Professional Documents
Culture Documents
Iklan
Pengertian
Pemeriksaan tingkat kesadaran adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi atau
keadaan tingkat kesadaran dan respon klien terhadap rangsangan dari lingkungan eksternal.
Tujuan
Untuk mengevaluasi keadaan atau kondisi fisik klien secara umum, khususnya keadaan tingkat kesadaran
dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.
Indikasi
Pasien baru
Teknik Pemeriksaan
Compos Mentis
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. klien dapat menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Apatis
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap lingkungannya
Delirium
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Klien
tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, klien
akan tertidur kembali.
Sopor (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, Klien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya
rangsang nyeri, tetapi klien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang
baik.
Semi-Koma (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri
tidak adekuat.
Koma
Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons
terhadap rangsang nyeri.
Kata-kata yang tidak tepat 3 Mengulang kata-kata yang tidak tepat secara acak
Menunjukkan tempat nyeri 5 Dapat melokalisasi nyeri (Gerakan terarah dan bertujuan ke arah
rangsang nyeri)
Menarik diri dengan fleksi 4 Fleksi atau menarik saat di rangsang nyeri
Tidak ada / Flaccid 1 Tidak ada respon, hanya berbaring lemah, saat di rangsang apapun
SKOR TOTAL 15
Interprestasi :
Masing-masing pemeriksaan E, V, M dijumlahkan, dan dimasukkan dalam kriteria cidera otak berikut :
Berat GCS ≤ 8
Sedang GCS 9 – 12
Ringan GCS ≥ 13
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Jika dihubungkan
dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
Kriteria Trauma Kapitis SKOR
Berat GCS 3 – 8
Sedang GCS 9 – 13
Ringan GCS 14 – 15
Berikut adalah nilai GCS, jika dihubungkan dengan pemeriksaan tingkat kesadaran bedasarkan teknik
pemeriksaan kualitatif.
Compos Mentis 15
Somnolen 12 – 14
Sopor 8 – 11
Coma 3 – 7
Langkah Pemeriksaan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Mencuci tangan
Tahap Terminasi
Terminasi
Mencuci tangan
Dokumentasi
Referensi
Perry, potter (2009). Fundamental Keperawatan Buku 2 Ed. 7. Jakarta : Salemba Medika
Iklan
Laboratorium Keperawatan
Kembali ke atas
Iklan
Scribd
Cari
Cari
Cari
Unduh
Simpan
Terkait
Info
Cari
Arloji (jam/stopwatch) 2.
Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan. Hitung nadi selama 1
menit: -
bila perhitungan selama 30 detik maka dikalikan 2 (dua) perhitungan perkalian hanya dilakukan pada
frekuensi nadi yang teratur 7.
Catat hasil. 8.
2.2
PEMERIKSAAN PERNAPASAN
) melalui sistem pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam
akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada
waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume
udara akan mengecil. Pengertian: 1.
Pernapasan adalah suatu proses keluar dan masuknya udara dalam paru-paru yang disertai dengan suatu
keadaan pertukaran gas O
dengan CO
2.
dan pengeluaran CO
3.
Pernapasan dalam adalah proses pertukaran gas antara sel jaringn dengan cairan sekitarnya.
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru dan
pengaturan keseimbangan asam-basa. Tujuan: 1.
Metode perhitungan : Satu pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan
napas (satu kali gerakan naik turun). Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk
mendapatkan frekuensi pernapasan tiap menit, pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya
dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.
10
50 x / menit -
Anak-anak : 15
30 x / menit -
Usia 2-12 tahun : 18
26 x / menit -
Dewasa : 16
20 x / menit -
11
Arloji (jam) 2)
Buku catatan 3)
Mencuci tangan 2.
Cuci tangan. 3.
Catat hasil. 6.
12
KESIMPULAN
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau
perkembangan pasien saat dirawat. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari
tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih.
Pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan
yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru dan
pengaturan keseimbangan asam-basa.
3.2
SARAN
1.
Diharapkan agar petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital selalu
memperhatikan prosedur pelaksanaan. 2.
Diharapkan agar petugas kesehatan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan
darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan secara rutin dan terjadwal.
3.
Diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital secara teratur petugas kesehatan dapat
memantau keadaan pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
Fourth Edition. St. Louse, Missouri: Mosby-year Book, Inc. Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A. 1999.
Jakarta: EGC. Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). 1999.
cetakan II. Jakarta: EGC. Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P. 1998.
are ‘
Opsi Berbagi
Karusel Berikutnya
DIUNGGAH OLEH
DIUNGGAH OLEH
Anom Amirul
DIUNGGAH OLEH
FritzVandzeus
DIUNGGAH OLEH
Kharisna Prana
Mengukur Suhu , Menghitung Nadi Dan Pernafasan
DIUNGGAH OLEH
Gie Hartanto
DIUNGGAH OLEH
Kumiho's My-name
DIUNGGAH OLEH
Ardi Artana
DIUNGGAH OLEH
Rinda Julianti
DIUNGGAH OLEH
Roudhotun Nikmah
Laporan Pendahuluan Desy
DIUNGGAH OLEH
Desy Ermayanti
DIUNGGAH OLEH
PEMERIKSAAN TTV
PEMERIKSAAN TTV
DIUNGGAH OLEH
DIUNGGAH OLEH
Joko Delima
DIUNGGAH OLEH
Syahril Da Cruzz
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DIUNGGAH OLEH
Ticko Pello
Pathways Gastroenteritis
Pathways Gastroenteritis
DIUNGGAH OLEH
Laporan Pendahuluan IV
Laporan Pendahuluan IV
DIUNGGAH OLEH
Riyan Idayati
DIUNGGAH OLEH
Yuni Sheila
DIUNGGAH OLEH
Siska Wulandari
Inflamasi Akut Dan Kronik
DIUNGGAH OLEH
Achmad Hariyanto
DIUNGGAH OLEH
Dwi Ar Tsyahputera
DIUNGGAH OLEH
khadam_i
DIUNGGAH OLEH
abu rasyid
DIUNGGAH OLEH
DIUNGGAH OLEH
Hasmawati Jafar
DIUNGGAH OLEH
Riyan Idayati
DIUNGGAH OLEH
Ray Rsul
Vital Sign
Vital Sign
DIUNGGAH OLEH
Fatimatuz Zahroh
DIUNGGAH OLEH
DIUNGGAH OLEH
TENTANG
Tentang Scribd
Tekan
Blog kami
Hubungi Kami
Undang Teman
Hadiah
DUKUNGAN
Bantuan/Tanya Jawab
Aksesibilitas
Bantuan pembelian
AdChoices
Penerbit
LEGAL
Ketentuan
Privasi
Hak Cipta
Media Sosial
Scribd - Unduh di App Store
Bahasa Situs:
Bahasa Indonesia
Scribd, Inc
INSTAL
Link Kesehatan
Link_nya Mahasiswa
AIRWAYS POSITIONING
Tujuan
• Untuk menghilangkan obstruksi parsial maupun total akibat kesalahan letak dimana lidah jatuh
kebelakang pharynx dan/atau epiglotis setingkat larynx.
Indikasi
Diinsikasikan untuk klien tidak sadar dimana jalan napasnya tidak adekuat.
• Positioning saja mungkin belum/tidak mencukupi untuk mencapai, mempertahankan dan memelihara
jalan napas agar tetap terbuka. Intervensi tambahan, seperti suction atau intubasi, mungkin diperlukan.
1. Head-tilt, chin-lift
2. Jaw thrust
3. Chin-lift
4. Sniffing position
2. Angkat dagu ke depan untuk memindahkan mandibula ke depan sementara gerakan kepala pasien ke
belakang dengan satu tangan yang berada di dahi (lihat gbr. 1). Manuver ini mengakibatkan hiperekstensi
leher dan (kontraindikasi jika diketahui/dicurigai adanya trauma leher)
1. Jika manuver head-tilt, chin-lift tidak berhasil atau tidak dapat digunakan, maka lakukan jaw thrust
atau chin lift.
b. Angkat mandibula ke depan dengan jari telunjuk sambil mendorong melawan arkus zigomatik dengan
ibu jari (lihat gbr. 2). Ibu jari memberikan tekanan berlawanan untuk mencegah pergerakan kepala saat
mandibula didorong ke depan.
a. Letakan satu lengan (lengan kiri anda) pada dahi untuk menstabilkan kepala dan leher pasien.
b. Pegang/tangkaplah mandibula pasien dengan ibu jari dan jari lainnya (lengan kanan anda), kemudian
angkat mendibula ke arah depan (ligar gbr. 3).
c. Keji kembali (kaji ulang) kepatenan jalan napas setelah dilakukan tindakan.
2. Pada anak yang memperlihatkan gejala epiglottitis, seperti demam tinggi, drolling, distres pernapasan,
dsb, jangan dipaksa pada posisi supine, yang akan menyebabkan obstruksi komplit jalan napas. Biarkan
anak untuk memelihara/mempertahankan posisi nyaman sampai tindakan definitif pada jalan napas
tersedia.
Komplikasi
Jika jalan napas terteap terobstruksi, suction perlu dilakukan, dan kemudian lakukan pemasangan OPA
(oropharyngeal airway, misal: gudel) atau nasopharyngeal airway.
Cedera pada spinal dapat terjadi jika dilakukan pergerakan pada kepala dan/atau leher pada pasien
dengan cedera servical.
Jika jari-jari anda menekan terlalu dalam jaringan lunak di bawah dagu, maka jalan napas akan
terobstruksi.
Daftar Pustaka
Proehl, J.A. (1999). Eemergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Further Reading:
American Academy of Pediatrics & American College of Emergency Physicians. (1993). Advanced
pediatric life support: The pediatric emergency medicine course. Dallas: Author.
American Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare providers. Dallas: Author.
Emergency Nursing Association. (1993). Trauma nursing core course: Provider manual. (4th ed.). Park
Ridge: Author
Share
Home