You are on page 1of 4

Pengelolaan Nyeri Pada Ny.

E dengan Post Operasi Sectio Caesarea atas indikasi Preeklamsi


di RSUD Ambarawa
Septhia Aniska Gandhis*, Eko Mardiyaningsih**, Umi Setyoningrum***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Nyeri adalah kondisi sensasi tunggal atau individu yang dirasakan orang lain yang
disebabkan oleh stimulus tertentu yang bersifat subyektif dan dapat terjadi kapan saja, nyeri
merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri dan lebih mengarah
pada ketidakmampuan dalam hubungan personal dan mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan nyeri pada pasien post operasi Sectio
Caesarea indikasi Preeklamsi.
Metode yang digunakan adalah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan
memberikan kompres hangat untuk mengurangi nyeri. Pengelolaan nyeri dilakukan selama 2
hari pada Ny. E. teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan nyeri pada luka post operasi sectio caesarea berkurang
dan tidak menyebabkan masalah komplikasi lain akibat dari adanya luka pada pasien.
Saran bagi perawat dirumah sakit agar menerapkan teknik relaksasi nafas dalam dan
memberikan kompres hangat untuk mengatasi masalah nyeri pada pasien.

Kata kunci : pengelolaan nyeri

LATAR BELAKANG Menurut beberapa penelitian jarak kehamilan


Winkjosastro (2009) mengatakan, yang terlalu panjang dan terlalu dekat akan
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 – 15 berisiko terjadinya preeklamsi dan eklampsi.
% penyulit kehamilan dan salah satu penyebab Salah satu penyebab kematian maternal
tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu terbesar adalah preeklamsi sehingga para ibu
bersalin. Di Indonesia mortalitas dan yang mengalami preeklamsi dilakukan
morbiditas hipertensi dalam kehamilan masih tindakan seksio sesarea untuk
cukup tinggi. Selain disebabkan oleh etiologi meminimalisasikan terjadinya kematian
yang tidak jelas juga disebabkan perawatan terhadap ibu maupun janin (Prawirohardjo,
dalam persalinan masih ditangani oleh petugas 2007; Fatimah, 2010).
non-medik dan sistem rujukan yang belum Seksio Sesarea adalah suatu tindakan
sempurna. Hipertensi dalam kehamilan yang untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
biasa disebut dengan preeklamsi dapat dialami 500 gram dengan membuat sayatan untuk
oleh semua ibu hamil. membuka dinding perut dan dinding uterus
Preeklamsi adalah gejala spesifik (Prawirohardjo, 2007; Winkjosastro, 2009).
yang muncul selama kehamilan dimana Akibat dari dilakukan seksio sesarea
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, ini adalah pada dinding perut dan dinding
proteinuria, dan edema. Penyakit ini biasa uterus terdapat luka dan insisi dimana luka
muncul pada triwulan ke 3 atau saat kehamilan dari insisi dapat menyebabkan nyeri. Oleh
berusia lebih dari 20 minggu (Wiknjosastro, karena itu, perlu diberikan penanganan khusus
2009; Norma , 2013; Rukiyah,2010). dimana nyeri akan menjadi salah satu masalah
Bahaya dari preeklamsi itu sendiri utama karena menyebabkan gangguan rasa
adalah dapat mengakibatkan kematiaan ibu nyaman (Prawirohardjo, 2007).
dan juga kematian janin. Bahaya pada janin Potter-Perry (2005) mengatakan,
berhubungan dengan akut atau kronisnya nyeri adalah kondisi sensasi tunggal atau
insufisiensi uteroplasenta, misalnya individu yang dirasakan orang lain yang
pertumbuhan janin tehambat dan prematuritas. disebabkan oleh stimulus tertentu yang bersifat
subyektif dan dapat terjadi kapan saja, nyeri Nyeri merupakan pengalaman sensori
merupakan mekanisme fisiologis yang atau emosional yang tidak menyenangkan
bertujuan untuk melindungi diri dan lebih akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
mengarah pada ketidakmampuan dalam potensial dimana nyeri bersifat individu dan
hubungan personal dan mempengaruhi tergantung pada reseptor nyeri merupakan
aktifitas sehari-hari. ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
Untuk mengatasi ketidaknyamanan hanya pada stimulus yang kuat ( Potter dan
nyeri tersebut beberapa tindakan yang bisa Perry, 2005; Smaltzer & Bare, 2002). Rencana
dilakukan oleh klien sendiri maupun dari tindakan pada hari kamis tanggal 20 Maret
perawat seperti relaksasi nafas dalam, kompres 2014 adalah setelah dilakukan tindakan
hangat, mendengarkan lagu-lagu yang disukai, keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
melakukan gerakan ringan, dan pemberian nyeri berkurang dengan kriteria hasil: Nyeri
analgesik baik itu blog saraf maupun analgesik klien berkurang 2–3 (ringan), pasien tidak
golongan narkotika. meringis, pasien tidak memegangi daerah yang
sakit.
HASIL PENGELOLAAN Rencana yang telah disusun oleh penulis
Intervensi yang telah disusun adalah kaji tingkat nyeri dan kualitas nyeri,
kemudian diimplementasikan pada hari memberikan posisi yang nyaman, ajarkan
berikutnya. Salah satu implementasi yang teknik relaksasi nafas dalam, lakukan
dilakukan adalah pada mengajarkan teknik kompres hangat dan kolaborasi dalam
relaksasi nafas dalam tanggal 20 Maret 2014. pemberian analgesik.
Pada tanggal 21 Maret 2014 penulis
melakukan tindakan kompres hangat dengan Intervensi yang telah disusun
menggunakan buli-buli panas. Pada tanggal 22 kemudian diimplementasikan pada hari Kamis
Maret 2014 penulis melakukan tindakan 20 Maret 2014. Salah satu implementasi yang
memberikan injeksi ketorolak. Implementasi dilakukan adalah mengajarkan teknik relaksasi
ini dilakukan untuk mengatasi nyeri post nafas dalam. Penulis juga mengkaji
operasi seksio sesarea. Setelah melakukan karakteristik nyeri. Pada tanggal 21 Maret
semua implementasi keperawatan, penulis 2014 implementasi yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi pada hari sabtu 22 Maret memberikan kompres hangat, dan pada tanggal
2014 dengan kesimpulan masalah teratasi. 22 Maret 2014 implementasi yang dilakukan
memberikan injeksi ketorolak
PEMBAHASAN Hasil data evalusi akhir tindakan ini
Masalah keperawatan nyeri post operasi
adalah data subyektif: pasien mengatakan
pada Ny. E sudah aktual karena melihat dari
nyeri berkurang, pasen tampak relaks, skala
tanda dan gejala yang sudah memenuhi
nyeri 2 dan pasien dapat beristirahat dengan
seluruh batasan karakteristik. batasan
baik. Dari data tersebut analisa yang dapat
karakteristik mayor (80% - 100%) dari
disimpulkan yaitu masalah teratasi. Karena
diagnosa nyeri adalah komunikasi atau secara
dalam kriteria hasil yang telah direncanakan
subyektif mengungkapkan secara verbal
adalah nyeri pasien berkurang dengan skala
tentang perasaan nyeri atau melaporkan
nyeri 2-3 ( skala ringan), dan pasien tidak
tantang isarat. Batasan karakteristik minor
nyeri saat digerakkan, pasien tampak relaks
(60% – 79%) atau secara subyektif antara lain
dan pasien tidak meringis.
mengatupkan rahang, mengepalkan jari tangan
Hal yang menjadi hambatan dalam
perubahan kemampuan untuk melanjutkan
pemberian asuhan keperawatan adalah klien
kemampuan aktifitas sebelumnya, gelisah,
sedikit lemah dan lambat untuk memiringkan
ansietas, peka rangsang, menggosok bagian
badanya. Namun dalam pelaksanaan tindakan
yang nyeri, postur tubuh tidak biasanya,
keperawatan klien sangat kooperatif sehingga
ketidakaktifan fisik atau immobilitas, masalah
beberapa implementasi dapat berjalan dengan
dengan konsentrasi, menyurigai, perubahan
lancar.
pada pola tidur, perubahan pada tanda-tanda
vital, rasa takut mengalami cidera ulang
KESIMPULAN
(NANDA, 2012 dan Carpenito, 2007). Hasil Pengelolaan yang penulis
dapatkan setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari yaitu dari hasil Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., &
pengkajian awal yang dilakukan penulis Gelssler, A. C. (2001). Rencana Asuhan
kepada Ny. E data yang didapat yaitu Dari Keperawatan. Edisi 4. (I Made Kariasa, Ni
hasil pengkajian kasus Ny. E didapat data Made Sumarwati, Penerjemah.). Jakarta:
subyektif sebagai berikut: pasien mengatakan EGC.
nyeri pada perut luka operasi, selain itu
didapat data P= nyeri dirasakan bertambah saat
Judha, M., sudarti., Fauziah, A. (2012).
bergerak, Q= nyeri seperti ditusuk-tusuk, R=
nyeri pada perut luka operasi, S= skala nyeri 6, Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri
T= nyeri terus-menerus. Dan data obyektif Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
pasien tampak lemah, terdapat luka operasi
seksio sesarea, pasien memegangi daerah Manuaba, Ida B. G. (2012). Buku Ajar
nyeri dan pasien meringis. Pengantar Kuliah Teknik Operasi Obstetri
Namun setelah dilakukan asuhan Ginekologi dan Keluarga Berencana.
keperawatan selama 3 hari penulis melakukan Jakarta: Trans Info Media.
evaluasi akhir tindakan ini adalah data
subyektif: pasien mengatakan nyeri berkurang, Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan
pasen tampak relaks, skala nyeri 2 dan pasien Maternitas. Jakarta: Salemba
dapat beristirahat dengan baik. Dari data Medika.
tersebut analisa yang dapat disimpulkan yaitu
masalah teratasi. Karena dalam kriteria hasil Mubbarok. (2007). Buku Ajar Kebutuhan
yang telah direncanakan adalah nyeri pasien Dasar Manusia . EGC
berkurang dengan skala nyeri 2-3 ( skala
ringan), dan pasien tidak nyeri saat NANDA. (2012-2014). Diagnosis
digerakkan, pasien tampak relaks dan pasien Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
tidak meringis. (Made Sumarwati, Nike Budhi Subekti,
. Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Sehubungan dengan hal tersebut,
disarankan untuk perawat RSUD Ambarawa Norma, D. N. & Dewi, S. M. (2013).
agar menguasai mengenai konsep-konsep
Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta:
keperawatan maternitas, khususnya pada
pasien dengan nyeri dan mampu Nuha Medika.
menerapkannya di lapangan kerja.
Potter, A. P. dan Perry. (2005).
REFERENSI Fundamental Keperawatan: konsep,
Billington, M. & Stevenson, M. (2010) . proses dan praktik. Edisi 4. (Renata
Kegawatan Dalam Kehamilan Persalinan. Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novisari,
(Furoriolina Ariani & Dwi Widiariarti, Alfrina Hany dan Sari Kurnianingsih,
Penerjemah.). Jakarta: EGC Penerjemah.). Jakarta: EGC.

Bobak, I. M., Lowdermilk. D. L., Jensen Prawirohardjo, S. (2007). Buku Acuan


M. D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Maternitas. Edisi 4. (Maria A, Anugerah dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Petter I, Penerjemah.). Jakarta: EGC Pustaka Prawirohardjo.

Carpenito, L. J. (2007). Buku Saku Purwaningsih, W. & Fatmawati, S. (2010).


Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. (Yasmin Asuhan Keperawatan Maternitas.
Asih, Penerjemah.). Jakarta: EGC. Yogyakarta: Nuha Medika.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. 2001. Rahman, F. & Wahyuni. (2012). Pengaruh


Rencana Asuhan Keperawatan maternal / Penambahan Teknik Relaksasai Nafas
bayi. Edisi 3. Jakarta: EGC. Dalam pada Latihan Terhadap Nyeri Post
Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi. diakses pada
tanggal 20 April 2014.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/
handle/123456789/3342/1.%20FARID%R
AHMAN.pdf?sequence=1

Rukiyah, A.Y. & Yulianti, Lia. (2010).


Asuhan Kebidanana 4: Patologi. Jakarta:
Trans Info Media.

Siregar, Y. (2013). Pemberian Kompres


Hangat pada Ibu Bersalin Kala I
Berpengaruh terhadap Pengurangan Nyeri
Persalinan di Klinik Bersalin Nirmala
Medan. diakses pada tanggal 19 April
2014. http://uda.ac.id/jurnal/main.php?
page=vol_base&id=XXIV/Novenber/2013
.

Smeltzer, C. S. & Bare G. B. (2002).


Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 1. ( Endah Pakaryaningsih, &
Monica Ester, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Sukarni, I. & Wahyu. (2013). Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Willkinson, J. M. (2007). Buku Saku


Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi
NIC Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7.
Cetakan 1 (Widyawati, Syahirul A, Elsi
Dwihapsai & Intan Sari Nurjanah,
Penerjemah.). Jakarta: EGC

Winkjosastro, H. (2009). Ilmu Bedah


Kebidanan. Edisi 3. Cetakan ke- . Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjdo.

You might also like