You are on page 1of 12

REFERAT

“Hiperemesis Gravidarum”

DISUSUN OLEH:
Vindi Athira (1102013297)

PEMBIMBING:
Letkol. CKM. dr. Rifardi Rifiar, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI - GINEKOLOGI


RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
BAB I

PENDAHULUAN

Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada

kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul

setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah

hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.1

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.

Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin

karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya

wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan

muntah yang berat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut

hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat

ringannya penyakit.1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita

hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi

buruk. 1

1.2 ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada

bukti bahwa penyakit ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa

penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak ditemukan kelainan biokimia,

perubahan-perubahan natomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan

syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan

tubuh karena tidak makan dan minum.1 Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain

yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut

1. faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan

kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan

karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk

berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat

hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini

merupakan faktor organik.

3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut

sebagai salah satu faktor organik

4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah

tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan,

takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental

yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

1.3 PATOFISIOLOGI

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya

kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh

fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat

akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan

wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-

bulan.

Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada

hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-

gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang

sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan

dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak

sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam

hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan

kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan

ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula

khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga

aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan

oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat

ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati

dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan

terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir

esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan

gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti

sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.


1.4 PATOLOGI

Bedah mayat pada mayat wanita yang meninggal karena hiperemesis

gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang

juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebab.

1. Hati. Tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilobuler,

kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai

akibat muntah yang terus-menerus. Tetapi separuh penderita yang meninggal

karena hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik hati yang

normal.

2. Jantung. Menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan beratnya atrofi dan

sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-

endokardial.

3. Otak. Dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler dan

perdarahan kecil–kecil didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan keeempat.

4. Ginjal. Tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

1.5 MANIFESTASI KLINIS

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan

hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan

kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah

memerlukan perawatan yang intensif.


Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam 3

tingkatan.

1. Tingkatan I. Ringan

Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa

lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri

epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,

turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.

2. Tingkat II. Sedang

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah

mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan

mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa

pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam

kencing.

3. Tingkat III. Berat

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi

fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan

gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat

kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus

menunjukkan adanya payah hati.


1.6 DIAGNOSIS

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan

adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi

keadaan. Namun demikian harus dipikirkan kehamilamn muda dengan penyakit

pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula

memberikan gejala muntah.

1.7 PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan

jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses

yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah

merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah

kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan

dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari

tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti keringatau biskuit dengan teh

hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan

dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau`sangat dingin.

Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan

karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan

yang banyak mengandung gula.


1.8 TERAPI

1. Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak

mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah

pohenobarbital, vitamin yang dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6,

antihistaminika juga dianjurakn Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik

seperti disklomin hidrokhloride, avomin.

2. Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik

hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah

berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak

diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi

saja gejala-gejala akan berkurang atau hilanhg tanpa pengobatan

3. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan

rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah

dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat

ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan

bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu

diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan
nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan

pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila

selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat

dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah

dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya

gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan

mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium,

kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam manifestasi

komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk

mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapuetik sering

sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh silakukan terlalu cepat, tetapi

dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ

vital.

1.9 PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada

tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi

pegangan bagi kita untuk menilai maju mundurnya pasien adalah adanya aseton dam

urin dan berat badan sangat turun


BAB III

KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama

masa hamil yang dapat menyebabkan pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum

menjadi terganggu Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti

tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi seperti primigravida, mola hidatidosa,

kehamilan ganda, masuknya vili khorialis kedalam sirkulasi maternal, resistensi ibu

yang menurun terhadap perubahan selama kehamilan, alergi dan faktor psikologik.

Mual dan muntah yang dialami mungkin karena meningkatnya kadar hormon

estrogen dan HCG, keadaan ini dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya

elektrolit dan alkolosis hipokloremik. Menurut berat ringannya hiperemesis

gravidarum dibagi dalam tiga tingkatan dari derajat ringan sampai yang menyebabkan

penurunan kesadaran. Pengelolan hiperemesis gravidarum adalah edukasi, mengubah

kebiasaan makan seahri-hari, obat-obatan, isolasi, cairan parenteral, terapi psikologik

sampai penghentian kehamilan. Dengan penanganan yang baik prognosis penyakit ini

sangat memuaskan namun demikian pada tingkat yang berat dapat mengancam jiwa

ibu dan janin.


DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Soejono A. 2005. Hiperemesis Gravidarum dalam Ilmu

Kebidanan. Edisi ketiga cetakan ketujuh. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo.

2. Mochtar R. 1998. Hiperemesis Gravidarum dalam Sinopsis Obstetri. Edisi 2

cetakan pertama. EGC. Jakarta.

You might also like