You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS DAN ASUHAN

KEPERAWATAN AN.D DENGAN HIDROSEFALUS POST OP VP


SHUNT DI RUANG CEMPAKA RSUD. PROF.DR.MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

DI SUSUN OLEH

ALFINA SAFITRI, S.Kep.Ns

NIRA 33020007580

RSUD.Prof.Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

2018
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat
berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)
- Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:
1. Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi
karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh
gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel
namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi
disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak (Anonim, 2003).

4. Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

B. ETIOLOGI
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid.
akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering
terdapat pada bayi dan anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi
intrauterine meliputi
- Stenosis aquaductus sylvi
- Spina bifida dan kranium bifida
- Syndrom Dandy-Walker
- Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
3. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah
toksoplasmosis.
- Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
- Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningfen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu
sendiri.

C. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS


a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui
setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit.
CSF di bentuk oleh PPA;
1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar
2. Parenchym otak
3. Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke
tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke
dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang
foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari
foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga
subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di
supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri. Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana
terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Pembesaran tengkorak
2. Kelainan neurologi (mata selalu mengarah ke bawah, gangguan perkembangan motorik,
gangguan penglihatan)
3. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen bila penimbunan cairan dibiarkan.
4. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol.
5. Pada bayi yang suturanya masih akan terlihat lingkar kepala fronto osipital yang makin
membesar sutura yang meregang dengan fontanel cembung dan tegang.
Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala akan
bertambah kira-kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya, penambahan akan berlangsung
lebih lambat.

Ukuran rata-rata lingkar kepala


Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
(ilmu bedah dejong hal: 810)

Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan anak
diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
- Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
- Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
- Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-
vena kulit kepala.
- Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi
seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
- Perubahan pada mata.
bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita. Sclera
nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbena
- strabismus divergens
- nystagmus
- refleks pupil lambat
- atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
- papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

E. PATOFISIOLOGI
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel.
Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu
kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan
cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan
pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur
aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke
ventrikel , selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke
foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis.
Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari
kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.
2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi
ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis
yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga
penyebab terjadinya keadaan patologis ini, yaitu:
a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya
stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari.
b. Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik
saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista
arakhnoid, dan hematom.
c. Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk
reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena
cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal.
Kondisi jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.
(JMJ, Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 61 - 67 Apriyanto, dkk, Hidrocephalus
pada PAnak)

Pathway

Produksi likuor berlebihan

Penumpukan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak secara aktif


Peningkatan TIK desakan pada jaringan otak

Hidrosefalus sakit dan nyeri


kepala

Penatalaksanaan nyeri

Desakan pada otak dan selaput meningen


Pemasanangan Vp Shunt

Imobilisasi Vasokontriksi pembuluh darah otak (arteri otak)

Gangguan aliran darah ke otak


Gangguan integritas kulit

Hipoksia cerebral

Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral


Penurunan fungsi neurologis

Resiko infeksi Tumbuh kembang anak terganggu

Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan fisik:
Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
- Transiluminasi
- Isotope Ventriculograms
- Pemeriksaan darah:
- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
- Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
- Pemeriksaan radiologi:
 X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
 USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
 CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat.
Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari
trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada
menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg
BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat
diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide
juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40
– 50 % kasus.
3. Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan
LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
4. Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-obatan
darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
5. Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel otak
ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
6. Pintasan terbuat dari bahan bahan silikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
7. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
- Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara
terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
a. Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt
meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian.

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur. Keluhan sakit perut.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
-Anak dapat melihat keatas atau tidak.
-Pembesaran kepala.
-Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
-Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

c. Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
-Luas lapang pandang
-Konvergensi.
-Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
-Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
- Peningkatan sistole tekanan darah.
- Penurunan nadi / Bradicardia.
- Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
- Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
- Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
- Opthalmoscopy : Edema Pupil.
- CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
- Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan,
ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan
lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan
sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil
keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Potensial komplikasi Tidak terjadi Kesadaran – Observasi ketat tanda-tanda p
peningkatan tekanan peningkatan TIK Komposmetis (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah
intrakranial Tidak terjadi nyeri perubahan personalitas, ketegangan d
berhubungan dengan kepala dapat terlihat pada anak berumur 10
akumulasi cairan TTV norma ganda, kontruksi penglihatan perifer
serebrospinal. tampak rileks, tidak Perubahan pupil)
meringis kesakitan – Pantau terus tingkat kesadara
– Pantau terus adanya perubaha
– Berkolaborasi dengan dokter
pembedahan, untuk mengurangi pen
– Kaji pengalaman nyeri pada a
menunjukkan area yang sakit dan me
peringkat nyeri dengan skala nyeri 0
5 = nyeri sekali)
Rasional : Membantu dalam mengev
– Bantu anak mengatasi nyeri s
memberikan pujian kepada anak untu
memperlihatkan bahwa nyeri telah d
baik.

2. Gangguan persepsi Tidak terjadi Penurunan visus tidak – Mempertahankan visus agar t
sensori berhubungan disorientasi pada anak bertambah lebih parah penurunan visus yang lebih parah
dengan penekanan Anak bisa mengenali a. Membantu ADL pasien
lobus oksipitalis karena lingkungan sekitarnya b. Membantu orientasi tempat
meningkatnya TIK c. Berikan tempat yang nyaman dan
pencahayaan terang, bed plang dll di
cedera )
– Membantu pasien untuk men
dengan kondisi penglihatan yang terg
3. Kurang pengetahuan Meningkatkan Kecemasan orang tua – Beri kesempatan orang tua un
orang tua berhubungan pengetahuan orang tua pada kondisi mengekspresikan kesedihannya
dengan penyakit yang mengenai penyakit kesehatan anaknya – Beri kesempatan orang tua un
di derita oleh anaknya yang diderita anaknya dapat berkurang mengenai kondisi anaknya
ü Orang tua – Jelaskan tentang kondisi pend
mengungkapkan terapi dan prognosanya.
pemahaman tentang – Ulangi penjelasan tersebut bi
penyakit, pengobatan contoh bila keluarga belum mengerti
dan perubahan
pola hidup yang
dibutuhkan
4. Resiko ketidakefektifan Jalan nafas tetap Anak tidak sesak – Posisikan klien posisi semifo
pola nafas yang efektif napas – Pemberian oksigen
berhubungan dengan Tidak terdapat ronchi – Observasi pola dan frekuensi
penurunan refleks Tidak retraksi otot – Auskultasi suara napas
batuk bantu pernapasan
Pernapasan teratur,
RR dalam batas
normal

5. Gangguan Klien tidak mengalami Pertumbuhan dan – Memberikan diet nutrisi untu
pertumbuhan dan gangguan perkembangan klien asuh )
perkembangan pertumbuhan dan tidak mengalami – Memberikan stimulasi atau ra
berhubungan perkembangan keterlambatan dan perkembangan kepada anak ( asah )
pembesaran kepala sesuai dengan tahapan – Memberikan kasih sayang ( a
usia

DAFTAR PUSTAKA
Harsono, 2006, Epilepsi Edisi ke dua, 4-25, UGM Press Yogyakarta
Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Ngastiyah. 2007. Perawatan Anak Sakit. Cetakan pertama. Jakarta: EGC

Suryadi dan Yuliani, Rita, 2001. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak,
Edisi 1, Fajar Interpratama Jakarta : Sagung Seto.
TINJAUAN KASUS KE-1
ASUHAN KEPERAWATAN AN.D DENGAN HIDROCHEFALUS
POST.OP VP SHUNT DI RUANG CEMPAKA
RSUD.PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 4 Agustus 2018
Tanggal Masuk : 4 Agustus 2018
Ruang : R. Cempaka
Nomor Register : 02061119
Diagnosa Medis : Hydrochefalus ( HC )
I. Identitas Klien
Nama Klien : An. D
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 5 Bulan
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan :-
Bahasa :-
Pekerjaan :-
Alamat : Dukuhdalasida 01/03 Gadungrejo Kebumen
Sumber biaya : BPJS NPBI
II. Identitas penanggung Jawab
Nama : Ny.U
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : :-
Alamat : Dukuhdalasida 01/03 Gadungrejo Kebumen

Hubungan dengan pasien : Ibu


III. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : kepala terlihat semakin besar
b. Riwayat penyakit sekarang : kepala anak terlihat semakin besar, mata tidak
focus, ubun-ubun tegang
c. Riwayat penyakit dahulu
i. Riwayat penyakit sebelumnya : tidak ada
ii. Riwayat alergi : tidak ada
iii. Riwayat pemakaina obat : tidak ada
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko:
i. Keluarga mengatakan didalam keluarga pasien tidak ada yang
menderita penyakit DM, hipertensi, asma, kanker atau penyakit
keturunan lainnya.
IV. Pola Fungsional Gordon
No Pola Gordon Sebelum sakit Selama sakit
1. Pola persepsi dan Keluarga mengatakan jika
pemeliharaan kesehatan sakit berobat ke pelayanan
kesehatan
2. Pola nurtrisi Keluarga mengatakan anak Minum susu formula
tidak minum ASI tetapi susu
formula
3. Pola eliminasi BAB : 2 x/ hari BAB : selama sakit belum BAB
BAK : 5 – 6 x / hari BAK : tidak ada keluhan 5 – 6 x / hari
4. Pola latihan dan aktifitas Aktifitas tergantung dari Aktifitas berbaring di tempat tidur
orang tua
5. Pola istirahat dan tidur Tidur 8 - 10 jam sehari Tidur 6 jam sehari, tidur siang sebentar

6. Pola persepsi dan konsep diri - Pasien mendapat dukungan dari keluarga
7. Pola persepsi sensori dan Pasien tidak mengetahui -
kognitif sakit yang diderita
8. Pola peran dan hubungan Pasien anak pertama dari -
dua saudara
9. Pola reproduksi seksual Pasien belum menikah -
10. Pola mekanisme koping Rewel dan menangis Dukungan sepenuhnya dari keluarga

11. Pola nilai dan keyakinan Pasien beragama islam

V. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
Tekanan darah : -
Nadi : 82 x / menit
Suhu : 36’5 derajat Celsius
Respirasi : 20 x / menit
b. Kesadaran : compos mentis
c. Keadaan umum : KU sedang BB 8 kg sebelum sakit, 8 kg
d. Pemeriksaan head to toe
Kepala tampak besar, rambut hitam bersih
Mata : penglihatan tidak focus, ikterik (-), anemis (-), reflek pupil (+)
Hidung : fungsi baik, serumen (-), cuping hidung tidak ada
Telinga : pendengaran normal, secret dan cairan (-)
Mulut dan gigi : bibir merah muda, mulut bersih, gigi belum tumbuh
Leher : pembesaran tyroid (-), nadi karotis teraba
Thorak : bentuk simetris, ronchi (-)
Jantung : tidak tampak ictus cordis, redup, tidak terdapat bunyi tambahan
Paru : dada mengembang kanan kiri simetris, sonor, irama teratur
Abdomen : bising usus 12x/menit, kembung (-), timpani
Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter
Kulit : turgor elastis, kulit sawo matang
Ekstremitas : akral hangat, oedema (-)

VI. Laboratorium
Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Haemoglobin 11,3 g/dl 13-2 – 17,3
Leukosit 8850 u/l 10600
Haematokrit 40 % 40 -52
VII. Terapi
Terapi Dosis Rute Manfaat
Ketorolak IV Analgetik
Ranitidine IV Menurunkan kadar
asam lambung
Ceftriaxone IV Antibiotic
B. Analisa data
No Data fokus Problem etiologi
1. Ds : ibu pasien mengatakan anak rewel Nyeri akut Agen injury fisik
P luka op dikepala
Q-
R di kepala
S Skala 6
T-

Do : KU sedang, CM, anak rewel


2. DS : ibu pasien mengatakan anak rewel Resiko ketidak
P luka op di kepala efektifan perfusi
Q- jaringan cerebral
R di kepala
S Skala 6
T-

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik
2. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral

D. Intervensi keperawatan
Diagnose keperawatan Tujuan ( NOC ) Intervensi
Nyeri akut b.d agen injury Setelah dilakukan tindakan Pain menejemen
fisik keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian
diharapkan nyeri akut dapat nyeri secara
berkurang dengan kriteria hasil komprehensif
: termasuk lokasi,
indikator A T karakteristik, durasi,
Nyeri 3 4 frekuensi, kualitas dan
yang factor predisposisi
dilaporkan 2. Evaluasi pengalaman
Ekspresi 3 4 nyeri masa lampau
wajah 3. Ajarkan tehnik non
Skala 3 4 farmakologi
nyeri 4. Berikan analgetik
Ket : untuk mengurangi
3 sedang, 4 ringan nyeri
5. Observasi reaksi non
ferbal dari
ketidaknyamanan
6. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
Analgetik administrasion
1. Cek riwayat alergi
2. Monitor ttv
3. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekwensi
4. Berikan analgetik tepat
waktu
Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor neurologi
perfusi jaringan cerebral keperawatn selama 2 x 24 jam 1. Pantau ukuran pupil,
diharapkan perfusi cerebral bentuk, kesimetrisan
kembali efektif dengan kriteria dan reaktifitas
hasil : status neurologis 2. Monitor tingkat
indikator A T kesadaran
Kesadaran 3 4 3. Monitor GCS
Orientasi 3 4 4. Monitor TTV
kognitif 5. Monitor status
Ukuran 4 5 pernafasan
pupil 6. Hindari kegiatan yang
Reaktifitas 4 5 menimgkatkan tekanan
pupil intra kranial
Denyut 4 5 7. Kolaborasi pemberian
nadi radial obat
Ket :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tak terganggu

E. Implementasi
Waktu No.dx implementasi respon TT
4-8-2018 1,2 Mengukur TTV S:-
08.00 O : Ku sedang, CM, N 80 x/
menit, S 36.5 , R 20 x / menit

09.00 1 Mengkaji ulang nyeri S : ibu pasien mengatakan


secara komprehensif anak kadang rewel

P ; nyeri luka op di kepala


Q:-
R : kepala
S : skala 5
T : hilang timbul

O : N 80 x/menit, S 36.5, R
20 x/menit
2 Memberi posisi tidur
yang aman dan nyaman S:-

P ; nyeri luka op di kepala


Q:-
R : kepala
S : skala 5
T : hilang timbul

O : TD 110/70 mmhg N 80
2 Mengukur GCS x/menit

1 Memberikan inj S:-


ketorolac
O : CM
10.00 1,2 Memberikan posisi
kepala head up S:-
O : obat masuk
S:-
O : kooperatif
5-8-2018 Mengukur TTV S:-
Jam O : Ku sedang, CM, N 80 x/
08.00 menit, S 36.5 , R 20 x / menit

Mengkaji ulang nyeri S : ibu pasien mengtakan


Jam secara komprehensif anak lebih anteng
09.00
P ; nyeri luka op di kepala
Q :-
R : kepala
S : skala 4
T : hilang timbul

Jam Memberi posisi tidur O : anak tampak tenang


10.00 yang aman dan nyaman S:-

P ; nyeri luka op di kepala


Q:-
R : kepala
S : skala 4
T : hilang timbul

O : anak tampak tidur


S:-

Jam Mengukur GCS O : CM E4 M6 V5


11.00

memberikan inj S:-


ketorolac O : obat masuk

Memberikan posisi S:-


kepala head up
O : kooperatif

F. Evaluasi
tanggal dx.keperawatan Evaluasi ttd
4-8-2018 Nyeri akut b.d agen injury isik S : ibu pasien mengatakan anak
kadang rewel

O : KU sedang, CM, Skala nyeri 5,


N 80 x / menit, S 36.5
R 20 x / menit

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri

4-8-2018 Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan S:-


cerebral
O : KU sedang, anak tenang, ubun-
ubun tidak tegang, N 82 x /menit, S
36.5 x/ menit, R 20 x / menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor tanda-tanda PTIK
5-8- Nyeri akut b.d agen injury fisik S : ibu pasien mengatakn anak lebih
2018 anteng
O : KU sedang, CM, Skala nyeri 5,
N 80 x / menit, R 20 x / menit, s
36.5
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri

5-8- Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan S:-


2018 cerebral O : ubun ubun tidak tegang, CM,
anak tidak rewel
A : Masalah teratasi
P:-
TINJAUAN KASUS KE-2
SUHAN KEPERAWATAN NY.M DENGAN HIDROCHEFALUS DI RUANG CEMPAKA
RSUD.PROF.DR.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2018
Tanggal Masuk : 10 Oktober 2018
Ruang : R. Cempaka
Nomor Register :
Diagnosa Medis : Hydrochefalus ( HC )
VIII. Identitas Klien
Nama Klien : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir /Usia : 55 tahun :
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Bahasa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan :-
Alamat : Petir 2/4 Kalibagor Banyumas
Sumber biaya : BPJS NPBI
IX. Identitas penanggung Jawab
Nama : Ny.s
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : :-
Alamat : Petir 2/4 Kalibagor Banyumas
Hubungan dengan pasien : Anak
X. Riwayat Kesehatan
e. Keluhan utama : pusing dan nyeri kepala
f. Riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke poli bedah syaraf dengan keluhan
pusing dan nyeri kepala
g. Riwayat penyakit dahulu : keluarga mengatakan sebelumnya pasien kejang dan
dibawa ke RS Wiradadi dirawat selama 8 hari kemudian dirujuk ke RS Margono
h. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor resiko:
Keluarga mengatakan didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit DM, hipertensi, asma, kanker atau penyakit keturunan lainnya.
XI. Pola Fungsional Gordon
No Pola Gordon Sebelum sakit Selama sakit
1. Pola persepsi dan Keluarga mengatakan jika
pemeliharaan kesehatan sakit berobat ke pelayanan
kesehatan
2. Pola nurtrisi Makan 3 x Makan 3x/hari kadang tidak habis
Minum kurang lebih 8 gelas Minum air putih 6 gelas/hari
3. Pola eliminasi BAB : 1 x/ hari BAB : selama sakit belum BAB
BAK : 5 – 6 x / hari BAK : tidak ada keluhan 5 – 6 x / hari
4. Pola latihan dan aktifitas Aktifitas tidak terganggu Aktifitas berbaring di tempat tidur
5. Pola istirahat dan tidur Tidur 8 - 10 jam sehari Tidur 6 jam sehari, tidur siang sebentar

6. Pola persepsi dan konsep diri - Pasien mendapat dukungan dari keluarga
7. Pola persepsi sensori dan Pasien tidak mengetahui -
kognitif sakit yang diderita
8. Pola peran dan hubungan Pasien seorang ibu dengan 2 -
orang anak
9. Pola reproduksi seksual Pasien sudah menikah Selama sakit hubungan seksual
terganggu
10. Pola mekanisme koping Mencari bantuan bila sakit Dukungan sepenuhnya dari keluarga
11. Pola nilai dan keyakinan Pasien beragama islam

XII. Pemeriksaan fisik


a. Vital sign
Tekanan darah : -
Nadi : 82 x / menit
Suhu : 36’5 derajat Celsius
Respirasi : 20 x / menit
b. Kesadaran : compos mentis
c. Keadaan umum : KU sedang BB 50 kg sebelum sakit, 48 kg
d. Pemeriksaan head to toe
Kepala mesochepal, rambut hitam bersih
Mata : penglihatan normal, ikterik (-), anemis (-), reflek pupil (+)
Hidung : fungsi baik, serumen (-), cuping hidung tidak ada
Telinga : pendengaran normal, secret dan cairan (-)
Mulut dan gigi : bibir merah muda, mulut bersih, gigi belum tumbuh
Leher : pembesaran tyroid (-), nadi karotis teraba
Thorak : bentuk simetris, ronchi (-)
Jantung : tidak tampak ictus cordis, redup, tidak terdapat bunyi tambahan
Paru : dada mengembang kanan kiri simetris, sonor, irama teratur
Abdomen : bising usus 12x/menit, kembung (-), timpani
Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter
Kulit : turgor elastis, kulit sawo matang
Ekstremitas : akral hangat, oedema (-)

XIII. Laboratorium
Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Haemoglobin 10,1 g/dl 13-2 – 17,3
Leukosit 85900 u/l 10600
Haematokrit 32% 40 -52
XIV. Terapi
Terapi Dosis Rute Manfaat
dexametason 3 x 5 mg IV kortikosteroid
Ranitidine 2x1a IV Menurunkan kadar
asam lambung
fenitoin 3 x 100 mg IV Anti konvulsi

B. Analisa data
No Data fokus Problem etiologi
1. Ds : keluarga pasien mengatakan Ketidakefektifan Peningkatan TIK
awalnya pasien tidak sadar setelah perfusi jaringan
kejang cerebral
Do : KU sedang, CM

C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan tekanan intrakranial

D. Intervensi keperawatan
ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Monitor neurologi
jaringan cerebral b.d keperawatn selama 2 x 24 jam 8. Pantau ukuran pupil,
peningkatan tekanan diharapkan perfusi cerebral bentuk, kesimetrisan
intrakranial kembali efektif dengan kriteria dan reaktifitas
hasil : status neurologis 9. Monitor tingkat
indikator A T kesadaran
Kesadaran 3 4 10. Monitor GCS
Orientasi 3 4 11. Monitor TTV
kognitif 12. Monitor status
Ukuran 4 5 pernafasan
pupil 13. Hindari kegiatan yang
Reaktifitas 4 5 menimgkatkan tekanan
pupil intra kranial
Denyut 4 5 14. Kolaborasi pemberian
nadi radial obat
Ket :
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu
10. Tak terganggu

E. Implementasi
Waktu No.dx implementasi respon TT
10-10- Mengukur TTV S:-
2018 O : Ku sedang, CM, N 80 x/
Jam menit, S 36.5 , R 20 x / menit
08.00
Mengkaji ulang nyeri S : ibu pasien mengtakan
secara komprehensif anak lebih anteng
Jam
09.00 P ; nyeri luka op di kepala
Q :-
R : kepala
S : skala 4
T : hilang timbul

Memberi posisi tidur O : anak tampak tenang


Jam yang aman dan nyaman S:-
10.00
P ; nyeri luka op di kepala
Q:-
R : kepala
S : skala 4
T : hilang timbul

O : anak tampak tidur


S:-

Mengukur GCS O : CM E4 M6 V5
Jam
11.00
memberikan inj S:-
ketorolac O : obat masuk

Memberikan posisi S:-


kepala head up
O : kooperatif

F. Evaluasi
tanggal dx.keperawatan Evaluasi ttd
10-10- ketidakefekifan perfusi jaringan cerebral S : keluarga mengatakan pasien
2018 b.d peningkatan tekanan intra kranial lebih tenang

O : KU sedang, N 82 x /menit, S
36.5 x/ menit, R 20 x / menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor tanda-tanda PTIK
11-10 ketidakefekifan perfusi jaringan cerebral S : keluarga mengatakanpasien
2018 b.d peningkatan tekanan intra kranial tenang
O : CM,
A : Masalah teratasi
P:-

You might also like