You are on page 1of 108

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. ANNISA LOLA VANIANDA


2. MAYA RUMANTI
3. THREE MELENCHI

DOSEN PEMBIMBING
PS. KURNIAWATI, M.KES

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEBIDANAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat allah swt, karena berkat rahmat
dan karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini menjelaskan
atau mengambil judul peran bidan dalam promosi kesehatan
Tiada kesempurnaan di muka bumi ini. Oleh karena itu, kami dengan
senang hati akan menerima segala saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb

Bengkulu, februari 2019

penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Bab II Tinjauan Teori


A. Topik 1

B. Topik 2

C. Topik 3

D. Topik 4

E. Topik 5

F. Topik 6

3
G. Topik 7

Bab III Penutup


A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu


pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan
(ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan
promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan pesan atau informasi-
informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat,
tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya.

4
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada
faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan).
Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan
kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan
perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan SosBud, serta
peningkatan pelayanan kesehatan.

Makalah ini dapat membantu pembaca untuk dapat mengetahui konsep-


konsep promosi kesehatan baik ditingakat penentu kebijakan maupun
pelaksana lapangan. Selain itu, makalah ini dapat menembah kepustakaan
kesehatan masyarakat dan promosi atau pendidikan kesehatan yang masih
kurang.

Kami telah berusaha mempelajari konsep promosi kesehatan dari sumber-


sumber seperti, dari buku maupun internet. Namun, tidak menutup
kemungkinan masih adanya kekurangan maupun kesalahan, maka kami sangat
memerlukan saran dan kritik pembaca ataupun dosen pengampu.

B. Rumusan Masalah
TOPIK 1
1. Apa itu promosi kesehatan ?
2. Apa saja determinan kesehata ?
3. Bagaimana perkembangan dan keterkaitan kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan, kesehatan dasar, pendidikan kesehatan dan promosi ?
4. Jelaskan 5 ruang lingkup promosi kesehatan ?
5. Jelaskan visi promosi kesehatan ?

TOPIK 2
1. Jelaskan pengertian perilaku ?
2. Sebutkan batasan bentuk dan domain perilaku ?
3. Jelaskan proses perubahan perilaku ?

5
4. Jelaskan teori perubahan perilaku ?
5. Jelaskan penyebab perubahan perilaku ?

TOPIK 3
1. Jelaskan konsep media promosi ?
2. Sebutkan penggolongan media promosi ?
3. Jelaskan memilih saluran media promosi ?
4. Sebutkan karakteristik media promosi ?
5. Bagaimana merancang mengembangkan berbagai jenis media promosi ?
6. Jelaskan apa itu promosi ?
7. Jelaskan evaluasi media promosi ?

TOPIK 4
1. Jelaskan analisa komunitas ?
2. Jeleskan diagnosa komunitas ?
3. Jelaskan penyusunan fokus program ?
4. Jelaskan analisa target ?
5. Jelaskan pengembangan pelaksanaan program ?
6. Jelaskan implementasi program ?
7. Jelaskan eveluasi program ?

TOPIK 5
1. Jelaskan kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan ?

TOPIK 6
1. Jelaskan teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi

TOPIK 7
1. Jelaskan pengertian etika ?
2. Jelaskan pengertian moral ?
3. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan dalam etika promosi kesehatan ?

6
C. Tujuan
TOPIK 1
1. Untuk mengetahui itu promosi kesehatan ?
2. Untuk mengetahui saja determinan kesehata ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan dan keterkaitan kesehatan
masyarakat, pelayanan kesehatan, kesehatan dasar, pendidikan kesehatan
dan promosi ?
4. Untuk mengetahui 5 ruang lingkup promosi kesehatan ?
5. Untuk mengetahui visi promosi kesehatan ?

TOPIK 2
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku ?
2. Untuk mengetahui batasan bentuk dan domain perilaku ?
3. Untuk mengetahui proses perubahan perilaku ?
4. Untuk mengetahui teori perubahan perilaku ?
5. Untuk mengetahui penyebab perubahan perilaku ?

TOPIK 3
1. Untuk mengetahui konsep media promosi ?
2. Untuk mengetahui penggolongan media promosi ?
3. Untuk mengetahui memilih saluran media promosi ?
4. Untuk mengetahui karakteristik media promosi ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana merancang mengembangkan berbagai jenis
media promosi ?
6. Untuk mengetahui apa itu promosi ?
7. Untuk mengetahui evaluasi media promosi ?

TOPIK 4
1. Untuk mengetahui analisa komunitas ?
2. Untuk mengetahui diagnosa komunitas ?

7
3. Untuk mengetahui penyusunan fokus program ?
4. Untuk mengetahui analisa target ?
5. Untuk mengetahui pengembangan pelaksanaan program ?
6. Untuk mengetahui implementasi program ?
7. Untuk mengetahui eveluasi program ?

TOPIK 5
1. Untuk mengetahui kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan
kebidanan ?

TOPIK 6
1. Untuk mengetahui teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran
promosi

TOPIK 7
1. Untuk mengetahui pengertian etika ?
2. Untuk mengetahui pengertian moral ?
3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam etika promosi
kesehatan ?

BAB II

TINJAUAN TEORI

TOPIK 1

A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

a. WHO (1984)
WHO berdasarkan piagam ottawa (1986) dalam heri D.J.Maulana (2009)
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan

8
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatan berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.

b. Kementrian / Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan mealalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan di dukung oleh
kebijakan publik dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No. 114/Menkes/SK/VIII/2005).

c. Maulana (2009).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan
bahwa promosi kesehatan merupakan suatu kontrol yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (Maulana, 2009).

d. Lawrence Green (1984)


Lawrence Green mendefinisi promosi kesehatan sebagai berikut: Promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan
kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan.
Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

9
Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa
perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi
disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor
pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

e. Ottawa Charter (1986)


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan
bahwa: Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang
untuk meningkatkan kendali atas kesehatannya, dan meningkatkan status
kesehatan mereka. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup dua dimensi yakni “ kemauan” dan “ kemampuan”,
atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan
oleh pendidikan kesehatan. Untuk mencapai status kesehatan yang paripurna
baik fisik, mental dan kesejahteraan social, masyarakat harus mampu
mengenal/mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk memenuhi
kebutuhannya, dan mengubah atau mengatasi keadaan lingkungannya.

f. Pender (1996)
Promosi kesehatan dalah pemberian motivasi untuk meningatkan kesehatan
individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu.
Secara umum promosi kesehatan adalah proses peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya memfasilitasi
perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan dalam individu, masyrakat dan lingkungan.

B. DETERMINAN KESEHATAN

10
Teori klasik oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 determinan utama
yang mempengaruhi derajat kesehatn individu, kelompok/masyarakat. Empat
determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap
kesehatan adalah:
1. Lingkungan : berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik /
anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme)
dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan)
2. Perilaku yang meliputi : sikap, kebiasaan, tingkah laku
3. pelayanan kesehatan : promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasigenetik, yang merupakan faktor bawaan setiap
manusia
4. Keturunan atau herediter : gen, hereditas yang menjadi sifat dasar setiap
individu.

Determinan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni
lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan prasarana, dsb), dan lingkungan non
fisik, seperti lingkungan social, budaya, ekonomi, politik, dsb. Bila dianalisis
lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua factor diluar
kehidupan manusia , baik secara individu, kelompok, maupun komunitas yang
secara langsung atau tidak langssung mempengaruhi kehidupan manusia itu.
Hal ini berarti, di samping determinan-determinan tersebut yang telah
dirumuskan oleh Blum masih terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi
atau menentukkan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau
masyarakat.

Faktor-faktor atau determinan yang menentukan atau mempengaruhi


kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa
disebut persyaratan untuk kesehatan terdapat 9 faktor, yakni:
1. Perdamaian atau kemakmuran
2. Tempat tinggal
3. Pendidikan

11
4. Makanan
5. Pendapatan
6. Ekosisten yang stabil dan seimbang
7. Sumber daya yang berkesinambungan
8. Keadilan sosial
9. Pemerataan

C. PERKEMBANGAN DAN KETERKAITAN KESEHATAN MASYARAKAT,


PELAYANAN KESEHATAN’ KESEHATAN DASAR, PENDIDIKAN
KESEHATAN DAN PROMOSI

Perkembangan Kesehatan Masyarakat (Notoatmojo, 2007) Perkembangan


kesehatan masyarakat di uraikan menjadi perkembangan kesehatan masyarakat
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah
ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period)

a. Pre-Scientific Period (sebelum perkembangan ilmu pengetahuan)


Berawal dari kebudayaan yang paling luas yakni babylonia, mesir, yunani dan
roma dimana tercatat sebagai manusia yang telah melakukan usaha untuk
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dan penyakit, juga telah
ditemukannya dokumen tertulis, bahkan peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah, pengaturan air minum dan sebagainya.
Pada permulaan abad pertama sampai kira kira abad ke 7 kesehatan makin
dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai
menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemic bahkan di
beberapa kota telah menjadi endemic, india sejak abad ke-7 menjadi pusat
endemic penyakit kolera. Upaya untuk mengatasi endemic tersebut, orang telah
mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi
lingkungan.

12
Wabah pes yang paling dahsyat terjadi pada abad ke-14 di cina dan india,
jumlah yang meninggal karena wabah pes di dunia pada waktu itu mencapai
lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu di sebut dengan “The
Black Death”. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke-18.

b. Scientific Period (periode ilmu pengetahuan)


Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, di
sini pendekatan masalah kesehatan harus di lakukan secara komprehensif dan
multisektoral. Pada abad ini juga mulai ditemukannya vaksin.

Penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai di lakukan


di inggris pada tahun 1832, pada waktu itu sebagian besar rakyat inggris
terserang epidemic kolera, sebagai ketua komisinya pada waktu itu Edwin
chardwich yaitu seorang pakar social (social scientist). Pada akhir abad ke-19
dan awal abad mulai dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan yang
professional oleh john Hopkins, memelopori berdirinya universitas yang di
dalamnya terdapat fakultas kedokteran.

Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang orang yang mempunyai
perhatian kesehatan masyarakat, baik dari universitas maupun dari pemerintah
di kota new York. Pertemuan tersebut menghasilkan Assosiasi Kesehatan
Masyarakat Amerika (American Public Health Association).
Tujuan Kesehatan Masyarakat
Tujuan Umum :
Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat, terberantasnya penyakit menular,
meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prinsip-prinsip kesehatan
perseorangan, tersedianya berbagai usaha keseehatan yang dibutuhkan
masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan kemasyarakatan
dalam usaha kesehatan.

13
Tujuan Akhir :
Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu
derajat hidup yang cukup guna untuk mempertahankan kesehatan.

Perkembanagn pelayanan kesehatan


Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di indonesia telah berhasil
meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan golongan masyarakat yang
berpendidikan dan menguasai informasi semakin bertambah sehingga mereka
dapat memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Sabarguna, 2004).

Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai


tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan dasar. Saat ini distribusi puskesmas dan puskesmas pembantu
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Setiap
puskesmas melayani 30.000 - 50.000 penduduk atau sekurang-kurangnya satu
kecamatan mempunyai satu puskesmas. Untuk memperluas jangkauan layanan
kesehatan, setiap puskesmas dibantu oleh 3-4 puskesmas pembantu dan satu
puskesmas keliling (DepKes RI, 2003).

Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh


nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu,
penekanan pelayanan pada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai
dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, semua
pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas
pelayanan dan kepuasan klien sekarang konsumen masih tetap menjadi tolok
ukur (Benchmark) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan
(Nurachmah, 2001

Menurut Depkes RI, Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang


menyelenggarakan perorangan atau bersama-sama dalam organisasi untuk

14
mencegah dan meningkatkan kesehatan, memelihara serta menyembuhkan
penyakit dan juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga dan
ataupun publik masyarakat.

 Promotif, yaitu pemelihara dan peningkatkan kesehatan hal-hal ini sangat


diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi.
 Preventif, yaitu pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit,
terdiri dari :
 Preventif primer, yaitu terdiri dari program pendidikan, misalnya imunisasi,
penyediaan nutrisi yang baik.
 Preventif sekunder, yaitu pengobatan penyakit tahap dini.
 Preventif tersier, yaitu diagnosa penyakit, pembuatan diagnosa dan
pengobatan.
 Kuratif, yaitu penyembuhan penyakit
 Rehabilitasi, yaitu pemulihan dan proses pengobatan

Perkembahangan Promosi Kesehatan di Indonesia.

Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah


Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan
Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di
mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun
1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang
Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath
Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan.

Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari


Konvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa
Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di
Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya

15
perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah
ini.

a. Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).

Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program


kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki,
bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program
lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.

b. Periode Tahun 1965-1975.

Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health
Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang
bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program
adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

c. Periode Tahun 1975-1985.

Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat Departemen


Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai
pendekatan Community Development. Saat itu program UKS di SD
diperkenalkannya Dokter Kecil. Sudah mulai aktif membina dan mem-
berdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma
Ata.

d. Periode Tahun 1985-1995.

Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas


memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM,
yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran

16
sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari
PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai
dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.

e. Periode Tahun 1995-Sekarang.

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah


mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik
kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan bukan
saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju
perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan
konvensi internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion
Towards The 21’stCentury, Indonesian Policy for The Future” dengan
melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.

Tujuan promosi kesehatan


Tujuan utama promosi kesehatan adalah :
 Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
 Peningkatan perilaku masyarakat
 Peningkatan status kesehatan masyarakat.
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan,
yaitu :
1. Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan
dengan pengetahuan dan sikap.

17
Keterkaitan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, Kesehata
Dasar, Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan
1. Promotif. Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal tersebut
tidak terlepas dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu indivudu,
kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya,
untuk mencapai kesehatan secara optimal. Sedangkan WHO (World Health
Organization) yang merupakan organisasi kesehatan dunia di bawah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan promosi kesehatan sebagai
perluasan makna dari pendidikan kesehatan, sebagai berikut :
 Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat
harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.
2. Preventif. Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari mengobati
suatu penyakit. Hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatu penyakit akan
memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah.
3. Kuratif. Termasuk dalam tindakan ini adalah mengenal dan mengetahui
jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang tepat dan
segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang
setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
4. Rehabilitatif. Proses rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Usaha rehabilitasi ini memerlukan bantuan dan pengertian
dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan
mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan mereka (bekas penderita)

18
dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang
sekarang ini.

D. LIMA RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah Dilihat dari area masalah, ruang
lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari kesehatan dan
penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit
infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan
manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of
health, mulai diterima, meninggalkan medical model. Pada model sosial,
masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata
dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.

2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan Oleh karena masyarakat


berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi kesehatan harus
bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat
pencegahan dari Leavell and Clark (1967):
a. Pencegahan primer, yang terdiri dari:
I. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
II. Perlidungan khusus (specific protection)
b. Pencegahan sekunder
III. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
IV. Pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tertier:
V. Rehabilitasi (rehabilitation)

19
3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar Deklarasi Alma Ata (1978) yang
terkenal dengan visi “Sehat untuk semua tahun 2000” menghasilkan konsep
Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health Care), yang meliputi: Acute
primary care; Health education; Health promotion; Disease surveilance and
monitoring; Community Development. Sigerist (1945) mengkategorikan
upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat pelayanan dan menyebutnya
sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14)
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)
d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)

4. Ruang lingkup aktivitas Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi


Promosi Kesehatan oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup
aktivitas promosi kesehatan. Ottawa Charter mengemukakan 5 (lima) pilar
utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang bunyi pernyataannya
sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:

a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)

b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)

c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)

d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)

e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan).

5. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan Becker menguraikan perilaku kesehatan


menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (Health knowledge), sikap
terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice).
Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku
yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur

20
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan Kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa
yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan,
seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan
untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular,
sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk
menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua
kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap
faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari
kecelakaan

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai


berikut:
a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)
yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

21
d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo,


ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu:
a. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,
yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya
membaginya menjadi 2 aspek, yakni: a) aspek promotif dengan sasaran
kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif (pencegahan) dan kuratif
(penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi
terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini,
maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan
menjadi dua.

1) Promosi Kesehatan pada aspek promotif


Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang
sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian
dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di
suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak
dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina
agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah
dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat,
tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.

2) Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan


Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau
kegiatan, yakni:

22
a) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat
yang berisiko tinggi (high risk), misanya kelompok ibu hamil dan
menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang kegemukan), para
pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi
kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit.

b) Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit
kronis, misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan
darah tinggi, dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada
kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi
lebih parah.

c) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang
baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka
segera pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para
penderita yang baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat
atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).

b. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau tempat


pelaksanaan promosi kesehatan.
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau
pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab
itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di
masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-

23
perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama
dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu,
merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi
anak-anak mereka.

2) Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah


Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi
keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh
murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah
adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui
pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan sebagainya.

3) Promosi Kesehatan di tempat kerja


Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk
keluarga. Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan
mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan
menghasilkan produktifitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan kerja
yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat
kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu
pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk
perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka
peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit
pendidikan kesehatan di tempat kerja.

4) Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum


Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara,
tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota,
dan sebagainya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga
kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan

24
dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat
sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi
kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas
yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan
kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras
suara, poster, leaflet, dan sebagainya.

5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas,
poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis,
di mana rumah sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas
pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air,
tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng bertanggung jawab
atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya.
Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan ini
diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya
diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit
memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri
yang disebut PKMRS (Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di
Rumah Sakit).

c. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention) dari Leavel and Clark.
1) Promosi kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan,
kesehatan perorangan, dan sebagainya.

25
2) Perlindungan Khusus (Spesific Protection)
Dalam program Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus
ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara
berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya
imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa
maupun pada anak-anaknya, masih rendah.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt


Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam
masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit
atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh layanan kesehatan yang
layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

4) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)


Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan
penyakit, sering mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan
pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak
layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi
cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh
karena itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi
cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan
tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut,
maka ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan.

26
Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang
merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat
tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang
yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.

E. VISI PROMOSI KESEHATAN

Visi dalam promosi kesehatan adalah apa yang diinginkan oleh promosi
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Visi
umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No.
23/1992 dan WHO, yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Promosi
kesehatan terdapat di semua program kesehatan, misalnya pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
kesehatan ibu dan anak, serta program kesehatan lainnya dengan harapan
adanya kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
kelompok dan masyarakat.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut disebut misi. Misi
promosi kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi
promosi kesehatan. Misi promosi kesehatan secara umum terbagi menjadi
berikut ini.

a. Advokat (Advocate)
Melakukan promosi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai program dan sektor yang terkait
dengan kesehatan mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan
yang dikeluarkan oleh mereka.

27
b. Menjembatani (Mediate)
Menjalin kemitraan dan bekerja sama dengan berbagai program dan sektor
yang terkait dengan kesehatan untuk melaksanakan program-program
kesehatan.

c. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara
mandiri. Sebagai contoh, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan
pendapatan keluarga dengan cara memberikan keterampilan cara bertani,
beternak, menjahit, bertanam obat-obat tradisional, dan sebagainya. Dengan
meningkatnya pendapatan keluarga diharapkan kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat.

TOPIK 2

A. PENGERTIAN PERILAKU

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud


digolongkan menjadi 2, yakni :

1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)


2) dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)

28
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai
macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

Pengertian perilaku menurut para ahli

1. Soekidjo Notoatmodjo, 1987


segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

2. Robert Y. Kwick , 1972


tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari.

3. Ensiklopedi Amerika
suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti
bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka
suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.

4. Skinner
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar.teori Skinner disebutteori “S-O-R” ( Stimulus – Organisme –
Respon).

B. BATASAN BENTUK DAN DOMAIN PERILAKU


1. Batasan Bentuk

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap


rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara
garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

29
a. Perilaku pasif (respons internal), perilaku yang sifatnya masih tertutup,
terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung.
Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata. Contohnya :
berpikir, berfantasi, berangan-angan,dll.

b. Perilaku aktif (respon eksternal), perilaku yang sifatnya terbuka.Perilaku


aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupatindakan yang
nyata seperti mengerjakan soal, melakukan aktifitas dll.

2. Domain Perilaku

Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan (1908, dalam Notoatmodjo, 2007)


membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu :
1. kognitif (cognitive)
2. afektif (affective)
3. psikomotor (psychomotor).

Meskipun perilaku dibedakan antara prilaku tertutup (covert), dan perilaku


terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya prilaku
adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan
lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang
yang merupakan hasil bersama antara factor internal dan eksternal. Benyamin
Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga
area wilayah, ranah atau domain prilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif
(affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom
ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3
tingkat ranah prilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge)

30
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar penngetahuan seseorang diperoleh melalui
indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda –
beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jawabannya adalah tempat membuang air
besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes agepti
dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterprestasiikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

31
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen
pengetahuanyang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang unhhtuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu.

2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu , yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini
di katakana bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan kejiwaan yang lain.

Komponen Pokok sikap :


Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana
pendapat atau keyakinan orang ttersebut terhadap penyakit kusta.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya


bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut
terhadap objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang
tersebut menilai penyakit kusta apakah penyakit yang biasa saja atau
penyakit yang membahayakan.
c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka.
Sikap adalah ancang – ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka

32
(tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta
tersebut adalah apakah yang dilakukan seseorang apabila ia menderita
penyakit kusta.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat – tingkat


berdasarkan itensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
b. Menaggapi (responding)
Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi .
c. Mmenghargai (valving)
Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai
positif yang terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawag terhadap
apa yang diyakininya.

C. PROSES PERUBAHAN PERILAKU

Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha


mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil
untuk merubah perilaku:

1. Menyadari.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang
apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan

33
tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut
harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.
Contoh:
a. Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak
peduli akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar
tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang
dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa
tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan
mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya.

b. Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit


kista, menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan
yang tidak sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar
menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang bagi
kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan
pola makan sehat dan seimbang.

2. Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan
proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.
Contoh:
a. Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan
atau perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi
terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya
Evidence Based maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru
meningkatkan kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan
menyebabkan tali pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan
pembungkusan tali pusat yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak
adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk

34
merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan kuman untuk
berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan infeksi. Oleh
karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan
membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan
perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan
betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya
membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya.

b. Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan


Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca
kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak
mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi,
saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang
menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding
Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan
hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah persalinan dan juga
menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan bayinya.

3. Mengintrospeksi
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian
mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di
samping itu instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing
yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya karena lupa
membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan
melaksanakan.
Contoh:
a. Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki
perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan
sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika
sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi prematur maka pada

35
kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan
memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir
dengan keadaaan aterm.
b. Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan
membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak
efektif. Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila
tidak dilakukan dengan benar.

D. TEORI PERUBAHAN PERILAKU

1. Teori Stimulus – Organisme – Respons (SOR)


Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapatkan oleh setiap manusia. Dengan demikian pada dasarnya pengetahuan
akan terus bertambah bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia akan
mendapatkan proses pengalaman atau mengalami. Proses pengetahuan tersebut
menurut Brunner melibatkan tiga aspek, yaitu :
a) Proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini
merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.
b) Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai
dengan tugas-tugas baru.
c) Proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi
telah memadai (Brunner dalam Suparno, 2001).

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang


lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek
yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan
obyek sikap. Ini berarti sikap seseorang akan keterampilan pada kesetujuan-
ketidaksetujuan.

36
Keterampilan adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang yang
menggambarkan kemampuan kegiatan motorik dalam kawasan psikomotor.
Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat
melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena
mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu.
Dalam hal ini terdapat kecenderungan terkoordinasikannya aktivitas fisik
karena pengenalan dan kelenturan jasmani untuk digerakkan sesuai ketentuan
gerakan yang mestinya dilakukan (Suparno, 2001). Keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun
rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga
pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Pemaknaan
keterampilan dalam hal ini kemampuan sebagai level of competence, terdapat
dua penggunaan istilah competence (y), yakni:
1. Digunakan untuk merujuk pada area pekerjaan atas peranan yang mampu
dilakukan oleh seseorang dengan kompeten jadi fokusnya
mendeskripsikan tugas-tugas pekerjaan dan output jabatan, kemudian
disebut kompeten (competence).
2. Digunakan untuk merujuk pada dimensi-dimensi perilaku yang berada di
balik kinerja yang kompeten jadi fokusnya mendeskripsikan mengenai
perilaku, sikap, dan karakteristik orang dalam melakukan berbagai tugas
pekerjaan untuk menghasilkan outputjabatan yang efektif, outstanding,
atau superior, kemudian disebut kompetensi (competency).

Berdasarkan teori SOR prilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu :
a. Prilaku Tertutup (Covert Behavior)
b. Prilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus, tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan
dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable

37
behavior” atau “Covert behavior” yang dapat diukur dari pengetahuan dan
sikap. Contoh : ibu hamil tau pentingnya periksa hamil untuk kesehatan
bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya
kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap)
c. Prilaku Terbuka (Overt Behavior)
Prilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behabior”. Contoh seorang ibu hamil memeriksakan
kehamilannya kepuskesmas atau kebidan praktik, seorang penderita TB
paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi
setelah makan. Contoh – contoh tersebut adalah berbentuk nyata, dalam
bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice)

2. Teori Lawrence Green


Menurut Lawrence Green (1980) factor – factor yang menentukan prilaku
sehingga menimbulkan prilaku yang positif adalah sebagai berikut.
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap prilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku, yang termasuk dalam factor ini
adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan
pengalaman. Sebagai contoh : prilaku ibu hamil dalam meminum tablet Fe
akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu manfaat dari tablet Fe.
Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah terjadinya
anemia akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari
kehamilan pertama.

b. Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors)


Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap prilaku yang
memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam
factor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang
mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau

38
masyarakat. Sebagai contoh : ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet
Fe apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.

c. Factor penguat (reinforcing factors)


Factor penguat merupakan factor penyerta prilaku atau yang datang
sesudah prilaku itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam factor ini adalah
keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya. Sebagai contoh : ibu
hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan
oleh keluarga, suami dan sebagainya.

Tiap – tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh
ketiga factor yang dapat memengaruhi prilaku tersebut (predisposisi,
pendukung dan penguat). Dengan kata lain, program penyebaran informasi
kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari factor ppredisposisi, factor
pendukung, dan factor penguat tidak akan berhasil mempengaruhi perilaku.

Berdasarkan tiga factor determinan prilaku tersebut, maka kegiatan promosi


kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga factor
tersebut :
a. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor predisposisi
adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat
sehingga akan mempermudah terjadinya prilaku sehat mereka. Upaya ini
dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai – nilai, dan
sebagainya yang tidak kondusif bagi prilaku sehat.
b. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan untuk factor
pendukung/pemungkin adalah memberdayakan masyarakat melalui
pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu memfasilitasi
diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berprilaku sehat.

39
c. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada factor penguat adalah
dengan pelatihan – pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk
menguatkan prilaku yang sudah terbentuk.

3. Teori “Dissonance” : Festinger


Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara
sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang
tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya
stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi
keseimbangan lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku


karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak
seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi
karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran
perikasa hamil).

4. Teori fungsi: Katz


Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).

Prinsip teori fungsi:


a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila
hujan, panas)
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap
gejala sosial)

40
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah,
senang)

5. Teori “Driving forces”: Kurt Lewin


Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi
apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan


Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas
partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis
terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada
program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health
belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan


dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan
dengan sarana & petugas kesehatan.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang


kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

41
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan
bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang
mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi
oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di
tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan
perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.

Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan


Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara
khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku
kesehatannya
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
a) Ancaman
1) Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau
kesediaanmenerima diagnosa penyakit)
2) Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya

b) Harapan
1) Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
2) Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu

c) Pencetus tindakan:
1) Media
2) Pengaruh orang lain
3) Hal-hal yang mengingatkan (reminders)

d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender,


sukubangsa)

42
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan
itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.
Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang
menganggap penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak
akan tertular olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat
penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan
atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk
melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri
sendiri. Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya
dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk
menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari
media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor
pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-
benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau
mencegah penyakit tersebut.
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
a. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
b. Menganggap serius masalah
c. yakin terhadap efektivitas pengobatan
d. tidak mahal
e. menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

E. PENYEBAB PERUBAHAN PERILAKU

Dalam perkembangannya, perilaku seseorang dapat berubah-ubah sesuai


dengan hal-hal yang memungkinkan perubahan itu terjadi. Dalam
perkembangannya di kehidupan, perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor intern dan ekstern yang memungkinkan suatu perilaku mengalami

43
perubahan. Berikut diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku pada manusia.

1) Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh
faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain
jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan
intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di
bawah ini.

a. Jenis Ras/ Keturunan


Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah
laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri.

b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian,
melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan
ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma
pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan,
sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas
pertimbangan rasional.

c. Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe
fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah
tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris,
ramah dan banyak teman.

d. Kepribadian

44
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam
dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya,
sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang
khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas
sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.

e. Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut,
tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang
dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang
dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil
keputusan.

f. Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan
suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga,
dan sebagainya.

2) Faktor Eksternal

a. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses
belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang
yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang
berpendidikan rendah.

b. Agama

45
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan
nilai yangdiajarkan oleh agama yang diyakininya.

c. Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia.
Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang
yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa
dengan tingkah laku orang Papua.

d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk
mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan
lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus
berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat
dikuasainya.

e. Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi perilaku seseorang.
TOPIK 3

A. KONSEP MEDIA PROMOSI


1. Definisi
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah,
perantara atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab,media berarti
perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan. Media
atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau
dicium untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

46
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik
melalui media cetak, elektronika, media luar ruang, sehingga pengetahuan
sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku kearah
positif terhadap kesehatan.(Soekidjo,2005)

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk


menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.

Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu


pengetahuan, teknologi maupun seni. Sehingga media penyuluhan
memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut :
a. Media penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan
dalam proses penyampaian pesan.
b. Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan
perhatian/minat.
c. Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatan. (Susilowati, 2016)

Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan


tulis dengan foto dan sebagainya.Tetapi dalam menggunakan alat
peraga,baik secara kombinasi maupun tunggal,ada dua hal yang harus
diperhatikan,yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat
sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat

47
diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik
memberikan keuntungan,antara lain :
1. Dapat menghindari kesalahan pengertian /pemahaman atau salah tafsir
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
3. Apa yang diterapkan akan lebih lama diingat,terutama hal – hal yang
mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan. (sumber, Mubarak 2012)

2. Tujuan Media Promosi


a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c. Media dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian
e. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata
g. Media dapat memperlancar komunikasi
(sumber, Mubarak 2012)

B. PENGGOLONGAN MEDIA PROMOSI


Media dapat digolongkan menjadi dua,berdasarkan bentuk umum penggunaan
dan berdasarkan cara produksi.
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan
1) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin,
tabloid, dll.
2) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide,
film, dll.

48
b. Berdasarkan cara produksi
1) Media cetak
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan – pesan
visual.Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto
dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar,
lembar balik, stiker dan pamflet.Tujuan utamanya memberikan informasi dan
menghibur.Kelebihan media cetak antara lain tahan lama,mencakup banyak
orang,biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa,
mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya
tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.

2) Media elektronik
Media elektronik yaitu suatu media bergerak,dinamis dan dapat dilihat,
didengar, dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Contohnya televisi, radio, film, kaset, CD, DVD, VCD, slide show, CD
interaktif, dll. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal
dimasyarakat,melibatkan semua panca indra,lebih mudah dipahami,lebih
menarik karena adala suara dan gambar.kelemahannya biaya lebih
tinggi,sedikit rumit,memerlukan listrik,perlu keterampilan.

3) Media luar ruang


Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya diluar
ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis.
Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dll.
Kelebihannya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua panca
indra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, penyajian dapat
dikendalikan, jangkauan relatif luas. Kekurangannya biaya lebih tinggi, sedikit
rumit, ada yang memerlukan listrik dan alat canggih, perlu kesiapan yang
matang, perlu keterampilan penyimpanan. (sumber, Mubarak 2012)

C. MEMILIH SALURAN MEDIA PROMOSI

49
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran.Media yang dipilih
harus memberikan dampak yang luas.Setiap media akan memberikan peranan
yang berbeda.Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan,frekuensi dan efektivitas pesan. (sumber, Mubarak
2012)

D. KARAKTERISTIK MEDIA PROMOSI


1. Media Above Line (Media Lini Atas)
a. Media Cetak
Contoh: Surat kabar, majalah, tabloid
Kelebihan :
1) Bersifat permanen karena penyampaian pesan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga ada pendalaman efek
2) Bersifat Space Organized sehingga isi lebih rinci dan mendalam
3) Komunikan dapat menentukan waktu dalam menikmati isi pesan
4) Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau
menglipingnya.
5) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi
berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang
berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

Kelemahan :
1) Komunikan tidak mampu membaca
2) Menuntut kemauan membaca, jika reading habbitnya rendah akan
sulit
3) Mahal
4) Memerlukan konsentrasi
5) Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena
media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi
kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak

50
sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media
lainnya.
6) Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja
tidak dapat didengar.
7) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual
berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
8) Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus
mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.

b. Media Radio
Media ini banyak diandalkan oleh masyarakat.
Kelebihan :
1) Santai dan praktis
2) Daya langsung
3) Mengatasi bagi yang buta huruf
4) Bersikap akrab dan personal

Kekurangan :
1) Hanya sekilas dengar
2) Banyak gangguan
3) Tidak dapat menyampaikan pesan yang kompleks
4) Pesan kurang atraktif

c. Media Televisi
Kelebihan :
1) Merekam dengan distorsi rendah
2) Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen
3) Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun kata
sehingga multiple effect
4) Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu melalui tokoh
5) Dapat mengemukakan individu yang abstrak

51
Kekurangan :
1) Mahal
2) Komunikan dituntut intensitas perhatian
3) Kurang akrab

d. Media Film
Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan
pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar,
dan kolosal. Kekurangan dan kelebihan sama dengan media televisi karena
sifatnya yang audio visual.
Kelebihan :
1) Merekam dengan distorsi rendah
2) Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen
3) Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun kata
sehingga multiple effect
4) Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu melalui tokoh
5) Dapat mengemukakan individu yang abstrak

Kekurangan :
1) Mahal
2) Komunikan dituntut intensitas perhatian
3) Kurang akrab

2. Media Below The Line (Media Lini Bawah)


a. Poster
Berupa lembaran-lembaran cetak yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek
verbal (naskah dan teks) dan visual (ilustrasi). Poster juga bisa berupa
selembar kertas dengan ketebalan tertentu yang isinya didesain sedemikian
rupa sehingga mampu menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Berisi
pemberitahuan dengan pesan-pesan yang persuasive. Untuk itu poster harus

52
ditempatkan/ditempelkan di tempat-tempat umum/keramaian yang tentunya
disesuaikan dengan jenis posternya, dalam hal ini adalah tempat-tempat yang
berhubungan dengan dunia seni dan pendidikan. Lebih singkatnya poster
dapat didefinisikan sebagai plakat berupa pengumuman atau iklan yang
dipasang di tempat umum (WJS Poerwadarminta, 1986:783)

Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Katakata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan


singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster
yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya
serta dapat mendorong untuk bertindak.

Kelebihan :
1) Bahasa singkat, sederhana, dan mudah dipahami
2) Menggunakan huruf besar sehingga tetap terlihat pada jarak jauh
3) Ilustrassi bervariasi, yang berupa gambar, foto, dan warna yang menarik
4) Pesan yang sederhana, misalnya menunjukan produk
5) Ukuran bervariasi, ada besar dan ada kecil
6) Wilayah sesuai keinginan

Kelemahan :
1) Luas jangkauan terbatas karena bersifat local

53
2) Tidak dapat memilah khalayak
3) Khalayak hanya melihat sepintas

b. Leaflet
Berupa lembaran, tanpa lipatan, jumlah satu lembar, dan dirancang khusus.
Merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer. Biasanya terdiri
dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang khas dari leaflet
adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah
merupakan panel atau halaman tersendiri.
Kualitas cetakan leaflet biasanya bagus, dibuat dengan desain yang menarik,
dan berisi informasi yang lengkap baik berupa gambar maupun tulisan.
Karena bentuknya lipatan, pembuatan leaflet biasanya memperhatikan sisi
psikologi orang membuka leaflet, sehingga desainnya pun dibuat untuk
memudahkan orang menerima informasi yang ada pada leaflet tanpa terlalu
banyak membolak-balik leaflet. Dibanding dengan media promosi lain
(booklet, katalog, flyer), leaflet sangat sering dijumpai karena bisa digunakan
untuk bermacam hal misalnya mengenalkan produk, sebagai katalog mini atau
booklet mini, profil perusahaan, dan lain sebagainya.

c. Bentuk Booklet
Bentuk buku meskipun hanya satu lembar. Tetapi biasanya terdiri dari
beberapa halaman dan seringkali memiliki sampul, halaman judul, dijilid baik
secara sederhana menggunakan staples maupun dijilid dengan hiasan misalnya
menggunakan ring. Sejumlah produk konsumen seperti barang elektronik
(misalnya handphone), sering menyertakan buklet berisi spesifikasi produk
atau penjelasan cara penggunaan (manual book) secara ringkas.

Booklet atau buklet yang menyertai barang elektronik kadang-kadang


memiliki jumlah halaman yang banyak dan tidak untuk habis dibaca dalam
satu kali kesempatan. Album rekaman, seperti kaset atau CD sering

54
menyertakan buklet yang berisi lirik lagu, foto, dan nama-nama artis
pendukung. Booklet yang biasanya terlihat seperti sebuah buku mini, bukan
merupakan sarana beriklan secara langsung.
Kelebihan leaflet dan booklet :
1) Dapat disimpan sehingga dapat dibaca berulang-ulang
2) Isinya dapat terperinci
3) Desain cetak, ilustrasi dibuat menarik
4) Mampu memilah khalayak

Kekurangan :
1) Adanya nir massa yaitu khalayak yang tidak tercover
2) Tidak cocok untuk audience dengan tingkat pendidikan rendah
3) Adanya eye catcher yaitu umpan menangkap mata tetapi tergantung
ilustrasi, desain, jenis kertas, dan kualitas cetak.

E. MERACANG MENGEMBANGKAN
Langkah – langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan
Tujuan harus realistis,jelas dan dapat diukur (apa yang diukur,siapa sasran
yang akan diukur,seberapa banyak perubahan yang akan diukur,berapa lama
dan dimana pengukuran dilakukan).Penetapan tujuan merupakan dasar untuk
merancang media promosi dan merancang evaluasi.

b. Menetapkan segmentasi sasaran


Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi
kesehatan.Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya,memberikan kepuasan pada masing – masing segmen,menentukan

55
ketersediaan jumlah dan jangkauan produk,serta menghitung jenis dan
penempatan media.

c. Memposisikan pesan (positioning)


Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu produk
perusahaan,individu atau apa saja kedalam alam pikiran sasaran atau
konsumennya.Positioning memberikan citra.

d. Menentukan strategi positioning


Identifikasi para pesaing,termasuk persepsi konsumen,menentukan posisi
pesaing,menganalisis preferensi khalayak sasaran,menentukan posisi merk
sendiri,serta mengikuti perkembangan posisi.

e. Memilih media promosi


Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran.Media yang dipilih
harus memberikan dampak yang luas.Setiap media akan memberikan peranan
yang berbeda.Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan,frekuensi dan efektivitas pesan. (sumber, Mubarak
2012)

F. PROMOSI

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses


tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). beberapa contoh
promosi pendidikan kesehatan melalui media ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking) Pada acar-acara tertentu, misalnya pada
Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan
lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.

56
2. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik
TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan
massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga
merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh :
billboard Ayo ke Posyandu

G. EVALUASI MEDIA PROMOSI

Evaluasi pada media promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan


dengan tahap evaluasi pada prosesnya secara umum.. Didalam tahapan
evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang
digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari
tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu media tersebut.
Contoh :
a. Menimbulakan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain
e. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para
pendidik/pelaku pendidikan
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang
diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling

57
banyak menyalurkan pengetahuanke dalam otak adalah mata. Kurang
lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% samapi 25%
lainnyatersalur melalui indra lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
Orng yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan
menarik perhatiaanya, dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian
akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan
pendorong untuk melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut.
h. Membantu menegakan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima
sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk
melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk
mengatasi hal ini alat bantu akan membantu menegakan pengetahuan-
pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan
lebih lama tersimpan didalam ingatan.

TOPIK 4
A. ANALISA KOMUNITAS

Analisis komunitas berperan dalam mengidentifikasi masalah serta


menentukan tujuan. Analisis komunitas dapat berarti menelaah berbagai aspek
baik berupa unsur-unsur internal yang melekat secara khas dalam kehidupan
masyarakat, maupun unsur-unsur eksternal yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan kehidupan masyarakat secara umum.

58
Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam melakukan analisis komunitas,
antara lain identifikasi anggota masyarakat, batas-batas geografis, kebutuhan-
kebutuhan, kepentingan-kepentingan, aspirasi-aspirasi, motivasi-motivasi para
anggotanya dan atau efektifitas sistem pelayanan kesehatan yang
tersedia.Secara lebih rinci tahapan-tahapan dalam melakukan analisis
komunitas adalah mengumpulkan informasi, mendefinisikan batas-batas,
mendefinisikan latar belakang, menganalisis status kesehatan masyarakat
termasuk analisis terhadap sistem perawatan kesehatan dan potensi
keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

B. DIAGNOSA KOMUNITAS

Pada tahap selanjutnya dilakukan diagnosis masyarakat untuk menentukan


kondisi kesehatan masyarakat, menentukan pola pelayanan kesehatan di
masyarakat, menentukan hubungan antara status kesehatan dan
pelayanan/perawatan kesehatan serta mengidentifikasi dan menentukan
determinan-determinan dari problem utama yang berkaitan dengan kebutuhan
dan sumberdaya kesehatan dalam masyarakat bersangkutan.

C. PENYUSUNAN FOKUS PROGRAM


1. Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi
2. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal,
yaitu :
a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b. Peningkatan perilaku masyarakat
c. Peningkatan status kesehatan masyarakat

3. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan


Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah

59
kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.

4. Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan


Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah
dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa
setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

5. Menentukan Metode
a. Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk,
penyebaran leaflet, dll.
b. Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, dan
sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui
pemutaran film/video.
c. Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut.
d. Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.
e.
6. Menetapkan Media
a. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan
menggunakan media.
b. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tk pendidikan,
aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang
ada.
7. Menyusun Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan
dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan
dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

8. Menyusun Jadwal Pelaksanaan


Penjabaran dari waktu,tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam
bentuk gan chart (Listyaningrum, 2008).

60
Setelah melalui tahapan perencanaan, selanjutnya dilakukan tahap
implementasi Program promosi kesehatan.

D. ANALISA TARGET

Analisa target penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan
dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu
memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu,
kelompok maupun masyarakat. Analisa target diperlukan dalam promosi
kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan
sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai target
yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau
option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program
komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model)
memberika pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili
langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Perencanaan
memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu
dalam tahap perencanaan memerlukan:

1. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan


2. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
3. Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART;
Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
4. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian
tujuan

E. PENGEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Langkah-langkah dalam merancang pengembangan program promosi


kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan

61
Tujuan harus realistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran
yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan
dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk
merancang media promosi dan merancang evaluasi.

2. Menetapkan segmentasi sasaran


Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya,
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan
jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media.

3. Memilih media promosi kesehatan


Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih
harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan
yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

F. IMPLEMENTASI PROGRAM

Implementasi Program Promosi Kesehatan

1. Persiapan Pelaksanaan
Meliputi persiapan alat pendukung dan media fasilitasi dalam program
promosi kesehatan.
2. Implementasi Kegiatan
a. Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan promosi
kesehatan (apabila ada rencana pelatihan dalam Rencana Kerja
Masyarakat).

62
b. Melaksanakan kegiatan program promosi kesehatan dengan
sasaran yang telah ditentukan.

G. EVALUASI PROGRAM

Hawe et al.(1998) mengatakan evaluasi adalah proses yang memungkinkan kita


untuk menetapkan kebenaran atau nilai dari sesuatu. Evaluasi meliputi dua
proses yaitu: observasi (pengamatan) dan pengukuran, serta membandingkan
hasil pengamatan dengan kriteria atau standar yang dianggap merupakan hal
yang baik. Evaluasi juga meliputi pengamatan dan pengumpulan hasil
pengukuran tentang operasionalisasi program dan pengaruh progam terhadap
masalah dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program (Masyuni, 2010).

Monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan dilaksanakan secara terus


menerus dan kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target)
program promosi kesehatan.

a. Mengetahui Kemajuan Perubahan Secara Fisik dengan menggunakan peta


sosial,
b. Memeriksa Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dengan menggunakan tabel
perencanaan yang disusun berdasar data dalam RKM, untuk mengetahui
apakah jenis dan volume kegiatan yang direncanakan, pada saat ini sudah
dilaksanakan.
c. Evaluasi Perubahan Perilaku Secara Partisipatif (pada target sasaran)
d. Monitoring Kesinambungan

63
TOPIK 5

KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN


KEBIDANAN

A. KONSEP KEBUTUHAN INDIVIDU DAN KELOMPOK


1. Konsep Kebutuhan Individual (Perorangan)

64
Dalam memenuhi kebutuhan individu pendidikan kesehatan harus
dilakukan agar dapat tercapai dengan menggunakan, metode pendidikan
yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau
seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena
baru saja memperoleh / mendengarkan penyuluhan kesehatan.

Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang


lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus
didekati perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti kepada ibu-ibu
yang bersangkutan tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari
ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap


orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan
metode (cara ini). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
1) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif,
setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku).

2) Interview (Wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang

65
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang
kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.

2. Konsep Kebutuhan Kelompok


Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.
Efektivitas akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
1) Kelompok Besar
Sasarannya berjumlah lebih dari 15 orang, dapat menggunakan
metode ceramah dan seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun
rendah. Persiapan :Ceramah yang berhasil apabila penceramah
itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan.
Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.Mempelajari
materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.Mempersiapkan alat-alat
bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan,
sound sistem, dan sebagainya.

Pelaksanaan :Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah


adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah.
Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis),
penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan
penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu
dan gelisah, suara yang cukup keras dan jelas, pandangan harus
tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di
pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat.

66
b) Seminar
Metode ini digunakan untukpendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli
atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap
penting

2) Kelompok Kecil
Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang dari
15 orang.
a) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk
di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih
tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan


pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan
atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus
mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua
orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan
dominasi dari salah seorang peserta.

b) Curah pendapat (Brain Storming)

67
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya,
pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu
masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota
dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.

c) Bola Salju (Snow Bailing)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)
dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah.
Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung
menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah tersebut,
dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

d) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)


Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan
yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya
hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.

e) Bermain peran (Role Play)

68
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya
sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan
sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.

f) Permainan Simulasi (Simulation Game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa
bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan
menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.

B. KEBUTUTAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN

Menurut Malcolm S Knowless, kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang


harus dipelajari oleh seseorang guna kelangsungan hidupnya, organisasi yang
dimasuki, atau untuk kelangsungan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan
pendidikan adalah kebutuhan pendidikan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo. S ( 2003 : 20 ), pendidikan kesehatan adalah proses


untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang
didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.

69
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dan WHO, tujuan
pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik secara fisik, mental
dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan
kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya.

Pendidikan kesehatan dianggap sebagai komponen promosi kesehatan (


Kolbe, 1988, De Leeuw 1989, Schmidt dkk., 1990, Kok dkk., 1990 ).
Menurut Tones dalam De Leeuw (1989), pendidikan kesehatan berfungsi
membangkitkan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-aspek kerugian
kesehatan lingkungan dan sumber-sumber sosial penyakit, yang secara ideal
diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Pendidikan kesehatan
berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka dengan
memengaruhi, memungkinkan, dan menguatkan keputusan atau tindakan
sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri.

Ada beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu penting dan perlu
diberikan, antara lain :

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam


membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,
mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

70
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu alasan pentingnya pendidikan
kesehatan adalah tercapainya perubahan prilaku baik individu, keluarga, dan
masyarakat. Perubahan prilaku ini adalah menuju prilaku kesehatan. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap
kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku
sehat dan perilaku sakit.

Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan


kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam
mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau
masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku
sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara
teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku


seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh
penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut
perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku
ini mencakup tindakan- tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah
kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

Kok dkk. (1990) mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan dilandasi


dengan motivasi, dengan mengubah tiga faktor penentu perilaku, yaitu sikap,
pengaruh sosial, dan kemampuan lewat komunikasi.

71
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan kesehatan, tempat
dalam memberikan pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai
tempat, sehingga dengan sendirinya sasaranya juga berbeda. Misalnya :

1. Pendidikan kesehatan di keluarga


2. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru
dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah
3. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan
masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan
sasaran pasien dan keluarga pasien
4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan
5. Pendidikan kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, tempat ibadah,
terminal, dsb

C. TEKNIK IDENTIFIKASI KEBUTUHAN


Identifikasi berasal dari kata “ identify ” yang artinya meneliti, menelaah.
Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,
meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari lapangan. Jadi,
identifikasi kebutuhan adalah kegiatan yang mencari/menemukan kebutuhan
yang diperlukan oleh individu atau masyarakat.

Sebelum mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, harus memahami masyarakat


secara menyeluruh dan himpun dan ukur seluruh informasi dasar mengenai
masyarakat. Hal ini dilakukan, agar bisa mengetahui kebutuhan yang
diperlukan masyarakat.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, ada beberapa teknik yang
dilakukan, antara lain :
a. Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap
desa

72
b. Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat
kecamatan dimana setiap kepala desa berkumpul pada acara tersebut.
c. Memanfaatkan pertemuan kader kesehatan.
d. Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat
e. Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan
metode terbuka atau metode tertutup dengan sudah kita siapkan
pertanyaannya ).
f. Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam
masyarakat.

Setelah mengindentifikasi kebutuhan masyarakat, kemudian merangkum dan


menganalisa kebutuhan tersebut, setelah itu menetapkan kegiatan yang akan
dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut ewles dan simnett (1994), empat hal yang perlu dipertimbangkan
antara lain ruang lingkup tugas, perimbangan antara bersikap reaktif dan
proaktif, sejauh mana menempatkan kepentingan klien terlebih dahulu.
a. Ruang lingkup tugas
Bagi sebagian petugas, tugas mengidentifikasi kebutuhan dalam batas
tertentu telah dilakuakan. Contoh seorang bidan telah melakukan
pelayanan yang berorientasi pada pasien yang bersangkutan, tentu saja ia
perlu mengidentifikasi dan memberi tanggapan terhadap kebutuhan-
kebutuhan individual setiap pasien.

Semua promotor kesehatan memerlukan kompetensi untuk bersikap


responsive terhadap kebutuhan promosi kesehatan dari klien mereka.
Meskipun promotor kesehatan mampu melakukan kegiatan tertentu,
tetapi perlu mempertimbangkan apakah kegiatan tersebut dalam ruang
lingkup tugasnya sebagai promotor kesehatan.

b. Reaktif dan proaktif

73
Dalam mengidentifikasi kebutuhan, perlu dibedakan antara reaktif dan
proaktif. Bersikap reaktif adalah memberi tanggapan (bereaksi) terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan permintaaan orang lain. Bersikap proaktif
berarti mengambil inisiatif dan keputusan tentang kawasan pekerjaan
yang akan dilakukan. Individu dapat mengatakan “tidak” terhadap
permintaan orang lain jika permintaan itu tidak cocok dengan kebijakan
dan prioritas anda.

Bersikap reaktif dan proaktif berhubungan dengan pendekatan-


pendekatan promosi kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan pendekatan
berpusat pada klien berarti bersikap reaktif terhadap kebutuhan yang
dinyatakan klien, sedangkan pendekatan perubahan prilaku atau medical
berarti bersikap proaktif. Dalam praktik selalu ada perimbangan yang
harus diterima antara bersikap proaktif dan proaktif.

c. Menempatkan kebutuhan penggunaan atau sasaran lebih dulu


Kebutuhan siapa yang harus didahulukan, pihak pengguna(sasaran) atau
pemberi layanan ? mungkin terdapat konflik diantara keduanya seperti
sasaran ingin pelayanan KB buka hari sabtu, tetapi pihak pemberi
layanan tidak dapat melakukannya karena kesulitan memperoleh staf
yang bekerja di akhir minggu. Meski demikian, terdapat beberapa
kecenderungan yang berupaya menempatkan pandangan dan kebutuhan
pihak pengguna atau sasaran sebagai pusat kegi beriatan pelayangan
promosi keseahatan, antara lain sebagai berikut :
1) Penekanan pada pemakai sebagai individu yang unik
2) Kecenderungan professional bermitra dengan sasaran
3) Penekanan pada peningkatan penyediaan dan jangkauan terhadap
pelayanan yang mempromosikan kesehatan
4) Kecenderungan kearah pendekatan berorientasi klien dalam
penyuluhan lesehatan, dengan pemberdayaan diri klien sebagai
tujuan.

74
5) Kecenderungan partisipasi pengguna dalam perencanaan dan
evaluasi kegiatan-kegiatan promosi kesehatan.

Cara paling penting dalam menetapkan kegiatan-kegiatan yang lebih


responsive bagi pengguna dan penerima adalah memberi kesempatan
kepada mereka untuk mengendalikan diri terhadap apa yang terjadi
dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pemahaman dan
pengertian pada pengguna dan penerima berkaitan dengan ruang lingkup
kebutuhan promosi kesehatan. Tahapan atau prosedur penerapan teknik
identifikasi meliputi :
1) Common sense approach (Swich dan Diggens) langkah-langkah
pokoknya adalah:
a) identifikasi kebutuhan (memilih prioritas kebutuhan)
b) menyusun dan mengkomunikasikan kebutuhan kebutuhan
tersebut kepada kelompok awan dan profesional
c) memilh program pada tahap percobaan
d) pengembangan suatu on-going evaluation process untuk
menjamin penyempurnaan program secara terus-menerus

2) Goal-ratting (Britingham) langkah-langkah pokoknya adalah:


a) Membuat daftar yang mencakup semua tujuan yang mungkin
b) Menetapkan kepentingan relatif masing-masing
c) Menilai tingkat pencapaian tujuan oleh program yang ada
(mengidentifikasi kesenjangan)
d) Menetukan kesenjangan mana yang paling perlu untuk
diperbaiki.

3) Grass root approach Pengalaman Departemen Kesehatan dan


Pendidikan Amerika mengemukakan bahwa keberhasilan suatu
identifikasi kebutuhan, besar atau kecil, menuntut sembilan langkah
berikut:

75
a) Identifikasi orang dan peranannya
b) Menyamakan bahasa
c) Merumuskan tujuan-tujuan dan concerns
d) Menemukan kebutuhan-kebutuhan
e) Mengukur dan memperingkat kebutuhan
f) Menetapkan prioritas
g) Menentukan fisibilitas pemenuhan kebutuhan
h) Merencanakan program ( tujuan - tujuan operasional dan
prosedur)
i) Penilaian kembali secara kontinyu.

D. SURVEY KEBUTUHAN
Survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel
dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya
menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Faenkel dan Wallen,
1990). Survey merupakan salah satu jenis penelitian yang
banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik,
pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan.

Tujuan dari survey, antara lain :


1. Mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala
2. Mengindentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapat justifikasi
keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan
3. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang – orang yang
menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan
penyusunan rencana dan pemganbilan keputusan dimasa mendatang.

SPKP adalah survei panel yang diadakan secara berturut-turut selama tiga
tahun. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelayanan

76
kesehatan dan pendidikan di Indonesia selama tiga tahun, dimulai dari tahun
2007, 2008 dan 2009. Secara umum, survei ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi pelayanan kesehatan ibu hamil/melahirkan dan
bayi/balita, serta pendidikan wajib belajar 9 tahun.
a. Gambaran tentang Kecamatan SPKP
Pada tahun 2007, survey panel ini mengumpulkan data di 6 propinsi,
yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Dari 6 propinsi dipilih 668 kecamatan.
Untuk kepentingan analisa, kecamatan SPKP dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1) Kecamatan Komunitas adalah kecamatan yang sampel rumah
tangganya menggambarkan kondisi umum rumah tangga pada
kecamatan tersebut.
2) Kecamatan Rumah Tangga adalah kecamatan yang sampel rumah
tangganya mewakili gambaran rumah tangga miskin di kecamatan
tersebut.

Pada tahun 2008, survey ini hanya mengunjungi kecamatan Komunitas.


Sementara pada tahun 2009, survey ini akan mengunjungi kembali
seluruh dari kecamatan pada tahun 2007. Bilamana terjadi pemekaran
wilayah kecamatan selama tahun survey (2007-2009), untuk menjaga
kekonsistenan data, maka pemekaran wilayah tersebut diabaikan.

b. Gambaran tentang Desa/Kelurahan SPKP


Di setiap kecamatan SPKP dipilih maksimum 8 desa/kelurahan secara
random. Setiap desa/kelurahan ini dikunjungi kembali pada tahun 2008
(untuk kecamatan komunitas) dan pada tahun 2009 (untuk kecamatan
komunitas dan kecamatan rumah tangga). Dengan demikian, pada tahun
2009 ini tidak ada desa/kelurahan yang baru. Seperti juga kecamatan,
untuk menjaga kekonsistenan data, maka pemekaran desa/kelurahan di
wilayah sampel SPKP diabaikan.

77
c. Gambaran tentang Rumah Tangga SPKP
Jumlah rumah tangga yang harus diwawancarai di setiap kecamatan
adalah 40 rumah tangga atau rata-rata 5 rumah tangga di setiap
desa/kelurahan. Pada tahun 2008, 20 rumah tangga tahun 2007 di
kecamatan komunitas dikunjungi ulang, sementara 20 rumah tangga
dipilih baru. Hal yang sama juga akan berlaku pada tahun 2009 untuk
rumah tangga di kecamatan komunitas. Sementara itu, di kecamatan
rumah tangga, seluruh rumah tangga tahun 2007 akan dikunjungi ulang.
Untuk keperluan analisa, pada tahun 2009 ini kemungkinan akan
ditambahkan sejumlah rumah tangga di kecamatan-kecamatan tertentu
dari kecamatan komunitas dan rumah tangga.

d. Gambaran tentang Anggota Rumah Tangga SPKP


Anggota rumah tangga SPKP yang diwawancarai hanya yang memenuhi
persyaratan buku Individu saja, sebagai berikut:
Buku 1B: untuk wanita usia 16-49 tahun
Buku 1C: untuk anak usia 6 – 15 tahun
Buku 1D: untuk bayi usia 0 – 36 bulan
Persyaratan umur ini tidak berlaku untuk anggota rumah tangga di
rumah tangga panel yang telah diwawancarai per buku pada tahun 2007.
Semua anggota rumah tangga yang telah diwawancarai buku 1B, 1C atau
1D pada tahun 2007 atau 2008 akan diwawancarai ulang pada tahun 2009
ini minimal dengan buku yang sama pada tahun 2009 ini.

e. Gambaran tentang Fasilitas SPKP


Fasilitas kesehatan yang harus diwawancarai adalah Puskesmas, Bidan
desa/praktik swasta dan Posyandu. Untuk fasilitas pendidikan adalah
SMP/MTS dan SD/MI baik negeri maupun swasta.

78
TOPIK 6

TEKNIK MENYUSUN SAP DAN METODE PEMBELAJARAN PROMOSI

A. MEMILIH KEBUTUHAN
Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan
prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang
sangat berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan

79
manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau
tingkat paling dasar mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan makanan.
Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat
ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat keempat
mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat kelima adalah
kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan


suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi
empat tipe kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan normatif: Didasarkan pada pertimbangan ahli profesional.
Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
b. Kebutuhan yang dirasakan: Kebutuhan yang diidentifikasi sebagai apa
yang mereka inginkan. Tergantung pada kesadaran dan pengetahuannya
c. Kebutuhan yang dinyatakan: Kebutuhan yang dirasakan yang telah
diubah menjadi permintaan yang terungkap (demand), biasanya berupa
keinginan. Kebutuhan ini bisa bertentangan dengan kebutuhan normatif.
d. Kebutuhan Komparatif: Kebutuhan dengan membandingkan diantara
kelompok yang sama.

Empat (4) kunci yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi


kebutuhan:
a. Ruang lingkup tugas;
b. Reaktif atau proaktif;
c. Menempatkan kebutuhan klien lebih dulu;
d. Pendekatan pemasaran

Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan sebagai fasilitator


self-care dibandingkan pemberi asuhan keperawatan. Proses pengkajian
ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client, keluarga atau

80
komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai
dengan hasil (Roberta Hunt, 2005).

B. MENYUSUN TIU DAN TIK


Merupakan rumusan tujuan dan pokok-pokok isi pendidikan. Di dalamnya
tertulis komponen-komponen sebagai berikut:
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
TIU atau tujuan akhir : berisi kompetensi umum yang diharapkan dapat
dikuasi, didemonstrasikan, atau ditampilkan oleh individu/ keluarga/
masyarakat setelah selesai penyampaian satu pokok bahasan.
Rumusan penulisan TIU : kata kerja + objek (kompetensi)

Contoh:
setelah mengikuti materi ini, klien dapat :
melakukan+perawatan luka sendiri

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


TIK atau tujuan pembelajaran: berisi kompetensi khusus yang akan
dicapai oleh individu/ keluarga/ masyarakat setelah mengikuti satu materi
pendidikan.

Kompetensi tersebut merupakan jabaran dari TIU. Berbeda dengan TIU,


kompetensi pada TIK dimulai dengan jenjang yang lebih rendah dan
lingkup yang lebih sempit. Rumusan dalam TIK mengandung 4 unsur:
Sasaran + kata kerja dan objek + kondisi + tingkat penguasaan

Contoh:
Klien S + dapat menjelaskan konsep luka + minimal + 80%

C. MENYUSUN MATERI

81
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan,
maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap
kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar
bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang
terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam
menyusun isi penyuluhan.

Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah


dipahami oleh sasaran. Bila perlu dibuat menggunakan gambar dan bahasa
setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

D. MENENTUKAN METODE
Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar,
pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar
yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku
pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik
dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan, metode yang sesuai
dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.

Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi waktu dan
atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang
berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan
tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan
metode yang sama. Ketepatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam
mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri.
a. Jenis Metode
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan
metode sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu
arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit

82
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang
aktif (misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio,
kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media
cetak).Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah (two ways
method). Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta
didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya: diskusi kelompok, debat,
panel, forum, seminar, bermain peran, demonstrasi, studi kasus,
lokakarya, dan penugasan perorangan).

Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga


kelompok, yaitu:
1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
2) Metode Pendidikan Kelompok
3) Metode Pendidikan Massa

b. Aspek Penilaian Metode


Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Disesuaikan dengan tujuan pendidikan
2) Bergantung pada kemampuan pendidiknya
3) Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
4) Harus disesuaikan dengan waktu penyampaian pesan
5) Mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada

c. Klasifikasi Metode
Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan
kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan
individu, kelompok, dan massa.
1) Metode pendidikan inividu
a) Bimbingan dan Konseling

83
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang
disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan
dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman
diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan
tujuan yang tidak langsung.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan
konseling (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri
sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan
lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi
utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar
dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan.
Konseling membantu konselingdalam masalah-masalah pribadi
(sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan
dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta
membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap,
dan tingkah laku. Proses konseling terdiri atas tiga tahap
(Cavagnh, 1982), yaitu :
i). Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan
lingkungan
ii). Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah
klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan
penilaian kemabli masalah klien
iii). Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien.
Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan
dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang,
dan terjadi perubahan sikap

b) Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk

84
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum
diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2) Metode pendidikan kelompok


Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Kelompok Besar
Sasarannya berjumlah lebih dari 15 orang, dapat menggunakan
metode ceramah dan seminar.

b) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun
rendah.

Persiapan :Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu


sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan.
Untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri.Mempelajari materi dengan sistematika yang baik.
Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema.Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya
makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan
sebagainya.

Pelaksanaan :Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah


adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran
ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seperti
sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras dan

85
jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta
ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) tidak duduk,
menggunakan alat-alat bantu lihat.

c) Seminar
Metode ini digunakan untukpendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang
ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting

d) Kelompok Kecil
Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang
dari 15 orang.

e) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok
dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi
duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka
dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga
tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata
lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga
tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan
untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus


memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic

86
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka
pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan
berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah
seorang peserta.

f) Curah pendapat (Brain Storming)


Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta
memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari
oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.

g) Bola Salju (Snow Bailing)


Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang
bergabung menjadi satu. Msreka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi
diskusi seluruh anggota kelompok.

h) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

87
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu
permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.

i) Bermain peran (Role Play)


Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota
yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau
berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

j) Permainan Simulasi (Simulation Game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli,
dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3) Metode pendidikan massa


Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran
pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat
pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara

88
tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa.
Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni:
a) Ceramah umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu,
misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa
rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan
massa.
b) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan
bentuk promosi kesehatan massa.
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah
merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

E. MERANCANG TEMPAT, WAKTU


Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang bekerja dengan klien
individu, ini sangat penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan
partisipasi klien dalam proses keperawatan. Bagi perawat komunitas selain
untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, bekerja dengan kelompok atau
komunitas pengetahuan tentang profil komunitas dapat menjadikan
pengkajian lebih sistematik daripada melakukan pengamatan subjektif.

Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan


masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perawat perlu

89
mendorong masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses.
Kedua, perawat perlu memeberi keyakinan bahwa perawat menyediakan
informasi yang berguna dalam memenuhi kebutuhan dalam aktivitas
masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tida berhasil jika masyarakat psif
dalam penyediaan informasi dan tidak berpartisipasi secara langsung dalam
proses promosi kesehatan. Untuk membuat masyarakat mau berpartisipasi
dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta bantuan dengan cara
melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, seperti Tokoh yang
memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam mayarakat, misalnya guru;
Pemuka agama; Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki
peranan dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.

Bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan? Dan


darimana saja sumber-sumber yang dapat digunakan? Perhatikan/cermati
point berikut tentang cara mencari dan menfaatkan informasi. Sumber data
terdiri dari:
a. Data primer: secara langsung diambil dari objek/sasaran, baik
perorangan, kelompok, organisasi maupun masyarakat.
b. Data sekunder: data yang didapat tidak secara langsung dari
objek/sasaran. Data yang didapat sudah jadi, yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara/ metode, baik komersial maupun non
komersial, misalnya melalui media cetak maupun elektronik.
c. Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder
(Strata keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang
masalah saja.
d. Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan rumah atau di
Pos Yandu
e. Informasi tentang faktor penyebab (predisposing, enabling dan
reinforcing factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid
etnography assesment) yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau
kota.

90
f. Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi
kesehatan) dan eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh
dari lapangan/tempat.

Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang bertujuan untuk


mengumpulkan data yang terdiri dari Tes / Ujian, lisan maupun tertulis.

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sisttematik


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian/sasaran. Observasi
merupakan metode yang cukup mudah dilakukan untuk pengumpulan data.
Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu
sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan obeservasi tidak dapat
dilakukan. Contoh observasi adalah dengan Survey Langsung kita dapat
melihat karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah dan
lingkungan rumah.

F. MERANCANG STRATEGI PENDIDIKAN PROMOSI


Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan sasaran saat
akan dilakukan program pendidikan kesehatan, dimulai dari :
a. Pembukaan
b. Pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan, dan
c. penutupan

G. MERANCANG EVALUASI DALAM PROMOSI


Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu
tempat dan pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang
dicantumkan dalam suatu daftar. Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi
kana dilakukan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana
akan di evaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evalusi tersebut.

91
Dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas
mencantumkan kapan akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta
siapa kelompok sasaran yang akan dievaluasi. Hal yang harus diperhatikan :
a. Indikator apa yang digunakan dalam penilaian.
b. Perlu dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan
tujuan program.
c. Kegiatan-kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
d. Metode dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi.
e. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
f. Sarana-sarana (peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan
dalam evaluasi, dan dimana sarana tersebut bisa diperoleh.
g. Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-
tenaga yang akan melaksanakan evaluasi.
h. Bagaiman rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini
kepada para pimpinan program.

TOPIK 7

A. PENGERTIAN ETIKA

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu”Ethos”, yang

92
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan
erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin,
yaitu”Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral
kurang lebih sama pengertiaannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan.

Terdapat dua macam etika (Keraf,1991) yaitu


1. Etika deskriptif yaitu etika yang menelaah secara kritis dan rasional
tentang sikap dan perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap
orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni
mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa
tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa dinilai dalam suatu
masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika normativ, etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang
ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya
dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.
Jadi, etika normativ merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk,
sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.

Etika dalam promosi kesehatan

93
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi
mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip
yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit
dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil
kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara
yang menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus
dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan
untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk
pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk
memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk
kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan
mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi
yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau
program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk
pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada
informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang
diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai
pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam,
keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara
yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.

94
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang
dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik.
Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu
atau orang lain.

Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu paradigma sehat yang


merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang
bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang
dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventive.

Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang


kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku
masyarakat Indonesia serta 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.

B. PENGERTIAN MORAL

Moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,


sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Dengan kata lain, pengertian etika sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang terbaik .

95
C. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN DALAM ETIKA PROMOSI
KESEHATAN
1. Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Suatu masalah
adalah suatu masalah atau kendala yang membuatnya sulit untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, objektif atau tujuan. Ini mengacu pada situasi, kondisi,
atau masalah yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, sebuah masalah ada
ketika seorang individu menjadi sadar akan perbedaan yang signifikan antara
apa yang sebenarnya dan apa yang diinginkan. Dalam melakukan upaya
promkes masalah yang ada perlu dianalisis secara cermat agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Analisis masalah kesehatan merupakan upaya
sistematis untuk mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi, dengan
mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari “akar”
masalah dan prioritas masalah sehingga hasil analisis harus dapat dirumuskan
secara jelas. Perilaku, promosi kesehatan sebagai proses perubahan perilaku.
Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah perilaku individu, kelompok, dan
masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar.
Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Melalui promosi kesehatan (perilaku sehat) akan terjadi
emosi yang positif, pengetahuan yang baik, pikiran sehat, keinginan yang
realistis, dan lain sebagainya yang selanjutnya perilaku tersebut di aplikasikan
secara nyata oleh tiap-tiap individu dalam lingkungan keluarga, kelompok dan
masyarakat.

2. Menetapkan Sasaran
Sasaran perlu ditetapkan agar promosi kesehatan dapat tercapai sesuai dengan
yang diinginkan. Missal sasaran pada ibu hamil, balita, lansia, penyakit khusus
dengan resiko tinggi. Juga menyangkut strategi individu, kelompok, dan
masyarakat. Kelompok sasaran: jelas,realistis,dan bisa diukur. Telah di
sebutkan di atas bahwa tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

96
mereka sendiri. Dari visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama promosi
kesehatan adalah masyarakat, khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun
demikian, karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya
atau kegiatan promosi kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta itu, langsung di alamatkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu
perlu di lakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan Berdasarkan
pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam 3
kelompok sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

3. Menetapkan Tujuan
Begitu juga tujuan yang diharapkan harus dirumuskan pula secara jelas. Apa
akan dicapai dalam jangka pendek,menengah atau jangka panjang. Tujuan
utama promosi kesehatan adalah menetapkan masalah dan kebutuhan mereka
sendiri,memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya
dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahtaraan masyarakat. Sedangkan tujuan pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat ,bangsa,dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan
sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu,adil,dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Indonesia. Tujuan biasanya merupakan hal yang paling
penting dalam proses dan produk. “Proses” promosi kesehatan mencakup cara
individu mendapatkan informasi dan wawasannya, serta bagaimana
kemampuan pengambilan keputusan mengalami kemajuan sejak menggunakan
atau membuang informasi yang ia anggap tepat. “Produk” promosi kesehatan
atau hasil akhir, seringkali tidak dapat dihitung sehingga sulit untuk di ukur,
tanpa memerhatikan secara signifikan jumlah sampel, dan jutaan faktor lain
yang dapat menyebabkan efek yang tidak diperhitungkan (Crafter, 1997).

97
4. Menetapkan Pesan Pokok
Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan
tubuh atau ekspresi wajah. Pesan yang akan disampaikan dalam promosi
kesehatan adalah pesan yang terus diingat, dapat juga digunakan sewaktu-
waktu oleh sasaran, cara penyampaian menarik, menggunakan kata-kata yang
baik serta ekspresi wajah dan intonasi yang membuat klien nyaman. Penyebab
alasan sasaran lupa pesan yang disampaikan meliputi alasan psikologis, merasa
kurang tertarik dengan pesan yang disampaikan, ingatan (fading), pesan tidak
dipergunakan dalam waktu yang lama, blocking, serta banyak pesan-pesan
baru, sedangkan pesan lama belu melekat secara mantap. Pesan dalam program
pembangunan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sector lain
yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Ada tujuh program
pembangunan kesehatan yaitu (Depkes, 1999):
1. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat;
2. Program lingkungan sehat;
3. Program upaya kesehatan;
4. Program pembangunan sumber daya kesehatan;
5. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya;
6. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan;
7. Program pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat


yang inilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan
nasional ditetapkan sepuluh program unggulan kesehatan (Depkes,1999):
1. Program kebijakan kesehatan,pembiayaan kesehatan dan hukum
kesehatan;
2. Program perbaikan gizi;
3. Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi;
4. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental;

98
5. Program lingkungan pemukiman, air da sehat;
6. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi, dan keluarga
berencana;
7. Program kesehatan dan kesehatan kerja;
8. Program anti tembakau, alcohol dan madat;
9. Program pengawasan obat,bahan berbahaya, makanan dan minuman;
10. Program pencegahan kecelakaan dan keselamatan lalu lintas.

5. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi


Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara –
cara atai metode alat – alat bantu atau media yang di gunakan dalam setiap
pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan perkataan lain, metode dan teknik
promosi kesehatan, adalah dengan cara dan alat apa yang di gunakan oleh
pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan atau
mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat.
Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan di bagi
menjadi 3 yaitu :
a. Metode promosi kesehatan individual
Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya
dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun
melalui sasaran komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif,
karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling
merespons dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah
kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu
peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi
kesehatan, antara lain:
1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Councelling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya

99
klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
2. Wawancara (interview)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau
tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode promosi kesehatan kelompok


Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara
kelompok. Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil
dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri
antara 6 – 15 orang, sedang kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai
dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga
di bedakan menjadi 2 yaitu :
1) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya :
diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow ball), bermain peran (role play), kelompok kecil (buzz group)
metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk
mengefektifkan metode ini perlu di bantu dengan alat bantu atau media,
misalnya : lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
2) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya :
metode ceramah yang di ikuti atau tanpa di ikuti dengan Tanya jawab,
seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu
di bantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead projector, slide
projector, film, sound system, dan sebagainya.

c. Metode promosi kesehatan massa


Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau public, maka metode –
metode dan teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu

100
harus di gunakan metode promosi kesehatan massa. Merancang metode
promosi kesehatan massal memang paling sulit, sebab sasaran publik sangat
hiterogen, baik di lihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, sosio – budaya dan sebagainya. Kita memahami masing – masing
kelompok sasaran sangat variatif tersebut berpengaruh terhadap cara
merespons, cara mempersepsikan dan pemahaman terhadap pesan – pesan
kesehatan. Padahal kita harus merancang dan meluncurkan pesan – pesan
kesehatan tersebut kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang
sama. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering di
gunakan adalah :
1) Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan
tempat – tempat umum (public place).
2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise.
Penyampaian pesan melalui radio dan TV ini dapat di rancang dengan
berbagai bentuk, misalnya : sandiwara (drama), talk show, dialog
interaktif, simulasi, spot dan sebagainya.
3) Penggunaan media cetak, seperti Koran, majalah,
buku, leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam
media cetak ini juga bermacam – macam, antara lain : artikel, Tanya
jawab, komik, dan sebagainya.
4) Penggunaan media di luar ruangan, misalnya : billboard, spanduk,
umbul – umbul dan sebagainya.

Selanjutnya Saluran Komunikasi atau Media promosi kesehatan adalah semua


sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik, dan
media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap
kesehatan.
1. Tujuan media promosi kesehatan

101
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di
dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
g. Memperlancar komunikasi, dll

2. Penggolongan media promosi kesehatan berdasarkan cara produksinya,


yaitu:
b. Media cetak, yaitu media yang mengutamakan pesan-pesan visual
umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Macam-macam dari media cetak antara lain: poster, leaflet,
brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
c. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektonika. Adapun macamnya antara lain televise, radio, video, slide,
flim, cassette, CD dan VCD.
d. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar
ruang secara umum, misalnya papan reklame, spanduk, banner dan TV
layar lebar.

6. Menetapkan Kegiatan Operasional


Penetapan kegiatan operasional menyangkut waktu,tempat,dan jadwal
pelaksanaan. Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua,yang terpenting
adalah menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam
pelayanan kesehatan dasar:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum,cara pencegahan,dan
pemberantasannya;

102
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi;
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar;
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana;
5. Imunisasi;
6. Pengobatan dan pengadaan obat.

7. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi


Dalam promosi kesehatan evaluasi diselenggarakan dalam praktik dan
ditujukan untuk merefleksikan atau membentuk praktik promosi kesehatan
secara eksplisit. Tones dan Tilford (1994, hlm. 49) menyatakan bahwa:
Evaluasi berfokus pada pengkajian suatu aktivitas terhadap nilai
dan tujuan dalam beberapa cara yang hasilnya dapat berkontribusi dalam
pembuatan keputusan dan/ suatu kebijakan di masa datang....
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan mencakup hal-hal berikut:
1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku
program promosi kesehatan melelui perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). PHBS merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penyakit menular melalui perubahan perilaku masyarakat secara luas.
Program ini dimulai dari apa yang diketahui,diinginkan dan dilakukan
masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk
masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan di atasa
atau bekerja sama dengan pihak yang terlibat, untuk diperlukan pesan-
pesan sederhana,positif,dan menarik yang dirancang untuk
dikomunikasikan lewat sarana local seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat. Identifikasi
perilaku beresiko dilakukan pada tahap ini melalui pengamatan
terstruktur. Dengan demikian, cara pendekatan baru terhadap
perbaikan hygiene dapat ditemukan.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat. Langkah-langkah
memotivasi orang untuk menerapkan perilaku hygiene, termasuk
memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan.

103
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai
perilaku tersebut melalui diskusi terfokus,wawancara dan uji coba
perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan
perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan
apa yang disukai kelompok sasaran.

7. Pertimbangan-pertimbangan Etis
Etika pada umunya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai
otonomi moral. Manusia mempunyai hak kewajiban
untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya,
serta mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Keberadaan etika
dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari system kemasyarakatan.
Manusia terdiri atas aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Etika bertujuan
sebagai alat bantu utnuk mengukur perilaku dan moral, menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat dan profesi bidan.
Menurut Americans Ethic Commission Bureau on Teaching, tujuan etika
profesi adalah:
1. Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktek
kebidanan;
2. Manganalisis masalah moral dalam praktik kebidanan;
3. Dapat dipertanggungjawabkan kepada diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dan Tuhan

Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yaitu


petugas kesehatan tidak boleh secara sengaja menunda pelayanan atau
informasi peningkatan status pengetahuan klien dapat bermanfaat terhadap
pengembangan promosi kesehatan kepada klien tersebut;petugas kesehatan
menghargai kerahasiaan informasi klien kecuali atas permintaan hukum atau

104
demi kepentingan klien;dan petugas kesehatan yang tidak kompeten tidak
boleh mengerjakan kegiatan promosi kesehatan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

105
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

B. Saran

Dalam melakukan promosi kesehatan NAKES harus menjaga hubungan


dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat
diterima dan diterapkan oleh klien.

Dalam menerima promosi kesehatan klien harus berperan dalam menentukan


keputusan untuk dirinya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Susilowati. 2016. Promosi Kesehatan, Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesi

Keputusan Menteri Kesehatan No. 114/Menkes/SK/VIII/2005.

106
Mubarak Wahit Iqbal. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.

Novita Nesi, Yunerta Franciska. 2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Maryam Siti,SST,M.Kes. 2002. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan,


Jakarta: EGC.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :


Rineka Cipta.

Wibowo Adik & Tim. 2012. Kesehatan Masyarakat Di Indonesia, Jakarta:


Salemba Medika.

Green. 1991. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental


Approach Second Edition. London.Mayfield publishing company.

Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


RinekaCipta
Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


notoadmojo, s, 2007, promosi kesehatan ilmu perilaku, rineka cipta Jakarta
paticia webb, 1994, healt promotion and patient education, chapma dan hall,
London UK.

Pusat promosi kesehatan, 2004, kebijaksanaan nasional promosi kesehatan


departemen kesehatan RI, jakarta

Mubarak, 2012, Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika

Beta.new.pamsimas.org/18/02/2018

Susilowati, 2016, Promosi Kesehatan, KEMENKES

Repository.usu.ac.id/bitstream/handle/18/02/2018

107
Bunton, R. (1992). More Than A Woolly Jumper Health Promotion As Social
Regulation. Critical Public Health 3: 4-11.

Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi


Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: PPKM Depkes RI.

__________, (2006). Promosi Kesehatan Untuk Politeknik/D3 Kesehatan.


Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan - Depkes RI.

__________, (2004), Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat Promkes,


Jakarta

Dignan, M.B., Carr, P.A. (1992). Program Planning for Health Education and
Promotion. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger.

Ewles, L., Simnett, I. (1994). Promoting Health : A Practical Guide. Emilia, O


(Alih Bahasa). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

French, J. (1990). Boundaries and horizons, the role of health education within
health promotion. Health Education Journal 49: 7-10

Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational


and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.

Greene, W & Simon, M, (1990). Introdusction to Health Education, Waveland


Press Inc, Prospect Height, Illinois.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

108

You might also like