Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NURMA
70300116061
(.................................) (..................................)
2018/2019
1
2
BAB I
A. Definisi
mengalihkan” (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna manis atau
volume urin yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus
2009)
kadar insulin menjadi sangat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali,
oleh karena itu penderita DM tipe I bergantung pada insuli dari luar
untuk bisa bertahan. Biasanya dijumpai pada individu yang tidak gemuk
II, insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak dapat memenuhi
kadar gula di dalam darah) karena jumlah insulin yang dihasilkan kurang
B. Etiologi
Penyebab secara pasti dari DM tipe II ini belum diketahui, akan tetapi
3
4
pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik dan
pola hidup.
C. Patofisiologi
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel beta
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
rasa haus.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
energi. Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronik juga
5. Luka yang sulit sembuh karena terjadi penyumbatan pembuluh darah dan
kerusakan saraf akibat kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol.
E. Pemeriksaan Diagnostik
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar glukosa
antibodi (autoantibodi).
8. Urin: Gula dan aseton positif; Berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
F. Komplikasi
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak
dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan
organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di
jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah
normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka
7
berkisar 3% s/d 65.8% dan dalam penelitian pada populasi berkisar 12.8%
populasi klinik berkisar 7.6% s/d 68.0% dan dalam penelitian pada
pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai
saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke
membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh
tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat
bocor ke luar. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama
dengan penyakit DM tipe 1 berkisar 0.7% s/d 27% pada populasi klinis
dan 0.3% s/d 24% dalam penelitian pada populasi. Sedangkan pada pasien
5.4% s/d 20.0% dan dalam penelitian pada populasi berkisar 9.2% s/d
32.9%.
makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa
darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina; 2) katarak, lensa
klinik dan 14.5% s/d 79.0% dalam penelitian pada populasi. Sedangkan
10.6% s/d 47.3% dan dalam penelitian pada populasi berkisar 10.1% s/d
55.0%.
berkisar 1.0% s/d 25.2% pada polpulasi klinik dan 1.8% s/d 43.4% dalam
jantung koroner berkisar 0.5% s/d 8.7% dengan Diabetes tipe 1 dan
5. Stroke
1.0% s/d 11.3% pada populasi klinik dan 2.8% s/d 12.5% dalam
berkisar 0.5% and 4.3% dengan Diabetes tipe 1 dan berkisar 4.1% and
6. Hipertensi
dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.
dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang
atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan
dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah
makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini
karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis
hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah
terjadi karena infeksi atau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan
hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2
9. Penyakit Paru
kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gangguan saraf otonom yang
mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak
11
rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus.
11. Infeksi
adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat
kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf
G. Penatalaksanaan
1. Edukasi
sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien.
3. Latihan Jasmani
4. Intervensi Farmakologis
a. Antidiabetik Oral
kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan
upaya diet dan olahraga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200
mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya
b. Insulin
H. Prognosis
selamanya buruk. Pasien DM usia lanjut yang jatuh dalam keadaan koma
pada pasien usia lanjut biasanya berlangsung lama dan serius dengan akibat
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
menurun;hiperaktif (diare)
16
5. Makanan/Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri
8. Keamanan
pernapasan
9. Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
17
C. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
a. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajia nnyeri yang 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Nyeri akut b. Tingkat nyeri komprehensif karakteristik, kualitas nyeri, frekuensi
c. Tingkat kenyamanan dan faktor pencetus
Kriteria Evaluasi: 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk lebih mengetahui keadaan
1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan umum klien
(tahu penyebab nyeri, 3. Berikan tindakan nyaman misalnya 3. Untuk meningkatkan relaksasi
mampu menggunakan ubah posisi yang membuat klien
teknik nonfarmakologi merasa nyaman
untuk mengurangi nyeri) 4. Berikan informasi tentang nyeri 4. Agar klien mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri seperti penyebab nyeri dan berapa
berkurang dengan lama akan berlangsung
menggunakan manajemen 5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Untuk memberikan pengetahuan
nyeri nonfarmakologi manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga pasien
3. Mampu mengenali nyeri (misalnya imajinasi terbimbing, apabila nyeri datang
(skala, intensitas, frekuensi, distraksi, kompres hangat atau dingin,
dan tanda nyeri) dan masase)
4. Menyatakan rasa nyaman 6. Kolaborasi pemberianan algetik 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
setelah nyeri berkurang
18
Ketidakseimbangan a. Nutritional status : Food and 1. Lakukan pengkajian pola nutrisi 1. Untuk mengetahui pola nutrisi klien
2. nutrisi, kurang dari fluid intake pasien serta intake makanan
kebutuhan tubuh b. Nutritional status : Nutrient 2. Lakukan kebersihan oral 2. Mulut yang bersih dapat
intake meningkatkan rasa makanan
c. Weight control 3. Ajarkan kepada keluarga pasien 3. Makan sedikit demi sedikit dapat
KriteriaEvaluasi: untuk memberi makan tapi sedikit meningkatkan intake nutrisi
1. Adanya peningkatan berat demi sedikit
badan sesuai dengan tujuan 4. Kaji tingkat nyeri, mual dan muntah 4. Mengidentifikasi penyebab anoreksia
2. Berat badan ideal sesuai Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
dengan tinggi badan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
3. Mampu mengidentifikasi pemberian diet dan pola makan
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Resiko infeksi a. Immune status 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan 1. Untuk mengetahui adanya tanda-
3. b. Knowledge : Infection peradangan tanda infeksi dan peradangan
control 2. Tingkatkan upaya pencegahan 2. Mencegah timbulnya infeksi
c. Risk control dengan mencuci tangan bagisemua nasokomial
Kriteria Hasil : orang yang berhubungan dengan
1. Klien bebas dari tanda dan pasien
gejala infeksi 3. Pertahankan teknik aseptik prosedur 3. Agar tidak menjadi media
2. Mendeskripsikan proses invasif pertumbuhan bagi kuman
penularan penyakit, faktor 4. Bantu pasien melakukan oral hygiene 4. Menurunkan resiko terjadinya
19
Resiko a. Keseimbangancairan 1. Pantau status hidrasi (misalnya 1. Untuk mengetahui status hidrasi
5. ketidakseimbangan b. Hidrasi kelembapan membran mukosa, pasien
volume cairan KriteriaEvaluasi : kekuatan nadi, dan tekanan darah
1. Mempertahankanurin output ortostatik)
sesuaidenganusia, BB, dan 2. Palpasi nadi perifer, evaluasi 2. Memberikan informasi tentang
BJ urin normal pengisian kapiler, turgor kulit dan volume sirkulasi umum dan tingkat
2. Tekanan darah, nadi, suhu status membran mukosa hidrasi
tubuh dalam batas normal 3. Timbang berat badan setiap hari jika 3. Indikator cairan dan status nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda memungkinkan
dehidrasi 4. Anjurkan pasien dan keluarga pasien 4. Untuk mengetahui dehidrasi pasien
4. Elastisitas turgor kulit baik, untuk menginformasikan perawat bila
membran mukosa lembab, haus
tidak rasa haus yang 5. Aktifitas kolaboratif : Laporkan 5. Diperlukan untuk mempertahankan
berlebihan abnormalitas elektrolit dan pemberian perfusi jaringan adekuat/fungsi organ
terapi IV sesuai indikasi
Hambatan mobilitas a. Ambulasi 1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan 1. Untuk mengidentifikasi masalah
6. fisik b. Pergerakan pemenuhan aktifitas
KriteriaEvaluasi: 2. Ajarkan teknik ambulasi dan 2. Agar keluarga pasien mampu
1. Klien meningkat dalam berpindah yang aman melakukan secara mandiri
aktifitas fisik 3. Ajarkan pasien dan dukung pasien 3. Untuk mempertahankan atau
2. Mengerti tujuan dari dalam latihan ROM aktif atau pasif meningkatkan ketahahan otot
peningkatan mobilitas 4. Berikan penguatan positif selama 4. Agar klien bersemangat dalam
3. Memverbalisasikan aktifitas pemenuhan aktifitas
21
perasaan dalam 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik 5. Untuk mengatur program latihan
meningkatkan kekuatan dan untuk program latihan aktifitas pada klien
kemampuan berpindah
22
DAFTAR PUSTAKA