Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Penglihatan kabur pada kedua mata sejak ± 2
minggu yang lalu
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Gizi
Baik
Penyakit Sistemik
Tractus Respiratorius : Tidak ada keluhan
Tractus Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Gigi dan Mulut : Tidak ada keluhan
Lain – lain
2
1.3 Pemeriksaan Fisik
1.3.1 Status Oftalmologikus
PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI
VISUS OD OS
6/20 6/30
Pemeriksaan dilakukan Pemeriksaan dilakukan
dengan cara: dengan cara:
- Pasien menutup mata - Pasien menutup mata
kirinya dengan kanannya dengan
menggunakan menggunakan telapak
telapak tangan tangan.
- Pasien diminta untuk - Pasien diminta untuk
membaca angka membaca huruf
terbesar pada kartu terbesar pada kartu
snellen. snellen.
- Pasien tidak mampu - Pasien tidak mampu
membaca huruf membaca huruf
terbesar urutan ke-3 terbesar urutan ke- 2
pada kartu snellen. pada kartu snellen.
KOREKSI Visus 6/20 6/6 Visus 6/30 6/6
- Dilakukan koreksi - Dilakukan koreksi
Dengan langkah: dengan menggunakan dengan menggunakan
- Pasien diminta untuk sferis -1,00 / + 1,00 sferis -1,25 / + 1,25
- Pasien merasa lebih - Pasien merasa lebih
memakai trial frame
- Mata kanan diperiksa terang dengan terang dengan
terlebih dahulu dan menggunakan lensa menggunakan lensa
mata kiri ditutup sferis -1,00. sferis -1,25.
- Pasien mampu - Pasien mampu
dengan occlude
- Pasien diminta untuk membaca angka pada membaca angka pada
mengidentifikasi kartu snellen hingga kartu snellen hingga
angka terbesar pada baris ke -7 sehingga baris ke -7 sehingga
kartu snellen. visus 6/6 visus 6/6
- Setelah mata kanan
diperiksa dilanjutkan
pada mata kiri dan
3
mata kanan ditutup.
MUSCLE BALANCE OD OS
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia
PERGERAKAN BOLA
MATA
PEMERIKSAAN OD OS
EKSTERNAL
SUPERSILIA Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
PALPEBRA SUPERIOR Edema (–), hiperemis (-) Edema (–), hiperemis (-)
PALPEBRA INFERIOR Edema (–), hiperemis (-) Edema (–), hiperemis (-)
MARGO PALPEBRA Ektopion (-), ektropion (-) Ektopion (-), ektropion
DAN SILIA Sekret (-), trikiasis (-) (-)
Sekret (-), trikiasis (-)
APPARATUS Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
LAKRIMALIS
KONJUNGTIVA Folikel (-), papil (-) Folikel (-), papil (-)
TARSALIS SUPERIOR
4
IRIS Warna coklat, kripte (+) Warna coklat, kripte (+)
LENSA Keruh (-) Keruh (-)
PEMERIKSAAN SLIT
LAMP
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Conjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi conjungtiva (-) Injeksi conjungtiva (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Sedang Sedang
Iris Coklat, Kripta iris jelas Coklat, Kripta iris jelas
Lensa Jernih Jernih
TONOMETRIS Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
FUNDUSCOPY Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
TEST KONFRONTASI Sama dengan Pemeriksa Sama dengan Pemeriksa
5
autorefraktometri
1.7 PENATALAKSANAAN
Umum :
Membaca dengan pencahayaan yang cukup
Menghindari membaca sambil tiduran
Kacamata harus terus dipakai
Beristirahat jika mata mulai terasa lelah
Khusus :
Kacamata lensa sferis konkaf sesuai dengan koreksi :
OD S – 1,00 D 6/6
OS S – 1,25 D 6/6
PD 62 / 60
1.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 MIOPIA
A. DEFINISI
7
Miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak yang tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan
didepan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur.
Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat, mungkin dibiaskan tepat
diretina tanpa akomodasi.
Gambar 1. Miopia
B. KLASIFIKASI1-3
Dikenal beberapa tipe dari miopia :
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada
orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar
3 dioptri.
2. Miopia Refraktif
8
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli
sepertimiopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada
bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi
ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi
dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau
yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer
(degenerasi latis).2,3
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering
dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai
pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan.
9
Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai
ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina.2,3
C. GEJALA KLINIS2,4,5,6
10
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi ).2-3
2. Miopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks Gambaran
yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.2,3
11
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG2,4,5
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah :
1. Refraksi Subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rekraksi subjektif,
metode yang digunakan adalah dengan metode “trial and error”. Jarak
pemeriksaan 6 meter dengan menggunakan kartu Snellen.
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D
pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah
dengan arah gerakan retinoskop (against movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer.
12
E. PENATALAKSANAAN
a. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk
memperbaiki refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat
dalam bentuk meniskus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke depan (pantascopic
tilt).1- 4
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan.
Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea
dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari
polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil
dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya
antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat dari asetat
butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa
kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan
kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih
besar.2-4
Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan
refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi
total merupakan daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa
(kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya lensa sebenarnya yang disebabkan
oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang. Hanya yang kedua yang
bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa keras dan lensa
permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan memodifikasi
permukaan anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar sferis.2-5
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur,
mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya
terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa ini
hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea, kecuali bila disertai koreksi
silindris untuk membuat suatu lensa torus.
c. Bedah Keratorefraktif
13
Bedah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah
kelengkungan permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara
umum diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan serupa pada pasien lain dan
bukan didasarkan pada perhitungan optis maternatis.3-6
d. Lensa Intraokular
Penanaman lensa intraokular (IOL) telah menjadi metode pilihan untuk
koreksi kelainan refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan, termasuk
lensa lipat, yang terbuat dari plastik hidrogel, yang dapat disisipkan ke dalam
mata melalui suatu insisi kecil; dan lensa kaku, yang paling sering terdiri atas
suatu optik yang terbuat dari polimetilmetakrilat dan lengkungan (haptik) yang
terbuat dari bahan yang sama atau polipropilen. Posisi paling aman bagi lensa
intraokular adalah didalam kantung kapsul yang utuh setelah pembedahan
ekstrakapsular.4,5
F. KOMPLIKASI2
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat
terjadi berupa :
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga
terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina
- Ablasi retina
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi
glaukoma
G. PROGNOSIS
14
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana
yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.
Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat
timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling.
Juling biasanya esotropia akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.1-3
15
BAB III
ANALISA KASUS
Seorang wanita berusia 28 tahun, datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher, Dari anamnesis didapatkan keluhan :
- Pandangan kedua mata kabur yang timbul secara perlahan, pertama kali 2
tahun yang lalu
- Pandangan kabur saat melihat jauh dan huruf kelihatan membayang tetapi
membaik jika melihat dalam jarak dekat
- Mata cepat terasa lelah saat membaca
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1.
Widya Medika, Jakarta.
3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Jakarta. Abadi
Tegal.1993
4. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2003:5
5. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
PenyakitMata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata FK UGM,2007;185-7
6. Ilyas S. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata
untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit
Sagung Seto,2002
17