You are on page 1of 18

Asuhan Keperawatan TB Paru

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Dec

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia,


menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang per tahun (WHO, 1993). Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-
negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah
penderita TB akan meningkat.

Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk
penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi.

1.2 Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah keperawatan medical bedah 1


dan menambah ilmu pengetahuan tentang rencana asuhan keperawatan TB Paru bagi
para penulis dan pembaca.

1.3 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik TB Paru, defenisi, etiologi, patofisiologi,


manifestasi klinis dan asuhan keperawatan pada TB Paru

1.4 Manfaat

Adapun manfaat makalah ini yaitu memberikan suatu gambaran ataupun


penjelasan yang mengenai asuhan keperawatan TB Paru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi TB Paru

Tuberculosis merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus
bersifat mematikan. TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium


Tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh lainnya.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan
luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal
dari orang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A. Price)

Proses penularan melalui udara atau langsung seperti saat batuk. Penyakit ini
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu:

1. Tuberkulosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai
dari proses yang disebut droplet nuklei yaitu suatu proses terinfeksinya partikel
yang mengandung dua atau lebih kuman tuberkulosis yang hidup dan terhirup serta
diendapkan pada permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada
kapiler, keluar fibrin, magrofag ke dalam ruang alveolar.

2. Tuberkulosis pasca primer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh
kuman mikobakterium tuberkulosa (A.Aziz Alimul Hidayat, 2006).

2.2 Etiologi

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1–4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan asam dan lebih
tahan terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai
daerah yang banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi
kandungan oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediklesi
pada penyakit tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Faktor-faktor penyebab
Mycobacterium Tuberculosis.

1. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkian diturunkan


secara genetik.

2. Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.

4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.

5. Keadaan stress : situasi yang penuh stress, kurang nutrisi, stress emosional,
kelelahan yang kronik.

6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi


dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.

8. Nutrisi ; status nutrisi kurang

9. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.

10. Tidak mematuhi aturan pengobatan

2.3 Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin
akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut
dengan air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier
saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi
implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi
juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut
sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi
akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.

Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh


melalui berbagai jalan, yaitu:
1) Percabangan bronkhus

Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan
ulserasi laring), maupun ke saluran pencernaan.

2) Sistem saluran limfe

Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung


mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan
menimbulkan tuberkulosis milier.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala Umum :

1. Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise (kurang enak badan), gejala flu, deman ringan, nyeri dada dan
sesak nafas, batuk darah .
2. Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan, berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan.
Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
2.4 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Anemia bila penyakit berjalan menahun
5) Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
6) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan.
7) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
8) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
9) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.

b. Radiologi
1) Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat
termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak
pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
2) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
3) Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan
pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio
lusen dipinggir paru atau pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim.

2.5 Penatalaksanaan

Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.

1. Farmakoterapi

2. Tambahan oksigen

3. Fisioterapi dada

Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberculosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok
yaitu :

1. Obat primer : INH (isoniazid) Dosis 5 mg/kg, maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB
3 kali seminggu, 15 mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/ hari, Rifampisin
dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3X/ minggu, Etambutol dosis fase
intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30 mg/kg BB 3 kali seminggu,
45 mg/kg BB 2 kali seminggu, Streptomisin dosis 15 mg/ kg BB, Pirazinamid
dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu 50 mg/kg BB 2
kali seminggu.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat


ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obatan ini.

2. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloresin, Amikasin,


Kapreomisin dan Kanamisin.
BAB III

TINJAUAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Aktifitas/istirahat

a. Kelelahan : Tachicardia

b. Nafas pendek : Tachipnea

c. Sulit tidur pada malam hari : Kelelahan otot, nyeri dan sesak.

2. Integritas Ego

a. Faktor stress : Menyangkal

b. Masalah keuangan : Ansietas

c. Perasaan tak berdaya.

3. Makanan/Cairan

a. Anoreksia

b. Tidak dapat mencerna makanan

c. Penurunan berat badan

4. Nyeri/kenyamanan

Nyeri dada meningkat : Gelisah, prilaku distraksi

5. Pernapasan

1. Batuk : Peningkatan frekuensi pernafasan


2. Nafas pendek : Bunyi nafas menurun.

3. Riwayat TB : Karakteristik sputum : Hijau atau bercak darah

6. Interaksi sosial

a. Perasaan isolasi

b. Perubahan perasaan peran

7. Penyuluhan

a. Riwayat keluarga TB

b. Status kesehatan buruk

c. Gagal untuk membaik/kambuhnya TB

d. Tidak berpartisipasi dalam therapy


3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan
sekresi kental ditandai dengan batuk dengan mengeluarkan sputum.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen ditandai


dengan dispnea.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


ditandai dengan BB menurun.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh ditandai dengan nyeri.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan kurang


informasi/ tidak mengenal informasi ditandai denagan pertanyaan tentang
informasi penyakitnya.

3.3 Intervensi

Diagnosa 1 : Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


produksi sekret dan sekresi kental ditandai dengan mengeluarkan
sputum.

a. Catat adanya bunyi nafas.

b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan ,cacat inspirasi /ekspirasi

c. Catat adanya derajat dispnea ,misal: keluhan lapar,ansietas dan


gelisah

d. Dorong /bantu latihan nafas abdomen atau bibir

e. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala


tempat tidur
Diagnosa 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen ditandai dengan dispnea.

a. Kaji frekuensi pernapasan

b. Tinggikan kepala tempat tidur,bantu pasien untuk memilih posisi


yang mudah untuk bernafas.

c. Dorong mengeluarkan sputum,pengisapan bila di indikasikan.

d. Catat adanya bunyi nafas

e. Awasi tingkat kesadaran/status mental

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia ditandai dengan BB menurun.

a. Kaji kebiasan diet,masukan saat ini

b. Auskultasi bunyi usus

c. Berikan perawatan oral,sering buang secret.

d. Hindari makan sangat panas /sangat dingin.

e. Hindari makanan penghasil gas

f. Timbang berat badan sesuai indikasi

Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan tubuh ditandai dengan nyeri.

a. Awasi suhu,kaji pentingnya latihan nafas,batuk efektif,perubahan


posisi sering dan masukkan cairan adekuat.

b. Observasi warna,karakter dan sputum.


c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan
sputum.

d. Dorong antara aktivaitas dan istirahat.

e. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan


kurang informasi/ tidak mengenal informasi ditandai dengan
pertanyaan tentang informasi penyakitnya.

a. Jelaskan proses penyakit individu.

b. Instruksikan latihan nafas.

c. Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tak


diinginkan.

d. Kaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasien yang kurang oksigen.

3.4 Implementasi

Diagnosa 1 :

a. Mencatat adanya bunyi nafas,

b. Mengkaji / pantau frekuensi pernafasan ,cacat inspirasi /ekspirasi

c. Mencatat adanya derajat dispnea ,misalnya :keluhan lapar,ansietas dan gelisah

d. Mendorong /bantu latihan nafas abdomen atau bibir

e. Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat
tidur.

Diagnosa 2 :
a. Mengkaji frekuensi pernapasan

b. Meninggikan kepala tempat tidur,bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.

c. Mendorong mengeluarkan sputum,pengisapan bila di indikasikan.

d. Mencatat adanya bunyi nafas

e. Mengawasi tingkat kesadaran/status mental

Diagnosa 3 :

a. Mengkaji kebiasan diet,masukan saat ini

b. Auskultasi bunyi usus

c. Memberikan perawatan oral,sering buang secret.

d. Menghindari makan sangat panas /sangat dingin.

e. Menghindari makanan penghasil gas

f. Menimbang berat badan sesuai indikasi

Diagnosa 4 :

a. Mengawasi suhu,kaji pentingnya latihan nafas,batuk efektif,perubahan posisi


sering dan masukkan cairan adekuat.

b. Mengobservasi warna,karakter dan sputum.

c. Menunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.

d. Mendorong antara aktivaitas dan istirahat.

e. Mendiskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.


Diagnosa 5 :

a. Menjelaskan proses penyakit individu.

b. Menginstruksikan latihan nafas.

c. Mendiskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tak diinginkan.

d. Mengkaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasien yang kurang oksigen.

3.5 Evaluasi

1. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih/jelas.

2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki kebersihan jalan nafas.

3. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adakuat dengan GDA


dalam rentang normal.

4. Berpartipasi dalam program dalam tingkat kemampuan/situasi

5. Menyatakan pemahaman penyebab / resiko individu

6. Mengidentifikasi intervensi untuk mencengah /untuk menurunkan resiko infeksi


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:

Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak
sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin
akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
DAFTAR PUSTAKA

Dahman Siregar, 2014. Askep TB Paru. Website (http://dahman.heck.in/makalah-askep-


tb-paru.xhtml) diakses tanggal 28 Oktober 2015.

Muhammad Sulfikar Darwis, 2011. Penatalaksanaan Tuberculosis. Website


(http://fikarkasper309.blogspot.co.id/2011/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html) diakses tanggal 28 Oktober 2015.

NANDA NIC NOC. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis an


Nanda Nic-Noc 2015 edisi Revisi Jilid 3. Mediaction, Yogyakarta

Nuzulul Zulkarnain Haq, 2011. Asuhan Keperawatan (ASKEP) TB Paru. Website


(http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35527-Kep%20Respir-asi-
Askep%20TB%20Paru.html#popup) diakses tanggal 28 Oktober 2015.

Diposting 25th December 2015 oleh Robbillah Pramanita

Tambahkan komentar

Memuat

You might also like