You are on page 1of 3

HOMEOSTASIS

Zakia Asrifah Ramly/ 1714042007

ABSTRAK
Makhluk hidup sejatinya senantiansa melakukan pertukaran dengan lingkungan,
mengambil bahan yang diperlukan dan meneluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam
tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak gangguan yang dapat mengancam keadaan
sistem tubuh manusia. Keadaan sistem tubuh diatur oleh homeostasis dalam tubuh.
Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus untuk memelihara stabilitas
dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh
sistem tubuh ikut berperan dalam mempertahankan homeostasis, sehingga lingkungan yang
diperlukan untuk kelangsungan hidup dan fungsi semua sel yang membentuk tubuh dapat
dipertahankan. Kenyatann bahwa lingkungan internal harus dijaga agar relative stabil tidak
berarti bahwa komposisinya, suhu dan sebagainya tidak berubah sama sekali. Fator-faktor
eksternal dan internal terus menerus mengancam dan dapat mengacaukan sistem kerja dari
homeostasis. Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-
faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul nutrient, konsentrasi O2 dan CO2, pH, air dan
elektrolit lain, volume dan tekanan serta suhu tubuh manusia. Jika organ-organ penunjang
dalam mempertahankan keadaan tubuh tidak bekerja dengan baik, akibatnya akan mengalami
sakit atau bahkan akan menuju kematian.

Kata Kunci: Homeostasis

PENDAHULUAN

Sel-sel hidup, juga organisme-organisme multiseluler yang berukuran lebih besar,


berfungsi dengan efektif hanya dalam kisaran kondii yang relative sempit. Jika temperature di
dalam sel melebih 60˚ C, fungsi-fungsi vital sel akan berhenti. Pada temperatur yang lebih
tinggi lagi, lipid dan protein sel terurai dan sel pun hancur. Pada temperature yang sangat
rendah, integritas fungsional dan structural sel akan terancam oleh pembekuan dan
pembentukan kristal es.
Lingkungan mikro sel ditentukan oleh membran sel. Karakteristik permeabilitasnya
mengontrol ion-ion yang masuk., zat-zat yang dikeluarkan, dan kondisi-kondisi interior, yang
dihasilkan sifat selektif membrane pada lingkungan tertentu. Sel-sel yang berhasil beradaptasi
dengan habitat tertentu menunjukkan kemampuan untuk mengontrol fluktuasi dalam komponen
interior, untuk memastikan kekonstanan dalam derajat tertentu. Penjagaan kekonstanan disebut
homeostasis.
Proses homeostasis dapat terjadi apabila tubuh mengalami stress yang secara alamiah
tubuh akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi agar tetap seimbang.
Homeostasis adalah suatu proses pemeliharaan stabilitas dan adaptasi terhadap kondisi
lingkungan sekitar yang terjadi secara terus menerus. Homeostasis terdiri atas homeostasis
fisiologis dan psikologis. Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan
kesejahteraan mental (Rochmawati dkk, 2013).
Homeostasis adalah prinsip dasar dalam banyak bidang biologi. Definisi ilmiah
mengacu pada pemeliharaan lingkungan internal tubuh organisme yang stabil, otonom,
(Cannon, 1929). Homeostasis berarti stabilitas kondisi yang dinamis, misalnya, variabel
biokimia, seperti kadar glukosa darah, dan variabel fisiologis, seperti suhu tubuh. Homeostasis
diekspresikan di seluruh tubuh dalam pengaturan fungsi organ dan aktivitas enzim. Selain itu,
ini dinyatakan dalam kontrol ekspresi gen pada organisme eukariotik dan prokariotik. Ini adalah
keadaan serta proses yang berkelanjutan. Proses dan tahapan dalam kehidupan organisme
hidup, seperti stres, penyakit dan penuaan, dijelaskan dalam hal perubahan homeostasis yang
sedang berlangsung (Zion dan Sara, 2015).

METODE PENELITIAN
Pengamatan ini dilaksanakan pada 8 Maret 2019 bertempat di Laboratorium Zoologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Analisa
keadaan sel bila ditempatkan di dalam larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, dan hipertonis,
mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak, peristiwa osmosis pada usus ayam.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari bahan-bahan utama berupa
telur, kulit katak dan usus ayam. Bahan lainnya berupa bahan yang digunakan dalam analisa
aquades, larutan NaCl 0.2%, 0.4%, 0.8%, 1%, 2%, 4%, 6%, dan 8%.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu tahap pertama melakukan preparasi
bahan baku berupa ikan bandeng dari dua habitat perairan yaitu ikan bandeng air tawar diambil
dari Kabupaten Lamongan dan ikan bandeng air payau diambil dari Kabupaten Bangkalan.
Sampel diambil dalam keadaan hidup dengan menggunakan transportasi media tertutup. Ikan
bandeng dipisahkan bagian daging , jeroan dan tulang. Pendataan dimulai dengan
mengidentifikasi keadaan sel bila ditempatkan di dalam larutan yang bersifat isotonis,
hipotonis, dan hipertonis dengan menggunakan bahan telur, aquadest dan Larutan NaCl pada
masing-masing konsentrasi yang berbeda-beda. Dari percobaan pertama ini yaitu dimulai
dengan mengisi aqua gelas dengan air suling dan telur diletakkan dalam posisi tegak kemudian
nyalakan lilin cair disekeliling sedotan sampai ruang antara cangkang dan sedotan tertutup
rapat. Setelah itu amati selama 5 menit dan ukur tinggi cairan dalam sedotan.
Kegiatan kedua yaitu mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak dengan
membersihkan kulit katak dan gunakan untuk menutup salah satu selang plastic dan ikat dengan
karet gelang. Masukkan larutan NaCl 8% ke selang plastic dan masukkan selang plastic ke
dalam gelas yang berisi air suling, jepit tabung reaksi untuk menahan selang plastik, dilakukan
pengamatan selama 30 menit selama 24 jam, amati tinggi permukan airnya.
Kegiatan ketiga mengidentifikasi peristiwa osmosis pada usus ayam, dengan
memasukkan usus ayam sepanjang 15 cm ke larutan NaCl 8% yang sudah terikat salah satu
ujungnya kemusian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Isi tabung reaksi dengan air
suling,Amati selama 30 menit selama 24 jam dan amati tinggi permukaan air.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan kali ini adalah cairan isotonic
merupakan konsetrasi dimana zat pelarut dan zat terlarut seimbang, yang menyebabkan tidak
terjadinya kenaikan cairan telur. Cairan hipotonik merupakan konsentrasi zat pelarut yang lebih
tinggi dari pada zat terlarutnya, yang terlihat naiknya cairan telur pada sedotan, sedangkan
cairan hipertonik merupakan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari pada konsentrasi zat
pelarutnya yang mengakibatkan tidak naiknya cairan telur pada sedotan tapi terjadi osmosis
cairan telur terhadap larutan NaCl. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa adanya
kenaikan cairan pada pipet terlihat pada telur bebek kenaikan cairan terlihat pada aquades
hingga 0,3 mm, pada NaCI 0,5% yaitu 0,1 mm dan NaCI 1% Yaitu 0,7 mm. Pada telur ayam
ras kenaikan cairan terjadi pada aquades hingga 0,5 mm, NaCI 2% yaitu 1,8 cm dan pada telur
ayam kampong tidak terjadi kenaikan cairan.
Adapun saran yang ingin saya sampaikan yaitu sebaiknya dalam praktikum ini praktikan
harus menggunakan masker agar aroma larutan yang tajam tidak mengganggu penciuman
maupun konsentrasi dalam menalakukan pengamatan.

You might also like