You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap , Materi Kesehatan » LAPORAN
PENDAHULUAN MASTEKTOMI

MASTEKTOMI

LAPORAN PENDAHULUAN MASTEKTOMI

A. LANDASAN TEORITIS MASTEKTOMI

Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan
payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan
parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah
bening aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc TANPA mengangkat m.pektoralis major dan minor.

Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa factor meliputi :

o Usia

o Kesehatan secara menyeluruh

o Status menopause

o Dimensi tumor

o Tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya

o Stadium tumor dan keganasannya

o Status reseptor homon tumor


o Penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum

Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori : mastektomi radikal, mastektomi
total dan prosedur yang lebih terbatas ( contoh segmental, lumpektomi ).

1. Mastektomi preventif ( preventife mastectomy) disebut juga prophylactic mastectomy.operasi ini


dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan putting atau berupa
subcutaneous mastectomy dimana seluruh payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .

2. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi semua atau kebanyakan
nodus limfe dan otot dada tetap utuh.

3. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau semua nodus limfe
dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor masih utuh.Mastektomi radikal ( halsted )
adalah prosedur yang jarang dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis
mayor dan minor, nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari internal atau supra
klavikular.

4. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien rawat jalan yang hanya
berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik
bila kurang dari 5 cm ukurannya yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik (
menentukan tipe sel ) dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi radiasi.

Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan
kuratif dan tujuan paliatif. Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa
meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan pada kanker payudara
stadium dini(stadium 0, I dan II).

Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker payudara secara
makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini
pada umumnya dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah
tulang dan pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium III dan IV.

Prosedur pengangkatan sel kanker dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mastektomi radikal, yaitu Mengangkat seluruh payudara, kulit, otot mayor dan minor, nodus limfe
aksila dan jaringan lemak disekitarnya.

2. Mastektomi radikal modifikasi, seperti mastektomi radikal tetapi otot pektoralis mayor
dipertahankan.

3. Mastektomi sederhana, Mengangkat payudara dengan mempertahankan otot-otot yang


menyokong.

4. Mastektomi parsial, Mengangkat lesi dan jaringan disekitarnya termasuk nodus limfe.

5. Lumpektomi, Mengangkat lesi dan 3 sampai 5 cm jaringan ditepinya, jaringan payudara dan kulitnya
dipertahankan.
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini

1. Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)

Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat berupa total
mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau berupa subcutaneous mastectomy,
dimana seluruh payudara diangkat namun puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kekambuhan kanker payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi
preventif pada wanita dengan risiko tinggi.

MASTEKTOMI

Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic mastectomy dan telah mengalami
rekonstruksi dengan menutup lubang bekas operasi dengan dengan jaringan yang diambil dari perutnya.

2. Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)

Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe masih
dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu
sampai tiga simpul limfe pertama.

MASTEKTOMI

Total mastectomy

3. Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)


Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-mastektomi radikal
termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan daripada mastektomi radikal, dan ssat ini
banyak dilakukan di Amerika. Dengan MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul limfe di
bawah ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih tetap
dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan, Prosedur ini akan diikuti dengan
rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh dokter bedah plastik.

MASTEKTOMI

Modified Radical Mastectomy

4. Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’, termasuk puting. Dokter juga
akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah payudara, serta simpul limfe (getah bening).
Karena mastektomi radikal ini tidak lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih
‘ekstrim’ , saat ini jarang dilakukan.

MASTEKTOMI

4. Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)


Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker payudara stadium I dan
II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving therapy- terapi penyelamatan payudara yang akan
mengangkat bagian payudara dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi
radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X berkekuatan penuh
akan ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara. Radiasi akan membunuh kanker dan
mencegahnya menyebar ke bagian tubuh yang lain.

MASTEKTOMI

Partial Mastectomy

5. Quandrantectomy

Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini, dokter akan
mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara dibandingkan dengan lumpektomi.

MASTEKTOMI

Quandrantectomy

Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan
konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan untuk mengidentifikasi simpul limfe yang
mengandung sel kanker.

6. Lumpectomy atau sayatan lebar,

Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di
sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan sedikit area bebas kanker di
jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker ditemukan di kemudian hari, dokter akan
mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebuat re-excision (terjemahan :
pengirisan/penyayatan kembali).

MASTEKTOMI

Lumpectomy

7. Excisional Biopsy

Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal di sekitarnya.
Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat
seluruh tumor.
MASTEKTOMI

Excisional Biopsy

B. INDIKASI OPERASI MASTEKTOMI

· Kanker payudara stadium dini (I,II)

· Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu

· Keganasan jaringan lunak pada payudara.

C. KONTRA INDIKASI OPERASI MASTEKTOMI

· Tumor melekat dinding dada

· Edema lengan

· Nodul satelit yang luas

· Mastitis inflamatoar

D. PERSIAPAN PERIOPERATIF MASTEKTOMI

1. Fase Preoperatif Mastektomi

Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi dan diakhiri ketika pasien
dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien. Wawancara praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi
yang diberikan dalam pembedahan

a. Pengkajian :

· Identitas pasien

· Tanda-tanad vital

· Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru), penggunaan narkoba, alkoholisme,
menggunakan obat seperti kortikosteroid dan obat jantung

· Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi

· Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan

· Keseimbangan cairan dan elektrolit

· Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan implan prosthesis lainnya

· Pencukuran daerha operasi


· Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi dan pemakaian obat anestesi
yang akan dilakukan

· Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, faal hepar, faa
ginjal, masa pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah

· Informed consent

· Penentuan status ASA

Diagnosa keperawatan pre operasi Mastektomi

· Cemas berhubungan dengan krisis situasional

· Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

· Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Rencana Keperawatan pre operatif Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety reduction :


dengan perubahan asuhan keperawatan
· Tenangkan pasien
status kesehatan selama..... pasien
menunjukan anxiety · Jelaskan seluruh prosedurt tindakan
control dengan kepada pasien dan perasaan yang mungkin
kriteria hasil: muncul pada saat melakukan tindakan
· pasien kooperatif · Berusaha memahami keadaan pasien
· Mampu · Berikan informasi tentang diagnosa,
mengidentifikasikan prognosis dan tindakan
cemas dengan bahasa
tubuh yang tenang · Mendampingi pasien untuk mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
· Vital sign dbn kenyamanan

· Dorong pasien untuk menyampaikan


tentang isi perasaannya

· Kaji tingkat kecemasan

· Dengarkan dengan penuh perhatian

· Ciptakan hubungan saling percaya

· Bantu pasien menjelaskan keadaan yang


bisa menimbulkan kecemasan

· Bantu pasien untuk mengungkapkan hal


hal yang membuat cemas

· Ajarkan pasien teknik relaksasi

· Berikan obat obat yang mengurangi


cemas

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process


tentang penyakit, asuhan keperawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatan,pengobatan selama......,
keluarga tentang proses penyakit
pengetahuan klien
kurang paparan
meningkat dengan -Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
terhadap informasi
kriteria hasil tanda dan gejala serta penyebabnya
Klien mampu -Sediakan informasi tentang kondisi klien
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan -Berikan informasi tentang perkembangan
klien
Klien kooperative saat
dilakukan tindakan -Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau kontrol proses penyakit

-Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan


atau terapi

-Gambarkan komplikasi yang mungkin


terjadi

-Anjurkan klien untuk mencegah efek


samping dari penyakit

-Gali sumber-sumber atau dukungan yang


ada

-Anjurkan klien untuk melaporkan tanda


dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan · Lakukan pengkajian nyeri secara
injuri biologi asuhan keperawatan komprehensif termasuk lokasi,
selama 1x pertemuan karakteristik, durasi, frekuensi
nyeri klien berkurang
· Monitor vital sign
dengan kriteria hasil:
· Gunakan teknik komunikasi
· Nyeri terkontrol
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
· Klien
menggunakan teknik nyeri
non farmakologi
· Ajarkan teknik
untuk mengurangi
nyeri relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri
· Tanda vital dalam
rentang normal

2. Fase Intraoperatif Mastektomi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :

a. Safety Management (Pengaturan posisi pasien)

Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah: daerah operasi,
usia, berat badan pasien, tipe anastesidan nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi,
respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau
medan operasi.

- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi
yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula  supine

- Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan
pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi
dengan teknik drapping

- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi


dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan
pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.

- Memasang alat grounding ke pasien

- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi
sehingga pasien kooperatif.

- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen,
jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.

b. Monitoring Fisiologis

- Melakukan balance cairan

- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan, nadi, tekanan darah, frekuensi
denyut jantung, saturasi oksigen, perdarahan dll.

- Pemantauan terhadap perubahan vital sign

c. Monitoring Psikologis
- Memberikan dukungan emosional pada pasien

- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi

- Mengkaji status emosional klien

- Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)

d. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

- Memanage keamanan fisik pasien

- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

Obat-obat anestesi :

1. Obat-obat premedikasi

SA 0,001-0,002 mg/KgBB

Midazolam 0,1-0,2 mg/KgBB

Fentanyl 1-2 mcg/KgBB

Pethidin 1 mg/KgBB

2. Obat antiemetik

Ondansetron 4mg/2mL

Sotatic 10mg/2 mL

3. Obat induksi

Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB

4. Obat musculorelaksan

Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB

Sucynil Colin 1 mg/KgBB

Roculax 0,5-1 mg/KgBB

5. Obat emergency

Adrenalin injeksi

Epidrin injeksi

Dexamethason injeksi

Aminophilin injeksi

6. Obat analgetik

Ketorolac 30 mg/ 1 mL
Torasix 30mg/1 mL

7. Oat antidotum

Prostigmin dan narkan

8. Cairan yang diperlukan

Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest 25 CC untuk larutan obat, assering

Koloid seperti fimahest atau gelofusion

MASTEKTOMI

Prosedur Operasi Mastektomi

Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi diposisikan abduksi
900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis.

2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian bawah sampai
dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma kontralateral, bagian lateral sampai
dengan tepi lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus
dengan doek steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril

3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa steril tebal (
buick gaas) dan dijahit melingkar.

4. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi S) dimana
garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.

5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap bawah sampai
inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan.
N. Thoracalis dorsalis

6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan, terutama
cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada saat sampai pada tepi lateral
m.pektoralis mayor dengan bantuan haak jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan
serratus anterior (mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I (lateral m. pektoralis
minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level III ( medial m. pektoralis minor). Diseksi
jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena
yang menuju ke jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus,
dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan
mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)

8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.

9. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga dengan handschoen
operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.

10. Evaluasi ulang sumber perdarahan

11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa aksilaris, sedang
drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.

12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis

Komplikasi operasi Mastektomi

Dini :

- pendarahan,

- lesi n. Thoracalis longus wing scapula

- Lesi n. Thoracalis dorsalis.

Lambat : - infeksi

- nekrosis flap

- wound dehiscence

- seroma

- edema lengan

- kekakuan sendi bahu  kontraktur

Mortalitas

hampir tidak ada

Diagnosa Keperawatan intra operatis yang sering muncul Mastektomi :

- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi karena
pemberian agent anastesi.

- Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma jaringan.
- Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.

Rencana Keperawatan intra operatif Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway and breathing management :
efektif berhubungan keperawatan selama.....
· Monitor ventilasi (jalan dan suara
dengan penurunan pasien menunjukan
nafas)
tekanan inspirasi dan respiration control dengan
ekspirasi karena kriteria hasil: · Lakukan management ventilasi
pemberian agent dengan head tilt chin leaf / jaw trust
· Jalan nafas adequat
anastesi. positioning
· Suara nafas vesikuler
· Pasang alat bantu nafas : mouth
· Saturasi O2 dbn airway/orofaringeal tube, ET, LMA

· Monitor keakuratan fungsi ET, LMA

· Lakukan assisted respiration

· Monitor vital sign dan saturasi O2


secara periodik

Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Infection control management


berhubungan dengan keperawatan selama......,
· Kendalikan prosedur masuk
pembedahan, menunjukkan infection
kamar operasi untuk pasien maupun
prosedur invasif dan protection, enviroment, host
petugas
truma jaringan. and agent control dengan
kriteria hasil · Batasi jumlah personil di kamar
operasi
· Terkendalinya nfection
control · Kendalikan sterilitas ruangan dan
peralatan yang dipakai
· Luka dan keadaan sekitar
bersih · Lakukan cuci tangan bedah,
pemakaian jas operasi, pemakaian
sarung tangan dan duk operasi sesuai
prosedur.

· Terapkan prosedur septik aseptik.

· Lakukan penutupan luka sesuai


prosedur
· Kolaborasi pemberian antibiotik

· Environment kontrol

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Injury control management


berhubungan dengan keperawatan selama......
· Anatomis dan imobil position
anastesi dan menunjukkan injury
pembedahan. neuromuscular protection · Pasang groundit kouter dengan
dengan kriteria hasil : benar
· Tidak terjadi luka baru · Melakukan tindakan anastesi
diluar organ target sesuai dengan prosedur
· Instrument terhitung · Memasang alat bantu pernafasan
lengkap sebelum dan sesuai dengan prosedur
sesudah operasi.
· Hindari manipulasi jaringan
berlebihan

· Penggunaan instrument yang


tepat dan benar

· Perhitungan jumlah instrument


sebelum dan sesudah operasi yang

MASTEKTOMI

3. Fase Post operastif Mastektomi

a. Fase pasca anesthesia.

Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan oleh ahli
anesthesia dan staf profesional lainnya.
1) Mempertahankan ventilasi pulmoner.

Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan
penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam
faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah
telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir,
harus dilakukan penghisapan dengan suction.

2) Mempertahankan sirkulasi

Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing
venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari
sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi

3) Masalah psikologis.

Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi
payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan
tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari
segi menyusui.

4) Mobilisasi fisik.

Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan
dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.

b. Perawatan post mastektomi

1) Pemasangan plester /hipafik

Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-
tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks
menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan
kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.

Plester medial melewati garis midsternal

Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak

Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.

Plester superior tidak melewati clavicula

Plester inferior harus melewati lubang drain

Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan dipasang miring
dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.

2) Perawatan pada luka eksisi tumor.


Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga
payudara .

3) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum
harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh dibuka.

4) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.

5) Pengukuran tensi

Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul Mastektomi::

- Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan belum optimal karena
pemakaian obat anastesi

- Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien

Rencana intervensi keperawatan post operasi Mastektomi:

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Resiko aspirasi Setelah dilakukan asuhan Aspiration Precaution :


berhubungan dengan keperawatan selama......,
· Monitor tingkat kesadaran dan reflek
status kesadaran, menunjukkan control
menelan
reflek menelan dengan kriteria hasil
belum optimal · Monitor status airway dan bebaskan
· Airway terkontrol dan
karena pemakaian airway
adequat
obat anastesi
· Lakukan suctioning jika perlu
· Reflek menelan efektif
· Posisikan supinasi atau posisi SIM
pada operasi jalan nafas

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Environment Management :


berhubungan dengan keperawatan selama......,
· Sediakan lingkungan yang aman dan
tingkat kesadaran menunjukkan risk control
nyaman
pasien dengan kriteria hasil
· Posisikan tidur sesuai instruksi medis /
· Pasien terbebas dari
anastesi
cidera
· Memasang side trail tempat tidur
· Pasien komunikatif dan
kooperatif · Hindari dari perabot yang berbahaya
· Kaji tingkat kesadaran

· Dampingi selama pasien belum sadar


penuh

· Lindungi arah gerakan dan jangan


lawan gerakan pasien

· Rangsang kesadaran pasien ke


Compos Mentis

· Alat invasif terkontrol

DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis
:Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Laporan Pendahuluan

You might also like