih. Selain itu, pemilihan indeks
pasar misalny IHSG atau LQ 45 untuk mengukur return portofolio pasar juga
menyumbang perbedaan estimasi beta.

Dari uraian estimasi persamaan regresi dia tas, kemudian akan timbul satu
pertanyaan tentang sejauh manakah keakuratan hsail estimasi beta sebagai ukuran
sensitivitas return suatu saham terhadap return psar. Hal ini terkait dengan danya
kemungkinan bahwa indeks pasar yang digunakan dalam regresi tersebut tidak bisa
menggambarakan portofolio pasar yang sebenarnya. Selain itu, ada beberapa
porfolio pasar yang sebenarnya. Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang bisa
membuat kita ragu terhadap keakuratan hasil estimasi beta tersebut.

1. Estimasi beta tersebut menggunakan data historis. Hal ini secara implisit
berarti bahawa kita mengganggap apa yang terjadi pada beta masa lalu,
akan sama dengan apa yang terjadi pada beta masa lalu, akan sama dengan
apa yang terjadi pada beta masa datang. Padahal dalam kenyataannya, apa
yang terjadi di masal lalu mungkin akan jauh berbeda dengan apa yang
terjadi dimasa depan.

1
2. Garis karakteristik dapat dibentuk pleh berbagai observasi dan periode
waktu yang berbeda, dan tidak ada satupun periode dan observasi yang
dianggap tepat. Dengan demikian,estimasi beta untuk satu sekuritas dapat
berbeda karena observasi dan periode waktunya yang digunakan berbeda

3. Nilai α dan β yang diperoleh dari hasil regresi tersebut tidak terlepas dari
adanya error, sehingga bisa jadi estimasi beta tidak akurat karena α dan β
tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya. Beta merupakan risiko
sistematis yang juga bisa berkaitan dengan perubahan perusahaan secara
khusus. Jika terjadi perubahan pada kondisi perusahaan (misalnya adanya
perbahan pendapatan, hutang) maka betanya pun akan berubah. Oleh
karena itu beta tidak bersifat stasioner sepanjang waktu.

Pada bagian akhir disajikan suplemen yang menyediakan berbagai


alternatif koreksi dalam mengukur beta beberapa kondisi tertentu, metode
koreksi beta pasar dapat menyediakan pengukuran risiko sistemastis yang
lebih akurat.

1.2 Beta portofolio

Beta portofolio dapat dihitung seperti menghitung return harapan portofolio

Sebagai contoh, informasi berikut diperolah :

Sekuritas Banyaknya Return Harapan Beta


Investasi
FF Rp 20 juta 0,10 0,90
GG Rp 5 Juta 0,12 0,95
HH Rp10 Juta 0,15 1,20
II Rp 15 Juta 0,17 1,30
Bobot portofolio dihitung terlebih dahulu. Jumlah dana yang diinvestasikan
adalah Rp 50 juta, maka sebanyak Rp 20 Juta/ Rp 50 Juta = 40% diinvestasikan
pada sekuritas FF. Dengan cara seperti itu, 10% diinvestasikan pada sekuritas
GG, 20% diinvestasikan pada sekuritas HH, dan 30% diinvestasikan pada
sekuritas II.
Return harapan portofolio [E(Rp) dan beta portofolio (βp) adalah:
Return harapan portofolio,

2
E(Ep) = (0,4)(0,10) + (0,1)(0,12) + (0,2)(0,15) + (0,3)(0,17)
= 0,133 atau 13,3%
Beta Portofolio,
Βp = (0,4)(βff) + (0,1)( βGG) + (0,2)( βHH) + (0,3)( βII)
= (0,4)(0,9) + (0,1)(0,95) + (0,2)(1,2) + (0,3)(0,13)
= 1,085
Dengan demikian, portofolio ini mempunyai return harapan sebesar 13,3 %
dan beta portofolio sebesar 1,085. Karena beta adalah lebih besar dari 1, maka
portofolio ini mempunyai risiko sistimatis yang lebih besar daripada aset rata-
rata.
Contoh soal :
Anggap Ibu santi menginvestasikan uangnya sepertiga pada saham VFV dan
dua pertiga pada saham WQW. Beta saham VFV adalah 0,6 dan beta saham
WQW adalah 1,2. Beta kombinasi ini adalah...
Beta portofolio , βp, dihitung sebgai berikut :
β = 1/3 x βvfv + 2/3 x βwqw
= 1/3 x 0,6 + 2/3 x1,2
= 1,00

1.3 Pengujian Terhadap CAPM


Kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan mengenai CAPM tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Risiko dan return berhubungan positif, artinya semakin besar risiko maka
semakin besar pula return-nya
2. Ukuran risiko sekuritas yang relevan adalah ukuran ‘kontribusi’ risiko
sekuritas terhadap risiko portofolio.

Untuk menguji validitas CAPM, perlu dilakukan penelitian penelitian empiris


mengenai CAPM tersebut. Jika CAPM valid, maka hasil penelitian empiris yang
dilakukan akan menunjukkan bahwa return yang terjadi (realized return) akan
sama dengan estimasi return dengan menggunakan CAPM.

3
Pengujian CAPM dapat menggunakan persamaan berikut :

Ri = a1 + a2 βi

Dalam hal ini :

Ri = rata-rata return sekuritas i dalam periode tertentu

βi = estimasi estimasi beta untuk sekuritas i

jika CAPM valid, maka nilai a1 akan mendekati nilai rata-rata return bebas risiko
selama periode pengujian dan nilai a2 akan mendekati rata-rata premi risiko pasar
selama periode tersebut.

Bagaimana secara agak rinci melakukan pengujian empiris terhadap CAPM ada banyak
pengujian empiris telah dilakukan para peneliti terdahulu. Meskipun CAPM dapat
ditetapkan pada seluruh aset finansial, pengujian empiris untuk teori ini kebanyakan
telah difokuskan pada saham biasa, dan dengan menerapakan pendekatan dua langkash.
Langkar pertama adalah pengestimasian beta. Beta saham individual diestimasi, bisanya
menggunakan model indeks tunggal atau market model dengan persamaan dibawah ini

Ri = α1 + βiRm + ei

Dalam langkah pertama ini, analisis data misalnya return bulanan selama 60 bulan dari
sejumlah sampel besar dari saham-saham. Suatu indeks pasar misalnya IHSG juga
dipilih berikut data return bulanannya. Selanjutnya beta tiap saham diestimasi dengan
manjalankan regresi untuk tiap saham terhadap IHSG seperti yang telah didiskusikan
pada bahasan terdahulu.

Studi menunjukkan beta-beta saham indvidual diestimasi dengan beberapa keekliruan


(error) sehingga menghasilkan beta yang berubah antar waktu. Namun, beta portofolio
lebih stabil sepanjang waktu sehingga menyediakan estimsai yang lebih baik dibanding
beta saham individual. Olek karenanya, banyak studi saham dalam sampel untuk
menguji CAPM. Sebagai contoh peneliti dapat merangking saham-saham secara menaik
berdasarkan besarnya beta saham individual yang diestimasi. Portofilio dibentuk
sehinggan portofolio 1 mengandung saham dengan beta terkecil diikuti portofolio 2 dan
seterusnya.

Langkah kedua dalam pengujian CAPM adalah meregresikan return aktual saham
indivifdual terhadap beta saham tersebut atau meregresikan return aktual portofolio

4
yangdibentuknya terhadap beta portofolio tersebut. Langkah melakukan regresi ini
dapat penerapkan persamaan

Ri = α1 + βiRm + ei

, dengan i merupakan saham i atau portofolio i. Dengan menjalankan regresi tersebut


selama periode waktu yang berbeda, peneliti dapat menentukan apakah a0 dan a1 sesuai
dengan teori CAPM. Setelah nilai a0 dan a1 diperoleh, hasilnya dievaluasi menuut
prediksi CAPM. Menurut CAPM, hubungan antara βi dan Ri seharusnya positif. Nilai
rata-rata a2 yang positif menunjukkan bahwa sekuritas dengan risiko sittematis yang
lebih tinggi seharusnya mempunyai return rata-rat yang juga lebih tinggi. Hipotesis
pertama yaitu :

H1 : E(a1) = E(Rf)

Nilai E(Rf) diukur dengan nilai rata-rat tingkat return bebas risiko selam period estimasi.

Elton dan Gruber (1995), mendokumentasikan kesimpulan dari hasil penelitian empiris
pengujian CAPM, yaitu :

1. SML yang terbentuk cenderung linier


2. Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa intersep SML lebih besar dari
return bebas risiko (Rf)
3. Slope CAPM (a2)yang dihasilkan cenderung lebih kecil dari slope hasil perhitungan
dari teori CAPM
4. Meskipun hasilnya beragam, tetapi disimpulkan bahwa investor hanya akan
mendapatkan retun berdasarkan risiko sistemasi yang diasumsikan

Masalah dalam pengujian CAPM adalah bagaimana meformulasikan sesuatu yang


belum terjadi (ex ante) berdasarkan data masa lalu (es post). Disamping itu kita juga
tidak akan pernah tahu secara pasti mengenai harapan investor dimasa depan. Maka dari
itu bisa terjadi perbedaan antara pengujian CAPM yang diestimasikan dengan teori
CAPM. Meskipun demikian dalam kenyataannya hasil pengujian empiris CAPM
cukup mendukung teorinya. Studi dengan menggunakan data beberapa tahun telah
menunjukkan bahwa hargapsar sekuritas didasari hubungan return dan risiko sistematis.
Sedangkan risiko nonsistematis mempunyai peran yang kecil dalam mekanisme
penentuan harga suatu sekuritas.

5
6

You might also like