Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
ELISA APRILIANI
1406120549
ASISTEN PRAKTIKUM:
M. ADRIAN
ZULIANVANI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
PEKANBARU
2017
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Mei 2017 pukul 08:00 sampai
dengan selesai yang dilaksanakan di laboratorium hama tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Riau
Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus
yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni
tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi,
dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama
dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang
sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel
yang sangat halus.
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang
banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang
efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen
Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa
sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer
yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor,
batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang
penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus,
sambungan las korosi, dsb.
Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah
kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh
disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi
otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki,
memiliki satu tabung untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung
tekanan udara serta tali untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung alat
17 liter dan terbuat dari logam besi.
2. Mist Duster
Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk. pestisida
dalam bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang
mengandung bahan aktif 1 -10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari
75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk
mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun/lebat, karena partikel debu dapat
masuk keseluruh bagian pohon.
Penggunaan sprayer didasarkan pada tujuan. Kemudian dalam
pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan
pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain boros. Pengetahuan ini
lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang digunakan. Dalam hal ini,
dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati tepat dalam pengaplikasiannya.
Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida yang digunakan dapat dibuat
seoptimal mungkin.
Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP
atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida
yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida
berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat
penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis
insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000).
Tingkat penutupan dinyatakan dengan angka kepadatan droplet (droplet
density), yakni jumlah droplet yang terdapat pada setiap satuan luas bidang sasaran.
Tingkat peliputan (coverage) atau kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran
semprot dan volume aplikasi. Makin halus ukuran butiran semprot, semakin baik
tingkat penutupannya. Volume aplikasi yang terlampau sedikit dapat menyebabkan
tingkat penutupan yang buruk dan volume aplikasi yang terlampau banyak
menyebabkan run off.
Curah (flow rate, output) adalah banyaknya cairan semprot yang
dikeluarkan oleh nozzle per satuan waktu, yang umumnya dihitung dalam liter per
menit. Angka flow rate dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ukuran
lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah lubang pada nozzle dan kecepatan aliran
cairan yang melewati nozzle. Setiap nozzel mempunyai angka flow ratenya sendiri.
Syarat agar penyemprotan merata lainnya adalah mempertahankan kecepatan
berjalan pada saat menyemprot (disebut kecepatan aplikasi). Bila kecepatan
berjalan saat menyemprot berubah-ubah, maka coverage juga akan berubah,
sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama.
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan
pestisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara
aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu:
OPT tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi dengan dosis yang
lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan OPT dan tanaman budidaya akan mati di
areal yang teraplikasi dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Ada tiga
faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel
curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan)
aplikator.
3. Microu Ulva
Micron Ulva merupakan alat semprot pestisida yang sangat efektif dan
efisien dalam mengendalikan Organisme pengganggu Tanaman. Alat tersebut di
beri nama ULVA+. Dengan teknologi CDA (controller Droplet Applicator) maka
alat ini mampu menyemprot pestisida dengan volume semprot berkisar antara 20
s.d 40 ltr/ha. ULVA+ yang bertenaga baterei juga sangat ringan dengan bobot
kosong hanya 1.6 kg sehingga akan memudahkan petani dalam mengaplikasikan
pestisida. Karena hanya membutuhkan volume larutan yang sedikit maka
penggunaan ULVA+ juga akan mempercepat proses penyemprotan menjadi hanya
2 s.d 3 jam/ha di bandingkan dengan alat semprot biasa yang mencapai 5 s.d 6
jam/ha. Beberapa keunggulan yang di tawarkan oleh alat semprot ULVA+ ini
antara lain ; Hemat air sampai dengan 80%, Hemat pestisida (bahan) sampai
dengan 40%, Hemat waktu dan biaya tenaga kerja sampai dengan 50%, dan Ringan
bahkan mudah digunakan oleh wanita.
4. Swing Fog
5. Automatic Sprayer
Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran
partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini
maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau
tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan
menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan
(hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga
mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet
menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah
yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-
partikel yang sangat halus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah isi
tangki cairan pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki
untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80
kali pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat
diamati melalui manometer. Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi
terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas untuk
dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat
diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan
efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi
kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam.
Perbedaan antara sprayer otomatis dan sprayer semi otomatis adalah pada
komponen dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung
khusus yang digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan
memenuhi tangki sprayer. Oleh karena itu tangki sprayer otomatis harus terbuat
dari bahan yang kuat dengan tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara
aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer otomatis harus dipompa hingga penuh
sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus dipompa selama aplikasi hingga
volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan ukuran droplet pada
keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi otomatis
akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan tekanan atau
energi hidrolik antara lain keuntunganya seperti Komponen yang digunakan relatif
sederhana untuk dioperasikan. Peralatan fleksibel dan dengan perubahan sedikit
dapat digunakan untuk sasaran yang berbeda. Untuk kerugiannya seperti Droplet
dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang
terbuang (droplet dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran). Penggunaan
yang bervariasi dan komponen dapat mengakibatkan variasi penutupan.
Penggunaan komponen khususnya noozle yang mengharuskan seringnya
penggantian alat yang bersangkutan.
6. Soil Injector
Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung. Sprayer ini
paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi,
sayuran, atau diperkebunan.
5. Setelah selesai digunakan cucilah sprayer beberapa kali, pertama cuci dengan
cara mengocok dengan air bersih kemudian buang air tersebut, pencucian
selanjutnya dengan membuang airnya melalui spuyer, pencucian terakhir
dengan memberi setengah tutup AERO 810 disertai dengan air bersih, kocok
sedikit dan keluarkan melalui spuyer, buang air sisa yang ada di dalam tangki.
Setelah sprayer sudah cukup kering berilah minyak kelapa sebagai pelumasnya,
bagian yang perlu dilumasi adalah bagian yang melakukan gerakan misalnya
piston. Sprayer sudah siap disimpan dengan posisi terbalik ataupun miring.
6. Selalu lakukan perawatan karena tanpa perawatan sprayer akan lebih mudah
rusak.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran