You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H.

Sugara

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat


Daun Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L)
Anti Bacteria Activity of Ethyl Acetate Fraction Bandotan leaf
(Agerantum conyzoides L)
Taufan H. Sugara*, Tun Tedja Irawadi, Irma Herawati Suprapto,
Muhammad Hanafi
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram,
Dosen Departemen Kimia IPB,
Peneliti Kimia, LIPI.
taufan_sehab@yahoo.com

Abstrak
Pemanfaatan tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L.) untuk
penyembuhan luka dan gangguan pencernaan seringkali dikaitkan dengan aktivitas
antibakteri yang dimiliki. Namun demikian, informasi tentang aktivitas antibakteri
tanaman ini masih sebatas pada fraksi polar dan non polar saja. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi semi
polar daun tanaman bandotan terhadap bakteri Staphylococcus aureus and
Eschirichia coli. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun
tanaman bandotan mengandung senyawa flavonoid, steroid, p-hidrokuinon dan
terpenoid. Fraksinasi ekstrak etil asetat dengan eluen kloroform : metanol (9:1)
menghasilkan 8 fraksi dengan jumlah rendemen berturut-turut sebanyak 15,14g;
22,21g; 21,19g; 20,44g; 5,79g; 4,50g; 1,40g; 1,43g; dan 0,93g. Ekstrak etil asetat
dan seluruh fraksi yang terkandung di dalamnya menunjukkan aktivitas antibakteri
berspektrum luas dengan daya hambat yang tergolong dalam kategori kuat. Rata-
rata daya hambat ekstrak etil asetat dan fraksi 1-8 terhadap S. aureus berturut-turut
sebesar 14mm; 12mm; 12,5mm; 15,5mm; 16mm; 12mm; 11,5mm; 10mm; 9,5mm.
Sedangkan rata-rata daya hambat ekstrak etil asetat dan fraksi 1-8 terhadap E. coli
berturut-turut sebesar 11mm; 11,5mm; 11mm; 11,5mm; 13mm; 14mm; 10,5mm;
10mm; 9,5mm.
Kata kunci: Daun tanaman bandotan, ekstrak etil asetat, antibakteri.

88 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

Abstract
Utilization of Ageratum conyzoides L. leaf for wound healing and digestion
disorders are often associated with its antibacterial activities. However,
informastion of this plant as antibacterial agent still limited on the polar and non
polar fraction. Therefore, the objective of this study was to identify the antibacterial
activity of semipolar fraktion extract of Ageratum conyzoides L. leaves to
Staphylococcus aureus and Eschirichia coli. Phytochemical test results showed that
the ethyl acetate extract of bandotan leaves contains flavonoids, steroids, p-
hydroquinone and terpenoids. Fractionation of ethyl acetate extract with eluent
chloroform: methanol (9:1) produced 8 fractions by the number of consecutive yield
as much 15,14g; 22,21g; 21,19g; 20,44g; 5,79g; 4,50g; 1,40g; 1,43g; and 0,93g.
Overal antibakterial activity result of ethyl acetat extract and fraction 1-8 showed
broad-spectrum antibacterial activity with inhibition of belonging to the strong
category. The average inhibition of ethyl acetate extracts and fractions 1-8 against
S. aureus in a row amounted to 14mm; 12mm; 12,5mm; 15,5mm; 16mm; 12mm;
11,5mm; 10mm; 9,5mm. While, the average inhibition of ethyl acetate extracts and
fractions 1-8 against E. coli in a row amounted to 11mm; 11,5mm; 11mm; 11,5mm;
13mm; 14mm; 10.5 mm; 10mm; 9,5mm.
Keywords: Ageratum conyzoides leaf, ethyl acetat fraction, antibacterial.

PENDAHULUAN
Salah satu tanaman obat yang mempercepat proses
cukup dikenal di masyarakat adalah penyembuhan pada luka adalah
tanaman bandotan (Ageratum dengan mencegah terjadinya infeksi
conyzoides L). Tanaman bandotan yang disebabkan oleh bakteri.
umumnya digunakan oleh masyarakat Tanaman bandotan mengan-
untuk obat luka dan gangguna dung senyawa-senyawa metabolit
pencernaan. Khasiat herba bandotan sekunder seperti terpena, sterol,
antara lain untuk pengobatan luka, flavonoid, alkaloid, benzofuran,
gatal-gatal, flu, demam, diare, radang chromen, chromon, kumarin, minyak
usus, dan rematik (Sukamto, 2007; atsiri, dan tanin sehingga tanaman ini
Hasim, 2005). Penggunaan daun dipercaya memiliki banyak manfaat
tanaman ini pada luka dipercaya dapat dan salah satunya adalah sebagai
menghentikan pendarahan dan antibakteri (Ming, 1999; Kamboj &
mempercepat proses penyembuhan. Saluja, 2008). Kajian aktivitas
Oladejo et al. (2003) mengemukakan antibakteri dari ekstrak polar dan non
bahwa salah satu cara untuk polar tanaman bandotan telah

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 89


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

dilaporkan oleh beberapa peneliti semipolar yang paling sering


sebelumnya. Ekstrak polar dari digunakan dan diketahui mampu
seperti ekstrak metanol (Almagboul memisahkan senyawa-senyawa
et al., 1985; Oladejo et al., 2003), metabolit sekunder yang tidak dapat
ekstrak etanol (Widodo et al., 2007), larut dalam pelarut polar dan
dan ekstrak air (Yamamoto et al., nonpolar. Tujuan dari penelitian ini
1991; Okwori et al., 2007; Mustafa et adalah mengetahui aktivitas anti-
al., 2005) diketahui memiliki bakteri senyawa aktif yang terdapat
aktivitas sebagai antibakteri terhadap pada ekstrak etil asetat daun tanaman
bakteri yang diujikan. Sedangkan dari bandotan (Ageratum conyzoides L).
ekstrak non polar, Okwori et al.,
METODOLOGI PENELITIAN
(2007) melaporkan bahwa ekstrak Sebanyak 1,5 kg simplisia
heksana tanaman bandotan memiliki daun tanaman bandotan dimaserasi
aktivitas antibakteri terhadap bakteri dengan pelarut heksana untuk meng-
uji. hilangkan kandungan lemak dan
Pengembangan penelitian minyak yang terdapat dalam sampel.
tentang aktivitas antibakteri dari Setelah dilakukan penyaringan,
tanaman bandotan sangatlah penting residu yang dihasilkan dimaserasi
dan dapat dikaitkan dengan kembali dengan pelarut etil asetat
pemanfaatannya sebagai obat luka sehingga diperoleh ekstrak etil asetat.
secara tradisional. Sampai saat ini, Daun tanaman bandotan dan ekstrak
pencarian senyawa aktif antibakteri
kasar yang diperoleh kemudian diuji
dari tanaman bandotan hanya terbatas aktivitas antibakteri dan kandungan
pada fraksi polar dan non polar saja fitokimianya. Ekstrak kasar etil asetat
sehingga pencarian senyawa aktif dari kemudian ditentukan eluen
fraksi semipolarnya perlu dilakukan. terbaiknya yang akan digunakan
Secara ilmiah, fraksi semipolar juga dalam proses fraksinasi. Setelah
mengandung senyawa-senyawa penentuan eluen terbaik dengan
metabolit sekunder yang memiliki metode Kromatografi Lapis Tipis
aktivitas sebagai antibakteri. Etil
(KLT). Ekstrak etil asetat kemudian
asetat adalah salah satu pelarut difraksinasi dengan kromatografi
90 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

kolom sehingga diperoleh beberapa Hasil analisis fitokimia


fraksi. Masing-masing fraksi diuji terhadap daun bandotan menunjukkan
aktivitas antibakterinya dengan adanya senyawa-senyawa flavonoid,
metode (tripton Soy Agar) TSA untuk steroid, p-hidrokuinon, terpenoid dan
mendapatkan fraksi yang memiliki tanin. Senyawa-senyawa tersebut
aktivitas antibakteri paling tinggi. juga terdapat pada ekstrak etil asetat,
kecuali senyawa tanin yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan hasil negatif. Senyawa
Ekstraksi maserasi simplisia
tanin merupakan senyawa polifenol
daun tanaman bandotan
yang bersifat polar dan hanya dapat
menggunakan pelarut heksana dan
larut dalam pelarut dengan tingkat
etil asetat diperoleh ekstrak heksana
kepolaran yang sesuai. Perbedaan
sebanyak 75,95 g dan ekstrak etil
tingkat kepolaran etil asetat dan
asetat sebanyak 71,50 g. Simplisia
senyawa tanin menyebabkan senyawa
dan ekstrak etil asetat yang diperoleh
ini tidak dapat larut dalam pelarut etil
kemudian dillakukan uji fitokimia
asetat.
untuk membandingkan kandungan
Sebelum fraksinasi dilakukan,
senyawa metabolit sekunder sebelum
terlebih dahulu ditentukan eluen yang
dan setelah proses ekstraksi maserasi
menghasilkan pola pemisahan terbaik
dilakukan. Hasil uji fitokimia daun
untuk digunakan dalam proses
tanaman bandotan dan ekstrak etil
fraksinasi. Kombinasi pelarut yang
asetat disajikan pada Tabel 1 berikut
digunakan sebagai eluen adalah
ini.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Daun kloroform : asam asetat : air (90:45:6)
Bandotan dan Ekstrak etil Asetat dan kloroform : etanol (9:1). Hasil
Jenis Metabolit Daun Ekstrak
Sekunder Bandotan Etil pengamatan penentuan eluen terbaik
Asetat
dengan metode KLT disajikan pada
Alkaloid - -
Flavonoid ++ ++ Gambar 1 berikut ini.
p-hidrokuinon ++ ++
Terpenoid ++ +
Steroid ++ ++++
Saponin - -
Tanin ++++ -

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 91


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

kepolaran yang tidak terlalu tinggi


sehingga sesuai dengan tingkat
kepolaran yang dihasilkan oleh eluen
kloroform : etanol (9:1).
Setelah diketahui eluen
terbaiknya, proses selanjutnya yaitu
fraksinasi dengan metode
kromatografi kolom. Fraksi-fraksi
Gambar 1. Hasil Analisis KLT (a) yang keluar dari kromatografi kolom
kloroform : asam asetat : air (90:45:6) dan
(b) kloroform : etanol (9:1) ditampung pada tabung reaksi dengan

Hasil pengamatan bahwa jumlah 5 ml untuk masing-masing

eluen kloroform :asam asetat : air tabung reaksi. Jumlah tabung yang

(90:45:6) hanya menghasil 6 spot diperoleh dari hasil kromatografi

dengan pola pemisahan yang kurang kolom adalah sebanyak 150 tabung.

baik. Eluen kloroform : etanol (9:1) Tabung-tabung yang memiliki

menghasil pola pemisahan yang lebih kesamaan pola spot kemudian

baik dengan jumlah spot yang digabungkan sehingga diperoleh total

dihasilkan sebanyak 8. Jumlah dan 8 fraksi. Masing-masing fraksi

pola pemisahan yang dihasilkan kemudian diuapkan pelarutnya

dipengaruhi oleh sifat kepolaran dengan rotary evaporator. Nilai Rf,

senyawa-senyawa yang terkandung warna dan jumlah rendemen yang

dalam ekstrak etil asetat daun dihasilkan dari masing-masing spot

bandotan. Senyawa tersebut untuk eluen kloroform : etanol (9:1)

kemungkinan memiliki tingkat disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Nilai Rf, warna jumlah rendemen yang dihasilkan dari masing-masing spot pada
eluen kloroform : etanol (9:1)
No Warna pada cahaya tampak Warna pada UV (λ = 254 nm) Rf Rendemen (g)
1 Hijau kehitaman Merah kehitaman 0,95 15,14
2 Hijau tua Merah kehitaman 0,84 22,21
3 Hijau muda Hijau tua 0,73 21,19
4 Hijau muda Hijau tua 0,59 20,44
5 Kuning muda Hijau muda 0,44 5,79
6 Tidak berwarna Kuning 0,33 4,50
7 Hijau muda Kuning muda 0,23 1,43
8 Hijau muda Kuning muda 0,10 0,93

92 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

Fraksi 1-4 memiliki jumlah tersebut terabsorbsi lebih lemah oleh


rendemen yang lebih tinggi absorben sehingga akan keluar lebih
dibandingkan dengn 4 fraksi lainnya. dahulu dari kolom kromatografi.
tingginya rendemen fraksi 1-4 Uji aktivitas antibakteri
menunjukkan bahwa ekstrak etil dilakukan terhadap pelarut etil asetat,
asetat lebih banyak mengandung ekstrak etil asetat, serta 8 fraksi yang
senyawa-senyawa dengan tingkat diperoleh dari proses fraksinasi.
kepolaran yang cenderung rendah. Sebagai antibakteri standar,
Fraksi 1-4 memiliki tingkat kepolaran digunakan kloramfenikol dengan
yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi 0,4 mg/ml. Hasil uji
dengan fraksi 5-8. Tingkat kepolaran aktivitas antibakteri disajikan pada
yang rendah menyebabkan senyawa Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri
Zona Hambat (mm)
S. aureus E. coli
Sampel
Pengulangan Pengulangan
Rata-rata Rata-rata
1 2 1 2
Pelarut etil asetat - - - - - -
Ekstrak etil asetat 14,0 14,0 14,0 11,0 11,0 11,0
Fraksi 1 12,0 12,0 12,0 11,0 12,0 11,5
Fraksi 2 13,0 12,0 12,5 11,0 11,0 11,0
Fraksi 3 15,0 16,0 15,5 11,0 12,0 11,5
Fraksi 4 16,0 16,0 16,0 13,0 13,0 13,0
Fraksi 5 12,0 12,0 12,0 14,0 14,0 14,0
Fraksi 6 11,0 12,0 11,5 11,0 10,0 10,5
Fraksi 7 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0
Fraksi 8 10,0 9,0 9,5 10,0 9,0 9,5
Kloramfenikol (0,4 mg/ml) 18,0 19,0 18,5 20,0 20,0 20,0

Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap E. coli sebesar 11 mm.


menunjukkan bahwa ekstrak kasar Besarnya diameter zona hambat
etil asetat dan fraksi-fraksi yang ekstrak etil asetat hampir sama
terkandung di dalamnya memiliki dengan diameter zona hambat ekstrak
aktivitas antibakteri seperti ekstrak air, metanol dan heksana. Okwori et
polar dan non polarnya. Diameter al., (2007) menyebutkan bahwa
zona hambat yang dihasilkan oleh diameter zona hambat yang
ekstrak kasar etil asetat terhadap dihasilkan oleh ektrak air, metanol
bakteri S. aureus sebesar 14 mm dan dan heksan daun tanaman bandotan
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 93
Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

terhadap S. aureus berturut-turut Hasil uji aktivitas antibakteri


dalam kisaran 7-15 mm, 10-14 mm, menunjukkan bahwa ekstrak etil
9-16 mm, sedangkan terhadap E. coli asetat daun bandotan dan semua
sebesar 6-12 mm, 10-16 mm, 7-16 fraksi didalamnya memiliki spektrum
mm. luas karena mampu menghambat
Hasil uji aktivitas antibakteri pertumbuhan bakteri gram positif dan
juga menunjukkan bahwa rata-rata gram negatif. Dari hasil penelitian
zona hambat yang dihasilkan juga diperoleh informasi bahwa
terhadap S. aureus cenderung lebih ekstrak etil asetat dan fraksi 1-6
besar dibandingkan dengan E. coli. tergolong sebagai antibakteri yang
Hal ini menunjukkan bahwa sampel memiliki aktivitas kuat karena
yang diujikan memiliki sensitivitas menghasilkan rata-rata diameter zona
yang lebih baik terhadap bakteri uji. hambat diatas 10 mm. Stout dalam
Perbedaan sensitivitas bakteri gram Maryuni (2008) menjelaskan
positif dan negatif diduga berasal dari pengelompokan anti-bakteri
perbedaan morfologi struktur dinding berdasarkan luasan daya hambatnya
sel keduanya. Hodges (2002) ke dalam 4 kelompok, yaitu
menerangkan bahwa bakteri gram antibakteri dengan aktivitas rendah
negatif memiliki membran fosfo- (<5 mm), sedang (6-10 mm), kuat
lipida bagian luar yang menjaga (11-20 mm) dan sangat kuat (>20
struktur komponen lipopolisakarida mm). Namun demikian, zona hambat
nya sehingga dinding sel menjadi yang dihasilkan oleh ekstrak etil
impermeable terhadap senyawa asetat dan fraksi yang terkandung
antibakteri. Hal ini menyebabkan didalamnya tidak sebesar daya
dinding sel bakteri gram negatif dapat hambat yang dihasilkan oleh
bertindak sebagai penghalang kloramfenikol sebagai antibakteri
terjadinya difusi dan membuatnya standar. Kloramfennikol merupakan
kurang sensitif terhadap senyawa antibiotik aminoglikosida yang
antibakteri dibandingkan bakteri bersifat bakteriostatik dan
gram positif. berspektrum luas dengan mekanisme
kerja yaitu menggangu sintesis

94 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

protein pada bakteri (Schunack, lebih sensitif terhadap bakteri gram


1990). positif. Meskipun aktivitas anti-
bakteri yang ditunjukkan lebih rendah
KESIMPULAN dari kloramfenikol sebagai antibakteri
Berdasarkan hasil penelitian standar, namun demikian esktrak etil
yang dilakukan, diketahui bahwa asetat dan sebagian besar fraksi-fraksi
ekstrak etil asetat dan fraksi-fraksi yang terkandung di dalamnya
yang terkandung didalamnya termasuk sebagai anti-bakteri dengan
memiliki aktivitas antibakteri kategori aktivitas kuat.
berspektrum luas namun cenderung

DAFTAR PUSTAKA
Almagboul et al., 1985, antimicrobial Program Pascasarjana, Institut
activity of certain sudanese Pertanian Bogor.
plant used in forcloric Ming LC, 1999, Ageratum
medicine: screening for conyzoides: A trapical source of
antibacterial activity, part II, medicinal and agricultural
Fitoterapia 56:103-109. product. J.Janick, ASHS Press,
Hasim, 2005, Mengembangkan Alexandria, VA.
potensial bakteri bandotan. Mustafa et al., 2005, Evaluation of
http://www. kompas.com [23 wound healing of Ageratum
mei 2005]. conyzoides L. Extratct in
Hodges S, 2002, Pharmaceutical combination with honey in rats
aplication of microbiological as animal model. International
techniques in: Pharmaceutics: J of molecular and advance
The science of dosage desaign, science (1):406-410.
Aulton ME, Ed. 2nd. Edn. Okwori et al., 2007, Antibacterial
Harcourt Publisher Ltd. activities of Ageratum
London.pp:606. conyzoides extract on selected
Kamboj A, Saluja AK, 2008, baterial pathogens, The internet
Ageratum conyzoides L: A journal of microbiologyTM
review on its phytochemical ISSN:1937-8289.
and pharmacological profile. Oladejo OW et al., 2003,
International journal of green Enhancemen of cutaneous
pharmacy: 59-68. wound healing by methanolic
Maryuni AE, 2008, Isolasi dan extract of Ageratum conyzoides
identifikasi senyawa antibakteri in the wistar rat, African
minyak atsiri daun zodia Journal of biomedical research,
(Evodia sp) [tesis]. Bogor: vol 6:27-31.

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 95


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 88-96, 2016 Taufan H. Sugara

Schunack W et al., 1990, Senyawa Widodo et al., 2007, Isolation of


Obat Ed.2, penerjemah: antifungal and antibacterial
Watimena Jr & Soebito S, compounds from etanol extract
Yogyakarta: UGM Press. of Ageratum conyzoides Leaves
Sukamto, 2007, Bandotan Ageratum (Ageratum conyzoides L), Acta
conyzoides tanaman multi pharmaceutica 31(2):86-88.
fungsi yang menjadi inang Yamamoto et al., 1991,
potensial virus tanaman, Warta Pharmacological sreening of
Puslitbangbun 13: Desember Ageratum conyzoides L.
2007. (Mentrasto), Mem Inst Oswaldo
Cruz (86):145-147.

96 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Makalah diterima: 9 Februari 2016, Diterima untuk diterbitkan: 25 Februari 2016,
diterbitkan: 1 Maret 2016

You might also like