You are on page 1of 10

Biospecies Vol. 11 No. 2, Juli 2018.

Hal 63 - 71
ANALISIS UJI TANTANG UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG DIBERI
BAKTERI PROBIOTIK Bacillus sp. D2.2 DAN EKSTRAK UBI JALAR
SEBAGAI SINBIOTIK

ANALYSIS OF CHALLENGE TEST ON VANAME SHRIMP (Litopenaeus vannamei) FED


WITH PROBIOTIC BACTERIA Bacillus sp. D2.2 AND SWEET POTATO EXTRACT
AS SINBIOTIK

Arlin WIJAYANTI1, Nandya DWINITASARI1, Uun FEBRIYANI2, Esti HARPENI1,


WARDIYANTO1

1
Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan, Universitas Lampung
Email: arlinwijayanti05@gmail.com

Abstract, In vaname shrimp cultivation system, bacterial disease is a problem that often arises that
mainly caused by the bacteria Vibrio sp. Sinbiotic application is one way to prevent disruption of the
disease. Sinbiotic is nutritional supplements that made from the combination of probiotic and prebiotic
that can provide beneficial effects to the host. This research uses a local sinbiotic of probiotic bacteria
Bacillus sp. D2.2, which comes from the traditional ponds in the Mulyosari village, Pasir Sakti district,
Lampung Timur Regency, Lampung. Prebiotic that used in this research made from meal extracts of
purple sweet potato that had the best capability to support the growth of bacteria probiotic Bacillus sp.
D2.2. This research aims to know the effectivity of sinbiotic against the infection of vibriosis againts to
vaname shrimp by doing analysis of clinical symptoms and tissue damage post test challenge using
bacteria Vibrio harveyi. The results showed that addition sinbiotic gave effect to SR 6,25 %, MTD
13,80 hour, and clinical symptoms and then tissue damage is lower than without the feeding of
sinbiotik.

Key Word: Sinbiotic, probiotic, prebiotic, Bacillus sp. D2.2

Abstrak, Pada sistem budidaya udang vaname penyakit bakterial merupakan permasalahan yang sering
timbul terutama yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Aplikasi sinbiotik merupakan salah satu cara
yang dilakukan untuk mencegah gangguan penyakit tersebut. Sinbiotik merupakan suplemen nutrisi
kombinasi antara probiotik dan prebiotik yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi inang.
Penelitian ini menggunakan sinbiotik lokal berupa bakteri probiotik Bacillus sp. D2.2 yang berasal dari
tambak tradisional di Desa Mulyosari, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Lampung.
Prebiotik yang digunakan berupa ekstrak tepung ubi jalar ungu yang memiliki kemampuan terbaik
dalam menunjang pertumbuhan bakteri probiotik Bacillus sp. D2.2. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas sinbiotik terhadap infeksi vibriosis pada udang vaname dengan melakukan
analisis gejala klinis dan kerusakan jaringan pasca uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan sinbiotik mampu meningkatkan nilai SR 6,25 %,
MTD 13,80 jam, dan memiliki gejala klinis serta kerusakan jaringan yang lebih rendah dibandingkan
tanpa pemberian pakan sinbiotik.
Wijayanti, dkk, Analisis Uji Tantang…………….
Kata kunci: Sinbiotik, probiotik, prebiotik, Bacillus sp. D2.2

63
1. PENDAHULUAN bertempat di Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut (BBPBL), Lampung.
1. 1.1 Latar Belakang
2. Vibriosis merupakan 8. 2.2 Alat dan Bahan
penyakit bakterial yang sering timbul 9. Alat yang dipergunakan
dalam usaha budidaya udang vaname dalam penelitian ini antara lain bak
yang disebabkan oleh bakteri dari genus kontainer plastik berukuran 74x52x40
Vibrio sp. Salah satu cara untuk cm3 sebagai wadah pemeliharaan,
pengendalian penyakit tersebut yaitu serokan, spuit dengan needle 26G 1 ml,
dengan melakukan upaya pencegahan cawan petri, mikropipet, pipet tetes,
melalui peningkatan sistem imun udang tabung reaksi, erlenmeyer, timbangan,
dengan aplikasi sinbiotik. Sinbiotik autoklaf, inkubator, hot plate, magnet
merupakan suplemen nutrisi kombinasi stirrer, mikroskop, aerasi, termometer, pH
antara probiotik dan prebiotik yang meter, DO meter, refraktometer, alat
mampu memberikan efek menguntungkan sifon, waring dan shelter. Bahan yang
pada inang. digunakan antara lain udang vaname
3. Aplikasi sinbiotik pada ukuran 12 – 15 g sebagai hewan uji, air
penelitian ini memanfaatkan probiotik laut steril, isolat bakteri Bacillus sp. D2.2,
lokal berupa bakteri Bacillus sp. D2.2 tepung ubi jalar ungu, isolat bakteri
yang diperoleh dari tambak tradisional di Vibrio harveyi, dan pakan komersial S1 –
Desa Mulyosari, Kecamatan Pasir Sakti, 02P.
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi 10.
Lampung. Prebiotik yang digunakan 11. 2.3 Prosedur Penelitian
berupa ektrak tepung ubi jalar ungu 12. 2.3.1 Persiapan Wadah dan Hewan Uji
sebagai nutrien yang diharapkan mampu 13. Sebelum digunakan wadah
mengoptimalkan manfaat yang akan pemeliharaan didesinfeksi menggunakan
diberikan oleh bakteri Bacillus sp. D2.2 kaporit 30 ppm selama 24 jam. Wadah
terhadap lingkungan budidaya. Untuk pemeliharaan kemudian diisi dengan air
mengetahui efektivitas sinbiotik lokal laut steril sebanyak ¾ dari volume
yang berasal dari bakteri Bacillus sp. totalnya. Hewan uji yang digunakan
D2.2 dan ekstrak ubi jalar ungu terhadap adalah udang vaname berukuran 12 – 15 g
penyakit vibriosis pada udang vaname, yang berasal dari tambak udang di daerah
maka dilakukan analisis uji tantang Lampung Timur. Sebanyak 20 ekor udang
dengan menginfeksikan udang vaname vaname dipelihara dalam kontainer sesuai
mengguakan bakteri Vibrio harveyi. masing-masing perlakuan.
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu 14.
untuk menganalisis perbedaan pengaruh 15. 2.3.2 Persiapan Probiotik dan Prebiotik
antara pemberian pakan tanpa sinbiotik 16. Probiotik yang digunakan berasal
dan pakan sinbiotik terhadap nilai SR, dari bakteri Bacillus sp. D2.2 yang telah
RPS, MTD, gejala klinis serta kerusakan dimurnikan. Pembuatan prebiotik
jaringan yang dialami udang vaname dilakukan dengan mengekstraksi tepung
pasca uji tantang dengan bakteri Vibrio ubi jalar ungu berdasarkan metode rebus
harveyi. yang telah dimodifikasi oleh Sukenda et
4. al., (2015). Hasil ekstraksi kemudian
5. 2.1 METODE PENELITIAN dicampurkan dengan probiotik dan binder
6. 2.1 Waktu dan Lokasi ke dalam pakan komersial sesuai dosis
7. Penelitian ini dilaksanakan yang telah ditentukan.
pada bulan Februari – April 2017 yang 17.
18. 2.3.3 Persiapan Patogen
64
19. Patogen yang digunakan pada Nt
29. SR=
x 100
penelitian ini adalah bakteri Vibrio No
harveyi yang telah mengalami
pengganasan melalui uji kohabitasi. Isolat 30. Keterangan:
bakteri diperoleh dari Balai Besar 31. Nt = Jumlah ind. pada akhir perlakuan (hari ke-t)
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL), 32. No = Jumlah ind. pada awal perlakuan (hari ke-0)
Lampung.
33. 2.4.2 RPS (Relative Percent Survival)
20.
21. 2.3.4 Persiapan Pakan Uji 34. RPS (Relative Percent Survival) pasca uji
22. Pakan yang digunakan pada tantang dihitung berdasarkan rumus Ellis
penelitian adalah pakan komersial dengan (1988):
kandungan protein 28 – 38 %. Proses
persiapan
Biospecies Vol. 11 pakan uji meliputi
No. 2, Juli 2018. Halpembuatan
63 - 71 35. RPS= (1
sinbiotik dengan mencampurkan probiotik mortalitasu udang yang terinfeksi patogen
6 % dan prebiotik 4 % pada pakan, ( mortalitasudang Kontrol
x 100 )
kemudian ditambahkan binder sebanyak 2
% yang berfungsi sebagai perekat. )
36.
Sebelum diberikan pada udang pakan
37. 2.4.3 MTD (Mean Time to Death)
dikeringudarakan terlebih dahulu selama
10 – 15 menit untuk mengurangi 38. Rerata waktu kematian
kelembabannya, kemudian disimpan (MTD) dihitung berdasarkan acuan OIE
dalam wadah yang kedap udara. (2004):
Pemberian pakan dilakuakan dengan
frekuensi 4 kali sehari sebanyak 3% dari n
total biomassa udang pada masing-masing ∑ aibi
perlakuan. i=1
39. MTD = n
23.
24. 2.3.5 Uji Tantang ∑ bi
i=1
25. Udang vaname yang telah diberi
40. Keterangan:
pakan sinbiotik selama 7 hari, kemudian 41. MTD : Mean Time to Death (rerata waktu kematian)
diuji tantang pada hari ke-8 dengan ai
42. : Waktu kematian pada jam ke-i (jam)
menyuntikkan bakteri Vibrio harveyi pada
bagian dekat insang dengan dosis 43. bi : Jumlah hewan uji yang mati pada jam ke-i
sebanyak 0,1 ml/ekor. Penyuntikkan
44. (ekor)
dilakukan secara miring dengan sudut 45.
kemiringan 30°. Kemudian udang yang
telah diuji tantang diamati gejala klinis 46. 2.4.4 Pengamatan Gejala Klinis
dan kematiannya setiap 6 jam sekali 47. Pengamatan gejala klinis
selama 7 hari pemeliharaan. Pemberian dilakukan dengan melihat perubahan atau
pakan sinbiotik tetap diberikan sesuai kelainan yang terjadi pada anatomi makro
perlakuan sampai dengan akhir penelitian. udang uji setelah dilakukan uji tantang
26. 2.4 Parameter Uji dengan bakteri Vibrio harveyi pada
27. 2.4.1 SR(Survival Rate) masing-masing perlakuan.
28. SR dihitung pada akhir 48.
perlakuan pemberian sinbiotik pasca uji 49. 2.4.5 Pengamatan Histopatologi
tantang yang dihitung dengan mengacu 50. Proses preparasi sampel
pada rumus Effendi (1979): histopatologi meliputi fiksasi, dehidrasi,
clearing, embedding, pemotongan, serta
65
pewarnaan berdasarkan metode Lighter 61. Gambar 1. Survival rate /SR udang vaname pasca
(1996). Preparat histopatologi diamati uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi (Rerata
± Standar Deviasi)
menggunakan mikroskop dengan
62. Hasil penelitian
perbesaran 20x. Pengamatan ini dilakukan
menunjukkan bahwa nilai survival rate
untuk mengetahui tingkat kerusakan
udang vaname yang diberi pakan sinbiotik
jaringan yang dialami udang vaname
memiliki rata-rata 83,75±6,29 %. Nilai
pasca uji tantang dengan bakteri Vibrio
tersebut 6,25 % lebih tinggi dibandingkan
harveyi.
dengan udang vaname yang tidak diberi
51.
pakan sinbiotik dengan rata-rata
52. 2.4.6 Pengamatan Kualitas Air
77,50±6,45 % (Gambar 1). Berdasarkan
53. Parameter kualitas air yang
hasil uji T diketahui bahwa tidak terdapat
diamati selama penelitian meliputi suhu,
perbedaan pengaruh antara pemberian
pH, DO dan amoniak (NH3). Parameter
pakan tanpa sinbiotik dengan pakan
suhu diamati setiap hari, sedangkan DO,
sinbiotik terhadap nilai survival rate
pH dan amoniak dilakukan 3 kali yaitu
udang vaname yang diuji tantang dengan
awal, tengah dan akhir penelitian.
bakteri Vibrio harveyi dengan selang
54.
kepercayaan 95 %. Hal ini disebabkan
55. 2.5 Analisis Data
karena pemanfaatan pakan sinbiotik oleh
56. Data hasil penelitian diolah
udang vaname pasca uji tantang dengan
dengan Microsoft Excel 2007, kemudian
bakteri Vibrio harveyi belum cukup
dilakukan analisis uji T-test dengan
optimal yang dapat disebabkan oleh
tingkat kepercayaan 95 % menggunakan
berbagai faktor seperti spesies, waktu
program SPSS 22.0 untuk mengetahui
pemberian, dosis, serta jenis prebiotik dan
perbedaan antar perlakuan. Data
probiotik yang dapat mempengaruhi
pengamatan kualitas air, histopatologi,
aktivitas sinbiotik (Cerezuela et al, 2011).
dan gejala klinis dianalisis secara 63.
deskriptif. 64. 3.2 Relative Percent Survival (RPS)
57. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 65. Relative Percent Survival
58. 3.1 SR (Survival Rate) atau tingkat perlindungan relatif
59. Penentuan nilai survival digunakan untuk menunjukkan efektivitas
rate diperlukan untuk mengetahui penggunaan sinbiotik terhadap infeksi
perbedaan pengaruh pemberian pakan bakteri Vibrio harveyi. Hasil uji RPS pada
tanpa sinbiotik (perlakuan A) dan pakan udang vaname Ujiyang diberi sinbiotik
Wijayanti, dkk, Analisis Tantang…………….
sinbiotik (perlakuan B) terhadap tingkat menunjukkan nilai sebesar 28,75 %.
kelangsungan hidup udang vaname pasca Berdasarkan hasil Uji T, diketahui bahwa
uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi. tidak terdapat perbedaan pengaruh antara
60. pemberian pakan tanpa sinbiotik dengan
100 %
83.8% pakan sinbiotik terhadap nilai RPS udang
77.5%
80 % vaname yang diuji tantang oleh bakteri
60 % Vibrio harveyi dengan selang kepercayaan
Survival Rate (%) 95 %. Hal ini mengartikan bahwa
40 %
pemberian sinbiotik dalam pakan belum
20 % mampu melindungi udang vaname dari
0% infeksi Vibrio harveyi.
A B 66. Parenrengi et al., (2013)
Perlakuan menyatakan bahwa perlakuan diangkap
efektif jika nilai RPS >50 %. Sementara
beberapa penelitian menyebutkan bahwa
66
nilai RPS optimum apabila memberikan (Gambar 2). Berdasarkan hasil uji T,
perlindungan relatif >60%. Semakin diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan
rendah nilai RPS maka semakin kecil pengaruh antara pemberian pakan tanpa
kemampuan sinbiotik untuk melindungi sinbiotik dengan pakan sinbiotik terhadap
udang vaname dari infeksi Vibrio harveyi. nilai MTD udang vaname yang diuji
67. 3.3 Mean Time to Death (MTD) tantang dengan bakteri Vibrio harveyi
68. Perhitungan Mean Time to dengan selang kepercayaan 95 %.
Death/rerata waktu kematian diperlukan
untuk mengetahui perbedaan rata-rata 73. Hal ini disebabkan karena
waktu kematian udang vaname yang pemberian sinbiotik sebagai
diberi pakan tanpa sinbiotik (perlakuan A) imunostimulan belum mampu
dan pakan sinbiotik (perlakuan B) pasca meningkatkan sistem imun udang secara
uji tantang oleh bakteri Vibrio harveyi. optimal terhadap infeksi bakteri Vibrio
120 harveyi pada udang vaname. Menurut
93.13 Ridlo dan Pramesti (2009) bahwa
100
79.33 immunostimulan bergantung pada dosis,
80
pemberian konsentrasi dosis dibawah
M ean Time to Death/M TD (Jam) 60 nilai minimal untuk terjadinya respon
40 imun maka tidak akan memberikan
20 pengaruh pada peningkatan imun
0
sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi
A B juga tidak dapat memberikan efek atau
Perlakuan berperilaku sebagai inhibitor. Selain itu
kombinasi jenis prebiotik dan probiotik
69. yang diberikan juga mempengaruhi
70. Gambar 2. Mean Time to Death/MTD (Jam) aktivitas sinbiotik.
udang vaname yang diuji tantang dengan bakteri 74. 3.4 Pengamatan Gejala Klinis
Vibrio harveyi (Rerata ±Standar Deviasi) Biospecies
75. Vol. 11 No.Pengamatan
2, Juli 2018.gejala
Hal 63 klinis
- 71
71.
dilakukan dengan memberikan skor
72. Hasil perhitungan MTD
berdasarkan tingkat keparahan yang
pasca uji tantang selama 7 hari
dialami udang (Sari et al., 2015).
menunjukkan bahwa udang vaname yang
Penghitungan skor gejala klinis dilakukan
diberi pakan sinbiotik memiliki rata-rata
pada akhir penelitian, hal ini diperluakan
MTD 93,13±15,80 jam. Nilai tersebut
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
13,80 jam lebih tinggi dibandingkan
keparahan yang dialami udang vaname
udang vaname yang tidak diberi sinbiotik
pasca infeksi dengan bakteri Vibrio
dengan rata-rata 79,33±22,53 jam
harveyi sampai akhir pengamatan.

67
50 46.77 45.16
45 43.28
37.10 38.81 37.10
40
35 31.34 32.84
30
Persentase individu (%) 25
20
Perlakuan A Perlakuan B
15
10
5
0
1 2 3 4
Tingkat Skor

76.
77. Gambar 3. Gejala klinis yang dialami udang vaname pasca uji tantang oleh bakteri Vibrio harveyi pada akhir
pengamatan

78. Berdasarkan hasil uji T, diketahui terhadap udang uji. Virulensi (keganasan) dapat
bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh antara diukur melalui persentase kelulushidupan, gejala
pemberian pakan tanpa sinbiotik dan pakan klinis serta waktu kematian pada masing-masing
sinbiotik terhadap gejala klinis yang dialami perlakuan.
udang vaname pasca uji tantang dengan bakteri Wijayanti, dkk, Analisis Uji Tantang…………….
Vibrio harveyi dengan selang kepercayaan 95 %. 80. 3.5 Pengamatan Histopatologi
Hal ini disebabkan karena pemberian pakan
sinbiotik dengan dosis yang diberikan belum 81. Hepatopankreas merupakan salah
optimal dalam memberikan perlindungan satu indikator dalam tubuh udang yang dapat
terhadap infeksi akibat bakteri Vibrio harveyi. digunakan untuk mengidentifikasi kondisi
79. Adapun gejala klinis yang timbul kesehatan udang (Manan et al., 2015). Hasil
berupa perubahan warna tubuh menjadi pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa
memerah, kaki jalan memerah, serta ekor terjadi kerusakan yang menyebar pada semua
memerah yang disertai dengan nekrosis. Terjadi bagian hepatopankreas akibat infeksi bakteri
perubahan warna pada insang dan Vibrio harveyi yaitu berupa Nekrosis (N),
hepatopankreas menjadi kecoklatan, udang Vakuolisasi (V), dan Degenerasi (D) (Gambar 4).
vaname menyala dalam gelap, hingga terjadi Nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan
kematian. Adapun perubahan tingkah laku yang yang mengakibatkan jaringan tidak utuh lagi atau
dialami udang vaname berupa berkurangnya tidak normal. Nekrosis disebabkan oleh agen-
nafsu makan, pergeraknnya menjadi pasif dan agen biologis seperti bakteri sehingga terjadi
cenderung berenang mendekati sumber oksigen perubahan sel. Selain itu juga terjadi vakuolisis
(aerasi) disertai hilang keseimbangandengan. yang ditandai dengan sel epitel tubulus yang
Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh kehilangan isi selnya/kosong, pelebaran atau
Parenrengi et al. (2013). Gejala klinis yang penyempitan pada pada bagian tubulus yang
ditimbulakan oleh bakteri Vibrio harveyi menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
menunjukkan bahwa bakteri tersebut virulen struktur sel hepatopankreas (degenerasi).

82.

68
83. 85.

T N
T
V
N V

D
D

84. Perlakuan A 86. Perlakuan B


87. Gambar 4. Kerusakan hepatopankreas pada masing-masing perlakuan.
88. (T) Tubulus, (N) Nekrosis, (V) Vakuolasi, dan (D) Degenerasi
89.

100
90.50
90 85.00
80
70
60
Kerusakan Jaringan (%) 50 A
Perlakuan Perlakuan B
40
30.00
30 24.50 26.50
22.50
20
10
0
Nekrosis Vakuolisasi Degenerasi
90.
Biospecies
91. Gambar 5. Kerusakan jaringan yang dialami udang vanameVol.
yang11 No. 2,bakteri
terinfeksi Juli 2018.
Vibrio Hal 63
harveyi - 71

92. Hasil pengamatan menunjukkan hasil dari kedua perlakuan menjadi tidak
bahwa pada perlakuan A memiliki tingkat signifikan. Adanya kerusakan jaringan tersebut
kerusakan hepatopankreas yang lebih parah mengakibatkan terganggunya proses fisiologi
dibandingkan perlakuan B (Gambar 5). organisme sehingga akan menyebabkan kematian
Berdasarkan hasil uji T diketahui bahwa tidak pada udang vaname. Hal ini sesuai dengan
terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian pernyataan Evan (2009) yang menyatakan bahwa
pakan tanpa sinbiotik dan pakan sinbiotik organ target infeksi Vibrio harveyi adalah
terhadap kerusakan jaringan yang dialami udang hepatopankreas.. Jika organ hepatopankreas
vaname pasca uji tantang dengan bakteri Vibrio terganggu maka akan menggangu sistem
harveyi dengan selang kepercayaan 95 %. Hal ini fisiologis udang vaname sehingga akhirnya dapat
disebabkan karena penggunaan pakan sinbiotik menyebabkan kematian.
belum mampu menghambat infeksi akibat bakteri 93. 3.6 Pengamatan Kualitas Air
patogen dalam jaringan tubuh udang sehingga
69
94. Kualitas air selama masa Standar Nasional Indonesia (2015). Sehingga
pemeliharaan diukur pada awal, tengah, dan akhir diasumsikan bahwa nilai SR, RPS, MTD, gejala
penelitian yang berfungsi untuk mengkontrol klinis dan kerusakan jaringan yang diperoleh
kondisi kualitas air selama pemeliharaan udang pada setiap perlakuan bukan diakibatkan oleh
vaname. Kondisi kualitas air selama masa kualitas air pada media pemeliharaan, melainkan
pemeliharaan pada masing-masing perlakuan dari perlakuan yang diberikan.
masih sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan

95.

96.
97. Tabel 1. Nilai kualitas air pada media pemeliharaan udang vaname
99. U 100. PARAMETER
l
a 105. Sal
98. Perlak 103. DO ini 106. Suh
n 104. p 107. NH3
uan (mg tas u
g H (mg/l)
a /l) (p (˚C)
n pt)
111. 7.
113. 29
110. 7.51 88 114. 0.028
109. A −
− − 112. 30 −
1 29.
7.76 7. 0.042
6
93
118. 7.
120. 29
117. 7.16 88 121. 0.024
116. A −
− − 119. 30 −
2 29.
7.60 7. 0.047
8
92
108. A
125. 7.
127. 29.
124. 7.21 83 128. 0.029
123. A 4−
− − 126. 30 −
3 28.
7.36 7. 0.043
7
87
132. 7.
134. 28.
131. 7.65 88 135. 0.024
130. A 7−
− − 133. 30 −
4 29.
7.83 7. 0.037
2
98
139. 7.
141. 28.
138. 7.43 90 142. 0.025
137. B 6−
− −7 140. 30 −
1 29.
7.82 .9 0.035
1
8
146. 7.
145. 7.54 87 148. 28. 149. 0.023
144. B
− − 147. 30 6– −
2
7.87 7. 29 0.049
95
136. B
153. 7.
155. 28.
152. 7.59 84 156. 0.024
151. B 6−
− − 154. 30 −
3 28.
7.80 7. 0.040
8
92
160. 7.
162. 28.
159. 7.63 86 163. 0.025
158. B 5−
− − 161. 30 −
4 28.
7.75 7. 0.050
9
96
166. 7.
165. Min 50 167. 28 169. Maksi
168. 0.5
164. SNI (2015) imal - - mal
- 35
4 8. 32 0.1
50

70
170. 4. KESIMPULAN vaname (Litopenaeus vannamei). Skripsi.
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
171. Tidak terdapat perbedaan 182. Manan, H., Zhong, J. M. H., Othman, F.,
pengaruh antara pemberian pakan tanpa sinbiotik dan Ikhwanuddin, M. (2015).
dan pakan sinbiotik terhadap udang vaname yang Histopotology of the hepatopankreas of
diuji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi. Pasific White Shrimp, Penaeus vannamei
Namun secara deskriptif, pemberian pakan from None Early Mortality Syndrome
sinbiotik mampu meningkatkan SR, RPS, MTD, (EMS) shrimp ponds. Journal of Fisheries
dan mengurangi gejala klinis dan kerusakan and Aquatic Science. 10 (6): 562 – 568.
jaringan yang dialami udang vaname pasca uji 183. OIE. (2004). Manual of diagnonostic tests
tantang dengan bakteri Vibrio harveyi and vaccines for terrestrial animals 5th ed.,
dibandingkan udang vaname yang tidak diberi Chapter 2. 1. 15. Newcastle Disease.
pakan sinbiotik. 184. Parenrengi, A., Tenriulo, A., dan
Tampangallo, B. R. (2013). Uji tantang
172. udang windu Penaeus monodon transgenis
173. UCAPAN TERIMA KASIH menggunakan bakteri patogen Vibrio
174. Penulis mengucapkan terima kasih harveyi. Konferensi Akuakultur Indonesia.
kepada Kementerian Riset Teknologi dan Balai Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi
memberikan dana penelitian melalui Program Selatan.
Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta 185. Ridlo, A., dan Pramesti, R. (2009). Aplikasi
pada tahun 2017. ekstrak rumput laut sebagai agen
imunostimulan sistem pertahanan non
175.
spesifik pada udang vaname (Litopenaeus
176. DAFTAR PUSTAKA vaname). Jurnal Ilmu Kelautan. 14 (6): 133
– 137.
177. Cerezuela, R., Meseguer, J., dan Esteban,
M.A. (2011). Current knowledge in 186. Sari, R. R. B., Sarjito, dan Haditomo, A. H.
synbiotic use for fish aquaculture: a C. (2015). Pengaruh penambahan serbuk
review. Aquatic Res Development. Doi: daun binahong (Anredera cordifolia) dalam
10.4172/S1008. pakan terhadap kelulushidupan dan
178. Effendie, M. I. (1979). Metode Biologi histopatologi hepatopankreas udang
Perikanan. Jakarta: Gramedia Pustaka vaname (Litopenaeus vannamei) yang
Utama. diinfeksi bakteri Vibrio harveyi. Journal of
179. Ellis, A. E. (1988). Fish Vaccination. Aquaculture Management and Technology.
Wijayanti,
4 (1):dkk,
26 –Analisis
32. Uji Tantang…………….
London: Academic Press Ltd.
180. Evan, Y.(2009). Uji ketahanan beberapa 187. Standar Nasional Indonesia. (2015).
strain larva udang galah (Macrobrachium Produksi udang vaname (Litopenaeus
rosenbergii de Man) terhadap bakeri vannamei, Boone 1991) teknologi
Vibrio harveyi. Skripsi. Institur Pertanian sederhana plus. Jakarta: Badan
Bogor, Bogor. Standardisasi Nasional: SNI 1817: 2015.
181. Hardiyani, S. (2014). Uji patogenisitas 188. Sukenda, Praseto R., dan Widanarni.
dan studi in vivo bakteri biokontrol (2015). Efektivitas sinbiotik dengan dosis
Bacillus sp. D2.2 terhadap Vibrio berbeda pada pemeliharaan udang vaname
Alginolyticus pada pemeliharaan udang di tambak. Jurnal Akuakultur Indonesia. 14
(1): 1–8.

189.

71
190.

You might also like