You are on page 1of 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS P4004 POST SC +
MOW HARI KE 12 DI RUANG POLI KLINIK KB
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

DISUSUN OLEH :

1. Anita Rahayu Herlingga S, S. Kep 1830014


2. Bintan Fainii Raihannah, S. Kep 1830024
3. Meilani Sita Dewi, S. Kep 1830060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI PROFESI NERS TAHUN AJARAN
2018-2019

LEMBAR PENGESAHAN

i
Disusun Oleh :

1. Anita Rahayu Herlingga S, S. Kep (1830014)


2. Bintan Fainii Raihannah, S. Kep (1830024)
3. Meilani Sita Dewi, S. Kep (1830060)

Judul Seminar : Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan


Diagnosa Medis P4004 Post SC + MOW Hari ke 12 Di Ruang
Poli Klinik KB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
pada hari Kamis, 14 Maret 2019

Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( )
( )

KATA PENGANTAR

ii
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah
seminar kasus dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasu ini dibuat
sebagai salah satu tugas dari Prodi Profesi di Stikes Hang Tuah Surabaya.
Makalah seminar kasus ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan
Diagnosa Medis P4004 Post SC + MOW Hari ke 12 Di Ruang Poli Klinik KB
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya ”.
Dalam penyusunan makalah seminar kasus ini, penulis mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Laksamana Pertama TNI dr. Ahmad Samsulhadi selaku Kepala Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya

2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Stikes Hang Tuah


Surabaya

3. Bapak Nuh Huda, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB selaku Kepala Program


Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya

4. Ibu Puji Hastuti, M. Kep ., Ns selaku pembimbing institusi yang telah


meluangkan waktu dan tenaga untuk memberi arahan dan bimbingan
dalam penyusunan dan penyelesaian makalah seminar ini.
5. Ibu Anti Widayani, S.Keb.Bd dan Any Sri Wulandari, Amd.Keb selaku
kepala ruangan poli klinik KB dan pembimbing lahan yang penuh
kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik dan
bimbingan demi kesempurnaan penyusunan makalah seminar kasus ini.

iii
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan
pemanfaatan literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan
sederhana dan isinya jauh dari sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Pemurah.
Akhirnya penulis berharap bahwa makalah seminar kasus ini bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 06 Maret 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat Teoritis ........................................................................................2
1.5 Metode Penulisan .....................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Keluarga Berencana..................................................................................5
2.2 Kontrasepsi...............................................................................................6
2.3 Medis Operatif Wanita (MOW) / Tubektomi .............................................6
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................15
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1Pengkajian.................................................................................................21
3.2 Diagnosa...................................................................................................29
3.3 Intervensi..................................................................................................30
3.4 Implementasi............................................................................................32
3.5 Evaluasi....................................................................................................32
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan................................................................................................25
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................................38
5.2 Saran ........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................40

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga


termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga
dapat mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga yang berkualitas akan
menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas pula. Gerakan KB nasional
bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia (BKBPP, 2009).
Visi dan misi program KB tahun 2010 telah direvitalisasi dalam rangka untuk
lebih mendukung pencapaian hasil yang optimal. Visi program KB sekarang ini
adalah “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Sedangkan misi program KB adalah memberdayakan masyarakat
untuk membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang kemitraan dalam
peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan
kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi,
perlindungan dan upaya mewujudkan hak- hak reproduksi, meningkatkan upaya
pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender
melalui program Keluarga Berencana, dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia
berkualitas sejak pembuahan daam kandungan sampai dengan lanjut usia”
(Saifuddin, 2010).
Data yang diperoleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
tahun 2012 peserta KB baru menurut kontrasepsi yaitu sebanyak
9.581.469 akseptor terdiri dari akseptor KB IUD sebanyak 627.980 akseptor (6,55%),
MOW sebanyak 115.018 akseptor (1,20%), MOP sebanyak 25.619 akseptor (0,27%),
Kondom sebanyak 748.316 akseptor (7,81%), Implan sebanyak 768.646 akseptor
(8,02%), Suntik sebanyak 4.618.051 akseptor (48,20%) dan kontrasepsi Pil
sebanyak 2.677.839 (27,95%) (Kemenkes RI, 2012). Jawa Tengah peserta KB baru
menurut kontrasepsi yaitu sebanyak 1.087.108 akseptor meliputi IUD sebanyak
80.140 akseptor (7,37%), MOW sebanyak 22.114 akseptor (2,03%), MOP sebanyak
3.207 Akseptor (0,30%), Kondom sebanyak 67.103 akseptor (6,17%), Implant

6
sebanyak 126.377 akseptor (11,63%), Suntik sebanyak 594.283 akseptor (54,67%)
dan kontrasepsi PIL sebanyak 193.884 akseptor (17,83%) (Kemenkes RI, 2012)
Salah satu metode keluarga berencana yaitu dengan Medis Operatif Wanita
(MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita atau sterilisasi makin diterima
masyarakat. Perkembangan waktu dan makin tinggi pengertian masyarakat membuat
MOW menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai metode KB yang bersifat
menetap (Manuaba, 2008). Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap
(kontap) wanita adalah suatu kontrasepsi permanen untuk mecegah keluarnya ovum
dengan tindakan mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba, dengan demikian
ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma karena adanya hambatan pada
tuba (Suratun, 2008). Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap
(kontap) wanita sangat efektif tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada
baik dalam rahim maupun di luar rahim atau kehamilan ektopik, sehingga petugas
klinik harus mengetahui gejala-gejala tersebut (Saifuddin, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan luka pada Ny. R Post Op SC + MOW di Poli Klinik KB
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Post Op SC + MOW di
Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
1.3.2 Tujuan khusus
1. Melaksanakan Pengkajian pada Ny. R dengan Post Op SC + MOW di Poli
Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
2. Menggambarkan Diagnosa Keperawatan pada Ny. R dengan Post Op SC +
MOW di Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
3. Menyusun rencana keperawatan pada Ny. R dengan Post Op SC + MOW di
Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
4. Melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Ny. R dengan Post Op SC +
MOW di Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
5. Menggambarkan Evaluasi pada Ny. R dengan Post Op SC + MOW c
6. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Post Op SC
+ MOW di Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya

7
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya
dalam hal melakukan asuhan keperawatan pada pasien canal sterosis lumbal.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang perawatan luka post op sc dengan
MOW dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op SC
dengan MOW
2. Bagi Profesi kesehatan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan
juga sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan Post Op SC dengan MOW
3. Bagi Rumah Sakit
Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi perawat tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op SC dengan MOW
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana penulis
menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan canal sterosis lumbal diruang
H1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,
mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan
dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosisi, perencanaan dan evaluasi
1.5.2 Tehnik pengumpulan data
a. Wawancara
Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga
maupun tim kesehatan lain diruang poli klinik KB Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
b. Observasi
Data diambil melalui pengamatan kepada pasien, keluarga maupun tim
kesehatan lain
c. Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium ataupun pemeriksaan penunjang lain.

1.5.3 Sumber Data

8
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien secara langsung
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat pasien, catatan medik
perawat, hasil hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan
judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
1.6 Sistematika penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.1 Bagian Awal
Memuat halaman judul, pengesahan komisi pembimbing, kata pengantar dan
daftar isi
1.6.2 Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari empat bab, yang masing masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini:
1. BAB 1 Pendahuluan : berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan studi kasus
2. BAB 2 Tinjauan Pustaka : berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan
asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa asuhan keperawatan pada post op
sc serta kerangka masalah
3. BAB 3 Tinjauan Kasus : berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
4. BAB 4 Pembahasan : berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus
5. BAB 5 Penutup berisi : Kesimpulan dan Saran

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri


untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana adalah
suatu usaha mengantur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun,
2008).

2.2 Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen dan merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi fertilitas (Saifuddin, 2010). Kontrasepsi adalah
suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk
menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan
pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati, 2008).
2. Macam-macam kontrasepsi
Hartanto (2006), menguraikan macam kontrasepsi meliputi :
a. Kontrasepsi Metode Sederhana
1) Tanpa Alat
a) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode
suhu basal, metode lendir cerviks.
b) Coitus Interuptus (senggama terputus) adalah suatu metode
kontrasepsi di mana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi
intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.
2) Dengan Alat
a) Mekanis ( barier ), terdiri dari kondom pria, barier intra vaginal
(diafragma, kap servik, spons, kondom ).
b) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam,
vagina jelly, vagina tablet dan vagina suble film).

10
b. Metode Modern
1) Kontrasepsi hormonal
a) Per oral : Pil oral kombinasi (POK), Mini Pil, Morning after pill.
b) Injeksi / Suntikan : DMPA, NET-EN, Microsphere,
Microcapsules.
c) Sub kutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit : AKBK)
d) Implant non biodegradable (Norplant, Norplant 2, ST 1435,
implanon).
e) Implant biodegradable : capronor, pellets
f) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) : Copper T, Medusa, Seven Copper T
2) Kontrasepsi Metode Mantap
a) Pada Wanita
Penyinaran, Operatif (Medis Operatif Wanita, penyumbatan tuba
fallopi secara mekanis).
b) Pada pria
Operatif medis pria (Vasektomi, penyumbatan vas deferens secara
mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi.

2.3 Medis Operatif Wanita (MOW) / Tubektomi


1. Pengertian
Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen untuk
mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau
memotong pada kedua saluran tuba (Suratun ,dkk, 2008). Tubektomi
adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini
bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan pada saluran telur wanita
yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong ataupun dibakar (Proverawati,
2010).
2. Keuntungan Tubektomi
Proverawati (2010), Tubektomi memberikan keuntungan non
kontrasepsi yaitu:
a. Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan.
b. Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breastfeeding).

11
c. Tidak tergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius.
e. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
f. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang.
g. Tidak ada perubahan organ dalam.
3. Keterbatasan Tubektomi
Proverawati (2010), metode tubektomi ini juga memiliki keterbatasan-
keterbatasan yang harus diperhatikan yaitu:
1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali).
2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat apabila
menggunakan anestesi setelah tindakan.
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah
tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk
proses laparoskopi.
6) Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.
4. Syarat-syarat
Proverawati (2010) menjelaskan beberapa syarat hal yang perlu
diperhatikan ketika akan menggunakan kontrasepsi mantap tubektomi ini
yaitu:
a. Usia lebih dari 26 tahun
b. Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil lebih
dari 2 tahun.
c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
keinginannya dan pasangannya.
d. Pada kehamilan akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
e. Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.
f. Paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur pelaksanaan.
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum
pelaksanaan prosedur ini, serta informed concent form harus
ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan

12
5. Komplikasi Tubektomi dan Penanganannya
Saifuddin (2010), menguraikan beberapa komplikasi dan penanganan MOW
meliputi sebagai berikut ini
a. Infeksi Luka
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila terdapat
abses lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi
b. Demam pasca operasi
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
c. Luka pada kandung kemih, intestinal
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung kemih atau
usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer,
apabila ditemukan pasca operasi dirujuk ke rumah sakit yang tepat
bila perlu.
d. Hematoma (Subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati hal
ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ektensif.
e. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi.
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif,
termasuk cara intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan
penunjang kehidupan lainnya.
f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang
ditemukan
g. Perdarahan superficial (tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
6. Efek samping MOW
Hartanto (2006), menjelaskan bahwa kontap wanita tidak menimbulkan efek
samping jangka panjang yang jelek. Selama paling sedikit dua dasawarsa
terakhir ini, timbul perdebatan mengenai efek samping jangka panjang bila
memang ada dari kontap wanita. Persoalan efek samping jangka panjang
kontap wanita meliputi empat hal, yaitu:
a. Perubahan-perubahan hormonal
b. Pola haid
c. Problem ginekologis

13
d. Problem psikologis
7. Pelaksanaan Tubektomi
Suratun (2008), menguraikan ada beberapa waktu pelaksanaan tubektomi
adalah sebagai berikut ini
a. Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48 jam pasca
persalinan.
b. Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama dengan
evakuasi rahim atau keesokan harinya.
c. Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), sebaiknya dilakukan dalam
2 minggu pertama dari siklus haid ataupun setelahnya, seandainya
calon akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi
dalam siklus tersebut.
8. Persiapan pra-operatif MOW
Saifuddin (2010), menjelaskan beberapa persiapan pra-operatif MOW, yaitu
sebagai berikut
a. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk
mekanisme.
b. Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang
mungkin terjadi.
c. Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.
d. Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah
tindakan pembedahan.
e. Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum
sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi.
f. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang
dewasa.
g. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan
dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic.
h. Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah
bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain.
i. Menghubungi petugas setibanya di klinik.
j. Perawatan dan pemeriksaan Pasca Operasi

14
9. Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi
Suratun (2008) menjelasakan perawatan dan pemeriksaan pasca operasi yaitu
sebagai berikut ini
a. Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama
kurang lebih 4 – 6 jam.
b. Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke
kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih
dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke
meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan
badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien
dilakukan oleh 3 – 4 orang.
c. Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai:
1) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit
pada 1 jam kedua dan selanjutnya tiap jam hingga pasien pulang.
2) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan
pengobatan analgetik.
3) Perdarahan dari luka dan kemaluannya.
4) Suhu badannya.
d. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum
dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Data Subyektif
Data Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien
(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012).
a) Biodata
Pengkajian biodata yaitu berupa pengkajian terhadap pasangan
suami istri tersebut yaitu nama suami maupun istri, pendidikan
suami dan istri, pekerjaan suami dan istri, agama suami dan istri
berapa jumlah anak dan berapa usia anak terkecil dan alamat.
(1) Nama suami maupun istri
Identitas dari pasien, berguna untuk mempermudah
persetujuan tindakan yang dilakukan

15
(2) Umur
Umur digunakan untuk mengetahui apakah telah sesuai
dengan syarat dialakukannya kontrasepsi mantap tersebut.
Masa menjarangkan kehamilan yaitu periode usia antara 20-
35 tahun. Periode tersebut merupakan periode yang paling
baik untuk hamil dan melahirkan dan menggunakan
kontrasepsi KB MOW.
(3) Pendidikan suami dan istri
Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka semakin
mudah untuk memberikan pemahaman tentang konseling
KB MOW
(4) Pekerjaan Ibu
Semakin berat aktifitas ibu maka resiko pemulihan kesehatan
ibu akan lebih lama dan keefektifan alat kontrasepsi akan
berkurang
(5) Alamat
Mempermudah hubungan bila diperlukan dalam keadaan
gawat darurat
b) Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang berhubungan
dengan keadaan yang dialami. Pada kasus akseptor KB MOW masuk
rumah sakit yaitu ingin melakukan KB steril MOW (Nursalam, 2008).
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau
tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro,
2005).
d) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah yang
dikeluarkan dan pernahkah dismenorhoe (Nursalam, 2008).
e) Riwayat Obstetri
(1) Kehamilan :
Mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan
kehamilan (Wiknjosastro, 2008).

16
(2) Persalinan :
Mengetahui proses persalinan spontan atau buatan lahir aterm atau
prematur ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh
siapa, dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2008).
(3) Nifas :
Mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah dalam
kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya.
f) Riwayat KB
Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui
jenis KB, lama penggunaan, keluhan yang dialami Ibu sebagai efek
samping dari alat kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2007).
g) Riwayat Penyakit
(1)Riwayat Penyakit Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat (Ambarwati & Wulandari,
2008).
(2) Riwayat Penyakit Sistemik
Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yaitu meliputi
Jantung, Asma / TBC, Hepatitis, DM, Hipertensi Epilepsi dan Lain-
lain :
h) Riwayat Kebiasaan sehari-hari
(1)Pola Nutrisi
Mengkaji pola makanan ibu meliputi frekuensi, komposisi, jumlah,
serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi
ibu baik atau buruk, pola makan ibu teratur atau tidak (Hidayat,2008).
Pada kasus akseptor KB MOW yaitu berikan nustri yang banyak
mengandung gula (Saifuddin, 2010).
(2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati & Wulandari,
2008).

17
(3) Pola Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang, (Ambarwati &
Wulandari, 2008).
(4) Personal Hygiene
Dikaji karena kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
i) Data Psikologis
Dikaji untuk mengetahui perubahan perasaan dan respon yang dialami
sebelum dan sesudah tindakan opeatif (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada kasus yaitu ditemukan rasa cemas saat akan dilakukan operasi
2) Data Obyektif
a) Status Generalis
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang, hasil laboratorium (Hidayat, 2012), status
generalis meliputi :
(1) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi status kesadaran, status gizi,
tanda vital dan lain-lain (Hidayat, 2008). Keadaan umum meliputi Baik,
sedang dan jelek. Pada kasus akseptor KB MOW keadaan umum baik.
(2)Kesadaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya kelainan pada
gangguan sistem kardiovaskuler (Hidayat, 2008).
(a) Composmentis : Sadar penuh
(b)Apatis : acuh tak acuh dan lama dalam menjawab
(c) Somnolen : keadaan mengantuk (letargi)
(d)Delirium : penurunan abnormal, disertai dengan peningaktan
yang abnormal
(e) Koma : keadaan tidak sadar diri yang penderitanya tidak
dapat dibangunkan.
Kesadaran pada ibu akseptor KB MOW adalah composmentis.
(3) Tanda Vital
(a) Tekanan Darah
Mengetahui tekanan darah apakah ada peningkatan atau tidak ada.

18
Tekanan darah normal yaitu 110/80 - 120/80 mmHg (Hidayat, 2008).
Pada kasus Ibu Akseptor KB MOW tekanan darah yaitu
120/80 mmHg (Varney, 2007).
(b) Suhu
Mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak, normalnya
36,50–37,60 C (Saifuddin, 2010).
(c)Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali per menit
(Ambarwati & Wulandari, 2008).
(d) Respirasi
Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
batas respirasi normal yaitu 22– 24 x/menit (Hidayat, 2008).
b) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan Sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari
ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2008), meliputi :
Kepala
(1) Rambut : Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan
kebersihannya.
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema.
(3)Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah
muda dan sklera warna putih.
(4)Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak
(5) Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
(6) Mulut : Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah
atau tidak.
(7) Leher : Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.
(8) Data dan axilla : Untuk mengetahui keadaan payudara,
simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.
(9) Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak.
(10) Genetalia : Pada kasus KB MOW untuk
mengetahui perdarahan (Wiknjosastro, 2006).
c) Inspekulo :

19
(1) Tidak ada peradangan pada dinding vagina
(2) Adanya perdarahan berupa flek-flek berwarna
merah kecoklatan dari dalam rahim (Hartanto, 2004).

a) Pemeriksaan dalam :
1. Tidak ada pembukaan cervik
2. Tidak ada massa pada cervik (Pusdiknakes, 2003).
b) Anus : Apakah ada haemorhoid atau tidak
7) Ekstremitas atas dan bawah
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak
(Wiknjsastro, 2006).
1) Pemeriksaan penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila

diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium dan papsmear (Varney, 2007).

Pada kasus akseptor KB MOW data penunjang yaitu pemerikaan laboratorium

dan perawatan luka pada post SC + MOW.

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk : 26 Februari 2019


Ruang/kelas : Poli KB RSAL Dr Ramelan Surabaya
Pengkajian tanggal : 26 Februari 2019
Jam masuk : 11.00
Kamar no. : -
Jam pengkajian : 11.15

I. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. R Nama suami : Tn. A
Umur : 33 Tahun Umur : 33 tahun
Suku/bangsa :Jawa, Suku/bangsa : Jawa,
Indonesia Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Polri
Alamat : Gunung Sari Alamat : Gunung Sari
Indah Indah
Status perkawinan : menikah

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Riwayat Obstetri
A. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 12 Siklus : teratur ()
tahun tidak ( )
Banyaknya : sehari 3x Lamanya : 7 hari
ganti pembalut Keluhan : Tidak Ada
HPHT : 05-05-2018
(Post SC+MOW hari ke12)
B. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
No. Tahun Umur kehamilan Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PJ
1 7 Usia Tidak SC Dokter Tidak Ada Tidak ± 300 ml Laki
tahun kehamilan 9 ada ada ada -laki
bulan tidak
ada masalah
dalam
kehamilannya

2 5 Usia Tidak SC Dokter Tidak Ada Tidak ± 300 ml Pere


tahun kehamilan 9 ada ada ada mpu
bulan tidak an
ada masalah
dalam
kehamilannya

21
3 3 tah Usia Tidak SC Tidak Ada Tidak ± 300 ml Laki
un kehamilan 9 ada Dokter ada ada -laki
bulan tidak
ada masalah
dalam
kehamilannya

4 12 hari Usia Tidak SC Dokter Tidak Ada Tidak ± 300 ml Pere


kehamilan 9 ada ada ada mpu
bulan tidak an
ada masalah
dalam
kehamilannya

C. Genogram

3
0

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah

: Menikah

D. Post Partum Sekarang


Riwayat persalinan sekarang :
Pasien datang ke IGD RSAL pada tanggal 12–02-2019 pukul 04.47 WIB.
Dengan keluhan perut terasa kenceng-kenceng dan mengalami perdarahan dan
keluar cairan pervagina. Sehingga dilakukan operasi SC anak ke 4 pada pukul
07.43 – 08.30 WIB. 2 hari setelahnya post SC dilakukan pemasangan
kontrasepsi MOW.
Pasien datang kembali untuk kontrol Post SC+ MOW hari ke 12 pada tanggal
26 Februari 2019, pukul 11.00 di Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. RAMELAN
Sby. Pasien dilakukan perawatan luka post SC+MOW. Pasien mengatakan ini
adalah kehamilan keempat, pasien selalu rutin memeriksakan kehamilannya
sejak hamil anak pertama hingga yang keempat ini ke dokter kandungan. Anak
pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak kedua juga lahir dengan

22
SC karena terlilit tali pusar, sedangkan anak ke tiga dan ke empat dilakukan
operasi sesar di rumah sakit Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Saat ini mengeluh
nyeri perut bagian bawah pada bagian luka post SC. Nyeri seperti teriris hilang
timbul jika dilakukan aktivitas dengan skala nyeri 3.
Tipe persalinan : Spontan/bantuan Caesar
Lama persalinan : Pasien menjalani SC selama ± 30 menit
 Kala I : 8 jam  Kala III : 30 menit
 Kala II : 1 jam  Kala IV : 2 jam
E. Rencana Perawatan Bayi :
Pasien mengatakan bahwa pasien mampu melakukan perawatan bayi secara
mandiri setelah diberikan edukasi oleh tenaga medis. Pasien juga mampu
menerapkan cara breast care dan perineal care dengan baik serta berusaha
menjaga nutrisi yang tepat selama masa menyusui ASI hingga anaknya berusia
2 tahun nanti. Saat ini, pasien menggunakan kontrasepsi MOW setelah post op
sc anak keempat. Pasien juga diberikan edukasi perawatan luka post SC agar
bisa menerapkan dirumah setelah dilakukan perawatan luka di RS.

2. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien mengatakan telah menggunakan kontrasepsi sejak 9 tahun lalu,
awalnya pasien memilih menggunakan kontrasepsi pil kb namun setelah
melahirkan anak kedua, pasien mengalami masa haid yang tidak teratur
sehingga setelah kelahiran anak keempat pasien memutuskan untuk
menggunakan kontrasepsi steril atau MOW.

3. Riwayat Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa pasien maupun keluarga pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun seperti diabetes mellitus, penyakit jantung,
hipertensi maupun penyakit lainnya

4. Riwayat Lingkungan
Pasien mengatakan bahwa setiap hari membersihkan rumahnya
sebanyak 2x saat pagi dan sore hari. Tidak terdapat bahaya yang cukup berat
saat menjaga kebersihan rumah.

5. Aspek Psikososial
Pasien mengatakan bahwa setelah bersalin ingin segera pulih kembali
agar pasien bisaberaktivitas seperti biasa yaitu menjaga anaknya terutama
anak keempatnya yang baru saja lahir agar bisa tumbuh dengan baik dan
sehat. Dirumah pasien tinggal dengan suami dan ke 4 orang anaknya, bagi
pasien orang tua dan kelurganya merupakan orang yang paling terpenting
dihidupnya.

6. Kebutuhan Dasar Khusus


A. Pola nutrisi
Pasien mengatakan bahwa dalam sehari pasien makan sebanyak 3x
dengan menggunakan nasi, sayur mayur dan lauk pauk. Tidak ada
pantangan makanan maupun alergi yang dimiliki oleh pasien. Pasien juga
mengatakan bahwa pasien selalu memiliki nafsu makan yang baik
sehingga saat makan porsinya selalu habis.
B. Pola eliminasi
Pasien mengatakan bahwa dalam sehari frekuensi BAK pasien sekitar
5x dengan konsistensi warna kuning jernih tanpa ada keluhan begitu pula

23
dengan pola BAB pasien dalam sehari frekuensinya 1x dengan konsistensi
feses padat, berwarna coklat dan berbau khas.
C. Pola personal hygiene
Pasien mengatakan dalam sehari, frekuensi mandi pasien sebanyak 2x
dengan menggunakan sabun mandi. Untuk kebersihan mulut, pasien
menyikat gigi sebanyak 3x sehari saat mandi pagi, mandi sore dan
sebelum tidur. Untuk kebersihan rambut pasien biasanya pasien mencuci
rambut dua hari sekali dengan menggunakan shampoo. Pasien
mengatakan luka pada jahitan post SC tidak pernah dibersihkan.
Dibersihkan hanya kalau kontrol saja ke RSAL.
D. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan pola istirahat tidurnya dalam sehari sekitar 6-7 jam
sehari, biasanya pasien mulai tertidur malam pukul 22.00 dan bangun pagi
pukul 04.30. Kebiasaan pasien sebelum tidur adalah membaca doa dan
pasien tidak mengalami keluhan apapun dalam pola tidurnya.
E. Pola aktifitas dan latihan
Pasien mengatakan kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga,
pasien juga jarang berolahraga dikarenakan menurut pasien
membersihkan rumah saja sudah dianggap olahraga. Pasien
mengungkapkan bahwa setelah melahirkan susah untuk beraktivitas
seperti biasanya, karena nyeri pada luka post sc yang timbul saat untuk
digunakan beraktivitas. Nyeri terdapat pada abdomen bagian bawah
seperti teriris dengan skala nyeri 3. Pasien juga mengatakan kehilangan
waktu luang karena anak ketiga-tiganya masih kecil dan membutuhkan
perhatian yang lebih banyak dan sedang menyusui ASI eksklusif. Pasein
mengatakan tinggal bersama mertuanya dan pola asuh anak sebagian
dibantu dengan mertuanya.
F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan bahwa pasien maupun suami pasien tidak
memiliki kebiasaan dalam hal merokok, mengkonsumsi minuman keras
maupun ketergantungan obat.

7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik Kesadaran: Composmentis
Tekanan darah : 110/80 Nadi : 84  /menit
mmHg Suhu : 36,8 °C
Respirasi : 18 x/menit Tinggi badan : 148cm
Berat badan : 53 kg

Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :


Saat dilakukan inspeksi kepala pasien tidak terdapat perdarahan maupun
lesi. Bentuk kepala pasien simetris dan tidak ada keluhan apapun.
Mata
Saat dilakukan inspeksi kelopak mata pasien terlihat adanya pergerakan
normal, konjungtiva anemis, sklera berawarna putih, pupil isokor kanan &
kiri, jarak akomodasi pasien baik dan tidak berkacamata. Tidak ada
permasalahan dalam penglihatan pasien.
Hidung :
Pada hidung pasien tidak terlihat adanya lesi, tidak terdapat tanda-tanda
reaksi alergi, sinus maupun lainnya.
Mulut dan tenggorokan :

24
Pada mulut dan tenggorokan pasien tampak bersih dengan gigi geligi
pasien yang terlihat rapi. Tidak ada gangguan menelan maupun permasalah
yang cukup serius
Dada dan axilla :
Pada daerah dada dan axilla pasien, Mammae terlihat simetris dengan
adanya hiperpigmentasi pada daerah aerolla pasien. Papilla mamae pasien
tampak menonjol dan keluar cairan colostrum yang berwarna putih
kekuningan.
Pernafasan :
Pada jalan nafas pasien nampak paten dengan suara nafas vesikuler tanpa
ada otot bantu pernafasan tambahan.
Sirkulasi jantung :
Untuk sirkulasi jantung pasien, kecepatan denyut apical pasien
terdengar 70x/menit dengan irama reguler S1S2 tunggal. Tidak ada kelainan
bunyi jantung. Pasien juga tidak mengalami adanya nyeri dada yang timbul
Abdomen :
Pada daerah abdomen pasien tampak sedikit menurun dan berkurang
elastisitasnya, tampak linea nigra dan striae gravida yang muncul pada
abdomen pasien. Terdapat luka bekas operasi sc yang sudah lebih membaik
saat dilakukan rawat luka pada hari ke 12. TFU pasien sudah tidak teraba
kembali seperti semula, tidak nampak adanya kontraksi.
Genitourinary :
Pada genitourinary pasien nampak bersih. Perineum tampak normal,
keluar lochea serosa ±10 cc. Tidak ada peradangan pada dinding vagina,
tidak terdapat pembukaan maupun massa dalam cerviks.
Ekstremitas (integumen/muskuloskeletal)
Pada daerah ekstremitas pasien tampak turgor kulit pasien baik tanpa ada
lesi maupun jaringan parut yang terlihat. Warna kulit pasien sawo matang,
tidak ada kesulitan pergerakan maupun kontraktur pada persendian pasien.

III. DATA PENUNJANG


1. Laboratorium :
08-02-2019
Nilai Normal
3
WBC 19,02 10 /uL (4.00-10.00 10 3/uL)
Gula darah acak 112 mg/dl (<200 mg/dl)
BUN 12 mg/dl (10-24 mg/dl)
Kreatinine 0,7 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl)
SGOT 17,0 U/L (0-35 U/L)
SGPT 10 U/L (0-37 U/L)
HB 9,7 gr/dl (11-15 gr/dl)
GDP 2JPP GDA 99 gr/dl (70-110 gr/dl)
2. USG : -
3. Rontgen : -
4. Terapi yang didapat : -

IV. DATA TAMBAHAN


-

Surabaya, 26 Februari 2019


Pemeriksa

25
(...............................

26
Analisa Data

Nama : Ny. R Tgl Lahir/Umur : 14-11-1986/33 tahun


No RM : 510X2X

Pengkajian : 26 Februari 2019, 11.00 WIB


No Data Problem Etiologi
1. DS :
1.
pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Agens cedera
2. (00132, biologis
P : nyeri luka jahitan muncul NANDA 2018-2020) (Pembedahan SC)
ketika bergerak dan kadang
spontan,
Q : seperti teriris
R : abdomen
S:3
T : timbul saat bergerak/
berganti posisi.
DO :
pasien tampak meringis sambil
mengusap-usap perutnya
2. DS:
1. pasien mengatakan
setelah melahirkan susah Hambatan Mobilitas Nyeri pada luka
beraktivitas, karena sakit Fisik insisi
pada daerah jahitannya (00085,
semakin sakit jika untuk NANDA 2018-2020)
beraktivitas.
2. Pasien mengatakan
kesulitan saat miring kanan
dan miring kiri
3. Pasien mengatakan
tidak nyaman saat berativitas
DO:
1. pasien tampak
lemas dan lunglai
2. pasien tampak
menyeringai saat berjalan
dengan memegangi bagian
perutnya
3. DS: - -
DO:
1. Pada Risiko infeksi
abdomen terlihat jaringan (00004,
parut (luka) setelah post NANDA 2018-2020)
operasi SC yang tertutup
kassa
2. Kondisi luka
kering dan lembab
3. Trauma
jaringan (prosedur invansif,
paparan lingkungan patogen)

4. DS:
1. Pasien Defisien Kurangnya Informasi
mengatakan tidak tahu Pengetahuan
mengenai cara perawatan luka (00126,
pada perut post. SC NANDA 2018-2020)
DO :
1. Pasien
tampak tidak tahu saat ditanya
bagaimana cara perawatan
luka post SC
2. Pasien
tampak tidak tahu saat ditanya
tanda-tanda infeksi

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akutb.d Agens cedera biologis (Pembedahan SC)
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
3. Resiko infeksi b.d Trauma jaringan (Prosedur Invasif, paparan lingkungan
patogen
4. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya Informasi

Prioritas Masalah Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d Agens cedera biologis (Pembedahan SC)
2. Resiko infeksi b.d Trauma jaringan (Prosedur Invasif, paparan lingkungan
patogen
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
4. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya Informasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Masalah Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Pasien mengatakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui tingkat keadaan
Agens cedera tindakan keperawatan nyeri kepala berkurang 2. Observasi luka jahitan pada umum pasien
biologis selama 1 X 3 jam menjadi skala 1 dari post SC 2. Mengetahui adanya infeksi pada
(Pembedahan diharapkan nyeri dapat (0-10) 3. Ajarkan pasien untuk saat setelah operasi
SC) berkurang dari skala 2 2. Pasien tidak meringis melakukan perawatan post 3. Menentukan tindakan
ke skala. kesakitan SC secara mandiri selanjutnya
3. Pasien tidak tampak 4. Ajarkan teknik non 4. Teknik relaksasi dapat
gelisah farmakologi misal relaksasi melancarkan peredarah darah
4. Pasien tidak dan distraksi (tarik napas sehingga kebutuhan O2 oleh
memegangi bagian dalam) jaringan akan terpenuhi, dan
yang nyeri 5. Berikan edukasi mengenai nyeri akan berkurang.
diet makanan setelah 5. Memenuhi kebutuhankalori
operasi seperti makanan mencegah dan mengurangi
TKTP (roti, singkong, lauk kerusakan jaringan tubuh,
pauk, dan buah) mempercepat penyembuhan
6. Kolaborasi dengan dokter luka.
untuk pemberian obat asam 6. Asam menamat merupakan obat
mefenamat analgesik yang dapat memblok
lintasan nyeri sehingga nyeri
berkurang.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Perawatan luka secara 1. Observasi tanda- 1. Mengetahui adanya
b.d Trauma tindakan keperawatan steril untuk mencegah tanda infeksi saat perawatan infeksi pada saat setelah operasi
jaringan selama 1 x 3 jam resiko infeksi luka 2. Mengetahui adanya
(Prosedur diharapkan faktor
2. Tidak ada infeksi 2. Ajarkan pasien dan tanda-tanda infeksi setelah
Invasif, paparan resiko pernyebab
lingkungan infeksi tidak terjadi pada luka bekas post keluarga mengenai tanda- operasi
patogen operasi tanda infeksi (panas, gatal
3. Luka tampak bersih, dan kemerahan)
kering dan tidak 3. Berikan edukasi 3. Memberikan
bengkak kepada pasien agar pasien pengetahuan tentang pentingnya
dan keluarga tetap menjaga asupan nutrisi untuk
pola makan untuk menghindari infeksi
meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi
4. Berikan edukasi 4. Memberikan edukasi
mengenai perawatan luka perawatan luka dapat mencegah
seperti luka harus sering terjadinya infeksi pada ibu.
dibersihkan dan balutan
kassa diganti jika terlalu
lembab. 5. Obat dapat mencegah
5. Kalaborasi dengan terjadinya infeksi
pemberian antibiotik
3. Hambatan Setelah dilakukan 1. Pasien dapat 1. Ajarkan dan 1. Mengubah posisi
tindakan keperawatan membolak anjurkan keluarga untuk dapat menurunkan terjadinya
mobilitas fisik
selama 1 x 3 jam balikan/mengubah merubah posisi iskemia jaringan akibat sirkulasi
b.d nyeri pada diharapkan hambatan posisi tubuh (duduk, darah yang jelek pada daerah
mobilitas fisik dapat berdiri, miring kanan, yang tertekan
luka insisi
berkurang kiri) 2. Ajarkan latihan 2. Mempertahankan
2. Pasien tidak cara jongkok baik dan benar kekuatan otot
nyeri saat bergerak
3. Gerakan pasien 3. Ajarkan cara
bebas menggendong bayi yang 3. Memberikan
benar kenyamanan bagi si bayi

\
4. Ajarkan cara 4. Memberikan posisi
menyusui bayi pada waktu nyaman bagi bayi saat menyusui
duduk yang benar

5. Ajarkan pasien 5. Mempermudah proses


dan keluarga teknik penyembuhan
mobilisasi (perpindahan)
4. Kurang Setelah dilakukan 1. Pasien 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan menyatakan pasien pengetahuan pasien.
Pengetahuan b.d
selama 1 x 3 jam pemahaman tentang
Kurangnya diharapkan pasien dapat perawatan luka post
memahami tentang sc+mow 2. Jelaskan pemahaman 2. Memberikan pengetahuan
Informasi tentang perawatan luka post
perubahan psikologis 2. Pasien agar tidak terjadi infeksi pada
dan melakukan aktivitas menyatakan SC + MOW luka post SC +MOW.
yang perlu dengan pemahaman tentang
benar. tanda-tanda infeksi. 3. Ajarkan mengenai 3. Memberikan pengetahuan
3. Pasien tentang carajongkok, mengenai mobilitas fisik yang
menyatakan menggendong dan baik dan benar.
pemahaman tentang menyusui bayi dengan baik
cara jongkok, dan benar.
menggendong dan
menyusui bayi dengan
baik dan benar.
4. Pasien
mampu menjelaskan
kembali apa yang
diajarkan perawat/tim
kesehatan lainnya.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No. Hari/Tgl Masalah Waktu Implementasi TTD Evaluasi


Keperawatan
1. 26-02- Nyeri Akut b.d 11.15 - Mengbservasi tanda-tanda vital: 26-02-2019, Jam 12.10
2019 Agens cedera TD : 110/80 mmHg Dx 1 : Nyeri Akut b.d Agens cedera biolog
biologis BB, TB : 53kg, 148 cm (Pembedahan SC)
(Pembedahan \ - Mengbservasi luka jahitan pada
SC) 11.30 post SC : S:
Luka tampak bersih dan Pasien mengatakan nyeri setelah post SC pada bagi
membaik, jahitan menutup perut bawah dengan skala 3 dari (0-10).
sempurna. Tidak ada perdarahan P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kada
11.45 - Memberikan perawatan luka spontan,
- Mengajarkan pasien untuk Q : seperti teriris-iris
melakukan perawatan post SC R : abdomen
secara mandiri S:3
12.00 - Mengajarkan teknik non T : timbul saat bergerak/ berganti posisi.
farmakologi misal relaksasi dan
distraksi (tarik napas dalam) O:
- Mengkolaborasikan dengan 1. Pasien meringis kesakitan
dokter untuk pemberian 2. Pasien memegangi bagian yang nyeri
analgesik
A:
Masalah Teratasi sebagian
P : Anjurkan kontrol rutin
Lanjutkan intervensi

2. 26 Resiko infeksi 12.00 - Mengobservasi tanda-tanda 26-02-2019, Jam 12.50 WIB


Februari infeksi saat perawatan luka Dx 2 : Resiko Infeksi
2019 - Mengajarkan pasien dan
12.15 S:
keluarga mengenai tanda-tanda
Pasien mengatakan mengerti dan paham akan tanda-tan
infeksi (panas, gatal dan infeksi dan menjaga pola makan dalam kehidupan sehari
kemerahan) O:
- Memberikan edukasi Pasien dapat menyebutkan kembali tanda-tanda infek
12.30 kepada pasien agar pasien dan dan dapat menyebutkan pola makan yang baik dan bena
A:
keluarga tetap menjaga pola
Masalah Teratasi sebagian
makan seperti TKTP(Roti, P:
singkong, putih telur, lauk Anjurkan kontrol rutin
pauk dan buah) untuk Lanjutkan intervensi
12.45 meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi
- Memberikan edukasi
mengenai perawatan luka
seperti luka harus sering
dibersihkan dan balutan kassa
diganti jika terlalu lembab.
3. 26 Hambatan 12.45 - Mengajarkan dan anjurkan 26-02-2019, Jam 13.30
Februari keluarga untuk merubah posisi Dx 3 : Hambatan Mobilitas Fisik b.d nyeri pada lu
mobilitas fisik
2019 13.10 - Melakukan latihan jongkok, insisi
b.d nyeri pada menyusui bayi saat duduk
maupun tidur dan S:
luka insisi
13.15 menggendong bayi dengan Pasien mengatakan kesulitan membolak balikk
baik dan benar. tubuhnya
- Mengajarkan pasien dan O:
13.20 keluarga teknik mobilisasi - Pasien tenang
(perpindahan) - Pasien dapat melakukan latihan jongkok, menyus
bayi saat duduk maupun tidur dan menggendong ba
dengan baik dan benar.
A:
Masalah Teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
4. 26 Kurang 13.30 - Mengkaji tingkat pengetahuan 26-02-2019, Jam 13.50
Februari pasien Dx 4 : Kurang Pengetahuan b.d Kurngnya Informasi
Pengetahuan
2019 13.40 - Menjelaskan pemahaman
S:
b.d tentang perawatan luka post
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut luka post S
SC + MOW
Kurangnya +MOW
- Mengajarkan mengenai
O:
informasi 13.45 tentang carajongkok,
Pasien tampak belum paham dan mengerti mengen
menggendong dan menyusui
perawatan luka
bayi dengan baik dan benar.
A:
Masalah Teratasi sebagian
P:
Anjurkan kontrol rutin
Lanjutkan intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan dari Asuhan


keperawatan pada klien dengan post SC mow hari ke 12. Berdasarkan tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus yang telah dibuat dan serta faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang
ada.
4.1 Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien,
kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan klien
sesuai dengan permasalahan yang ada. Pada tinjauan pustaka menggunakan
pengkajian primer dan sekunder yang sering digunakan pada kasus maternitas
sedangkan penulis mengkaji dengan menggunakan pengkajian keperawatan
maternitas post partum persistem meliputi identitas, riwayat penyakit, genogram,
pemeriksaan fisik (B1 – B6), pemeriksaan penunjang, terapi. Data-data tersebut sudah
menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena semua data
sudah didapatkan dengan jelas dan akurat.
4.2 Diagnosa
Pada tahap ini penulis membandingkan antara diagnosa yang ditemukan pada
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
4.2.1 Diagnosa tinjauan pustaka :
1. Nyeri Akut b.d Agens cedera biologis (Pembedahan SC)
2. Resiko infeksi b.d Trauma jaringan (Prosedur Invasif, paparan lingkungan
patogen)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
4. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya Innformasi

4.2.2 Tinjauan kasus didapatkan diagnosa :


1. Nyeri Akut b.d Agens cedera biologis (Pembedahan SC)
2. Resiko infeksi b.d Trauma jaringan (Prosedur Invasif, paparan lingkungan
patogen)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
4. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya Informasi

Penulis merumuskan diagnosa dengan menganalisis data - data yang


diperoleh dari hasil pengkajian. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kasus yang
penulis observasi, muncul 4 diagnosa yang berbeda dengan kasus yang ada pada
tinjauan teoritis, meskipun didapatkan hasil sama-sama 2 diagnosa keperawatan
yang muncul, setelah penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan kasus
yang penulis menemukan 4 diagnosa pada tinjauan kasus tidak ditemukan di
tinjauan pustaka yaitu hambatan mobilitas fisik, hal ini karena disesuaikan dari
kebutuhan dasar yang ditemukan pada pasien saat pengkajian. Untuk menentukan
etiologi penulis menggunakan buku Nanda 2018 – 2020 dan NIC NOC 2015
sebagai dasar pembuatan diagnosa berdasarkan batasan karakteristik yang ada.

4.3 Intervensi
Pada tahap ini penulis berusaha untuk melakukan intervensi berdasarkan
prioritas masalah. Didalam melakukan penyusunan rencana tindakan keperawatan
penulis tidak mengalami kesulitan. Dengan panduan intervensi dari NIC dan NOC
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Intervensi yang disusun sesuai
dengan prioritas masalah pada pasien Ny. R

4.4 Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditetapkan. Dimana dalam melakukan tindakan keperawatan
penulis tidak semata-mata melakukan sendiri tetapi melibatkan keluarga pasien serta
bantuan dari perawat ruangan. Implementasi dibuat secara berkesinambungan sampai
dengan masalah yang ada dapat teratasi.

4.5 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan upaya untuk melihat sejauh mana
keberhasilan asuhan keperawatan yang telah di capai dengan mengacu kepada
tujuan dan kriteria hasil. Kegiatan evalusi yang dilakukan setelah tujuan dari
masalah yang ada pada klien tercapai. Dari empat diagnosa keperawatan yang ada
pada tahap akhir evaluasi, maka 4 masalah teratasi.

BAB 5
PENUTUP
5.5 Kesimpulan
Pasien berumur 30 tahun. Dengan riwayat BSC 3x, dengan anak pertama
berumur 7tahun, anak kedua 5 tahun, anak ketiga berumur 3 tahun dan anak ke
empat berumur 12 hari. Pasien datang ke IGD RSAL pada tanggal 12–02-2019 pukul
04.47 WIB. Dengan keluhan perut terasa kenceng-kenceng dan mengalami perdarahan
dan keluar cairan pervagina. Sehingga dilakukan operasi SC anak ke 4 pada pukul
07.43 – 08.30 WIB. 2 hari setelahnya post SC dilakukan pemasangan kontrasepsi
MOW.
Pasien datang kembali untuk kontrol Post SC+ MOW hari ke 12 pada tanggal
26 Februari 2019, pukul 11.00 di Poli Klinik KB RUMKITAL Dr. RAMELAN
Sby. Pasien dilakukan perawatan luka post SC+MOW. Pasien mengatakan ini
adalah kehamilan keempat, pasien selalu rutin memeriksakan kehamilannya
sejak hamil anak pertama hingga yang keempat ini ke dokter kandungan. Anak
pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak kedua juga lahir dengan
SC karena terlilit tali pusar, sedangkan anak ke tiga dan ke empat dilakukan
operasi sesar di rumah sakit Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Saat ini mengeluh
nyeri perut bagian bawah pada bagian luka post SC. Nyeri seperti teriris hilang
timbul jika dilakukan aktivitas dengan skala nyeri 3. Sehingga Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah:
1. Nyeri Akut b.d Agens cedera biologis (Pembedahan SC)
2. Resiko infeksi b.d Trauma jaringan (Prosedur Invasif, paparan lingkungan
pathogen
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
4. Kurang Pengetahuan b.d Kurangnya Informasi
5.6 Saran
5.6.1 Untuk Institusi
a. Mengupas secara jelas tentang konsep teoritis dan asuhan keperawatan
pada klien post ops caesar dengan MOW
b. Mendemonstrasikan kepada mahasiswa tindakan keperawatan yang
benar pada klien post ops caesar dengan MOW
5.6.2 Untuk Rumah sakit
a. Memperbaiki sistem manajemen Rumah sakit, sehingga mempermudah
proses keperawatan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan.

5.6.3 Untuk Perawat


a. Melakukan perawatan terhadap klien dengan post op caesar+mow
dengan keperawatan professional
b. Melakukan perawatan sesuai dengan prosedur tetap.
c. Melibatkan keluarga dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bakri S. “ Hipertensi pada Wanita Hamil”. Dibacakan pada Simposium


Penanganan Pre Eklampsia dan Eklampsia, Ujung Pandang, Desember 1996.

Bobak. 2005. “Buku Ajar Keperawatan Maternitas”. EGC : Jakarta

Chapman, Vicky. 2006. ”Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran”.


Jakarta : EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2004. “ Obstetri Patologi Ilmu


Kesehatan Reproduksi”. Jakarta : EGC.

Ladewig, Patricia, dkk. 2006 .”Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir”.


Jakarta : EGC

Mitayani. 2009. “Asuhan Keperawatan Maternitas”. Salemba Medika : Jakarta

Morton, Patricia, dkk. 2013. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistrik.


Jakarta : EGC
Taber, Benzion. 1994. “Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi”. Jakarta. EGC

You might also like