Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan masih ada hubungan dengan ketegangan yang
dialami ndividu dalam kehidupan sehari-hari. Individu merasa waspada
dan lapang persepsinya meluas, serta menajamkan mata.
b. Kecemasan sedang
Individu fokus pada pikiran yang menarik perhatiannya, lapang
persepsinya sempit, masih bisa melakukan suatu hal sesuai arahan.
c. Kecemasan berat
Individu memiliki lapangan persepsi yang sangat sempit.
Perhatiannya terpusat pada detail yang spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal lain.
d. Panik
Individu tidak mampu melakukan apapun meskipun mendapat
perintah, disebabkan oleh kehilangan kendali diri dan hilangnya detail
perhatian.
3. Manifestasi klinis
Seseorang dikatakan mengalami kecemasan dapat dilihat dari tanda
dan gejala yang dilihatkan dari tiap individu. Tanda dan gejala pada
kecemasan pada tiap individu bisa dilihat secara fisik, kognitif, perilaku dan
emosi. Jenita (2017) menyebutkan tanda dan gejala yang terlihat pada
individu yang mengalami kecemasan, diantaranya:
10
a. Tanda dan gejala secara fisik, seperti napas pendek, tekan darah dan nadi
meningkat, sianosis, akoreksia, diare atau konstipasi, gelisah, termor,
berkeringat, sulit tidur, dan sakit kepala.
b. Tanda dan gejala secara kognitif, dilihat dari cara mempersepsikan
sesuatu. Persepsi individu tersebut cenderung sempit.
c. Tanda dan gejala secara perilaku, ditandai dari gerakan individu, seperti
gerakan yang tersentak-sentak dengan cara bicara yang cepat dan
berlebihan.
d. Tanda dan gejala secara emosi, individu memperlihatkan rasa menyesal,
sedih yang terlalu mendalam, rasa takut, gugup, dan suka cita yang
berlebihan.
4. Etiologi
Sesuatu hal terjadi karena beberapa faktor. Begitu juga dengan
kecemasan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Menurut
Budi Anna K (2015) menyebutkan penyebab terjadinya kecemasan, antara
lain:
a. Ketakutan seseorang akan lingkungan yang tidak menerima kondisinya.
b. Kejadian-kejadian yang bisa menyebabkan trauma, seperti perpisahan,
bencana ataupun kehilangan.
c. Keputusasaan seseorang ketika gagal mencapai suatu tujuan.
d. Sesuatu yang mengancam integritas diri, seperti hilangnya kemampuan
diri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
e. Sesuatu yang mengancam konsep diri seseorang.
5. Reaksi Kecemasan
Kecemasan adalah respon yang ditimbulkan akibat seseorang berada
dalam kondisi tertentu. Kecemasan yang terjadi pada seseorang dapat
menimbulkan reaksi. Suliswati (2014) menyebutkan reaksi akibat kecemasan
dapat dibagi menjadi 2, diantaranya:
11
a. Reaksi Destruktif
Reaksi destruktif pada seseorang yang mengalami kecemasan,
seperti banyak mengurung diri, tidak peduli terhadap kebersihan diri,
tidak komunikatif ketika diajak berbicara, dan tidak nafsu makan.
Tingkah laku yang diperlihatkan individu dalam reaksi destruktif
merupakan tingkah laku yang disfungsional dan maladaptif.
b. Reaksi Konstruktif
Kecemasan bisa menunjukkan reaksi konstruktif seperti ingkah
laku positif individu unuk melakukan berbagai tindakan yang lebih baik
untuk kehidupan yang lebih bermakna.
6. Teori Kecemasan
Dalam kecemasan, terdapat beberapa teori yang mendasari timbulnya
kecemasan. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan teori tentang
kecemasan seperti yang disebutkan oleh Suliswati (2014), antara lain:
a. Teori Psikoanalitik
Freud mengatakan bahwa kecemasan yang terjadi pada individu
diakibatkan oleh kurangnya respon psikologis dalam pemenuhan
kebutuhan orgasme tiap individu. Ketika kebutuhan orgasme individu
tidak terpenuhi akan muncul kecemasan. Kecemasan yang muncul akan
menjadi semakin besar apabila rangsangan dari luar maupun dari dalam
muncul secara terus menerus.
b. Teori Interpersonal
Dalam teori ini, Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan bisa
timbul akibat individu tidak mampu bergaul dengan orang lain atau akibat
dari lingkungan yang tidak menerima keberadaan individu tersebut.
Individu yang mengalami kecemasan biasanya individu yang memiliki
tingkat kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Individu juga
akan mengalami kecemasan ketika kehilangan orang yang dicintainya.
12
c. Teori Perilaku
Pada teori perilaku, kecemasan akan muncul karena beberapa
konflik yang terjadi pada tiap individu. Konflik yang dapat terjadi, seperti
kegagalan dalam mencapai tujuan atau impian tertentu serta kondisi
diantara dua pilihan. Semakin banyak konflik yang terjadi, semakin besar
pula kecemasan yang akan muncul. Perilaku yang diperlihatkan individu
merupakan pengalaman yang dirasakan individu setelah mengalami
kecemasan.
d. Teori Keluarga
Kecemasan akan muncul pada tiap keluarga. Kecemasan muncul
dalam keluarga akibat perbedaan karakter tiap individu dalam keluarga.
Perbedaan yang heterogen yang biasa menyebabkan munculnya
kecemasan.
e. Teori Biologi
Dalam teori biologi, kecemasan timbul pada seseorang yang
mengalami gangguan pada neurotransmitter. Aktivitas neurotransmitter
GABA (gamma amino butyric acid) berhubungan dengan sistem regulasi
kecemasan karena keduanya berfungsi untuk mengontrol kecemasan.
Ketika neurotransmitter mengalami gangguan, kecemasan pada tiap
individu tidak dapat terkontrol. Selain itu, koping individu juga menjadi
tidak efektif akibat kurangnya suplai darah serta asupan nutrisi, pengaruh
racun, dan sebab lainnya.
7. Penatalaksanaan Kecemasan
Kecemasan dapat dapat dikurangi dengan dilakukannya penatalaksanaan
kecemasan. Penatalaksanaan kecemasan bisa dilakukan dengan cara medikasi
dan terapi perilaku kognitif. Menurut Isaacs (2005), penatalaksanaan
kecemasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Terapi Medis
Penatalaksanan secara medikasi yaitu pengobatan yang dilakukan
untuk mengurangi kecemasan dengan cara pemberian obat antiansietas.
13
1) Respon Psikologis
Kecemasan bisa menyebabkan individu menjadi tidak percaya
diri. Kecemasan yang tinggi bisa mempengaruhi koordinasi dan gerak
refleks. Gangguan pendengaran dapat terjadi akibat kecemasan
sehingga dapat mempersulit individu berkomunikasi dengan orang lain.
2) Respon Fisiologis
Respon fisiologis individu terhadap kecemasan bisa dilihat dari
respon simpatis dan respon parasimpatis. Jika keduanya terjadi
gangguan, reaksi kecemasan akan muncul yaitu “fight or flight”.
Ketika otak menerima rangsangan terkait reaksi kecemasan yang
terjadi tubuh akan bereaksi, seperti napas dalam, peningkatan nadi dan
tekanan darah yang memicu curah jantung meningkat sehingga terjadi
glikogenolisis dan gula darah meningkat.
3) Respon Kognitif
Respon kognitif yang muncul akibat kecemasan bisa
menyebabkan gangguan berpikir maupun isi pikir. Individu akan
mengalami mudah lupa, tidak fokus, kebingungan dan lapangan
persepsi yang menurun.
4) Respon Afektif
Individu dengan kecemasan akan menunjukkan sikap emosional.
Individu akan tampak kebingungan dan memiliki rasa curiga yang
berlebihan kepada orang lain.
d. Penilaian terhadap stressor
Kecemasan yang terjadi tergantung dari stressor yang dialami
individu sesuai dengan kondisi dan tingkat kecemasan. Individu perlu
pemahaman tentang sehingga mampu menilai stressor yang terjadi pada
dirinya.
e. Sumber dan mekanisme koping
Kondisi sosial, intrapersonal maupun interpersonal bisa dijadikan
sebagai sumber koping individu dalam menangani kecemasan. Sumber
18
a. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan pada klien perlu dikaji untuk mengetahuti
respon fisik akibat kecemasan yang dialami klien juga terkait rencana
keperawatan yang akan diberikan bagi klien dengan kecemasan.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengkajian pada tingkat pengetahuan klien untuk mengetahui
seberapa besar pengetahuan klien tentang kecemasan dan cara mengurangi
kecemasan. Klien dengan tingkat pengetahuan rendah akan semakin
merasakan kecemasan menjadi tingkat yang lebih tinggi, begitupun
sebaliknya.
19
c. Faktor Budaya
Kebiasaan atau adat istiadat atau budaya yang dianut klien
merupakan kondisi yang perlu dikaji bagi klien dengan kecemasan.
Pengkajian yang dilakukan dengan mencari informasi terkait konflik yang
terjadi dengan budaya yang dapat menimbulkan kecemasan pada klien.
2. Diagnosa
Menurut Judith M. Wilkinson (2016), diagnosa yang mungkin muncul
berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, sebagai berikut:
a. Ansietas (sebutkan tingkat: ringan, sedang, berat, panik) berhubungan
dengan krisis situasi dan maturasi.
b. Ansietas (sebutkan tingkat: ringan, sedang, berat, panik) berhubungan
dengan stress.
c. Ansietas (sebutkan tingkat: ringan, sedang, berat, panik) berhubungan
dengan ancaman kematian.
d. Ansietas (sebutkan tingkat: ringan, sedang, berat, panik) berhubungan
dengan ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi, peran,
lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi.
e. Ansietas (sebutkan tingkat: ringan, sedang, berat, panik) berhubungan
dengan ancaman terhadap konsep diri.
3. Intervensi keperawatan
a. Ansietas
Tujuan:
1) Ansietas berkurang
2) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
Kriteria hasil:
1) Klien bisa mengontrol kecemasannya sehingga tidak menambah
tingkat kecemasannya menjadi naik tingkat.
2) Tanda dan gejala yang telah dijelaskan oleh perawat, klien mampu
menyebutkannya kembali.
3) Klien mampu mengontrol rasa cemas secara mandiri.
20
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat ansietas klien.
Rasional: mengetahui tingkat kecemasan klien dapat memudahkan
mengidentifikasi reaksi fisik dari kecemasan.
2) Bantu klien menentukan penyebab ansietas.
Rasional: klien dapat mengontrol ansietas yang dirasakannya ketika
mengetahui penyebabnya.
3) Bantu klien mencari tahu mengenai teknik mengurangi ansietas.
Rasional: ansietas dapat terkontrol.
4) Jelaskan pada keluarga klien tentang tanda dan gejala ansietas yang
dialami klien.
Rasional: pengetahuan keluarga yang bertambah membantu pasien
mengontrol kecemasannya.
5) Bantu keluarga/pasien menemukan seseorang, tempat maupun hal
yang positif.
Rasional: beberapa faktor pendukung bisa membantu mengyrangi
kecemasan.
6) Berikan penyuluhan tentang ansietas pada keluarga pasien.
Rasional: pengetahuan keluarga yang bertambah membantu pasien
mengontrol kecemasannya.
7) Berikan penjelasan pada keluarga perbedaan gejala secara fisik atau
gangguan serangan panik.
Rasional: membantu keluarga mengenali kecemasan yang terjadi.
8) Berikan obat antiansietas sesuai advis dokter.
9) Jaga diri perawat untuk tetap tenang dalam menangani klien dengan
kecemasan.
Rasional: kecemasan yang dirasakan individu bisa menular kepada
individu yang lain. Ketenangan perawat yang menjadikan rasa cemas
klien berkurang.
10) Dorong pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran pasien.
21