You are on page 1of 12

Diastole mengalami hambatan  atrium kiri dilatasi Makin lama dilatasi

ini semakin berat sehingga atrium kiri, disamping dilatasi juga mengalami
hipertrofi karena otot atrium ini terus menerus harus mendorong darah
yang lebih banyak dengan hambatan yang makin besar. Oleh karena
dinding atrium tipis, dalam waktu yang relatif singkat otot atrium kiri tidak
lagi dapat memenuhi kewajibannya untuk mengosongkan atrium kiri.
Menurut pengukuran, tekanan ini mencapai 24-34 mmHg, padahal tekanan
normal hanya 6 mmHg atau ketika ventrikel kiri tidak mampu memompa
darah ke aorta (karena kelemahan ventrikel kiri), darah tertumpuk di
ventrikel kiri, akibatnya darah dari atrium kiri tidak tertampung di ventrikel
kiri, kemudian makin lama makin memenuhi vena pulmonalis dan akhirnya
terjadi udem pulmonum.10
Pengosongan atrium kiri yang tidak sempurna ini ditambah
meningginya tekanan didalamnya, menyebabkan aliran di dalamnya,
menyebabkan aliran darah dari paru ke dalam atrium kiri terganggu atau
terbendung. Akibatnya tekanan dalam vv.pulmonales meninggi, dan ini
juga akan menjalar ke dalam kapiler di dalam paru, ke dalam arteri
pulmonalis dan akhirnya ke dalam ventrikel kanan. Akhirnya atrium kiri
makin tidak mampu mengosongkan darah, bendungan dalam paru semakin
berat, terjadilah kongesti paru. Akibatnya, ruangan di dalam paru yang
disediakan untuk udara, berkurang dan terjadilah suatu gejala sesak napas
pada waktu bekerja (dyspnoe d’effort). Disini, ventrikel kanan masih kuat
sehingga dorongan darah dari ventrikel kanan tetap besar, sedangkan
atrium kiri tetap tidak mampu menyalurkan darah, akibatnya bendungan
paru semakin berat sehingga akan terjadi sesak napas meskipun dalam
keadaan istirahat (orthopnea). Pada anak, adanya kongesti paru ini akan
memudahkan terjadinya bronkitis sehingga anak sering batuk-batuk. 10
Darah yang banyak tertimbun dalam ventrikel kanan menyebabkan
ventrikel kanan dilatasi, kemudian diikuti dengan hipertrofi, yang
akibatnya akan terjadi kardiomegali. Dalam rangka memperbesar curah
jantung, selain jantung memperkuat sistol karena adanya keregangan otot
berlebihan, jantung juga bekerja lebih cepat, artinya frekuensi naik.
Dengan demikian, terjadi takikardi. Oleh karena yang lemah adalah atrium
kiri dan atau ventrikel kiri maka disebut gagal jantung kiri.10

A. Klasifikasi
Ada empat parameter yang dapat digunakan untuk klasfikasi gagal jantung
yaitu :
1. Fungsi miokardium
2. Kapasitas fungsional; kemampuan untuk mempertahankan aktivitas harian
dan kapasitas latihan maksimal.
3. Outcome fungsional (mortalitas, kebutuhan untuk transplantasi)
4. Derajat aktivasi mekanisme kompensasi (contohnya respon
neurohormonal)
Untuk anak lebih dari 1 tahun sampai remaja, Reittmann dkk
menganjurkan menggunakan klasifikasi lain (Tabel 1). Dengan menggunakan
skor ini bila skor lebih dari 6 mempunyai korelasi yang bermakna terhadap
menurunnya aktivitas adenilat siklase.
Tabel 1. Sistem Klinis Gagal Jantung Pada Anak4

1
B. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung adalah karena curah
jantung rendah, adaptasi sistemik terhadap keadaan curah jantung rendah dan/
atau kongesti vena sistemik atau vena pulmonalis.3 Manifestasi klinis ini
tergantung pada tingkat cadangan jantung pada berbagai keadaan. Bayi yang
sakit berat atau anak yang mekanisme kompensasinya telah sangat lelah pada
saat dimana ia tidak mungkin lagi memperoleh curah jantung yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh, akan bergejala pada saat
istirahat.1 Walaupun fisiologi yang mendasari serupa, manifestasi klinik gagal
jantung pada masa bayi dan masa anak-anak berbeda.3

C. Penegakkan Diagnosis
Tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung pada anak yang lebih tua
sangat serupa dengan tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung pada orang
dewasa.1,3 Tanda-tanda ini meliputi kelelahan, tidak tahan kerja fisik, batuk,
anoreksia, dan nyeri abdomen.1 Kesukaran bernafas merupakan tanda yang
biasa dari dekompensasi ventrikel kiri pada anak akibat kongesti paru.1,3 Ini
biasanya tampak sebagai dispneu pada waktu pengerahan tenaga dan respon
kesukaran bernafas yang bertambah berat pada pengerahan tenaga yang berat.

2
Mula-mula penurunan kemampuan mungkin masih dalam kisaran variasi
normal, tetapi akhirnya, ketika gagal jantung bertambah berat, anak mungkin
mendapat kesukaran dengan tuntutan hidup sehari-hari, termasuk naik tangga
di sekolah.3
Batuk pendek kronik, akibat kongesti mukosa bronkus dan ronki basal,
dapat juga ada pada beberapa anak. Ketika tekanan atrium kiri bertambah, anak
dapat menderita ortopnea, memerlukan peninggian kepala diatas beberapa
bantal pada malam hari.1,3 Kelelahan dan kelemahan merupakan manifestasi
yang relative lambat.3 Pada pemeriksaan fisik, anak dengan gagal jantung
ringan atau sedang tampak tidak dalam keadaan distres, tetapi mereka yang
menderita gagal jantung berat mungkin dispneu pada waktu istirahat. Jika
mulainya gagal jantung relative mendadak, anak mungkin tampak cemas tetapi
perkembangan baik dan gizi baik; mereka yang mengalami proses lebih kronik
biasanya tidak tampak cemas tetapi mungkin kurang gizi dan kurang energi.3
Seperti bayi, anak dengan gagal jantung biasanya takikardi karena naiknya
aktifitas simpatis dan takipneu karena bertambahnya air dalam paru-paru .
Curah jantung yang rendah dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer,
berakibat dingin, pucat dan sianosis jari, dengan pengisian kapiler jelek.3
Kenaikan tekanan venosa sistemik dapat diukur dengan penilaian klinis
tekanan vena jugularis dan pembesaran hati.1 Tekanan vena sistemik yang naik
mungkin dideteksi oleh pelebaran (dilatasi) vena-vena leher dengan pulsasi
vena dapat tampak di atas klavikula sementara penderita duduk. Hati mungkin
membesar pada palpasi atau perkusi, dan jika pembesaran relative akut,
mungkin tepinya lunak karena meregangnya kapsul hati.3
Anak-anak dapat juga menderita udem perifer. Mula-mula
tanda-tandanya mungkin tidak kentara, tetapi bila telah ada kenaikan berat
badan 10%, muka terutama kelopak mata, mulai tampak bengkak dan udem
terjadi pada bagian tubuh yang tergantung atau dapat anasarka.1, 3 Udem yang
sudah berjalan lama dapat menimbulkan kemerahan dan indurasi kulit.,
biasanya diatas betis dan pergelangan kaki. Eksudasi cairan ke dalam
rongga-rongga tubuh dapat ditemukan sebagai asites dan kadang-kadang
hidrothoraks.3 Pada pemeriksaan jantung hampir selalu ada kardiomegali.1,3

3
Sering ada irama gallop, tanda-tanda auskultasi lain khas untuk lesi jantung
spesifik.1 Impuls jantung mungkin tenang bila ada penyakit otot jantung primer
(missal, miokarditis atau kardiomiopati), tetapi biasanya hiperaktif bila gagal
kongestif disebabkan oleh beban volume berlebih dari pirau kiri ke kanan atau
regurgitasi katup atrioventrikula. Suara jantung ketiga yang terjadi dalam mid
diastol mungkin merupakan tanda normal pada anak tetapi sering bersama
dengan bertambahnya kekakuan ventrikel pada mereka yang dengan penyakit
jantung. Pulsus alternans ditandai irama teratur dengan pulsasi kuat dan lemah
berselang-seling, kadangkadang dapat dirasakan, tetapi lebih mudah dinilai
sementara mengukur tekanan darah sistemik atau pemantauan tekanan darah.
Pulsus alternans diduga disebabkan oleh perubahan pada volume ventrikel kiri,
akibat pemulihan miokardiumnya tidak sempurna pada denyut yang
berselang-seling. Pulsus paradoksus (turunnya tekanan darah pada inspirasi
dan naik pada ekspirasi), akibat irama tekanan intrapulmoner yang mencolok
yang mempengaruhi pengisian ventrikel (seperti pada tamponade
pericardium), kadang-kadang ditemukan pada anak yang lebih tua.3
Pada anak, sinar-x dada hampir selalu menunjukkan pembesaran jantung.
Gambaran aliran arteria pulmonalis normal terbalik (yaitu, aliran ke dasar
paru-paru bertambah dibandingkan dengan yang di apeks). Bila tekanan
kapiler melebihi 20-25 mmHg, udem pulmonum interstisial mungkin terjadi,
menyebabkan kekabutan seluruh lapangan paru-paru terutama pada “gambaran
kupu-kupu” sekitar hilus. Ini dapat menimbulkan garis Kerley, kepadatan linier
tajam pada septum interlobarus.3 Pada gagal jantung kronik, proteinuria dan
berat jenis kencing yang tinggi merupakan penemuan biasa, dan mungkin ada
kenaikan urea nitrogen dan kreatinin darah, akibat menurunnya aliran darah
ginjal. Kadar natrium darah dalam kencing biasanya kurang dari 10 mEq/L.
angka elektrolit serum biasanya normal sebelum pengobatan tetapi
hiponatremi, akibat bertambahnya retensi air, mungkin ditemukan pada gagal
jantung lama yang berat. Hepatomegali kongestif dan sirosis kardiak dapat
menyebabkan kelainan hati dan/ atau kenaikan bilirubin pada keadaan yang
jarang.3

4
Foto toraks menunjukkan adanya kardiomegali. Namun kardiomegali
bukan selalu berarti adanya gagal jantung. Selain itu juga dapat menunjukkan
adanya edema paru, atelektasis regional, dan kemungkinan adanya penyakit
penyerta seperti gambaran pneumonia. Elektrokardiografi dapat membantu
menentukan tipe defek, adanya sinur takikardia, pembesaran atrium dan
hipertrofi ventrikel, tetapi tidak untuk menentukan apakah terdapat gagal
jantung atau tidak. Analisis gas darah dapat menunjukkan adanya asidosis
metaboik disertai dengan peningkatan kadar laktat sebagai hasil dari
metabolisme anaerob di dalam tubuh. Ekokardiografi dapat secara nyata
menggambarkan stuktur jantung, data tekanan, dan status fungsional jantung
sehingga dapat mengetahui pembesaran ruang jantung dan etiologi.2,4

D. Penatalaksanaan
Keberhasilan pengobatan gagal jantung pada anak didasarkan pada
pengertian mengenai sifat dan akibat fisiologis cacat jantung spesifik yang
menyebabkan kegagalan jantung, dan tersedianya cara-cara pengobatan. Untuk
mereka yang dengan penyakit struktural dan keadaan terkait atau keadaan yang
memperburuk yang dapat merupakan penyebab yang mempercepat gagal
jantung (misalnya demam, disritmia, dan anemia), pengenalan dan pengobatan
segera dapat mengahsilkan perbaikan yang dramatis. Jika ada lesi anatomik
spesifik yang dapat dipertanggungjawabkan untuk tindakan pembedahan
paliatif atau pembedahan koreksi, upaya farmakologik atau upaya lain yang
memperbaiki tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung mungkin berlebih,
masalah mekanik sering memerlukan penyelesaian mekanik. Namun jika
pembedahan tidak tersedia atau tidak memadai, tersedia bermacam-macam
cara umum dan farmakologis untuk memperbaiki keadaan klinik penderita.3
Penatalaksanaan Umum:
1. Tirah baring, posisi setengah duduk.1,2,3
Pengurangan aktivitas fisik merupakan sandaran utama pengobatan
gagal jantung dewasa, namun sukar pada anak. Olahraga kompetitif, yang
memerlukan banyak tenaga atau isometrik harus dihindari, namun tingkat
kepatuhan anak dalam hal ini sangat rendah. Jika terjadi gagal jantung

5
berat, aktivitas fisik harus sangat dibatasi. Saat masa tirah baring seharian,
sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan ringan yang mereka sukai
yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur (menghindari anak
berteriak-teriak tidak terkendali) Sedasi kadang diperlukan: luminal 2-3
mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.
2. Penggunaan oksigen.2,3
Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita
gagal jantung dengan udem paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari
kanan ke kiri yang mendasari dengan hipoksemia kronik. Diberikan
oksigen 30-50% dengan kelembaban tinggi supaya jalan nafas tidak kering
dan memudahkan sekresi saluran nafas keluar.2 Namun, oksigen tidak
mempunyai peran pada pengobatan gagal jantung kronik
3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.2
4. Pembatasan cairan dan garam.
Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70-80% (2/3) dari kebutuhan.
Sebelum ada agen diuretik kuat, pembatasan diet natrium memainkan
peran penting dalam penatalaksanaan gagal jantung. Makanan rendah
garam hampir selalu tidak sedap, lebih baik untuk mempertahankan diet
adekuat dengan menambah dosis diuretik jika diperlukan. Sebaiknya tidak
menyarankan untuk membatasi konsumsi air kecuali pada gagal jantung
yang parah.1,3.10
5. Diet makanan berkalori tinggi
Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak
kekurangan kalori karena kebutuhan metabolisme bertambah dan
pemasukan kalori berkurang. Oleh karena itu, perlu menambah kalori
harian. Sebaiknya memakai makanan berkalori tinggi, bukan makanan
dengan volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu. Juga
sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak cair untuk membantu
ginjal mempertahankan natrium dan keseimbangan cairan yang cukup.10
6. Pemantauan hemodinamik yang ketat. Pengamatan dan pencatatan secara
teratur terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan,

6
hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis,
kesadaran dan keseimbangan asam basa.2
7. Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia, infeksi)
jika ada.2
Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat seorang menderita
demam, akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung,
kadang-kadang dua kali dari frekuensi denyut normal. Penyebab pengaruh
ini kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas membran otot
ion yang menghasilkan peningkatan perangsangan sendiri. Anemia dapat
memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC.
Antibiotika sering diberikan sebagai upaya pencegahan terhadap
miokarditis/ endokarditis, mengingat tingginya frekuensi ISPA
(Bronkopneumoni) akibat udem paru pada bayi/ anak yg mengalami gagal
jantung kiri.12 Pemberian antibiotika tersebut boleh dihentikan njika udem
paru sudah teratasi. Selain itu, antibiotika profilaksis tersebut juga
diberikan jika akan dilakukan tindakan-tindakan khusus misalnya
mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak dengan gagal jantung atau
kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka tiga hari sebelumnya
diberikan antibiotika profilaksis dan boleh dihentikan tiga hari setelah
operasi.
8. Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai malnutrisi, memberikan
gambaran perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk gagal jantung bila
diberikan makanan pipa yang terus-menerus.1,2
Karena penyebab gagal jantung begitu bervariasi pada anak, maka
sukar untuk membuat generalisasi mengenai penatalaksanaan
medikamentosa.
Walaupun demikian, dipegang beberapa prinsip umum. Secara
farmakologis, pengobatan adalah pendekatan tiga tingkat (Tabel 2), yaitu:3
1. Memperbaiki kinerja pompa jantung
2. Mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan
3. Mengurangi beban kerja
Tabel 2. Daftar Obat Sebagai Terapi CHF pada Anak

7
Pendekatan pertama adalah memperbaiki kinerja pompa dengan
menggunakan digitalis, jika gagal jantung tetap tidak terkendali maka
digunakan diuretik (pegurangan prabeban) untuk mengendalikan retensi garam
dan air yang berlebihan. Jika kedua cara tersebut tidak efektif, biasanya dicoba
pengurangan beban kerja jantung dengan vasodilator sistemik (pengurangan
beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih lanjut memperbaiki
kinerja pompa jantung dapat dicoba dengan agen simpatomimetik atau agen
inotropik positif lain. Jika tidak ada dari cara-cara tersebut yang efektif,
mungkin diperlukan transplantasi jantung.3
Untuk menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti dan berulangkali
terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar,
desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis, dan kesadaran.2

8
9. Terapi Bedah
Terapi bedah pada gagal jantung oleh karena defek intrakardiak dapat
bersifat paliatif atau koreksi (penutupan defek). Terapi paliatif berupa
penjeratan (banding) arteri pulmonalis ditujukan pada bayi kecil dengan
keadaan kritis yang tidak memungkinkan menggunakan mesin pintas jantung
paru. Kerugian banding arteri pulmonalis ini meliputi mortalitas dini post
operasi, gagal jantung kongestif persisten, tehnik debanding yang sulit pada
saat operasi koreksi, dan kemungkinan terjadi stenosis subaortik. Terapi
koreksi pada bayi dilakukan dengan tujuan untuk menanggulangi gagal jantung
yang tidak dapat diatasi dengan medikamentosa, termasuk didalamnya saluran
nafas bagian bawah berulang dan gagal tumbuh.4

Gambar 4. Penjeratan (bandin) Arteri Pulmonalis16


E. Prognosis
Prognosis gagal jantung tergantung1,3 :
1. Umur
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/
minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung
kiri, atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase vena
pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi medikmentosa saja
sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien
stabil.
2. Berat ringannya penyakit primer
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal
adalah terapi medis adekuat, bila baik maka dapat diteruskan sambil

9
menunggu koreksi bedah. Pada pasien penyakit jantung rematik disertai
gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien
memperoleh profilaksis sekunder untuk memperbaiki keadaan jantung.
3. Cepatnya pertolongan pertama
4. Hasil terapi digitalis
5. Seringnya kambuh akibat etiologi yang tidak dikoreksi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bernstein, Daniel. 2010. Heart Failure dalam Nelson Textbook of Pediatrics


17th edition. USA: Elsevier Science (USA).
2. Pusponegoro, H. D dkk. 2011. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
3. Fred, M, D. 1996. Gagal Jantung Kongestif dalam Kardiologi Anak
Nadas.Yogyakarta: Gajah Mada University press.
4. Supriyatno, Bambang. 2009. Management of Pediatric Heart Disease for
practitioner: From Early Detection to Intervention. Jakarta: Departemen IKA
FKUI-RSCM.
5. Indonesia Heart Association. 2009. Penyakit Jantung Bawaan, angka tinggi
dengan tenaga terbatas. [Serial Online]. http://www.inaheart.org/
6. SMF Ilmu Anak. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Kesehatan
Anak. Jember: RSUD. Dr. Soebandi.
7. Children’s Heart Specialist PSC. 2009. Congestive Heart Failure. [Serial
Online].http://mykentuckyheart.com/information/CongestiveHeartFailure.htm
8. Arnold, J. M. O. 2008. Heart Failure.[Serial Online].
http://www.merckmanuals.com.
9. Beerman, L, B. 2010. Congenital Cardiovascular Anomalies. [Serial Online].
http://www.merckmanuals.com.
10. Wahab, Samik. 2003. Penyakit Jantung Anak Edisi 3. Jakarta: EGC.
11. NYHA. 2008. The Stages of Heart Failure – NYHA Classification. [Serial
Online]. http://www.abouthf.org/questions_stages.htm.
12. Arthur C. Guyton. 2009. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia:
Elsevier Inc.
13. Mayo klinik. 2012. Complications List for Heart Failure. [Serial Online].
http://www.wrongdiagnosis.com/h/heart_failure/complic.htm.
14. Syarif Amir dkk. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
15. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI.
16. Bhimji, Shabir. 2010. Pulmonary Artery Banding: Treatment. [Serial
Online].http://emedicine.medscape.com/article/905353-treatment.

11

You might also like