You are on page 1of 18

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 – 17 Vol. 37. No.

1
ISSN 0126 - 4265

1
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 – 17 Vol. 37. No.1
ISSN 0126 - 4265

PENGARUH PENGGUNAAN CRUDE ENZIM PYLORIC CAECA DAN LAMA


FERMENTASI TERHADAP MUTU BEKASEM IKAN BILIH
(Mystacoleucus padangensis)

SYAHRUL1), DEWITA1) AND AYU DIANA2)

ABSTRACT

The objective of this research was to find out the influence of enzyme
pyloric caeca and fementation duration to quality bekasem bilih fish. Quality
parameters measured were using preferred test, pH, acid number, protein, water,
and NPN. Results of the research hopely could be used as a business an alternative
for farmers to produce bekasem bilih fish. Bekasem fermentation product is a
fresh water fish that taste sour.
Research method used was the method of experimental design, was
Complete Random Design (RAL), with two factors, namely the three levels A
factors without pyloric caeca enzim, pyloric caeca 25% (E25), and the addition of
enzyme pyloric caeca concentration of 50% (E50). B factors three levels
fermentation duration: 5 (T5), 10 (T25), and 15days (T15).
Results of research on the level of consumer acceptance bekasem bilih fish
(Mystacoleucus padangensis) treatment with the addition of enzyme extract
pyloric caeca generally preferred by consumers. During the fermentation pH value
and protein tend to decline, as well as water content, NPN, and acid number.
Instead tend to decline protein content tend to increase during fermentation. pH
values ranging from 4.0 to 5.0, the water concentration 32.20% - 33.85% , NPN
16%- 1.29%, and acid number 36.99% - 55.22%.

Key: Bekasem, pyloric caeca enzyme, fish bilih (Mystacoleucus padangensis).

PENDAHULUAN1 namun merajai hidup di danau


Ikan bilih (Mystacoleucus terbesar di Sumatera Barat.
padangensis) merupakan salah satu Menurut Zakaria (1996),
jenis ikan air tawar yang cukup produksi ikan bilih melimpah pada
dikenal di danau Singkarak dan bulan tertentu seperti bulan (Agustus,
Maninjau Sumatera Barat. Menurut September, Maret dan April).
Karim (2008) ada 66 spesies ikan di Kondisi ini sudah jelas akan
Danau Singkarak di antaranya (75,9 menurunkan harga ikan. Oleh sebab
persen) adalah ikan air tawar yaitu itu sentuhan teknologi pasca panen
ikan endemik yang salah satunya merupakan suatu upaya yang logik
ikan bilih yang berukuran kecil, untuk mengatasi masalah tersebut.

Di Sumatera Barat khususnya


1)
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu daerah danau Singkarak dan
Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Maninjau, penanganan ikan bilih ini
2)
Alumni Pengajar Fakultas Perikanan dan oleh nelayan setempat umumnya
Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru

1
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

diolah menjadi ikan bilih kering berikut : usus ikan dicuci bersih, lalu
tawar dan asap. Belum ada upaya dipotong kecil- kecil. Sesudah itu
untuk menganekaragamkan produk potongan usus ikan ini direndam
olahan berbasis ikan bilih. Salah dalam larutan pengekstrak yang
satu produk yang memungkinkan dibuat dengan melarutkan 5 gram
untuk menganekaragamkan ikan NaCl ke dalam 100 ml asam asetat
bilih ini adalah mengolahnya 1%. Lama ekstraksi perendaman
menjadi bekasem. Bekasem Ikan adalah 5 hari. Setelah itu larutan
bilih merupakan produk olahan hasil perendaman disaring dan
melalui proses fermentasi. Ciri filtratnya disebut ekstrak usus ikan
utama produk fermentasi selain atau ekstrak enzim pyloric caeca.
menghasilkan citarasa yang khas
● Pembuatan bekasem ikan bilih.
fermentasi juga bernilai gizi tinggi
Ikan bilih segar, disiangi dan
karena komponen utama zat gizi sudah
dicuci bersih, lalu ditiriskan selama
disederhanakan menjadi senyawa-
10 menit dan kemudian dimasukkan
senyawa yang mudah diserap oleh
ke dalam wadah belanga. Masing-
organ pencernaan tubuh kita.
masing belanga diisi ikan bilih
Dilain pihak, salah satu
dengan berat 250 gram. Bersamaan
limbah penanganan ikan yang
dengan itu disiapkan medium
sampai saat ini belum termanfaatkan
fermentasi (campuran tepung beras
adalah isi perut ikan terutama usus
dan gula 70% : 30%) merupakan
ikan (pyloric caeca). Menurut
medium fermentasi terbaik dari
SEAMOLEC (2008), bahwa dalam
penelitian Jelly Fariaz (2008),
usus ikan banyak terkandung enzim
Campuran medium ini diambil
protease, dan karbohidrase yang
sebanyak 10%, dan garam 10% dari
dibutuhkan dalam proses fermentasi.
berat ikan (kombinasi medium
Dengan demikian perlu
terbaik dari penelitian Jelly Fariaz,
dilakukan suatu penelitian tentang
2008). Sedangkan perlakuan yang
pemanfaatan limbah usus ikan
diberikanan adalah tanpa
dalam fermentasi bekasem ikan bilih
penambahan enzim pyloric caeca (E0),
dan mengamati mutunya dengan
penambahan ekstrak enzim pyloric
lama fermentasi yang berbeda.
caeca sebanyak 25% (E25), dan
penambahan ekstrak enzim pyloric
METODE PENELITIAN
caeca sebesar 50 % (E50) dari berat
• Bahan baku
ikan, lalu ditutup rapat. Selanjutnya
Bahan baku yang digunakan difermentasikan pada suhu kamar
adalah ikan bilih yang diperoleh dari (25 – 30oC) selama 5 hari (T5),10
nelayan Danau Singkarak dan hari (T10) dan 15 hari (T15). Setelah
dibawa ke laboratorium dengan selesai fermentasi, Ikan dikeringkan
mengunakan stirofoam yang diberi es dalam oven pengering dengan suhu
agar tetap segar. Usus (pyloric caeca) 50ºC selama 5 jam. Setelah itu
ikan gabus diambil dari pedagang terbentuklah Bekasam dengan
pasar ikan di Pekanbaru. masing – masing perlakuan.
• Pembuatan ekstrak enzim Uji Kesukaan
pyloric caeca (Koswara, 2008). Uji kesukaan untuk
Secara sederhana ekstraksi mengetahui tingkat penerimaan
usus ikan dapat dilakukan sebagai konsumen dilakukan dengan uji

2
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

organoleptik atau sensoris pada sama dilakukan untuk blanko tanpa


produk bekasem ikan bilih yang sampel.
dihasilkan dengan parameter Kadar air (Sudarmadji et al.,
organolepti seperti rupa dan warna, 1997).
tekstur, bau dan rasa menurut Cawan porselen dicuci dan
Rahayu (1998). Score sheet yang dikeringkan dalam oven
berskala 1-4 (Lampiran 1), dimana bertemperatur 105°-110°C selama 1
angka 4 adalah nilai kesukaan yang jam. Kemudian dinginkan dalam
tertinggi dan angka 1 sebagai nilai desikator selama 20 menit dan
kesukaan yang terendah..Dalam uji timbang beratnya (A). Ditimbang ±2
kesukaan ini digunakan panelis gram sampel dimasukkan ke dalam
sebanyak 80 panelis untuk diminta cawan porselen, kemudian ditimbang
responnya terhadap rupa, tekstur, (B) gram dan dipanaskan dalam oven
bau dan rasa bekasem ikan bilih
pada suhu 105-110°C selama 6 jam.
berdasarkan score sheet tersebut.
Kemudian dinginkan cawan dalam
desikator dan ditimbang sampai
Kadar protein metode kjeldahl
didapat berat yang konstan (C) gram.
(Sudarmadji et al., 1997).
Ditimbang sampel yang telah halus Nilai pH ( Apriyantono et al.,
sebanyak 2 gram (x), dimasukkan ke 1989).
dalamlabu kjeldahl, lalu Sampel bekasam sebanyak 2 g
ditambahkan 25 ml asam sulfat dilarutkan dengan aquades hingga
pekat (H2SO4) dan 1 gram katalis mencapai volume 100 ml.
(Cu kompleks) ditambahkan Pengukuran pH larutan bekasem
kedalam labu kjeldahl.Campuran ini dilakukan dengan pH meter pada
didetruksi di dalam lemari asam suhu ruang.
sampai berwarna hijau atau bening,
Analisis kadar non protein
kemudian dinginkan selama 30
nitrogen (NPN)
menit.Larutan diencerkan dengan
Kadar non protein nitrogen bekasem
aquades 100 ml, kemudian ambil
ditentukan dengan metoda makro
larutan tersebut sebanyak 25 ml dan
kjedhal menurut prosedur Loekman
dimasukkan ke dalam labu kjeldahl.
dan Bukhari, (1994). Daging ikan
Tambahkan 5-7 tetes indicator pp
dihaluskan dan ditimbang 10 g, lalu
dan NaOH 50% sampai terbentuk
dimasukkan ke dalam erlenmeyer
larutan yang berwarna merah
yang telah berisi larutan 20 ml TCA
muda.Kemudian erlenmeyer diisi
10%, kemudian diaduk-aduk hingga
dengan asam borak (H2BO3) 2%
larutan homogen. Larutan tersebut
sebanyak 25 ml dan ditambahkan
disaring dengan kertas saring dan
indicator campuran (metilen merah-
corong hingga mendapatkan larutan
biru) sehingga larutan biru
sebanyak 10 ml, lalu dimasukkan ke
ditampung dan diikiat dengan asam
dalam labu kjehdal. Dua puluh lima
borak sampai terbentuk larutan
ml H2SO4 pekat dan 1 g katalis (Cu
hijau, destilasi berlangsung lebih
kompleks) ditambahkan ke dalam
kurang 15 menit.Hasil destilasi pada
labu dan didestruksi dalam lemari
erlenmeyer di titrasi dengan HCl
asam sampai berwarna bening dan
0,1 N yang telah diketahui
didinginkan selama 30 menit.
konsentrasinya sampai larutan
Larutan selanjutnya diencerkan
berwarna biru. Dengan cara yang
dengan 100 ml aquades dan

3
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

dihomogenkan. Diambil 25 ml hipotesis ditolak dan sebaliknya.


larutan sampel dimasukkan ke Apabila hipotesis ditolak maka
dalam labu kjedhal dan ditambahkan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
5-7 tetes indikator pp kemudian Terkecil (BNT).
ditambahkan NaOH 50%, diaduk
perlahan sampai larutan alkalis HASIL DAN PEMBAHASAN
berwarna pink, lalu didestilasi. Hasil Tingkat Penerimaan Konsumen
destilasi ditampung dalam 50 ml Untuk menentukan tingkat
larutan H3BO3 2% dan ditambahkan penerimaan konsumen dilakukan
7 tetes indikator campuran sehingga dengan uji kesukaan dengan
larutan berwarna hijau. Larutan parameter organoleptik rupa dan
selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 warna, aroma, tekstur dan rasa
N sampai berwarna ungu. dengan 80 orang panelis
Analisa Bilangan Asam Rupa dan Warna
(Sudarmadji et al., 1997) Nilai rata-rata uji kesukaan
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram terhadap rupa dan warna bekasem
dan dihaluskan dengan ikan bilih dengan penambahan
menggunakan alat penggerus. 50 ml ekstrak enzim pyloric caeca dan lama
alkohol 95% netral dipanaskan fermentasi yang berbeda dapat
selama ±10 menit dalam erlenmeyer dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
sambil diaduk. Kemudian kedalam
erlemeyer yang berisi alkohol panas Pada Tabel 1 terlihat bahwa
tersebut dimasukkan sampel yang penilaian rupa dan warna oleh
telah disiapkan dan lakukan titrasi panelis terhadap bekasem ikan bilih
dengan larutan 0,1 N KOH dan yang difermentasi selama 5 hari
tambahkan ±5 tetes indikator PP dengan perlakuan ekstrak enzim
hingga warna larutan menjadi pyloric caeca 0 %, 25 % dan 50 %
warna merah jambu yang persiten sebagian besar disukai konsumen
selama 10 detik. dengan tingkat penerimaan berkisar
81, 25 % - 90 %. Sedangkan untuk
Analisis Data lama fermentasi 10 hari berkisar 60
Data yang diperoleh dari hasil % - 76,25 % dan lama fermentasi 15
penelitian terlebih dahulu dilakukan hari berkisar antara 48,75 % - 73,75
uji normalitas, apabila sebaran data %. Interaksi perlakuan terbaik adalah
normal maka analisis dilanjutkan T5E0 , T5E50 ,dan T10E25.
dengan analisis varians (Anava) Dari analisa variansi menunjukkan
dengan Rancangan Acak Lengkap bahwa penambahan ekstrak enzim
yang dilakukan untuk menentukan pyloric caeca dan lama fermentasi
apakah hipotesis diterima atau ditolak. yang berbeda tidak berpengaruh
Berdasarkan hasil analisis varians, nyata terhadap nilai rupa dan warna
jika diperoleh Fhitung lebih dari Ftabel bekasem ikan bilih.
pada tingkat kepercayaan 95%, maka

4
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Tabel 1. Nilai Rata-rata uji kesukaan terhadap rupa dan warna bekasem ikan
bilih (Mystacoleucus padangensis).
Lama Enzim 0% Enzim 25% Enzim 50%
Fermentasi Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah
(hari) % % %
panelis panelis panelis
Sangat suka 23 28.75 24 30.00 23 28.75
Suka 49 61.25 41 51.25 49 61.25
5
Kurang suka 8 10.00 12 15.00 8 10.00
Tidak suka 0 0 3 3.75 0 0
Sangat suka 12 15.00 17 21.25 9 11.25
Suka 41 51.25 44 55 39 48.75
10
Kurang suka 26 32.50 19 23.75 28 35.00
Tidak suka 1 1.25 0 0 4 5.00
Sangat suka 33 41.25 21 26.25 9 11.25
Suka 26 32.50 33 41.25 30 37.50
15
Kurang suka 13 16.25 17 21.25 30 37.50
Tidak suka 8 10.00 9 11.25 11 13.75

Nilai Aroma Nilai Tekstur


Nilai rata-rata uji kesukaan
Nilai rata-rata uji kesukaan
terhadap aroma bekasem ikan bilih
terhadap tekstur bekasem ikan bilih
dengan penambahan ekstrak enzim
dengan penambahan ekstrak enzim
pyloric caeca dengan waktu
pyloric caeca dan lama fermentasi
pematangan yang berbeda dapat
yang berbeda dapat dilihat pada
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 3 di bawah ini.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa
Pada Tabel 3 terlihat bahwa
tingkat penerimaan konsumen
tingkat penerimaan konsumen
terhadap aroma bekasem ikan bilih
terhadap tekstur bekasem ikan bilih
yang difermentasi selama 5 hari
yang difermentasi selama 5 hari
dengan perlakuan ekstrak enzim
dengan perlakuan ekstrak enzim
pyloric caeca 0 %, 25 % dan 50 %
pyloric caeca 0 %, 25 % dan 50 %
adalah berkisar 65% - 75 %.
adalah berkisar 51,25 % - 66,25 %.
Sedangkan untuk lama fermentasi 10
Sedangkan untuk lama fermentasi 10
hari berkisar 53,75 % - 80 % dan
hari berkisar 50 % - 76,25 % dan
lama fermentasi 15 hari berkisar
lama fermentasi 15 hari berkisar
antara 43,75 % - 85 %. Interaksi
antara 40 % - 73,75 %. Interaksi
perlakuan terbaik (T10E25).
perlakuan terbaik adalah (T10 E25).
Dari analisa variansi
Dari analisa variansi menunjukkan
menunjukkan bahwa penambahan
bahwa dengan adanya penambahan
ekstrak enzim pyloric caeca dan lama
enzim pyloric caeca dan lama
fermentasi yang berbeda
fermentasi yang berbeda
memberikan pengaruh nyata
memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai aroma bekasem ikan
terhadap nilai kesukaan tekstur
bilih.
bekasem ikan bilih.

5
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Tabel 2. Nilai Rata-rata uji kesukaan terhadap aroma bekasem ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis).
Lama Enzim 0% Enzim 25% Enzim 50%
Fermentasi Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah
(hari) % % %
panelis panelis panelis
Sangat suka 10 12.50 13 16.25 14 17.50
Suka 50 62.50 47 58.75 38 47.50
5
Kurang suka 15 18.75 16 20.00 22 27.50
Tidak suka 5 6.25 4 5.00 6 7.50
Sangat suka 28 35.00 24 40.00 4 5.00
Suka 36 45.00 38 46.67 39 48.75
10
Kurang suka 14 17.50 15 8.33 28 35.00
Tidak suka 2 2.50 3 5.00 9 11.25
Sangat suka 18 22.50 19 23.75 2 2.50
Suka 50 62.50 49 61.25 33 41.25
15
Kurang suka 10 12.50 10 12.50 36 45.00
Tidak suka 2 2.50 2 2.50 9 11.25

Tabel 3. Nilai Rata-rata uji kesukaan terhadap tekstur bekasem ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis).
Lama Enzim 0% Enzim 25% Enzim 50%
Fermentasi Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah
(hari) % % %
panelis panelis panelis
Sangat suka 12 15.00 8 10.00 2 2.50
Suka 34 42.50 45 56.25 39 48.75
5
Kurang suka 33 41.25 27 33.75 38 47.50
Tidak suka 1 1.25 0 0.00 1 1.25
Sangat suka 17 21.25 27 33.75 4 5.00
Suka 30 37.50 34 42.50 36 45.00
10
Kurang suka 27 33.75 19 23.75 33 41.25
Tidak suka 6 7.50 0 0.00 7 8.75
Sangat suka 12 15.00 10 12.50 3 3.75
Suka 47 58.75 39 48.75 29 36.25
15
Kurang suka 20 25.00 30 37.50 41 51.25
Tidak suka 1 1.25 1 1.25 7 8.75

Nilai Rasa Sedangkan untuk lama fermentasi 10


Nilai rata-rata uji kesukaan hari berkisar 55 % - 98,75% dan
terhadap rasa bekasem ikan bilih lama fermentasi 15 hari berkisar
dengan penambahan ekstrak enzim antara 63,75 % - 96,25 %. Interaksi
pyloric caeca dan yang berbeda perlakuan terbaik adalah T10E25 dan
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah T15 E25.
ini.
Dari analisa variansi
Pada Tabel 4 terlihat bahwa
menunjukkan bahwa dengan adanya
tingkat penerimaan konsumen
penambahan ekstrak enzim pyloric
terhadap rasa bekasem ikan bilih
caeca dan lama fermentasi yang
yang difermentasi selama 5 hari
berbeda memberikan pengaruh
dengan perlakuan ekstrak enzim
sangat nyata terhadap nilai kesukaan
pyloric caeca 0 %, 25 % dan 50 %
rasa bekasem ikan bilih.
adalah sebesar 57,50% - 97,50%.

6
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Tabel 4. Nilai Rata-rata uji kesukaan terhadap rasa bekasem ikan bilih
(Mystacoleucus padangensis).
Lama Enzim 0% Enzim 25% Enzim 50%
Fermentasi Kriteria Jumlah Jumlah Jumlah
(hari) % % %
panelis panelis panelis
Sangat suka 7 8.75 24 30.00 43 53.75
Suka 39 48.75 47 58.75 35 43.75
5
Kurang suka 24 30.00 9 11.25 2 2.50
Tidak suka 10 12.50 0 0.00 0 0.00
Sangat suka 7 8.75 46 57.50 37 46.25
Suka 37 46.25 33 41.25 34 42.50
10
Kurang suka 27 33.75 1 1.25 9 11.25
Tidak suka 9 11.25 0 0.00 0 0.00
Sangat suka 12 15.00 29 36.25 47 58.75
Suka 39 48.75 48 60.00 27 33.75
15
Kurang suka 24 30.00 3 3.75 6 7.50
Tidak suka 5 6.25 0 0.00 0 0.00

Tabel 5. Kriteria dan skor penilaian mutu sensoris bekasem ikan bilih sesuai pola
pematangan bekasem.
Tingkat Parameter Kriteria
Kesukaan
Sangat suka Rupa/warna Menarik, utuh dan rapi, warna kekuningan semakin merata
Suka Menarik, utuh namun kurang rapi,warna agak kecoklatan
Agak suka Kurang menarik, kurang utuh,kurang rapi warna kekuningan
Tidak suka Tidak menarik, tidak utuh, kurang rapi,warna kuning
Sangat suka Bau Bau asam, segar, spesifik bekasem optimal
Suka Bau asam, spesifik bekasem mulai nyata
Agak suka Bau larutan garam dan tepung
Tidak suka Bau menyerupai ikan segar
Sangat suka Rasa Rasa asam dan asin merata, gurih, spesifik bekasem optimal
Suka Rasa asam dan asin tidak merata, spesifik bekasem mulai nyata
Agak suka Rasa asin dominan dibandingkan asam, ikan asin biasa
Tidak suka Tidak ada rasa asam dan asin, tidak gurih, menyerupai ikan segar
Sangat suka Teksture Daging kompak, lembut dan mudah sobek
Suka Elastisitas dan daya lengket daging ke tulang sangat kecil
Agak suka Elastisitas dan daya lengket daging ke tulang mulai menurun
Tidak suka Elastisitas dan daya lengket daging ke tulang sangat tinggi

Berdasarkan hasil pengujian menentukan mutu akhir dari suatu


organoleptik terhadap penerimaan produk, termasuk bekasem ikan bilih
konsumen ternyata interaksi sebagai salah satu bahan pangan
perlakuan terbaik adalah T10E25 yang dikonsumsi masyarakat. Hasil
yaitu penambahan ekstrak enzim pengamatan kadar air bekasem ikan
25% dan lama fermentasi 10 hari. bilih dengan penambahan ekstrak
enzim pyloric caeca dan lama
Analisa Kimia fermentasi yang berbeda dapat
Kadar air dilihat pada Tabel 6.
Tinggi atau rendahnya kandungan air
dalam bahan pangan akan

7
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Tabel 6. Nilai Kadar Air (%) Bekasem Ikan Bilih dengan Penambahan Enzim
pyloric caeca dan lama fermentasi yang Berbeda
Lama Fermentasi Perlakuan
(hari) Enzim 0% (E0) Enzim 25% (E25) Enzim 50% (E50)
5 (T5) 32,25 32,20 32,22
10(T10) 32,62 32,81 32,39
15(T15) 33,52 33,85 33,49

Dari Tabel 6 diatas diketahui bahwa


kadar air bekasem ikan bilih dengan Bilangan Asam
perlakuan penambahan ekstrak Analisa bilangan asam dilakukan
enzim pyloric caeca selama untuk mengetahui tingkat keasaman
fermentasi berkisar antara 32,20 % - pada produk fermentasi terutama
33,85 %. hasil analisis variansi pada bekasem ikan bilih. Hasil
bahwa perlakuan penggunaan enzim pengamatan bilangan asam bekasem
pyloric caeca dan lama fermentasi ikan bilih dengan penambahan
pada bekasem ikan bilih ini tidak ekstrak enzim pyloric caeca dan
berpengaruh nyata terhadap kadar lama fermentasi yang berbeda dapat
air. dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Bilangan Asam (%) Bekasem Ikan Bilih dengan Penambahan
Enzim pyloric caeca dan lama fermentasi yang Berbeda

Lama Fermentasi Perlakuan


(hari) Enzim 0% (E0) Enzim 25% (E25) Enzim 50% (E50)
5 (T5) 36,99 38,54 42,19
10(T10) 43,28 44,86 49,06
15(T15) 51,10 53,52 55,22

Dari Tabel 7 diatas diketahui berpengaruh sangat nyata terhadap


bahwa nilai bilangan asam pada bilangan asam.
bekasem ikan bilih dengan
penambahan ekstrak enzim pyloric Nilai pH
caeca selama fermentasi berkisar Derajat keasaman (pH) adalah suatu
antara 36,99 % - 55,22 %. metode untuk mengetahui tingkat
Berdasarkan hasil analisis variansi keasaman atau kebasaan suatu
pada perlakuan penggunaan enzim produk. Nilai pH bekasem ikan bilih
pyloric caeca dan lama fermentasi dapat dilihat pada Tabel 8.
pada bekasem ikan bilih ini
Tabel 8. Nilai rata-rata pH bekasem ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
dengan penambahan enzim pyloric caeca dan lama fermentasi yang
berbeda.
Lama Fermentasi Perlakuan
(hari) Enzim 0% (E0) Enzim 25% (E25) Enzim 50% (E50)
5 (T5) 5,0 5,0 4,5
10(T10) 4,5 4,5 4,0
15(T15) 4,0 4,0 4,0

Dari Tabel 8 dapat dilihat dengan penambahan ekstrak enzim


bahwa nilai pH bekasam ikan bilih pyloric caeca selama fermentasi

8
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

berkisar antara 4,0 – 5,0. Hasil menentukan kandungan nitrogen non


analisis variansi menunjukkan protein selama fermentasi, termasuk
bahwa penambahan enzim pyloric fermentasi bekasem ikan bilih
caeca dengan konsentrasi yang sebagai salah satu bahan pangan
berbeda memberikan pengaruh yang dikonsumsi masyarakat. Hasil
sangat nyata terhadap pH bekasem pengamatan non protein nitrogen
ikan bilih. bekasem ikan bilih dengan
penambahan ekstrak enzim pyloric
Kadar Non Protein Nitrogen caeca dan lama fermentasi yang
(NPN) berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.
Tinggi atau rendahnya non protein
nitrogen dalam bahan pangan akan
Tabel 9. Nilai Non Protein Nitrogen (%) Bekasem Ikan Bilih dengan Penambahan
Enzim pyloric caeca dan lama fermentasi yang Berbeda
Lama Fermentasi Perlakuan
(hari) Enzim 0% (E0) Enzim 25% (E25) Enzim 50% (E50)
5 (T5) 0,16 0,33 0,50
10(T10) 0,58 0,63 0,76
15(T15) 0,98 1,02 1,29

Dari Tabel 9 diatas diketahui bahwa caeca dan lama fermentasi pada
nilai NPN bekasam ikan bilih selama bekasem ikan bilih ini berpengaruh
fermentasi berkisar antara 0,16 % - sangat nyata terhadap kandungan
1,29 %. nilai non protein nitrogen nitrogen non protein produk
terbesar dimiliki oleh perlakuan
lama fermentasi selama 15 hari yaitu Kadar Protein
1,29 % , sedangkan nilai terendah Hasil analisa rata-rata kadar protein
adalah perlakuan T5E0 sebesar
bekasem ikan bilih pada masing-
0,16 %.
masing perlakuan dapat dilihat pada
Berdasarkan hasil analisis Tabel 10 dibawah ini
variansi dijelaskan bahwa perlakuan
penggunaan ekstrak enzim pyloric
Tabel 10. Nilai Kadar Protein (%) Bekasem Ikan Bilih dengan Penambahan
Enzim pyloric caeca dan lama fermentasi yang Berbeda.
Lama Fermentasi Perlakuan
(hari) Enzim 0% (E0) Enzim 25% (E25) Enzim 50% (E50)
5 (T5) 15,45 16,41 16,92
10(T10) 16,45 17,61 17,83
15(T15) 19,65 22,17 23,14

sedangkan nilai terendah adalah


Berdasarkan Tabel 10 diatas
perlakuan T5E0 sebesar 15,45 %. nilai
dapat dilihat bahwa kadar protein
kadar air terbesar dimiliki oleh
bekasam ikan bilih berkisar antara
perlakuan T15E50 yaitu 23,14 %,
15.45-23.14%. Kadar protein semakin
sedangkan nilai terendah adalah
meningkat sampai pada lama fermentasi
perlakuan T5E0 sebesar 15,45 %.
selama 15 hari nilai rata-rata kadar air
Dimana kenaikan kadar protein
terbesar dimiliki oleh perlakuan
tertinggi selama fermentasi yaitu terjadi
T15E50 yaitu sebesar 23,14 %,

9
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

pada perlakuan dengan adanya Efriyani (2003), perubahan nilai


penambahan ekstrak enzim pyloric aroma disebabkan oleh perubahan
caeca .Berdasarkan hasil analisis sifat-sifat pada bahan pangan yang
variansi pada perlakuan penggunaan pada umumnya mengarah pada
enzim pyloric caeca dan lama
penurunan mutu. Fermentasi juga
fermentasi pada bekasem ikan bilih ini
berpengaruh nyata terhadap kadar
mempengaruhi nilai aroma, dimana
protein. semakin lama penyimpanan maka
nilai aroma semakin rendah.
Pembahasan Aroma bekasem ikan bilih
Tingkat penerimaan berdasarkan penilaian panelis yang
konsumen terhadap bekasem ikan paling disukai adalah T10E25 yaitu
bilih yang dihasilkan dilakukan 86,67% (spesifik bau asam, segar,
dengan uji kesukaan dengan khas fermentasi). Nilai rupa terendah
parameter organoleptik (Rupa dan yaitu T15E50 yaitu 43,75% (bau
warna, Aroma, Rasa, dan Tekstur). asam kurang terasa lebih didominasi
Rupa dan warna merupakan bau ikan bergaram, kurang segar,
hal yang penting bagi banyak khas fermentasi).
makanan, baik bagi makanan yang Berdasarkan hasil analisis
tidak diproses maupun makanan variansi, perlakuan yang diberikan
yang melalui proses pembuatan. berpengaruh nyata terhadap nilai
Rupa dan warna juga memberikan aroma. Hal ini dapat disebabkan
petunjuk mengenai perubahan kimia karena proses fermentasi
dalam makanan (De Man, 1997). menimbulkan aroma khas fermentasi
Rupa dan warna bekasem seperti aroma alkohol.
ikan bilih berdasarkan penilaian Menurut Hadiwiyoto (1993),
panelis yang paling disukai adalah selama proses fermentasi asam
T5E5 dan T5E50 yaitu 90% amino akan mengalami peningkatan
(menarik, bersih, utuh, rapi, warna akibat adanya pemecahan protein,
kuning kecoklatan). Nilai rupa yang mana kandungan asam amino
terendah yaitu T15E50 yaitu 48,75% yang tinggi dapat mempengaruhi
(kurang menarik, tidak utuh, kurang citarasa.
rapi, warna kekuningan). Tekstur adalah penginderaan
Hasil analisis variansi yang dihubungkan dengan rabaan
menunjukkan bahwa perlakuan yang atau sentuhan. Kadang-kadang
diberikan tidak berpengaruh nyata tekstur lebih penting dibandingkan
terhadap nilai rupa dan warna dengan penampakan, aroma dan rasa
bekasem ikan bilih, hal ini karena mempengaruhi citra
disebabkan karena ekstrak enzim makanan. Karena faktor kerenyahan
pyloric caeca berperan untuk sangat menentukan suatu produk
mempercepat proses fermentasi ; kering disukai atau tidak.
sedangkan rupa dan warna yang Tekstur bekasem ikan bilih
dihasilkan pada bekasem lebih berdasarkan penilaian panelis yang
banyak dipengaruhi oleh proses paling disukai adalah T10E25 yaitu
pengeringan. 76,25% (elastisitas daging ketulang
Aroma merupakan salah satu kecil, kompak, daging lembut). Nilai
parameter yang menentukan rasa rupa terendah yaitu T15E50 yaitu
enak dari suatu produk bahan 40% (tidak kompak, rapuh dan
pangan. Menurut Soekarto dalam terlalu lembut).

10
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Dari Tabel 3 di atas, pada sebagai dipeptida dan jika dari tiga,
umumnya panelis menyukai tekstur empat, atau lima peptida hasilnya
bekasem ikan bilih yang dihasilkan. dikatakan sebagai tripeptida,
Karena produk bekasam ikan bilih peptapeptida dan penta peptida. Jika
ini mengalami fermentasi terlebih ikatan peptida tersebut lebih dari dua
dahulu sebelum dikeringkan. ikatan maka secara umum dapat
Mengingat proses fermentasi adalah dinamakan sebagai polipeptida.Atas
proses penyederhanaan ikatan dasar susunan asam amino serta
senyawa makro molekul seperti ikatan-ikatan yang terjadi antara
protein menjadi asam amino. asam amino dalam suatu molekul
Rasa merupakan salah satu protein, dibedakan menjadi 4 macam
faktor yang memegang peranan struktur protein yaitu struktur primer,
penting dalam menentukan struktur sekunder, struktur tersier dan
keputusan akhir konsumen untuk struktur
menerima atau menolak suatu quarter.(http://politeknikketapang.blo
makanan. Meskipun hasil penelitian gspot.com/2009/03/protein.html)
terhadap parameter lain lebih baik, Selama proses fermentasi
tetapi jika rasa produk memberikan akan terjadi proses hidrolisa protein
penilaian tidak enak maka produk menjadi asam-asam amino dan akan
tersebut akan ditolak oleh konsumen terurai lebih lanjut menjadi
(Fellow, 2000). komponen-komponen yang berperan
Berdasarkan Tabel 4, secara dalam pembentukan citarasa produk.
umum panelis menyukai rasa Menurut Fardiaz (1992),
bekasam ikan bilih yang difermentasi mikroorganisme mempunyai
dengan penambahan ekstrak enzim berbagai enzim yang dapat
pyloric caeca. Hal ini didukung dari memecahkan komponen-komponen
hasil analisis variansi yang senyawa sederhana yang
menunjukkan pengaruh nyata mengakibatkan perubahan warna,
terhadap nilai rasa. Menurut Rahayu bau dan rasa.
(1992), pengolahan dengan cara Kadar air merupakan
fermentasi bergaram akan parameter yang umum disyaratkan
meningkatkan rasa pada produk yang dalam standar mutu suatu pangan,
dihasilkan. karena kadar air dalam kandungan
Rasa bekasem ikan bilih bahan pangan sangat menentukan
berdasarkan penilaian panelis yang kemungkinan terjadinya reaksi-
paling disukai adalah T10E25 yaitu reaksi biokimia (Mainaliza dalam
98,75% (spesifik rasa asam dan asin Almi yandri, 2007).
merata, gurih, khas fermentasi). Nilai Berdasarkan hasil analisis
rupa terendah yaitu T10E0 yaitu 55% variansi terhadap kadar air bekasem
(rasa asin sangat dominan ikan bilih yang dihasilkan selama
dibandingkan rasa asam, kurang proses fermentasi, menunjukkan
gurih). perbedaan nyata, dimana kadar air
Protein merupakan suatu terendah terdapat pada perlakuan
senyawa makro-molekul yang terdiri T5E25 yaitu sebesar 32,20 %. Dan
atas sejumlah asam amino yang tertinggi pada perlakuan T15E25
dihubungkan dengan ikatan peptida. yaitu sebesar 33,85 %. Perbedaan ini
Jika ikatan peptida tersebut terjadi dapat disebabkan karena
dari dua asam amino hasilnya disebut penambahan ekstrak enzim yang

11
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

lebih besar akan banyak merombak metabolisme starter antara lain


ikatan kimia senyawa makro mengubah laktosa menjadi asam
molekul, sehingga air terikat akan laktat (Burows et al., 1963 dalam
lepas. Nurhayati). Pengubahan laktosa
Dari Tabel 8 dapat dilihat menjadi Asam laktat tersebut
bahwa nilai pH selama fermentasi menyebabkan menurunnya kadar
semakin menurun dengan semakin laktosa dan pH media sehingga pH
tingginya konsentrasi ekstrak enzim media mencapai 4,0 sampai 4,5
pyloric caeca yang diberikan. Nilai (Gaudy and Gaudy, 1981 dalam
pH tertinggi terdapat pada perlakuan Nurhayati).
T5E0 dan T5E25 yaitu 5,0 dan nilai Bilangan asam pada bekasam
pH terendah terdapat pada perlakuan cendrung menurun dengan lamanya
dengan lama fermentasi selama 15 waktu fermentasi. Hal ini disebabkan
hari yaitu T10E50, T15E0, T15E25, semakin lama waktu fermentasi pada
T15E50 dengan nilai 4,0. kondisi anaerob akan terjadi
Hasil analisis variansi penurunan bilangan asam namun bila
menunjukkan bahwa penambahan terjadi peningkatan bilangan asam
enzim pyloric caeca dengan maka terjadi adanya kebusukan pada
konsentrasi yang berbeda proses fermentasi tersebut.
memberikan pengaruh sangat nyata nilai bilangan asam yang
terhadap pH bekasem ikan bilih. Hal terbesar dimiliki oleh perlakuan
ini dapat disebabkan karena selama T15E50 yaitu 55,22% sedangkan
proses fermentasi akan terbentuk nilai terendah adalah perlakuan T5E0
asam, yang merupakan hasil sebesar 36,99% . Dimana kenaikan
pemecahan dari medium fermentasi bilangan asam tertinggi selama
karbohidrat. fermentasi yaitu terjadi pada
perlakuan dengan adanya
Perubahan pH disebabkan
penambahan enzim pyloric caeca
karena terbentuknya asam - asam
sebanyak 50% .
organik oleh kedua isolat bakteri
Berdasarkan hasil analisis
asam laktat dalam substrat buah
variansi pada lampiran 18 dijelaskan
durian. Nilai pH pada kedua isolat
bahwa perlakuan penggunaan enzim
bakteri asam laktat tersebut masih
pyloric caeca dan lama fermentasi
merupakan pH optimum bagi
pada bekasem ikan bilih ini sangat
aktivitas bakteri asam laktat . Hal ini
berpengaruh nyata terhadap bilangan
sesuai dengan hasil penelitian
(Djaafar, dkk.,1996) bahwa derajat asam.
keasaman (pH) yang optimum bagi Protein merupakan salah satu
aktivitas bakteri asam laktat berkisar zat makanan yang sangat penting
antara pH 3 – 8. bagi tubuh karena zat ini berfungsi
sebagai zat pembangun dan zat
Pada fermentasi yang bersifat pengatur. Kadar protein dalam
non spontan sangat diperlukan bahan makanan merupakan
adanya starter dan memaktivitas pertimbangan tersendiri bagi orang
metabolisme starter yang mempunyai yang mengkonsumsi makanan
suhu pertumbuhan optimum 410 C (Winarno, 1997).
sampai 45 0 C (Gililand, 1985 dalam Nilai kadar protein terbesar
Nurhayati), sehingga akan dimiliki oleh perlakuan T15E50
meningkatkan berbagai aktivitas yaitu 23,14 %, sedangkan nilai

12
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

terendah adalah perlakuan T5E0 diperoleh bukan hanya dari protein,


sebesar 15,45 %. Dimana kenaikan namun juga pemecahan senyawa
kadar protein tertinggi selama kimia pada proses fermentasi karena
fermentasi yaitu terjadi pada memilikiu gugus nitrogen, maka
perlakuan dengan adanya jumlah nitrogen yang terukur akan
penambahan enzim pyloric caeca . semakin bertambah dan membuat
Berdasarkan hasil analisis kandungan protein seolah-olah
variansi dijelaskan bahwa perlakuan tinggi.(Wahyuriyadi, 2008)
penggunaan enzim pyloric caeca dan
KESIMPULAN DAN SARAN
lama fermentasi pada bekasem ikan
Kesimpulan
bilih ini berpengaruh nyata terhadap
Berdasarkan hasil penelitian
kadar protein.
yang dilakukan dapat disimpulkan
Non protein nitrogen yaitu
sebagai berikut :
mengetahui unsur-unsur nitrogen
1. Tingkat penerimaan konsumen
yang bukan berasal dari protein pada
terhadap bekasem ikan bilih
proses fermentasi. Nilai non protein
(Mystacoleucus padangensis)
nitrogen terbesar dimiliki oleh
dengan perlakuan penambahan
perlakuan pada lama fermentasi
ekstrak enzim pyloric caeca
selama 15 hari yaitu 1,29%,
secara umum disukai oleh
sedangkan nilai terendah adalah
konsumen. Produk bekasam yang
perlakuan T5E0 sebesar 0,16% .
paling disukai konsumen adalah
Berdasarkan hasil analisis
bekasem ikan bilih dengan
variansi pada lampiran 20 dijelaskan
penambahan ekstrak enzim
bahwa perlakuan penggunaan enzim
pyloric caeca sebanyak 25% dan
pyloric caeca dan lama fermentasi
lama fermentasi 10 hari.
pada bekasem ikan bilih ini
2. Selama fermentasi nilai pH
berpengaruh sangat nyata terhadap
cendrung menurun, demikian
non protein nitrogen.
juga dengan kadar air, NPN, dan
Menurut wahyuriyadi (2008).,
Bilangan asam. Sebaliknya kadar
menyatakan bahwa hal yang biasa
protein cendrung meningkat
dilakukan pada hewan (sapi, kerbau,
selama fermentasi. Nilai pH
ayam,dan ikan)untuk meningkatkan
berkisar 4,0 – 5,0, kadar air
asupan nitrogen secara umum
berkisar 32,20 % - 33,85 %,
memperoleh asupan nitrogen dari
kadar NPN berkisar 0,16 % -
proses fermentasi makanan bukan
1,29 %. dan Bilangan asam
protein oleh bakteri yang terdapat
berkisar antara 36,99 % - 55,22 %
dalam sistem pencernaan.
3. Mutu produk bekasam ikan bilih
Nitrogen hasil fermentasi ini
yang difermentasi selama
disebut sebagai non-protein nitrogen
fermentasi 10 hari dengan
(NPN). Analisa protein biasanya
penambahan ekstrak enzim
dilakukan dengan metode kjedahl,
pyloric caeca 25% masing-
mengukur jumlah nitrogen yang
masing parameter adalah :
kemudian dikonversi menjadi jumlah
Parameter organoleptik (rupa
protein dengan suatu tetapan standar.
76,25%, aroma 86,67%, tekstur
Saat dilakukan uji analisa kandungan
76,25%, rasa 98,75%), nilai pH
protein, hasil menunjukkan
4.5 ,kadar air 32,81%, kadar
kandungan nitrogen yang besar
NPN 0,63%. bilangan asam
padahal sebenarnya angka tersebut
44,86%, dan protein 17,61%.

13
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Saran Penterjemah Hari Purnomo


Penggunaan ekstrak enzim dan Adiono. Penerbit
pyloric caeca dari limbah ikan Universitas Indonesia.
ternyata dapat mempercepat proses Jakarta. 365 hal.
fermentasi ikan khususnya bekasem
ikan bilih. Dari hasil penelitian Blog spot., 2009. Diakses pada
disarankan untuk menggunakan tanggal 23 juni 2009. http:
penambahan ekstrak enzim pyloric //politeknikketapang.blogspot
caeca sebanyak 25% dan lama .com/2009/03/protein.html
fermentasi 10 hari dalam pengolahan Djaafar, TF, ES Rahayu, D Wibowo
bekasem ikan bilih. dan S Sudarmadji. 1996.
DAFTAR PUSTAKA Substansi Antimikrobia
Bakteri Asam Laktat yang
Adawyah, R., 2007. Pengolahan dan Diisolasi dari Makanan Hasil
Pengawetan Ikan. Penerbit Fermentasi Tradisional
PT. Bumi Aksara. Jakarta. Indonesia. J.Pert Indo 6 (1),
159 hal. 15-21.
Afrianto, E dan E. Liviawati,1989.
Pengawetan dan pengolahan Dinas Perikanan dan Kelautan, 2008.
Ikan. Kanisius Yogyakarta. Spesies ikan
125 hal. Indonesia.Diakses pada
tanggal 2 Februari 2009.
Afrianto, E. 2002. Pengawetan dan http://www.dkp.go.id/index.p
Pengolahan Ikan. Penerbit hp/ind/newsmenus/233/87-
Kanasius. 125 hal. spesies-ikan-langka-di-
indonesia-terancam-punah
Almi, Y. 2008. Studi Jenis Kemasan
Yang Berbeda Terhadap De Man, J.K, 1997. Kimia Makanan.
Mutu Ekkado Ikan Gabus Terjemahan Padmawinata.
(Channa Striata) Selama Penerbit ITB Bandung.
Penyimpanan Pada Suhu
Dingin. Skripsi Fakultas Efriyani. 2003. Pengaruh Metode
Perikanan dan Ilmu Kelautan Pengeringan Dan Masa
Universitas Riau. Pekanbaru. Simpan Terhadap Mutu Ikan
(tidak diterbitkan). Jambal Siam. Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Apriyantono A, Fardiaz D, Kelautan Universitas Riau.
Puspitasari NL, Sedarnawati, Pekanbaru. (tidak
Budiyanto S. 1989. Petunjuk diterbitkan).
Laboratorium Analisa
Pangan. Bogor: IPB Press. Erichsen, I. 1983. Fermented Fish and
Meat Products: The Present
Badudu. 1996. Produk-produk Position and Future
Fermentasi Hasil Perikanan, Possibilities. Dalam: Food
Gramedia, Jakarta. Microbiology, Advances and
Prospects (Roberts, T.A. dan
Buckle, A, K., Edward, R.A., Fleet,
Skinner, F.A., Eds.)
G.H. and Wooton, M., 1987.
Academic Press. London
Ilmu Pangan Pangan.

14
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Fardiaz, S.,1992. Mikrobiologi Hassan, Bustari.,2009. The effect of


Pangan I. Penerbit Gramedia Gutting and fermentation
Pustaka Utama. Jakarta 308 temperature on ripening
hal. process of salt fermented
mackerel (Rastellinger
Fariaz, Jelly.2008. Karakteristik neglectus).Jurnal Perikanan
Mutu Dan Penerimaan Kelautan (JPK) vol.XIII jilid 1.
Konsumen Terhadap
Bekasem Ikan Patin Irawadi, T.T. 1979. Pengaruh garam
(Pangasius Hypopthalamus) dan glukosa pada fermentasi
Dengan Kadar Karbohidrat asam laktat dari ikan
Dan Garam Berbeda. Skripsi kembung (Scomber
THP.(97 Hal) neglectus). Tesis, Sekolah
Fellows., P. J. 2000. Food and Pasca Sarjana, Institut
Processing Technology Pertanian Bogor.
Principle and Practice. 2nd
Edition. Cambridge : Juniarso,Egik Tri., 2008. Diakses
Woodhead Publishing pada tanggal 6 Februari
Limited and CRC Press LLC, 2009.Pemanfaatan Ekstrak
Boca Raton. Kasar Protease Dari Isi Perut
Ikan Lemuru (Sardinella sp)
Gaspersz, Dr.Ir. Vincent. 1991. Untuk Deproteinisasi Limbah
Metode Perancangan Udang Secara Enzimatik
Percobaan. Ilmu pertanian, Dalam Proses Produksi
ilmu teknik,dan ilmu biologi. Kitosan.(http://digilib.unej.ac
CV. Armico.Bandung. .id/o.php?id=dlhub-gdl-grey-
2008egiktrijun-
Hadiwiyoto, S., 1993. Teknologi 2922&PHPSESSID=dbe3926
Pengolahan Hasil Perikanan. 6dd3f429a3b5f8502d301dc63)
Liberty, Jakarta.
Karim, Muhammad, 2008. Artikel
Hobbs, G. dan Hodgkiss, W 1982 Perikanan Darat Bagian
The Bacteriology of Fish Kebudayaan Lokal.Diakses
Handling and Processing. pada tanggal 2 Februari 2009.
dalam : Development in Food (http://www.dkp.go.
Microbiology I (Davies, R., id/index.php/ind/news/362/pe
Ed.). Applied Sci. Publ., rikanan-darat-bagian-
London. kebudayaan-lokal).
Hambali, E,. Suryani, A,. dan
Purnama, W., 2005. Koswara, Ir. Sutrisno.,2008. diakses
Membuat Keripik Sayur. pada tanggal 2 februari 2009.
Jakarta : Penebar Swadaya. (http://www.ebookpangan.co
83 hal. m).
Loekman, S dan Bukhari, D ., 1994.
Hanafiah, T.A.R. 1987. Factor Penuntun Praktikum Analisis
affecting quality of pedah Kimia. Fakultas Perikanan
Siam. Thesis, School of Dan Ilmu Kelautan
Fisheries, University of Universitas Riau, Pekanbaru.
Washington.

15
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan akan_NUTRISI_PAKAN.pdf


Pengolahan Hasil Perikanan. +pyloric+caeca+pada+ikan&h
Penerbit PT Penebar l=id&ct=clnk&cd=1&gl=id )
Swadaya, Jakarta. 254 hal.
Rahayu, S. 1992. Pengolahan Ikan
Mustain, A.M., 2002. Mempelajari Peda dalam Kumpulan
Aspek Penerimaan Bahan dan Hasil-hasil Penelitian Pacsa
Proses Pengemasan pada Panen Perikanan. Pusat
Produk Confectionary di PT.
Sweet Candy Indonesia Penelitian dan
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Pengembangan Perikanan.
Teknologi Pertanian Institut Jakarta. 256 hal.
Pertanian Bogor.
Rahayu, W.P. Suliantri, S. Maoen.
Mehlenbacher, 1960. Analysis of Fardiaz, S., 1992. Teknologi
Fats and Oils. Arrad Press. Fermentasi Produk
Perikanan. Pusat antar
Nurhayati, tutik.2009. Diakses pada Universitas Pangan dan Gizi.
tanggal 22 juni 2009. Program Institut Pertanian Bogor.
studi biologi Bogor. 140 hal.
FMIPAITS.http://74.125.153.1
32/search?q=cache:3O6j7Tmb ___________, W.P., 1998. Petunjuk
WOoJ:www.fmipa.its.ac.id/isi Praktikum Penilaian
%2520mipa/jurnal/jurnal/KAP Organoleptik. Jurusan
PA%2520(2003)%2520Vol.%2 Teknologi Pangan dan Gizi
5204,%2520No.1,%25201317. Fakultas Teknologi
doc+teknologi+ilmu+pangan+o Pertanian. Institut Pertanian
leh+FG+winarno+dan+fardiaz Bogor. Bogor 89 hal.
&cd=52&hl=id&ct=clnk&gl=i
d&client=firefox-a Saanin, H. 1968. Taksonomi dan
Kunci identifikasi Ikan Jilid I
Permimalang wordpress.,2009., dan II. Bina cipta, Bandung.
diakses pada tanggal 23 juni 520 hal.
2009.http://permimalang.wor
dpress.com/category/ferment Sudjana., 1980. Desain dan Analisis
asi/ eksperimen dalam bidang
biologi, farmasi, fisika,
Program Alih Jenjang D4 Bidang industri, kimia, pendidikan,
Akuakultur SITH, ITB – pertanian, perternakan,
VEDCA - SEAMOLEC, psikologi, dan teknik. PT.
2008.Teknologi Produksi Tarsito. Bandung.
Bahan Baku Ikan. Diakses
pada tanggal 20 Februari Sudarmadji, S., B.Haryono dan
2009. Suhandi., 1997. Prosedur
(http://72.14.235.132/search? Analisa Untuk Bahan
q=cache:rXIY90ncaJ:wwwsit Makanan dan Pertanian.
h.itb.ac.id/d4_akuakultur_kul Liberty. Yogyakarta. 160 hal.
tur_jaringan/bahankuliah/2_T
eknologi%2520Produksi%25
20Bahan%2520Baku%2520P

16
Pengaruh Penggunaan Crude Enzim Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Task-list blogspot.,2008. Sistem Winarno, F.G., dan Sri Laksmi, J.,


pencernaan ikan. Diakses 1997. Kerusakan Bahan
Pangan dan Cara
pada tanggal 20 Februari Pencegahannya. Jakarta :
2009. (http://task Ghalia Indonesia. 148 hal.
list.blogspot.com/2008/03/sis
tem-pencernaan.html). ___________,.1997. Keamanan
Pangan. Naskah Akademis.
Wahyuriyadi.,2008., Diakses pada Bogor. 515 hal
tanggal 23 juni 2009. http:// Wikipedia., 2004. diakses pada
www.depkes.go.id/index.php tanggal 2 Februari 2009.
?option=articles&artid=286& (http://www.enzim_
Ite\mid=3wahyuriyadi.blogsp wikipedia.co.id).
ot.com/2008/09/melamin- Zakaria, Indra Junaidi.,1996.
additive-pada susu.html. Pengaruh bumbu dan lama
pengasapan terhadap mutu
Winarno, F., S. Fardiaz dan D. ikan bilih (Mystacoleucus
Fardiaz. 1980. Pengantar padangnensis Blkr) asap.
Teknologi Pangan. PT. Jurnal Fish J.Garing 5(2):53-
Gramedia. Jakarta. 65. Faperi Univ.Bung Hatta.

17

You might also like