You are on page 1of 4

Mata Kuliah : Kep.

HIV/ AIDS
Tugas : Membuat rangkuman materi Wanita Hamil dengan HIV/AIDS
Kelompok Jig Saw : I ( satu )
Anggota Kelompok :
1. Arman
2. Anggi Arindi P.
3. Beth Yane P.
4. Nursin Marasabessy
5. Saenab
6. Sri Wahyuni
7. Syafitriani Utami P.
8. Tresia Lintin
9. Wiwik Krisnawati

Wanita hamil, persalinanan, dan HIV


 Pada umumnya semua ibu hamil diwajibkan untuk melakukan tes HIV
 Ibu Hamil yang sudah terinfeksi sebaiknya mengunakan terapi ART
 Obat-obatan HIV/AIDS aman digunakan selama masa kehamilan dan tidak berisiko
terhadap kehamilan misalnya seperti cacat lahir atau menyebabkan bayi lahir dengan
premature
 Ibu hamil dengan HIV sesegera mungkin menjalani pengobatan agar risiko transmisi
virus HIV terhadap bayi menjadi sangat rendah
 Obat yang direkomendasikan kepada wanita hamil yang terkena HIV maupun yang tidak
hamil denga HIV adalah sama
 Selama proses kehamilan ibu dengan HIV terus mengkonsumsi obat tersebut
 Dianjurkan kepada ibu hamil dengan HIV melakukan proses persalinan dengan cara
saecar agar bayi terhindar dari infeksi virus HIV yang bisa terpapar melalui persalinan
pervaginam
 Disarankan melakukan persalianan pada usia kehamilan 38 minggu atau 2 minggu
sebelum taksiran persalinan.
 Pada persiapan operasi dilakukan :
1. Pemberian obat oral antiretroviral
2. Puasa
 Pada wanita yang terinfeksi , sebelum pelaksaan operasi diberikan antibiotic profilaksis
berupa injeksi cefazoline 1 gr.
 Persalinan normal pada wanita yang terinfeksi HIV harus diperhatikan akan waktu
pecahnya ketuban, karena bila ketuban pecah lebih dari 4 jam maka akan meningkatkan
penularan pada bayi.
 Dalam perawatan intrapartum, sebelum dilakukan persalinan harus diketahui oleh dokter
kandungan akan catatan infeksi yang terjadi dimana jika viral load lebih dari 1000 copi
maka sebaiknya diberikan Zidovudine intravena sebelum atau setelah persaliana Caesar.
 Tetapi jika viral load nya kurang dari 1000 copi maka sebaiknya tidak diberikan
zidovudine intravena.

HIV/AIDS pada Ibu hamil, cara penyebarannya, dan efek dari penggunaan obat HIV
 Data dari Centers for Disease Control and Prevention ( CDC ) atau pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit di Amerika, pada tahun 2016 sekitar 61% wanita yang
menderita HIV/AIDS adalah wanita di Afrika Amerika.
 Penyebab paling umum adalah karena hubungan seks dengan penderita HIV
 Banyak wanita yang tahu bahwa dirinya menderita HIV tetapi tidak mau berobat
 Pengobatan HIV dengan ART membantu pasien hidup lebih lama dan lebih sehat
 ART direkomendasikan pada orang yang menderita HIV
 Syarat penggunaan obat HIV sama pada pria maupun wanita
 HIV menyebar melalui darah dan cairan tubuh misalnya cairan vagina, sperma
 Faktor utama penyebaran HIV pada wanita dan pria sama , yaitu:
1. Tidak menggunakan alat pelindung saat berhubungan misalnya kondom
2. HIV lebih mudah pindah dari pria ke wanita daripada wanita ke pria
3. Dari faktor umur, semakin wanita tua cenderung lebih tinggi resiko terinfeksi HIV
karena berhubungan dengan kurangnya cairan vagina
4. Parther yang suka berganti pasangan
5. Penggunaan narkoba
 Efek obat HIV
1. Obat HIV memberikan efek samping yang lebih besar pada wanita daripada pria.
misalnya gangguan pada organ hati selama pengobatan.
2. Beberapa obat HIV mempengaruhi efektivitas atal KB misalnya pil, ring, implant.
3. Wanita HIV yang sedang minum obat HIV akan mengurangi risiko penularan infeksi
dari ibu ke anak.
 Selama proses kehamilan penggunaan obat HIV harus disesuaikan dosisnya dan efek
obat lebih tinggi pada wanita hamil.

Hasil HIV El A reaktif pada wanita yang tidak terdata dalam persalinan
 HIV El A reaktif tingkat rendah
1. Mungkin hasilnya positif palsu, wanita tidak terinfeksi HIV perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan
2. Penderita diarahkan untuk berkonsultasi dengan ahli kandungan , penyakit dalam.
 HIV El A reaktif tingkat tinggi
1. Sangat mungkin hamil positif yang harus dikonfirmasi tes HIV positif, spesialis harus
mendiskusikan dan memutuskan rencana manajemen berdasarkan saran dari ahli
patologi dan dokter penyakit infeksi.
2. Wanita harus diberitahu oleh dokter tentang status HIV dan merekomendasikan
manajemen pengobatan dan tindak lanjut untuk dirinya dan bayinya.
3. Dengan persetujuan, darah akan diambil dan dilakukan tes HIV.
 Tindak lanjut pengambilan darah dilakukan selama kehamilan atau setelah melahirkan.
 Hasil viral load memakan waktu 5-7 hari kerja.
 Faktor paling berisiko untuk penularan dari ibu ke anak adalah viral load maternal pada
saat persalinan.

Pemberian Zidovudine untuk pencegahan HIV dari ibu ke anak


 Pemberian dilakukan pada saat 6-12 jam setelah bayi lahir dan diberikan selama 4-6
minggu.
 Setelah pemberian zidovudine dilanjutkan dengan pemberian obat
sulfamethoxazole/trimethoprim ( merk dagang : Bactrim). Obat ini sebagai pencegahan
dari Pneumacytis jirovecii pneumonia ( PCP ) yang merupakam jenis pneumonia yang
berkembang pada orang dengan HIV. Namus saat bayi dinyatakan negative (-) terinfeksi
HIV, Bactrim distop/ dihentikan penggunaannya.
 Untuk mengetahui apakah bayi terinfeksi dilakukan test pengambilan darah yang disebut
virologi. Pengambilan test darah ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu saat bayi berusia 14-
21 hari, 1-2 bulan dan 4-6 bulan.
 Untuk mengetahui pasti batu terinfeksi HIV atau tidak perlu ditekankan dilakukan 2x tes
pada usia 1 bulan atau lebih dan pada usia 4 bulan atau lebih.
 Hasil pada 2 tes virologi : Jika hasik positif (+) maka pemberian zidovudine diganti
dengan obat kombinasi HIV yang disebut Antiretroviral therapy yang dapat membantu
penderita HIV hidup lebih lama dan lebih sehat.
 HIV dapat meyebar melalui ASI makan ibu dengan HIV di Amerika tidak boleh
menyusui bayi mereka dan diganti dengan susu formula karena dianggap sebagai
alternative yang aman dan sehat bagi bayi.
 Ada laporan tentang anak-anak terinfeksi HIV dari makanan yang dikunyak oleh
penderita HIV kemuadian diberikan ke anak..Oleh karena itu dianjurkan bayi juga tidak
boleh diberikan makanan yang sudah dikunyah sebelumnya oleh penderita HIV misalnya
oleh ibu yang terinfeksi HIV.

Perawatan Neonatus dengan ibu yang terinfeksi HIV


 Tidak boleh divaksin BCG
 Cek darah
 Bersihkan bayi dengan air hangat
 Tidak boleh diberi ASI
 Jika ibu tetap ingin memberi ASI konsul ke dokter pediatrik dan ibunya diberikan obat
Dostinex ( fungsinya untuk menekan produksi ASI )
Tindakan pencegahan
 Jaga kerahasiaan informasi
 Hindari bersentuhan lansung dengan cairan tubuh pasien misalnya sekret, darah
 Sistem rujukan misalnya komunitas HIV untuk dilakukan konseling
Dari Ibu ke Bayi
 Deteksi HIV sedini mungkin
 Wanita hamil dengan HIV diberikan obat-obatan HIV ( ARV )
 Dianjurkan melahirkan secara Caesar
 Bayi yang baru lahir segera diberikan obat AZR ( Zidovudine ) 6-12 jam setelah lahir
selama 4-6 minggu
 Ibu dianjurkan tidak boleh menyusui bayinya.
 Agar aman bayi tidak oleh diberi makan makanan yang sudah dikunyah

You might also like