Professional Documents
Culture Documents
BUKU PEDOMAN
tentang
PALU,
JULI 2018
2
DAFTAR ISI
Keputusan ….. tentang Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
Tk.IV 13.07.01 Wirabuana
BAB V PENUTUP
31. Keberhasilan ............................................................................
32. Penyempurnaan ......................................................................
4
BUKU PEDOMAN
Tentang
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) ini membahas penatalaksanaan PPIRS yang
disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Ketentuan Umum.
c. Bab III Pengorganisasian.
d. Bab IV Penatalksanaan Kegiatan.
6
e. Bab V Penutup.
4. Landasan
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pedoman Manajerial Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 428/Menkes/SK/2012 tentang
Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia (Lembaga
Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia terdiri atas : Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan Joint Commissions International (JCI) yang
merupakan lembaga pelaksana akreditasi yang berasal dari luar negeri).
e. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
Nomor HK.02.04/I/2790/11 tanggal 01 Januari 2012 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit Nasional.
f. Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana Nomor
…./VI/2018 tentang Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
g. Surat Perintah Danden/Karumkit Nomor….. tanggal……tentang Pokja
Penyusunan Buku Pedoman tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit (PPIRS) di Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
5. Pengertian (Sublampiran A)
BAB II
7
KETENTUAN UMUM
6. Umum. Dalam ranhka penyelenggaraan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
infeksi menular, yaitu Konsep Dasar Penyakit Infeksi, Rantai Penularan dan Strategi
Pencegahannya. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
didunia, termasuk di Indonesia. Untuk dapat melakukan PPIRS khususnya infeksi Rumah
Sakit, perlu memiliki pengetahuan mengenai Konsep Dasar Infeksi. Beberapa pengertian
tentang infeksi, kolonisasi, inflamasi, rantai penularan penyakit, faktor risiko terjadinya
infeksi, serta strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda
(batang) lebih dari 10%. SIRS dapat disebabkan karena infeksi atau non infeksi
seperti trauma, pembedahan, luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolik.
SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
g. Rantai Penularan. Untuk melakukan tindakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi perlu mengetahui mata rantai penularan. Apabila satu mata
rantai dihilangkan atau rusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah :
3) Portal of Exit (pintu keluar) adalah jalan dari mana agent infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah
serta cairan tubuh lain.
Agent
Host/Pejam
u Rentan Reservoir
INFEKSI
Tempat Tempat
Masuk Keluar
Metode
Penularan
7. Tujuan. Tujuan Pedoman PPI di Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana ini
adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan mengenai PPI Rumah
Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana melalui kewaspadaan standard yang diterapkan di
unit pelayanan.
b. Menyiapkan Rumah Sakit dan fasilitas Kesehatanlain dengan sumber daya
terbatas dapat menerapkan PPI Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana,
meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan, sehingga dapat melindungi
petugas kesehatan, pasien dan keluarganya dari penularan penyakit yang timbul di
Rumah Sakit.
c. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan PPI Rumah Sakit
Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
d. Menurunkan angka kejadian infeksi di Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01
Wirabuana secara bermakna sehingga dapat mengurangi biaya operasional
maupun biaya yang ditanggung oleh pasien.
e. Menghindarkan petugas tertular suatu penyakit dan mencegah penularan
penyakit dari petugas ke pasien serta mencegah penularan penyakit dari pasien ke
petugas.
9. Prinsip-prinsip Pelaksanaan.
a. Profesional. PPI dilakukan secara profesional sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
12
14. Pengembangan dan Pendidikan. Tim PPI dan seluruh staf rumah sakit
adalah sasaran utama pengembangan dan pendidikan yang meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a. Tim PPI. Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar, lanjutan PPI
serta pendidikan dan pelatihan khusus IPCN yang dilaksanakan oleh Perdalin atau
HIPPI dan memiliki sertifikasi. Mengembangkan diri dengan mengikuti seminar atau
workshop terkait pencegahan dan pengendalian infeksi.
14
BAB III
PENGORGANISASIAN
15. Umum. Pelaksanaan kegiatan PPI perlu diwadahi dalam organisasi dapat
dilaksanakan dengan baik dan optimal maka perlu disusun pengorganisasian, tugas,
wewenang dan tanggung jawab.
KETUA KOMITE
SEKRETARIS
IPCO
c. Sekretaris.
1) Dijabat oleh seorang berprofesi perawat yang mempunyai minat, kepedulian,
pengetahuan, pengalaman, mendalami masalah infeksi, mikrobiologi klinik, atau
epidemiologi klinik dan bersertifikasi PPI.
2) Tugas dan tanggungjawab.
a) Memimpin, mengendalikan, mengkoordinasikan, dan mengawasi
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan Komite PPI Rumah Sakit Tk.IV
13.07.01 Wirabuana.
b) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan
kesekretariatan Komite PPI Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
3) Dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Ketua
Komite PPI Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
e. IPCO.
1) IPCO beranggotakan Dokter / perwakilan dari staf medis fungsional (bedah,
kebidanan, anestesi, paru), Dokter / ahli epidemiologi, Dokter / mikrobiologi /
19
patologi klinik, Farmasi, Laundry, Kamar Jenazah, Kesling dan K3, Gizi, Teknik,
CSSD, Instalasi Kamar Operasi, Housekeeping dan Urusan Dalam.
2) Tugas dan tanggungjawab.
a) Memberikan saran kepada Ketua Komite PPI sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.
b) Merencanakan dan menyusun program kerja PPI Rumah Sakit Tk.IV
13.07.01 Wirabuana sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
c) Dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada
Ketua Komite PPI Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
e. IPCD.
1) IPCD Beranggotakan dokter yang mempunyai minat dalam PPI, memiliki
sertifikasi PPI.
2) Tugas dan tanggungjawab sebagai berikut :
a) Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
b) Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
c) Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi
antibiotika.
d) Bekerjasama dengan IPCN memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB.
e) Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
f) Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g) Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahan dan pengendalian infeksi.
3) Dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada Ketua
Tim PPI Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
f. IPCN.
1) Personel IPCN adalah perawat dengan pendidikan minimal D3 Keperawatan,
Sarjana Kesehatan Masyarakat (epidemiologi) yang memiliki sertifikasi PPI,
20
g. IPCLN.
1) Personel IPCLN adalah perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki
sertifikasi PPI, memiliki komitmen dibidang PPI.
2) Tugas dan tanggungjawab IPCLN adalah sebagai berikut :
a) Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit
rawat inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika
pasien pulang.
b) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
PPI pada setiap personel ruangan di unit rawatnya masing-masing.
c) Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi
pada pasien.
d) Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB,
penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing dan konsultasi
ulang terkait prosedur yang harus dijalankan.
e) Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar
isolasi
3) Dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggungjawab kepada IPCN.
22
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
tidak diketahui. Kewaspadaan standar ini wajib diterapkan secara rutin dalam perawatan
seluruh pasien di Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana. Kewaspadaan standar meliputi
kegiatan kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan perawatan pasien,
pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pemulasaran jenazah, kesehatan
karyawan, pengelolaan makanan dan minuman, penempatan pasien, etika batuk, tindakan
menyuntik yang aman dan tindakan lumbal punksi.
1) Kebersihan Tangan ( PPI 9 )
a) Tujuan. Untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit yang diperoleh dari
kontak dengan pasien dan lingkungan.
b) Sasaran. Pasien, keluarga, pengunjung dan petugas rumah sakit.
c) Pelaksanaan. Pelaksanaan kebersihan tangan dilakukan sesuai
dengan kebijakan yaitu pada saat :
(1) Sebelum kontak dengan pasien.
(2) Sebelum melakukan tindakan aseptik.
(3) Sesudah terpapar dengan cairan tubuh pasien.
(4) Sesudah kontak dengan pasien.
(5) Sesudah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien.
d) Kebersihan tangan dilakukan dengan cara :
(1) Cuci tangan antiseptik (antiseptic handwashing) yaitu tehnik
mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik dan air
mengalir dengan tujuan membersihkan tangan dari kotoran dan
transien mikroorganisme di tangan.
Prosedur kerja:
a. Basahi tangan dengan air mengalir
b. Tuangkan sabun cair secukupnya.
c. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
d. Gosokkan punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan
kanan dan sebaliknya.
b. Gosokkan kedua talapak tangan dan sela-sela jari.
c. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci,
kemudian gosokkan.
d. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
24
2) Penggunaan APD.
a) Tujuan. Untuk mengurangi risiko penularan penyakit / infeksi dari
petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
b) Sasaran. Petugas kesehatan yang berhubungan langsung pada
pasien-pasien berisiko infeksi.
c) Pelaksanaan.
(1) Jenis APD. Sarung tangan, apron, gaun pelindung, jas
operasi, penutup kepala, masker bedah, masker respirator, kacamata
pelindung, masker bedah dan pelindung kaki.
(2) Pemilihan pemakaian APD.
Sarung Penilaian
Tidak rutin Ya Ya
tangan resiko
Apron Penilaian
Tidak rutin Tidak rutin c Tidak rutin c
risiko
Jas operasi Penilaian
Tidak rutin Ya c Tidak rutin c
risiko
Penutup
Tidak rutin Tidak rutin Tidak rutin Ya
kepala
Masker
bedah
Ya Tidak rutin d Tidak rutin d Tidak rutin e
(petugas
kesehatan
Masker
Tidak rutin Ya Ya Ya
respirator
Kacamata Penilaian
Penilaian risiko Ya Ya
pelindung risiko
Masker
bedah Ya Tidak Tidak rutin Tidak
(pasien)
26
Prosedur :
I. Penggunaan sarung tangan :
1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Pilih ukuran sarung tangan yang sesuai ukuran tangan dan
jenis tindakan.
3. Bila menggunakan sarung tangan bersih, tidak ada hal yang
perlu diperhatikan khusus.
4. Bila menggunakan sarung tangan steril :
a. Tangan yang belum menggunakan sarung tangan tidak
boleh menyentuh bagian steril sarung tangan.
b. Ambillah bagian bersih (bagian atas pergelengan
tangan/bagian yang terlipat pada sarung tangan).
c. Ambillah pasangan sarung tangan dengan
menggunakan tangan yang sudah menggunakan sarung
tangan, dengan mengambil bagian bawah pergelengan
tangan/bagian yang terlipat pada sarung tangan.
5. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai tindakan,
sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi ,
sebelum beralih ke pasien lain.
6. Buang secara hati-hati sarung tangan yang sudah digunakan
ke tempat sampah infeksius yang telah disediakan.
7. Petugas melakukan kebersihan tangan.
III. Masker N 95
1. Pasang masker dengan cara genggamlah respirator dengan
satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jari-jari
Anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas di bawah
tangan Anda dan pastikan masker sudah menutup hidung dan mulut.
30
PENGELOLAAN SAMPAH
1) Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan sampah.
2) Sampah di bedakan menjadi 2 : sampah padat dan sampah
cair
3) Sampah cair dibuang langsung ke spoelhoek, lubang wc, atau
ke fasilitas lain yang mengalir ke instalasi pengelolaan air limbah
(IPAL) Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
4) Sampah padat di bagi menjadi 2 sampah padat tajam dan
sampah padat tidak tajam
5) Sampah padat tajam (jarum, scalpel, ampul, silet, pecahan
tajam) harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
infeksius atau tidak. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan
33
Membersihkan lantai
1. Siapkan alat :
Tangkai pel sesuaikan dengan kebijakan.
Double bucket ,1 bucket untuk air bersih 1 bucket untuk cairan
Desinfektan, Larutan desinfektan 10 liter larutan
Natrium Hipoclorit 0,05% dalan bucket dan Natrium Hipoclorit 0,5 %
dalam botol 1,5 liter.
2. Petugas melakukan Kebersihan tangan.
3. Celupkan kain pel bersih ke dalam ember berisi pembersih.
4. Peras kain pel dengan maksimal.
5. Celupkan kain pel bersih ke dalam ember berisi air desinfektan.
6. Peras kain pel di secukupnya.
7. Dengan menggunakan tongkat pel kain pel diusapkan merata pada
lantai sambil digosokkan.
8. Bila ada noda darah atau cairan tubuh yang lain serap terlebih dahulu
noda dengan menggunakan kertas yang mudah menyerap cairan, kertas yang
digunakan untuk menyerap cairan tampung dalam plastic berwarna kuning
dan buang di tempat sampah infeksius, kemudian tuangkan larutan natrium
hipoklorit 0,5% (tunggu minimal 10 menit) dan lanjutkan mengepel dengan
larutan natrium hipoclorit 0,05%.
9. Bilas kain pel setiap setelah mengepel seluas 36 m² atau setiap
pindah dari satu ruangan ke ruangan lainya bila ruangan berukuran kurang
dari 36 m² atau setiap kali sudah tampak kotor.
10. Bilas kain pel dengan cara mencelupkan kain pel kedalam bucket
yang berisi air bersih kemudian diperas (lakukan minimal 2 x).
11. Celupkan kain pel kedalam larutan desinfectan kemudian diperas
secukupnya.
38
c. Ventilasi
1) Ventilasi dapat menjamin peredaran udara di dalam
kamar dengan baik.
2) Tersedia lubang udara yang cukup dan dibersihkan
secara berkala
3) Dapat dilengkapi Exhauster Fan, Kipas angin dan atau
AC
d. Atap
1) Atap harus kuat, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga dan tikus atau binatang lainnya.
2) Kerangka atap perlu diresidu dulu agar tahan terhadap
rayap.
3) Pemeriksaan secara berkala terhadap kemungkinan
kebocoran.
e. Langit-langit
1) Kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
2) Tinggi minimal 2,5 m dari lantai.
3) Kerangka kayu dibuat anti rayap.
f. Pintu
1) Pintu harus kuat, dapat mencegah masuknya serangga ,
tikus dan binatang pengganggu lainnya.
2) Menggunakan cat anti rayap.
g. Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air sampah,
listrik, Oksigen, Suction, sistem penghawaan, sarana
komunikasi dll harus rapi, aman dan terlindung.
b. Permukaan lain :
1. Petugas Pelaksana adalah petugas bagian
pemeliharaan dibantu karyawan lainnya. Pada
dasarnya seluruh karyawan Rumah Sakit Tk.IV
13.07.01 Wirabuana bertanggung jawab atas
kebersihan ruangan yang menjadi tanggung
jawabnya.
2. Persiapkan larutan Natrium Hipoclorit 0,05 % dan lap
bersih. Petugas memakai sarung tangan karet rumah
tangga /non steril
45
c. Spuit 20 cc
d. Pistol angin
2. Petugas melakukan kebersihan tangan
3. Pakai APD : sarung tangan, apron, masker, kaca mata, penutup
kepala, pelindung kaki.
4. Bilas alat medis yang sudah digunakan dengan menggunakan air
mengalir.
5. Lepaskan/buka alat medis yang dapat dilepas.
6. Rendam alat medis yang sudah digunakan dalam larutan natrium
hipoklorit 0,5% selama 10 menit.
7. Setelah 10 menit angkat alat medis dan sikat perlahan-lahan alat
medis di setiap permukaan termasuk gerigi dan lekukan.
8. Bilas sampai bersih dalam air mengalir.
9. Bersihkan, sikat bak pencuci.
10. Keringkan alat medis dengan kain yang tidak ada bulu halus.
11. Kemas alat medis sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
12. Buka Alat Pelindung Diri.
13. Petugas melakukan kebersihan tangan.
Kebijakan :
1. Pedoman Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana tahun 2018.
2. Semua permukaan harus dilakukan proses pembersihan setiap hari.
Prosedur :
a. Siapkan alat
1) Kontainer plastik
2) Larutan natrium hipoklorit 0,5 %
3) Gelas ukur
b. Petugas melakukan kebersihan tangan
c. Pakai alat pelindung diri (masker, sarung tangan, apron dan
goggle)
d. Ambil 9 liter air bersih dan tuangkan dalam konteiner plastik
yang sudah disiapkan sebelumnya.
e. Tuangkan 1 liter cairan Natrium Hipoklorit 0,5 % kedalam
konteiner (poin d).
f. Buat cairan Natrium Hipoklorit 0,05 % sesuai dengan
keperluan.
g. Cairan Natrium Hipoklorit 0,05 % dibuat bila diperlukan
h. Jangan menyimpan larutan Natrium Hipoclorit 0,05%
i. Buka Alat Pelindung Diri.
j. Petugas melakukan kebersihan tangan.
2. Ada ketentuan jumlah maksimal pemakaian ulang alat yang spesifik untuk tiap
alat yg akan digunakan ulang, ada ketentuan yang menyatakan semua bentuk
ketidaknormalan pada alat yang menunjukan alat tersebut tidak bisa digunakan
lagi, ada proses dekontaminasi untuk setiap alat segera setelah dipakai sesuai
dengan SPO, dan ada proses pengumpulan, analisa, penggunaan data infeksi
yang berhubungan dengan alat yg digunakan ulang tersebut.
d) Evaluasi. Dilaksanakan audit kepatuhan petugas dalam pemrosesan peralatan /
instrumen kotor yang akan digunakan kembali dilakukan setiap 3 bulan sekali.
6) Penatalaksanaan Linen.
a) Tujuan. Untuk mencegah terjadinya infeksi silang bagi pasien,
petugas Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana dan lingkungan, dengan
mengelola dan mengendalikan bahan-bahan linen.
b) Sasaran. Petugas, fasilitas serta linen kotor dan linen bersih
dikelola dengan benar sesuai dengan SPO dan prinsip-prinsip PPI sehingga
pasien, petugas Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana dan lingkungan
terhindar dari infeksi silang.
c) Pelaksanaan.
(1) Pemilahan linen kotor terinfeksi dengan linen kotor tidak
terinfeksi dilakukan di ruang perawatan / ruang tindakan oleh petugas
di ruang perawatan / ruang tindakan. Linen kotor terinfeksi adalah
linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, faeces,
terutama yang berasal dari penderita penyakit menular misalnya
Hepatitis, SARS, Flu Burung / Flu Babi, HIV / AIDS dan lain-lain.
(2) Linen kotor terinfeksi harus dibersihkan dahulu dari noda
darah, muntahan, faeces kemudian dibungkus dengan plastik
berwarna kuning dan ditutup rapat.
(3) Pencucian linen kotor terinfeksi menggunakan mesin cuci
infeksius yang berada di ruang terpisah dengan mesin cuci untuk linen
tidak terinfeksi.
(4) Trolly untuk linen kotor dibedakan dengan trolly untuk linen
bersih. Trolly linen bersih sebaiknya tertutup rapat.
52
7) Kesehatan karyawan.
a) Tujuan. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan Rumah
Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana, memelihara kesehatan petugas dan
mencegah ketidak hadiran petugas, ketidakmampuan bekerja, kemungkinan
medikolegal dan KLB.
b) Sasaran. Seluruh petugas Rumah Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana
terutama yang berisiko tinggi.
c) Pelaksanaan. Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan;
imunisasi/vaksinasi pada petugas yang berisiko tinggi.
d) Evaluasi. Pemeriksaan kesehatan berkala sesuai kebutuhan.
8) Penempatan pasien.
a) Tujuan. Mencegah penularan dari pasien kepada petugas
kesehatan, keluarga, pengunjung, pasien lain dan lingkungan sekitar Rumah
Sakit Tk.IV 13.07.01 Wirabuana.
b) Sasaran. Pasien suspek flu burung (H5N1), H1N1, TB dan
varicella.
c) Pelaksanaan.
(1) Penanganan pasien dengan penyakit menular / suspek. Pasien
diletakkan dalam ruangan tersendiri dan terpisah, apabila tidak
memungkinkan, diletakkan dalam satu ruangan dengan jarak antar
tempat tidur 2 meter dan diberikan penghalang. Ruangan dialiri udara
bertekanan negatif dan sistem pembuangan udara keluar
menggunakan filter HEPA, bila tidak memungkinkan dengan
memasang pendingin ruangan atau exhaust fan. Pintu harus tertutup
dan setiap memasuki ruangan harus mengenakan APD yang sesuai
(masker, gaun, pelindung wajah, pelindung mata, sarung tangan).
1. Penempatan Pasien
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan, dan
bisa gabung dengan pasien lain yang tidak infeksius.
2. Kebersihan Tangan
a) Melakukan kebersihan tangan setelah menyentuh
darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan barang-barang
terkontaminasi, segera setelah melepas sarung tangan, antara
kontak dengan satu pasien ke pasien yang berikutnya, dan
kapan saja bila diperlukan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau ke lingkungan. Kadang-
kadang diperlukan mencuci tangan di antara dua tugas atau
prosedur yang berbeda pada pasien yang sama untuk
mencegah kontaminasi silang pada bagian tubuh yang lain.
b) Gunakan sabun biasa (bukan antimikroba) untuk
kebersihan tangan rutin.
c) Sarung Tangan
Pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) bila
menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-
barang terkontaminasi. Pakai sarung tangan tepat sebelum
menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka (non-intact skin).
Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur berbeda
pada pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang
kemungkinan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas
sarung tangan tepat saat selesai suatu tugas, sebelum
menyentuh barang dan permukaan lingkungan yang tidak
terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien lain, dan cuci
tangan segera untuk mencegah perpindahan mikroorganisme
ke pasien lain atau lingkungan.
d) Masker, Pelindung Mata, Pelindung Wajah
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah untuk
melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung dan mulut saat
melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien yang
54
3. Pengendalian Lingkungan
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan
desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, tiang-tiang tempat tidur,
peralatan di samping tempat tidur, dan permukaan lainnya yang sering
disentuh, dan pastikan prosedur ini dilaksanakan.
4. Linen
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik
sehingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak
mengotori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke
pasien lain dan lingkungan.
55
a) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang Lantai yang memiliki syarat
sebagai berikut;
o Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan
ruangan sekitarnya
o Bila ruangan dengan tekanan negative penuh tempatkan
pasien di ruangan ventilasi alami dengan pertukaran udara 6 sampai
12 kali per jam
o Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang
memadai atau memiliki system penyaringan udara yang efisien
sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain.
Pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila
tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan
pasien lain yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama,
kecuali bila ada rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien
dengan pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan
perawatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas
pengendalian infeksi sebelum menempatkan pasien.
b) Perlindungan Pernafasan (Masker)
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita airborne disease (Tbc, Varicela,
rubella dll). Orang-orang yang sensitif dilarang memasuki kamar pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita airborne disease. Petugas
yang kebal pada measles (rubeola) atau varicella tidak perlu
memakai perlindungan pernafasan. Pasien harus selalu
menggunakan masker medik/bedah.
c) Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan memakaikan masker bedah/medic
pada pasien bila memungkinkan.
57
2. Droplet Precautions
Sebagai pelengkap Standard Precautions, gunakan Droplet
Precautions atau yang sederajat, untuk pasien-pasien yang diketahui
atau dicurigai terinfeksi dengan mikroorganisme yang ditularkan
melalui cairan yang butirannya lebih besar atau sama dengan dari 5
micron, yang dapat menyebar saat pasien batuk, bersin, berbicara,
atau saat dilakukan prosedur terhadapnya.
a) Penempatan Pasien
Pasien dengan droplet diseases bisa ditempatkan disemua
ruang perawatan dengan kamar tersendiri. Bila tidak tersedia kamar
tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien
yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama, tetapi bila tidak
memungkinkan ditempatkan dengan pasien kasus yang sama maka
tempatkan pasien bersama dengan pasien dengan kasus yang lain
(kecuali pasien dengan airborne diseases) tetapi dengan jarak
sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya dan
pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang
khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
b) Masker
Sebagai tambahan standard precautions, gunakan masker
bedah/medik bila bekerja dalam jarak kurang dari 1 m dari pasien.
c) Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan memakai masker bedah/medik pada
pasien, bila memungkinkan.
3. Contact Precautions
Sebagai tambahan Standard Precautions, gunakan Contact
Precautions atau yang sederajat, untuk pasien yang diketahui atau
dicurigai terinfeksi atau terkolonisasi dengan mikroorganisme
58
a) Penempatan Pasien
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan.
Tempatkan pasien di kamar tersendiri. Bila tidak tersedia kamar
tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan pasien
yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama, tetapi bila tidak
memungkinkan ditempatkan dengan pasien kasus yang sama maka
tempatkan pasien bersama dengan pasien dengan kasus yang lain
(kecuali pasien dengan airborne disesses) tetapi dengan jarak
sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya dan
pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang
khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
c) Gaun
Sebagai tambahan dari pemakaian gaun yang digariskan
dalam Standard Precautions, pakailah gaun (bersih dan tidak perlu
steril) saat memasuki kamar pasien bila kira-kira pakaian anda akan
bersentuhan dengan pasien, permukaan lingkungan, atau barang-
barang dalam kamar pasien. atau bila pasien menderita inkontinensia
atau diare, ileostomi, kolostomi, atau drainase luka yang tidak tertutup
perban. Lepas gaun sebelum meninggalkan lingkungan pasien.
Setelah melepas gaun, pastikan pakaian tidak menyentuh permukaan
lingkungan yang mungkin terkontaminasi, untuk mencegah
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
d) Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang
khusus tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja.
Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, pastikan
kewaspadaan tetap terjaga untuk meminimalkan kemungkinan
penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan kontaminasi
permukaan lingkungan dan peralatan.
6. Pemulangan pasien.
Apabila pasien dipulangkan sebelum masa isolasinya berakhir,
pasien yang dicurigai terkena penyakit menular melalui udara /
airborne harus diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut
mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai
diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosis menunjukkan bahwa
pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut. Sebelum
pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang
tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara
penularan penyakit menular yang di derita pasien. Setelah
pemulangan pasien dilakukan pembersihan dan disinfeksi ruangan
yang benar.
Surveilans adalah pengamatan aktif secara terus menerus dan sistematis terhadap
adanya infeksi rumah sakit, penyebarannya, serta hal yang mempengaruhi risiko
terjadinya infeksi di rumah sakit.
b. Sasaran. Pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat inap, rawat jalan
(kontrol post operasi).
1) Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang di atas
fascia.
2) Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau jaringan
yang diambil secara aseptik.
3) Sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda
peradangan, kecuali jika hasil biakan negatif (paling sedikit terdapat
satu dari tanda-tanda infeksi berikut: nyeri, bengkak lokal, kemerahan
dan hangat lokal).
4) Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi.
b. Tindakan Operasi
1. Durasi surgical scrub (lamanya cuci tangan)
2. Antiseptik kulit
68
Rekomendasi CDC
Rekomendasi CDC yang tertuang dalam Pedoman Pencegahan IDO (Guideline
for Prevention of Surgical Site Infection), 1999, adalah sebagai berikut:
Pra - Bedah
1. Persiapan Pasien Sebelum Operasi
4. Profilaksis Antimikroba
a. Berikan profilaksis antimikroba hanya bila diindikasikan, dan pilihtah
jenis/ kelompok antimikroba yang paling efektif terhadap patogen yang paling
umum menyebabkan IDO pada operasi jenis itu dan sesuai dengan
rekomendasi.
b. Berikan dosis profilaksis awal melalui intravena pada saat yang sesuai
sehingga pada saat operasi dimulai konsentrasi bakterisida pada serum dan
71
a. Bila tampak kotoran atau darah atau cairan tubuh lainnya pada
permukaan benda atau peralatan, gunakan desinfektan untuk
membersihkannya sebelum operasi selanjutnya dimulai.
b. Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus atau penutupan kamar
bedah setelah selesai operasi kotor.
c. Jangan menggunakan keset berserabut untuk kamar bedah
atau pun daerah sekitarnya.
d. Pel dan keringkan lantai kamar bedah setelah tindakan operasi
terakhir setiap harinya dengan desinfektan.
Berikut adalah prosedur penggantian kasa steril dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam tiap langkahnya:
1. Sebelum mengganti kassa, pastikan bahwa memang ada perintah dari ahli
bedah. Biasanya kasa tidak perlu disentuh kecuali bila banyak perdarahan atau
ada aliran cairan yang keluar dari luka operasi. Dokter boleh memilih semua
74
jenis kasa tergantung pada lebar dan kategori luka. Teknik pembalutan dapat
menentukan kondisi luka dan lamanya waktu rawat inap pasien bila terjadi
infeksi.
2. Bawa pasien ke tempat yang dikhususkan untuk ganti kasa dan jelaskan
apa yang akan dilakukan. Penggantian kasa dapat langsung dilakukan di atas
kereta di samping tempat tidur, atau di ruangan yang dimodifikasi / dirancang
untuk tujuan tersebut. Beberapa penggantian kasa harus dilaksanakan di kamar
bedah di bawah kondisi steril yang optimal dan bila dibutuhkan dapat dilakukan
pembiusan. Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
3. Sediakan semua pertengkapan steril untuk perawatan luka dan pergantian
Kasa sebelum memulai prosedur. Peralatan yang perlu disiapkan:
10. Hindari pembalutan longgar atau terlalu besar. Letak dan karakteristik tiap
luka operasi menentukan bentuk, berat, konsistensi dan ukuran kasa. Kasa yang
longgar dapat mengganggu pengamatan baik terhadap adanya perdarahan,
warna dan denyut nadi pada tungkai.
11. Semua kasa yang dibuka dari luka pasien harus diperlakukan sebagai
terkontaminasi, baik dengan atau tanpa pembuktian klinis adanya infeksi.
Kontainer yang dibungkus kantong plastik harus tersedia untuk membuang
pembalut bekas pakai. Semua kasa kotor termasuk kategori sampah sumber
infeksi.
12. Petugas melakukan kebersihan tangan setiap usai mengganti kasa untuk
mencegah kontaminasi silang.
Bakteriuri Asimtomatik
Bakteriuri/ ISK asimtomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini:
1. Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari sebelum
biakan urin; dan ditemukan biakan urin >1(T kuman per ml urin dengan jenis kuman
maksimal2spesies; dan tidakterdapat gejala/ keluhan demam (>38"C), polakisuri,
nikuri, disuri dan nyeri supra pubik.
2. Pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7 hari sebelum biakan
pertama positif; dan biakan urin 2 kali berturut-turut ditemukan tidak lebih 2 jenis
kuman yang sama dengan jumlah < 10 5 per ml; dan tidak terdapat gejala/ keluhan
demam (>38°C), polakisuri, nikuri, disuri dan nyeri supra pubik.
Catatan:
1. Biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan tes laboratorium yang
bisa diterima untuk bakteriuri
2. Biakan urin harus diambil dengan teknik yang sesuai, seperti koleksi clean
catch atau kateterisasi.
Infeksi Saluran Kemih Lain
ISK lain harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini:
b. Ditemukan kuman yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin atau jaringan
yang diambil dari lokasi yang dicurigai terinfeksi.
c. Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik secara
pemeriksaan langsung, selama pembedahan, atau melalui pemeriksaan
hispatologis.
dilepas.
3. Harus digunakan spuit besar steril dan cairan irigasi steril,
kemudian dibuang. Personel yang melakukannya harus memakai
teknik aseptik.
4. Bila kateter tersumbat dan hanya dapat mengalir dengan lancar
bila sering diirigasi, maka kateter itu sendiri yang harus diganti bila
terlihat bahwa sebenarnya kateternya yang membuat sistem
tersumbat. .
g. Pengambilan Sampel
1. Bila dibutuhkan sampel urin segar dengan volume kecil, sedot
dengan menggunakan jarum dan spuit steril pada bagian ujung distal
kateter atau pada port sampel yang terlebih dahulu dibersihkandengan
desinfektan.
2. Pengambilan sampel urin dengan volume yang lebih besar untuk
pemeriksaan khusus, harus diambil dari kantong penampungan drenase
dengan teknik aseptik.
h. Laju Alir Urin
1. Laju aliran yang tidak terhambat harus dipertahankan.
(Kadang-kadang dibutuhkan penghentian aliran sementara untuk
mengambil sampel medis atau tujuan lainnya)
2. Untuk mendapatkan aliran urin yang lancar:
• Kateter dan pipa drenase tidak boleh terlipat.
• Kantong penampung drenase harus dikosongkan secara
teratur dengan menggunakan kontainer terpisah untuk tiap
pasiennya jangan sampai ada kontak antara lubang pengosong
pada kantong penampung dengan kontainer non steril).
• Kateter yang berfungsi kurang baik atau tersumbat
harus diirigasi atau bila perlu diganti.
• Kantong penampung harus selalu diletakkan lebih
rendah dari kandung kemih.
i. Interval Penggantian Kateter
Kateter menetap maksimal dipertahankan selama 14 hari, bila
pasien masih memerlukan kateter maka harus dipasang alat yang
baru.
j. Pemisahan Ruangan untuk Pasien Dengan Kateter
Untuk mengurangi kemungkinan infeksi silang, pasien dengan kateter
yang terinfeksi tidak boleh bersebelahan tempat tidur atau tinggal
sekamar dengan pasien berkateter yang tidak infeksi.
k. Monitor Bakteriologi
Monitor bakteri pada pasien berkateter secara reguler tidak ada
gunanya bagi pengendalian infeksi dan tidak direkomendasikan.
disebabkan oleh Legionella sp., Aspergillus sp., dan virus influenza yang terhirup
melalui aerosol yang terkontaminasi.
Biasanya gejala infeksi nosokomial ini terlihat lebih dari 48 jam sejak penderita
dirawat di rumah sakit. Seorang pasien dikatakan menderita pneumonia bila
memenuhi paling sedikit satu kriteria di bawah ini :
1. Pada pemeriksaan fisik terdapat ronki basah atau pekak (dullness) pada
perkusi dan salah satu di antara keadaan berikut:
•Timbul perubahan baru berupa sputum purulen atau terjadi perubahan sifat
sputum
•Isolasi kuman positif pada biakan darah
•Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan/ cuci bronkus atau
biopsi.
2. Foto torak menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura
baru atau progresif, dan salah satu di antara keadaan berikut:
•Timbul perubahan baru berupa sputum purulen atau terjadi perubahan sifat
sputum
•isolasi kuman positif pada biakan darah
•Isolasi kuman patogen positif dari aspirasi trakea, sikatan/ cuci bronkus atau
biopsi.
•Virus dapat diisolasi atau terdapat antigen virus dalam sekresi saluran nafas
•Terdapat tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan histopatologi
•Titer IgM atau IgG spesifik meningkat empat kali lipat dalam dua kali
pemeriksaan
Protap surveilans pneumonia :
1. Semua faktor resiko hams dicatat dengan lengkap pada catatan pasien
oleh dokter, perawat atau anggota tim kesehatan lain yang menangani pasien.
2. Pelaksanaan surveilans harus menghitung rate menurut faktor resiko spesifik
minimal jenis operasi toraks dan abdomen, dan ventilator serta melaporkannya
kepada komite pengendalian infeksi rumah sakit minimal 6 bulan sekali dan
sekaligus menyebarluaskannya melalui buletin rumah sakit.
3. Pelaksana surveilans membuat laporan rate pneumonia kasar pada buletin
rumah sakit minimal setiap tiga bulan sekali.
2) Surveilans
1. Laksanakan surveilans pneumonia untuk pasien ICU yang
beresiko tinggi mendapatkan pneumonia nosokomial (misalnya pasien
dengan ventilator) untuk mengetahui kecenderungan dan masalah-masalah
yang mungkin ditemui. Masukkan data tentang mikroorganisme yang
menyebabkannya dan pola ketahanannya terhadap antimikroba. Data yang
disajikan berupa jumlah (jumlah pasien yang terinfeksi per 1000 hari
perawatan atau per 1000 hari ventilator)
2. Jangan melaksanakan surveilans kultur rutin pada pasien atau
perlengkapan dan peralatan terapi pernafasan, alat tes fungsi paru-paru
81
c. Wall humidifier
• Ikuti petunjuk pabrik dalam memakai dan merawat wall oxygen
humidifier, kecuali bila ada data penelitian yang menunjukkan bahwa
modifikasi petunjuk pabrik tidak membahayakan pasiendan lebih
hemat biaya.
• Pemakaian antara satu pasien dengan lainnya, gantilah
selang, termasuk juga nasal prong atau masker yang dipakai untuk
menyaturkan oksigen dari dinding.
d. Medication nebulizer
• Di antara pemakaian pada pasien yang sama, lakukan
desinfeksi, bilas dengan air steril, atau keringkan dalam udara
terbuka.
• Di antara penggunaan oleh pasien yang berbeda, gantilah
nebulizer dengan set yang sudah disteril atau didesinfeksi tingkat
tinggi.
• Untuk nebulisasi, hanya boleh digunakan air steril dan
dituangkan dengan teknik aseptik. Bila vial obat multi dosis
digunakan, maka penggunaannya, penuangan dan penyimpanannya
harus sesuai petunjuk pabrik.
• Sterilkan nebulizer bervolume besar yang dipakai untuk terapi
inhalation (misalnya untuk pasien trakheostomi) atau desinfeksikan
tingkat tinggi di antara penggunaan oleh pasien yang berbeda dan tiap
24 jam bila digunakan oleh pasien yang sama.
e. Pemasangan Kateter
Jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter yang sudah ditentukan.
12) Penghitungan dan analisis. Tentukan jenis rate (angka laju) yang tepat
sebelum pengumpulan data kemudian presentasikan angka sehingga mudah
dipahami. Data ditabulasi dalam bentuk tabel ditentukan pembilang (numerator) dan
penyebut (denominator) untuk dapat menghitung rate, dengan rumus sebagai
berikut :
IDO :
HAP :
Kasus Infeksi x 1000
d. Evaluasi. Sistem pelaporan dilakukan
Jumlahsecara sistematik,
Hari Rawat terus menerus, tepat
Pasien Berisiko
waktu, dan penyusunannya mudah dimengerti, informatif. Hal ini perlu direncanakan sejak
awal. Pelaporan yang baik sebagai stimulasi untuk melakukan intervensi perbaikan.
Monitoring dan evaluasi surveilans sebagai program perlu dimonitor dan evaluasi secara
periodik.
20. Audit. Audit dalam PPI adalah pemantauan dan pengawasan secara terjadwal dan
konsisten keterlaksanaan program PPI sesuai standar.
a. Tujuan. Meningkatkan kepatuhan petugas rumah sakit dalam melaksanakan
program PPI dan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
b. Sasaran. Semua unit atau bagian meliputi lingkungan, fasilitas, SPO,
surveilans, penggunaan antibiotika, ketaatan dalam pemisahan sampah medis, non
medis, benda tajam, ketersediaan kantong plastik warna kuning, hitam, merah dan
ketersediaan tempat sampah.
c. Pelaksanaan. Dilaksanakan oleh auditor terlatih atau Tim khusus yang
memiliki kompetensi PPI, bekerjasama dengan bagian teknik, kesling, pengelola
kebersihan lingkungan. Dengan langkah-langkah menjadwalkan dan memastikan
pelaksanaan audit, mengaudit seluruh kegiatan audit, melaporkan hasil, serta memberikan
rekomendasi untuk tindakan perbaikan.
87
d. Evaluasi. Dilaksanakan setiap enam bulan sekali di semua unit terkait yang
memberikan pelayanan pasien. Kegiatan ini sebagai monitoring dan evaluasi penerapan
PPI di unit pelayanan.
gizi di rumah sakit, menurunkan insiden yang membahayakan keselamatan pasien yang
berhubungan dengan pelayanan makanan dan minuman.
b) Sasaran. Petugas gizi, dokter gizi klinik, pasien, keluarga pasien, petugas
kesehatan lain, bahan makanan, mesin pengolah makanan, sarana, prasarana dan
peralatan makanan.
c) Pelaksanaan.
1) Penerimaan bahan makanan. Pada saat penerimaan bahan makanan dilakukan
pemeriksaan pengawasan dan pengamanan bahan makanan yang meliputi
pemeriksaan fisik, apabila ada bahan makanan tambahan maka harus sesuai
dengan ketentuan.
2) Penyimpanan bahan makanan. Tempat penyimpanan bahan makanan harus
selalu terpelihara dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia
berbahaya, serangga dan binatang lainnya. Bahan makanan disimpan sesuai
dengan sifat dan jenisnya.
3) Pengolahan bahan makanan. Semua bahan makanan dimasak sesuai
suhu dengan jenis bahan makanan. Tiga prinsip yang harus dilaksanakan dalam
pengolahan bahan makanan :
(a) Tempat pengolahan. (Dapur/Unit produksi makanan)
- Air memenuhi syarat air minum, tidak terkontaminasi
- Pembuangan air kotor memenuhi syarat
- Tempat pembuangan sampah harus tertutup
- Terhindar dari serangga dan tikus
- Penerangan cukup ( min.200 lux)
- Ventilasi cukup, asap keluar dengan cepat
(b) Tenaga pengolahan. Tenaga yang mempersiapkan, mengolah,
menyimpan, mengangkut dan menyajikan makanan dan
minuman(kontak langsung)
- Kebersihan perseorangan
- Memiliki pengetahuan hygiene dan sanitasi makanan
- Memiliki keterangan kesehatan: Bebas penyakit menular, bebas
penyakit kulit, bebas pembawa basil (carrier), bebas penyakit
pernafasan(TBC, Pertusis )
(c) Proses pengolahan. Mengikuti kaidah cara pengolahan makanan
yang baik.
- Bahan makanan yang akan di olah harus sesuai spesifikasi
- Tempat persiapan, meja peracikan bebas lalat, tikus, kucing,
kecoa
- Perabotan masak harus memenuhi syarat fisik bersih dan
bakteriologis ( bebas kuman )
- Peralatan pengolahan tidak di campur adukan penggunaannya
4) Penyimpanan makanan matang. Makanan yang sudah matang disimpan di
almari khusus / kulkas / alat pendingin tetapi tidak menutup kemungkinan langsung
dimasukkan ke dalam plato atau tempat makanan untuk disajikan kepada pasien.
5) Distribusi makanan. Alat pengangkut makananan harus bersih, cara
pengangkutan makanan harus memenuhi syarat / tidak terkontaminasi, makanan
91
c) Pelaksanaan.
1) Kursus dasar dan kursus lanjutan PPI di laksanakan dengan mengirimkam
IPCN dan IPCLN menyesuaikan dengan program perdalin
2) Pelatihan/Inhouse training di adakan oleh Tim PPI dengan peserta seluruh
petugas rumah sakit baik medis maupun non medis, di adakan 1 kali dalam setahun
3) Seminar/Workshop di laksanakan dengan mengirim Tim PPI (IPCN /IPCLN)
menyesuaikan dengan jadwal Diklat, Kemenkes, Perdalin dan HIPPI
4) Study banding di laksanakan untuk membandingkan pelaksanaan PPI
dengan rumah sakit lain, di laksanakan 1 tahun sekali
5) Pertemuan berkala di laksanakan setiap dua bulan sekali dengan
mengundang seluruh IPCN,IPCO,IPCD, IPCLN, Kepala ruangan,kepala Instalasi
dan Kepala unit yang terkait dengan pelaksanaan program PPI
6) Kampanye cuci tangan di laksanakan setiap tanggal 5 mei dengan
mengadakan lomba antar ruangan/unit dan kegiatan diahiri dengan kampanye yang
diikuti oleh seluruh petugas rumah sakit
7) Sosialisasi dan Orientasi
(a) Karyawan baru dan mahasiswa di laksanakan dengan Koordinasi
dengan bagian Diklat dan Keperawatan tentang rencana kegiatan
sosialisasi dan pelaksanaan sosialisasi di lakukan di dalam jam kerja
dan instruktur di lakukan secara bergantian oleh tim PPI, Instruktur
sosialisasi di haruskan bagi Tim PPI yang sudah mengikuti kursus
dasar dan lanjutan
(b) Petugas non medis (Cleaning service) di laksanakan dengan
berkoordinasi dengan koordinator cleaning service
(c) Sosialisasi program PPI di laksanakan di setiap awal tahun dengan
mengundang Tim PPI dan perwakilan dari setiap unit dan ruangan
yang berkaitan dengan pelaksanaan program PPI
(d) Sosialisasi pedoman dan SOP di laksanakan pada saat pertemuan
berkala Tim PPI setiap 2 bulan sekali
BAB V
PENUTUP
25. Keberhasilan. Program PPI dapat dilaksanakan secara optimal bila didukung
kepedulian oleh semua petugas rumah sakit, sarana yang menunjang, dan kebijakan dari
pimpinan.
26. Penyempurnaan. Pelaksanaan setiap kegiatan harus dilakukan evaluasi sehingga perlu
adanya tindak lanjut jika ditemukan permasalahan ataupun dilakukan feedback jika didapati
keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
9. Surat Perintah Dirkesad Nomor Sprin/1158/VIII/2011 tentang Pokja penyusunan Buku Pedoman
tentang PPI di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.
10. Surat Perintah Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Nomor Sprin/1682/IX/2008, tanggal 22
September 2008 tentang Pembentukan Tim PPIRS di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.