Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
ARMAN ( C051171711 )
SAENAB ( C051171723 )
NOVIETA ( C051171713 )
WIWIK KRISNAWATI ( C051171710 )
HASLINDA MAYASARI ( C051171726 )
SYAFITRIANI UTAMI PAMILI (C051171704 )
2018
I. MITIGASI DAN KESIAPSIAGAAN
A. MITIGASI
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang No 24 tahun 2007, BAB I Ketentuan Umum
,Pasal 1 angka 9 (PP No 21 Tahun 2008, BAB I Ketentuan Umum , Pasal 1 angka
6 )Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Definisi bencana menurut UU No 24 tahun 2007 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam dan atau faktor
non alam maupun factor manusia yang sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Jadi, mitigasi bencana adalah istilah yang ditujukan untuk menunjuk pada
tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan
sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan pengurangan resiko
jangka panjang.
2. Usaha Mitigasi
Dalam UU No 24 Tahun 2007 usaha mitigasi dapat berupa prabencana,
saat bencana dan pasca bencana. Pra bencana berupa upaya memberikan
pemahaman kepada penduduk untuk mengantisipasi bencana melalui pemberian
informasi , peningkatan kesiagaan dan ada langkah-langkah yang dilakukan untuk
memperkecil resiko bencana. Berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi pra dan saat bencana yaitu :
a. Membentuk system peringatan dini
b. Identifikasi kebutuhan dan sumber-sumber yang tersedia
c. Penyiapan anggaran dan alternative tindakan
d. Kordinasi dengan pihak-pihak yang memantau perubahan alam
Dalam mitigasi dilakukan upaya-upaya untuk meminimalkan dampak
pasca bencana yang akan terjadi yaitu program untuk mengurangi pengaruh suatu
bencana terhadap masyarakat atau komunitas dengan :
a. Perencanaan tataruang
b. Pengaturan tata guna lahan
c. Penyusunan peta kerentanan bencana
d. Penyusunan data base
e. Pemantauan dan pengembangan.
3. Pencegahan dan Mitigasi Bencana
Kegiatan pengelolaan resiko bencana yang dapat dilakukan yaitu:
a. Menetapkan dan memperkuat pembangunan regional serta perencanaan tata
guna lahan, perencanaan pengawasan bangunan yang sesuai dengan peraturan
bangunan
b. Melaksanakan pelatihan bagi masyarakat dan perwakilan kelembagaan
c. Membangun dan meningkatkan kemampuan pengelolaan resiko bencana di
tingkat local dan nasional
d. Pengelolaan sumber daya berkelanjutan ( misalnya pengelolaan daerah aliran
sungai ) dan peningkatan infrastruktur
4. Pilihan Tindakan Penanggulangan Bencana
Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian
yaitu:
a. Mitigasi pasif
Otoritas-otoritas mencegah aksi-aksi yang tidak dikehendaki lewat
pengendalian-pengendalian.
Tindakan pencegahan yang termasuk dalam mitigasi pasif antara lain:
1) Penyusunan peraturan perundang-undangan
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah
3) Pembuatan pedoman / standar / prosedur
4) Pembuatan brosur / leaflet / poster
5) Penelitian / pengkajian karakterisik bencana
6) Pengkajian / analisis risiko bencana
7) Internalisasi pembelajaran dalam muatan local pendidikan
8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9) Penguatan unit-unit social dalam masyarakat seperti forum
b. Mitigasi aktif
Upaya pengurangan resiko bencana yang langsung terjun ke TKP atau
masyarakat terkait.
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana dan sebagainya
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB) dan peraturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan kemasyarakatan
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana kedaerah yang
lebih aman
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika
terjadi bencana
7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana
seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan
sebagainya.
Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang bersifat non-
struktural ( berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan ) dan bersifat structural (
berupa bangunan dan prasarana )
B. KESIAPSIAGAAN
1. Pengertian
Kesiap siagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespon jika terjadi
bencana. Menurut Gillespie dan Streeter (1987) mendefinisikan kesiap siagaan
sebagai perencanaan, identifikasi sumber daya, system peringatan, pelatihan,
simulasi dan tindakan pra bencana lainnya yang memiliki tujuan utama
meningkatkan keamanan dan efektivitas respon masyarakat selama bencana.
Menurut Randolph Kent (1994) kesiap siagaan bencana mencakup
peramalan dan pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum
munculnya ancaman, di dalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala
munculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara
teratur terhadap sisi temperingatan dini, rencana evakuasi dan tindakan lain yang
harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan
kerusakan fisik yang mungkin terjadi.
2. Tujuan Kesiap siagaan
Tujuan dari kesiap siagaan adalah untuk mengantisipasi masalah dan sumberdaya
tempat yang diperlukan untuk memberikan respon secara efektif sebelum bencana
terjadi.
3. Prinsip Dasar Kesiap siagaan
Menurut Drabek dan Hoetmar (1991) ada beberapa prinsip dasar kesiap siagan
yaitu:
a. Kesiap sigaan merupakan proses yang berkesinambungan
b. Kesiap siagaan mengurangi ketidak tahuan selama bencana
c. Kesiap siagaan merupakan kegiatan pendidikan
d. Kesiap siagaan didasarkan pada pengetahuan
e. Kesiap siagaan menyebabkan timbulnya tindakan yang tepat
f. Resistensi terhadap kesiap siagaan bencana diberikan
g. Perencanaan yang sederhana merupakan sebuah tujuan yang jelas
4. Kegiatan Kesiap siagaan Pelayanan Kesehatan
Upaya kesiapsiagaan yang dapat dilakukan pada saat bencana mula teridentifikasi
yaitu dengan melakukan kegiatan antara lain:
a. Mencari informasi tentang ancaman / bahaya
b. Merencanakan respon terorganisir untuk kondisi kegawat darutan
c. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsure pendukungnya
d. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sector penanggulangan
bencana ( SAR, social, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum )
e. Inventaris sumber daya pendukung kedaruratan
f. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya / logistic
g. Penyiapan sisitem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan
h. Penyiapan dan pemasangan instrument sisitem peringatan dini ( early warning
)
i. Penyusunan rencana kontijensi ( contingency plan )
j. Mobilisasi sumber daya ( personil dan prasaran / sarana peralatan )
k. Melakukan pendidikan pada masyarakat tentang kegawat daruratan.
ENA ( 2013 ). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy Edisi Indonesia.
Elsevier
Kusumasari , B (2014). Manajeman bencana dan kapabilitas pemerintah lokal.
Yogyakarta: Gava Media