You are on page 1of 16

PERIOPERATIF CARE PADA

ANAK
NOR ISNA TAUHIDAH, NS.,M.KEP
Tahapan Peroperatif
1. Fase pra operatif
Di mulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien
dikirim ke meja operasi.
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun
rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan
pasien untuk anstesi yang diberikan dan
pembedahan

2. Fase intra operatif


dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan.

aktivitas keperawatan pemasangan IV cath,


pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
3. Fase pasca operatif
Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut
pada tatanan klinik atau di rumah.

aktivitas keperawaan mecakup pengkajian meliputi efek


anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan


penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan
tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan
dan rehabilitasi serta pemulangan.
INDIKASI PEMBEDAHAN
1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang
mengalami inflamasi
3. Reparatif : Memperbaiki luka multipel
4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah
KLASIFIKASI
Menurut tingkat urgensi
1. Kedaruratan/Emergency
Tindakan seger, indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan
hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau
tusuk, luka bakar sangat luas.
2. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.
Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan dan dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau
bulan. Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan, bila tidak dilakukan pembedahan maka idak
terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi
pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh :
bedah kosmetik
Klasifikasi menurut faktor resikonya

1. Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan
resiko kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan
drainage kandung kemih, sirkumsisi
2. Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko
kematian sangat serius. Contoh : Total abdominal
histerektomi, reseksi colon, dll.
PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
1. Persiapan fisikPre Op
a. Status kesehatan fisik secara umum
Head to toe. istirahat yang cukup tubuh lebih rileks

b. Status Nutrisi
TB, BB, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan.
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan


output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal.

Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi


metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4. Kebersihan lambung dan kolon
puasa 7 sampai 8 jam Cegah aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.

5. Pencukuran daerah operasi


Cegah infeksi kuman yang bisa menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka. hati-hati jangan sampai menimbulkan luka. pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi.
6. Personal Hygine
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
7. Pengosongan kandung kemih
pemasangan kateter  mengobservasi balance cairan

8. Latihan Pra Operasi


 Latihan Nafas Dalam,mengurangi nyeri setelah operasi, membantu pasien
relaksasi lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur,meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah
anastesi.
 Latihan Batuk EfektifLatihan batuk efektif , pasien anstesi general.
Karena pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan, terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
 Latihan Gerak Sendi, perubahan posisi, ROM  segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Faktor resiko terhadap pembedahan
1. Usia
2. Nutrisi
3. Penyakit Kronis
4. Merokok
5. Alkohol dan obat-obatan.
PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pada pembedahan


 Takut nyeri setelah pembedahan
 Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)
Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
 Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang
sama.
 Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
 Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
 Takut operasi gagal.
 Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-
gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih.

Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi
stres. adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
MENGURANGI KECEMASAN
 Pengalaman operasi sebelumnya
 Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan
operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi
baik fisik maupun penunjang, situasi/kondisi kamar operasi dan
petugas kamar operasi, prosedur (pre, intra, post operasi)
 Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan
perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat
mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati
pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani
operasi.

 Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk


menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-
sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif
(Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,


ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman
terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi
atau krisis maturasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek
samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang
berpengaruh pada perubahan penampilan.
3. ketidakefektifan Koping individu berhubungan dengan Prognos
perubahan penampilan, keluhan prognosis pembelahan,
ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur
pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping efektif.
4. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan
rentang gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
Tindakan Keperawatan
Dirumah/Klinik:

1) Melakukan pengkajian perioperatif awal


2) Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Melibatkan keluarga dalam wawancara.
4) Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif
5) Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif
Unit Bedah :

1) Melengkapi pengkajian praoperatif


2) Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.
3) Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang
diperkirakan terjadi.
4) Membuat rencana asuhan keperawatan
Ruang operasi :
1) Mengkaji tingkat kesadaran klien.
2) Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)
3) Mengidentifikasi pasien
4) Memastikan daerah pembedahan

Perencanaan :
1) Menentukan rencana asuhan
2) Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai
(contoh: Tim Operasi).

Dukungan Psikologis :
1) Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
2) Menentukan status psikologis
3) Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang
merugikan, seperti : nyeri.
4) Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim
kesehatan yang lain yang berkaitan

You might also like