You are on page 1of 7

VERMES DAN MOLUSKA

Oleh :
Nama : Rosi Nurbaeti Putri
NIM : B1A016017
Rombongan : VI
Kelompok :3
Asisten : Fajar Nur Sulistyahadi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini dan terdapat kemungkinan
bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi
masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35 phylum, namun jumlah
sebenarnya tergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan
menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar
filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan merupakan tempat asal mula
jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan.
Fauna air tawar sangatlah banyak tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Jasin,
1989).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat kaitannya
dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya terlebih dahulu kita
melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan tersebut. Morfologi adalah
bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari luar. Oleh karena itu, untuk
membuat suatu pengklasifikasian dibutuhkan adanya pengamatan morfologi dari
parameter yang sudah ditentukan, sehingga dari parameter morfologi dapat dilakukan
pengenalan dan pengklasifikasian hewan vertebrata dan avertebrata (Radiopoetro,
1991).
Hewan avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau
vertebrae. Pengetahuan taksonomi dan fungsi dari avertebrata sangat berguna dalam
upaya mempertahankan fungsi ekosistem. Sementara itu pengetahuan tentang
taksonomi, keankeragaman, dan peran ekologi avertebrata masih sangat sedikit.
Avertebrata terdiri atas beberapa Phylum seperti Porifera, Cnidaria, Ctenopora,
Echinodermata, Annelida, Insecta, dan Crustacea (New, 2005).
B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Vermes dan Moluska, antara lain :


1. Mengenal beberapa anggota Phylum Platyhelminthes, Annelida, dan Mollusca.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Platyhelminthes, Annelida, dan Mollusca.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Moluska merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Ciri umum yang
dimiliki Moluska adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali
Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang
bersifat khusus. Banyak spesies moluska dari berbagai subgenera yang mempunyai
persebaran atau distribusi dengan wilayah yang luas sampai mencapai abundansi
yang tinggi, baik pada lingkungan yang dipengaruhi temperatur atau pebedaan
wilayah perairan (Vinarski, 2012).
Salah satu kelompok fauna avertebrata yang hidup di ekosistem mangrove
adalah Moluska, yang didominasi oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia. Bivalvia
(kerang-kerangan) adalah biota yang biasa hidup menetap di dalam substrat dasar
perairan (biota bentik) yang relatif lama sehingga biasa digunakan sebagai
bioindikator untuk menduga kualitas perairan dan merupakan salah satu komunitas
yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman yang tinggi di dalam
komunitas manggambarkan beragamnya komunitas ini (Litaay et al., 2014).
Mollusca merupakan salah satu kelompok hewan yang masih diperdebatkan
keanekaragamanya, diperkirakan jumlah Mollusca sekitar 7200-8500. Hal ini
disebabkan karena perhitungan kenanekaragaman Mollusca tidak menggunakan
metode yang dapat terverifikasi dan kebanyakan berdasarkan opini (Rosenberg,
2014).
Menurut Jasin (1989), klasifikasi Mollusca didasarkan pada perbedaan
anatomi atau morfologi cangkang, kepala, kaki, alat respirasi, alat reproduksi, dan
sistem saraf. Filum ini terdiri dari 5, 6, atau 7 kelas yaitu:
1. Aplacophora, dikenal kurang lebih 250 jenis, yaitu Mollusca dengan bentuk tubuh
seperti cacing, tidak mempunyai kepala, kaki maupun cangkang. Contohnya adalah
Chaetoderma.
2. Monoplacophora, dikenal ada 6 jenis yang sudah diketahui, merupakan Mollusca
purba dengan cangkang berbentuk kerucut. Contohnya adalah Neopilina galateae.
3. Polyplacophora, ditandai oleh adanya 8 buah lempengan cangkang dengan banyak
serabut-serabut insang yang berlapis, tubuh bilateral simetris. Contohnya adalah
Chiton.
4. Scaphopoda memiliki cangkang memanjang, berbentuk seperti tanduk yang terbuka
di kedua ujungnya, mantel berbentuk tubus, kaki silindris atau kerucut, insang tidak
ada, kepala tanpa mata. Contohnya adalah Dentalium.
5. Gastropoda (±40.000 jenis). Terdiri dari Mollusca bercangkang tunggal, walau ada
yang tanpa cangkang. Ciri-ciri anggota kelas ini antara lain adalah kepala terlihat
jelas, mempunyai satu atau dua pasang tentakel dengan sepasang diantaranya
bersifat retraktil dan dilengkapi dengan sebuah mata pada ujungnya. Organ internal
terdapat di dalam cangkang yang terpilin.
6. Cephalopoda, bercangkang internal atau tanpa cangkang, tubuh tertutup oleh
mantel yang tebal. Mata berkembang dengan baik terutama pada Loligo. Mulut
dilengkapi dengan dua buah rahang yang terbuat dari kitin, berbentuk seperti catut
dan dikelilingi oleh 8 – 10 tentakel.
7. Pelecypoda (Bivalvia) ciri-cirinya mempunyai cangkang setangkup (bivalvia)
dengan variasi bentuk maupun ukurannya. Tidak memiliki kepala maupun mulut,
kaki berbentuk seperti kapak (Pelecyphoda), insang tipis dan berlapis-lapis
(lamellibranchiate) terletak diantara mantel. Kedua cangkang dapat dibuka dan
ditutup dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot aduktor dan
retraktornya. Cara hidup kelas ini beragam, ada yang membenamkan diri,
menempel pada substrat dengan byssus atau perekat lain, bahkan ada yang berenang
aktif.
Vermes merupakan kelompok hewan yang terdiri dari beberapa Phylum
cacing. Phylum yang termasuk kelompok vermes yaitu Platyhelminthes,
Aschelminthes, dan Annelida. Phylum Platyhelminthes memiliki tubuh pipih
dorsoventral tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan antara
ujung anterior dan posterior. Triploblastik aselomata yaitu ektoderm yang akan
berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot – otot
dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat
pencernaan makanan. Tipe rongga tubuhnya termasuk acoelomata berbetuk
kantung dengan satu lubang. Lapisan mesoderm memunculkan otot dam organ
perkembangbiakan. Cacing pipih seperti planaria memiliki percabangan rongga
gastrovaskular sebagai tempat pencernaan ekstraseluler juga sebagai tempat
mendistribusikan sari makanan ke seluruh bagian tubuh. Pertukaran gas melalui
difusi lewat kulit. Platyhelminthes telah memiliki sistem pengeluaran yang juga
berfungsi sebagai sistem osmo-regulasi (Marshall, 1972). Menurut Romimohtarto
(2007), Phylum Platyhelminthes ini dibagi menjadi tiga class yaitu
Turbellaria (cacing berbulu getar), Trematoda (cacing hisap) dan Cestoda (cacing
pita). Berikut adalah masing-masing penjenlasan dari tiga class dari phylum
Platyhelminthes:
a. Contoh dari class Turbellaria adalah planaria (Dugesia sp.), Dugesia sp biasanya
hidup di air tawar (kolam/ sungai) yang jernih, melekat pada batu-batuan atau
daun. Mempunyai sistem ekskresi dari sel-sel api (Flame Cell). Bersifat
Hermafrodit dan berdaya regenerasi sangat tinggi.
b. Class Trematoda termasuk cacing kait (flukes) baik dalam darah, hati maupun paru-
paru. Alat pengisap (Sucker) terdapat pada mulut di bagian anterior untuk
menempel pada tubuh inangnya berupa ternak dan jika hati ternak yang ada
cacingnya ini kita makan maka kita akan kena Fasciolasis kebanyakan merupakan
hewan parasit karena berada pada tubuh mahkluk hidup, merugikan karena
mengambil bahan organik yang tersedia di inangnya umumnya hidup di dalam hati,
usus, paru-paru, ginjal dan pembuluh darah vertebrata .
c. Class Cestoda terdiri dari cacing pita. Bagian scolex memiliki pangait dan pengisap
yang memungkinkannya menempel pada dinding usus inang. Di bawah scolex
terdapat leher yang pendek dan tali panjang proglottid, dimana setiap proglottid
berisi satu set penuh organ kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya. Beberapa
anggota Phylum ini dapat menyebabkan penyakit yang membahayakan organisme
lain. Salah satu penyakit yang bisa disebabkan Platyhelminthes adalah penyakit-
penyakit yang menyerang hewan ternak sehingga terhambatnya pertumbuhan,
penurunan daya tahan tubuh, dan gangguan pada hewan ternak tersebut, secara
umum Platyhelminthes masuk ke dalam tubuh inang melalui makanan, tetapi ada
beberapa spesies yang dapat masuk melalui kulit inang (Putra, et al., 2014).
Annelida disebut cacing cincin, cacing gelang, atau cacing
bersegmen. Annelida mempunyai saluran pencernaan yang sudah sempurna, namun
tidak mempunyai rangka luar. Bentuk tubuh bulat panjang dan bersegmen-segmen
seolah - olah seperti sederetan cincin memanjang. Segmen-segmen tidak hanya
terdapat pada tubuh bagian luar, tetapi juga pada tubuh bagian dalam. Berdasarkan
jumlah seta, Annelida dikelompokkan ke dalam 3 kelas yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea (Campbell, 2003). Polychaeta merupakan kelompok
cacing yang memiliki banyak seta atau sisir di tubuhnya, memiliki parapodia yang
berfungsi sebagai tungkai dan organ yang berperan sebagai kemosensor. Clitellata
memiliki karakteristik sebagai berikut adanya cocoon yang tersusun dari clitellum,
hermaprodit, dan tidak memiliki parapodia (Jordan & Verma, 2009).
Nemathelminthes disebut juga cacing benang. Tubuh tidak beruas-ruas,
ukuran tubuh mikroskopis, tetapi ada yang makroskopis. Tubuh bagian luar ditutupi
selapis kutikula. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup pada
inangnya dari pada cacing yang hidup bebas. Filum Nemnathelminthes terbagi
menjadi dua kelas, yaitu Kelas Nematoda dan Kelas Nematomorpha Nematoda
umumnya bersifat parasit. (Jasin,1992).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet,
masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beberapa spesiemen
hewan Phylum Platyhelminthes, Annelida, dan Mollusca.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Vermes dan Moluska, antara
lain:
1. Karakter pada spesimen diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi, kemudian
digambar dan dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.
DAFTAR REFERENSI

Al Rashd, K. M., dan Mclean, E., 2014. Contribution of Small-Scale Fisheries to the
Livelihoods of Omani Women: A Case Study of the Al Wusta Governorate. Asian
Fisheries Science Special Issue. pp. 135-149.
Campbell, N.A., Jane B. R. & Lawrence G. M., 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Jasin, M., 1989. Zoologi invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Jasin, M., 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Jordan, E. L. & Verma, P. S., 2009. Invertebrate zoology. New Delhi: S. Chand &
Company.
Litaay, M., Darusalam., & Dody, P., 2014. Struktur Komunitas Bivalvia di Kawasan
Mangrove Perairan Bontolebang Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi
Selatan. . Jurnal FMIPA UNHAS.
Marshall, A.J., 1972. Textbooks of Zoology Invertebrate. London: The McMillan Press
LTD.
New, T. R., 2005. Invertebrate conservation and agricultural ecosystems. Cambridge:
Cambridge University Press.
Putra, R. D., Suratma, N. A. & Oka, I. B. M., 2014. Prevalensi Trematoda pada Sapi
Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten
Badung. Indonesia Medicus Veterinus, 3(5), pp. 394-402.
Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta : Erlangga.

Romimohtarto, K., 2007. Biologi laut. Jakarta: Djambatan.


Rosenberg, G., 2014. A new critical estimate of named species-level diversity of the
recent Mollusca. American Malacological Bulletin, 32(2), pp. 308-322.

Vinarski M.V., E.A Serbrina. 2012. Distribution and Quantitative Characteristics of


Common Species of Pond Snails of the Subgenera Peregriana and Radix
(Mollusca: Gastropoda: Lymnaeidae) in Waterbodies of the South of Western
Siberia. Journal of Zooplankton. 5(2) : 192-198.

You might also like