Professional Documents
Culture Documents
STROKE
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
2
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui dan memahami mekanisme patofisologi dan etiologi
penyakit serebrovaskular akan sangat membantu dalam menegakan diagnosa
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian terapi baik secara
medikamentosa maupun non-medikamentosa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Epidemiologi
Sejak lebih dari tiga dekade terakhir ini telah banyak yang dilakukan
dalam menelaah karateristik epidemiologi dari stroke. Di Amerika dan negara
berkembang seperti indonesia, CVD atau stroke berperan sebagai penyebab
utama dari disabilitas kronis dan penyebab kematian. Prevalensi di Amerika
pada tahun 2005 adalah 2,6%. Prevalensi meningkat sesuai dengan kelompok
usia yaitu 0,8% pada kelompok usia 18-44 tahun, 2,7% pada kelompok usia
45-64 tahun, dan 8,1% pada kelompok usia 65 tahun atau lebih tua. Pria dan
wanita mempunyai prevalensi yang kurang lebih sama yaitu pria 2,7% dan
wanita 2,5%. (Satyanegara,2010)
2.4 Insidensi
Stroke adalah penyabab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren
adalah lebih dari 200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah
750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren. Angka di
antara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi daripada
orang kaukasian (broderick, 2001). Walaupun orang mungkin mengalami
4
stroke pada usia berapapun, duapertiga stroke terjadi pada orang berusia lebih
dari 65 tahun. Berdasarkan data statistiknya bahkan lebih mencolok: penyakit
jantung koroner dan stroke adalah penyabab kematian tersering pertama dan
kedua menmpati urutan kelima dan keenam sebagai penyebab kacacatan
(Murray, 1999). Perempuan juga membentuk sekitar 43% kasus stroke
pertahun tetapi menderita 62% kematian akibat stroke. (Wilson,2005).
Mana dari kedua teori itu yang benar belum bisa dipastikan, oleh karena
dalam praktek, proses proses aterosklerosis ternyata dipercepat oleh beberapa
faktor yang bisa dianggap sebagai penunjang kedua teori tersebut. Faktor-
faktor itu adalah hereditas, hipertensi, obesitas, kurang gerak, diabetes
melitus, hiperkolestrelomia dan merokok. (Mahar, 2010)
Setelah 50 tahun, tampaknya ada kecenderungan bahwa arteri-arteri
serebral yang kecil juga terkena proses aterosklerosis. Penyempitan yang
disebabkan oleh plaque atherosclerotique bisa mencakup 80-90% lumen
arteri, tanpa menimbulkan gangguan pada daerah yang diperdarahi arteri yang
bersangkutan. Tetapi arteri-arteri yang sudah memiliki plaque
atherosclerotique cenderung mendapat komplikasi, yang berupa trombosis.
Hal ini mudah dimengerti mengingat tunika intima arteri sudah rusak dan
lumen artei sudah sempit. Dalam keadaan itu mudah timbul turbulensi arus
darah, yang lebih mempermudah pembentukan trombus. Kalau trombus
sudah terbentuk maka sebagian dari trombus itu bisa terlepas dan dengan
demikian terjadi embolisasi.
c. Penegakan diagnosa
Anamnesis
1. Identitas
2. Riwayat penyakit sekarang : timbul rasa baal menandakan
keterilbatan sistem karotis, meredup atau hilangnya penglihatan
secara tansisien di satu mata, kelemahan bilateral, pusing
bergoyang, sering jatuh mendadak, timbul rasa baal atau setiap
kombinasinya (misalnya gangguan traktus sensorik atau motorik
secara bilateral.
3. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi
Pemeriksaan Fisik
1. Pasien jelas memperlihatkan bising karotis di sisi yang terkena
seyogyanya menjalani pemeriksaan doppler karotis
Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lenkap
2. Elektrokardiogram (EKG)
3. Pemeriksaan doppler
4. Angiografi
5. CT-Scan
8
2. Stroke Iskemik
1. Definisi
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, yang tejadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu sisi atau lebih arteri besar pada sirkulasi
serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan atau trombus yang
terbentuk di dalam suatu pembuluh darah otak atau organ distal.
(Hartwig,2005).
2. Patofisiologi
Faktor pencetus penimbunan plak di pembuluh darah
Pembentukan Trombus
(Skema 1.1)
9
(Gambar 1.1)
3. Etiologi
1. Sumbatan aliran di arteria karotis
2. Riwayat hiperlipidemia
3. Riwayat diabetes melitus
4. Riwayat hipetensi
c. Stroke embolik
Stroke embolik di klasifikasikan berdasarkan arteri yang
terlibat (misalnya, stroke arteria vertebralis) atau asal embolus.
Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke
kardioembolik). (Hartwig 2005)
Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan
defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak
awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien
beraktifitas. Trombus embolik ini sering tersangkut di bagian
pembuluh yang mengalami stenosis. Fibrilasi atrium adalah
penyebab stroke embolik tersering. (Hartwig,2005).
Stroke kardioembolik di diagnosis apabila diketahui adanya
kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau apabila pasien baru
mengalami infark miokardium yang yang mendahului adanya
sumbatan di pembuluh besar otak. Embolus berasal dari bahan
trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung atau katup
mitralis. Karena biasanya adalah bekuan yang sangat kecil,
fragmen-fragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui
arteria karotis atau vertebralis. Dengan demikian, gejala klinis
yang ditimbulkannya bergantung pada bagian mana dari
sirkulasi yang tersumbat dan seberapa dalam bekuan berjalan
dipercabangan arteri sebelum tersangkut.
Selain itu, embolisme dapat terurai dan terus mengalir
sepanjang pembuluh draah sehingga gejala-gejala mereda.
Namun fragmen kemudian tersangkut di sebelah hilir dan
menimbulkan gejala-gejala fokal. Pasien dengan stroke
kardioembolik lebih beresiko mengalami stroke hemoragik di
kemudian hari. Penyebab perdarahan tersebut adalah bahwa
struktur dinding arteri sebelah distal dari oklusi embolus
melemah atau rapuh karena kekurangan perfusi. Dengan
demikian, pemulihan tekanan perfusi dapat menyebabkan
perdarahan arteriol atau kapiler di pembuluh tersebut.
12
d. Stroke kriptogenik
Walaupun kardioembolisme menimbulkan gambaran klinis
yang dramatis dan hampir patognomik, namun sebagian pasien
mengalami oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa
penyebab yang jelas, kelainan ini di sebut stroke kriptogenik
karena sumbernya tersembunyi, bahkan setelah dilakukan
pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis yang ekstensif.
Mungkin kausa tersebut tetap tidak jelas selama beberapa bulan
atau tahun, ketika kemudian muncul kembali gejala serupa yang
kausanya tidak jelas terjadi pada pasien yang profil klinisnya
tidak dapat dibedakan dari mereka yang mengidap
aterotrombosis.
7. Penatalaksanaan
1. Penanganan suportif
a. Pemeliharaan jalan napas dan ventilasi yang adekuat.
b. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang adekuat
c. Koreksi kelainan gangguan lain seperti gagal jantung.
2. Meningkatkan aliran darah serebral (CBF)
a. Elevasi tekanan darah
b. Ekspansi volume intravaskuler
c. Antikoagulan
d. Pengontrolan tekanan intrakranial
e. Obat-obat anti edema serebri seperti steroid
3. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% samapa 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami
ruptur sehingga terjadi perdarahan kedalam ruang subarakhnoid.
Mekanisme lain pada pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain
13
atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan
perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid.
Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena
tekanan pada struktur-struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah
konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun
traumatik. Mekanisme terjadinya iskemia tersebut ada dua:
1. Tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi darah kedalam
tengkorak yang volumenya tetap
2. Vasopasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpajan ke
darah bebas di dalam ruang antara lapisan arakhnoid dan pia mater
meningen.
Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan
fungsi otak dan kehilangan kesadaran. Namun, apabila perdarahan
berlangsung lambat, pasien kemungkinan besar mengalami nyeri kepala
hebat, yang merupakan tindakan pencegahan utama untuk perdarahan otak
adalah mencegah cedera kepala dan mengendalikan tekanan darah.
(Gambar 1.2)
oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh kedalam jaringan otak. Apabila perdarahan terjadi
pada individu yang tidak mengidap hipertensi, diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk mengetahui kausa lain seperti
gangguan perdarahan.
Stroke yang disebabkan oleh perdarahan intraserebrum
paling sering terjadi saat pasien terjaga dan aktif, sehingga kejadian
nya sering disaksikan oleh orang lain. Karena lokasinya berdekatan
dengan arteri-arteri dalam, basal ganglia dan kapsula interna sering
menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang disebabkan
oleh stroke tipe ini.
Dengan mengingat bahwa gangia basal memodulasi sistem
motorik voluneter dan bahwa semua saraf aferen dan eferen di
separuh korteks mengalami pemadatan untuk masuk dan keluar
dari kapsula interna, maka dapat dilihat bahwa stroke disalah satu
bagian ini diperkirakan menimbulkan defisit yang sangat
merugikan. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak
menyebabkan defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk
secara progresif dalam beberapa menit sampai sampai kurang dari
dua jam.
Infark serebrum setelah embolus di suatu arteri otak
mungkin terjadi sebagai akibat perdarahan bukan sumbatan
embolus itu sendiri. Alasan nya adalah bahwa, apabila embolus
lenyap atau dibersihkan dari arteri, dinding pembuluh setelah
tempat oklusi mengalami perlemahan selama beberapa hari
pertama setelah oklusi. Dengan demikian selama waktu ini dapat
terjadi kebocoran atau perdarahan dari dinding pembuluh yang
melemah ini. Karena itu, hipertensi perlu dikendalikan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut pada minggu-minggu pertama
setelah stroke embolik. Angka kematian untuk peradarahan
intraserebrum cukup tinggi mencapai 50%.
Terapi utama untuk stroke hemoragik adalah menurunkan
tekanan darah apabila hipertensi adalah kausanya, dan melawan
15
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid memiliki dua kausa utama: ruptur
aneurisma vaskular dan trauma kepala. Karena perdarahan dapat
masif dan ekstravasasi darah kedalam ruang subarakhnoid lapisan
meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian sangat
tinggi sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan.
Penyebab tinngi nya angka kematian ini dikarenakan ada 4 faktor
penyulit
1. Vasospasme reaktif disertai infark
2. Ruptur ulang
3. Hiponatremia
4. Hidrosefalus
Pada sebagian besar pasien, perdarahan terutama terjadi di intra
parenkim dengan perembesan ke dalam ruang subarakhnoid.
Perdarahan mungkin massif, yang menyebabkan kematian, atau
kecil dengan garis tengah 1 cm.
Penatalaksanaan perdarahan subarakhnoid adalah
a. Penderita segera dipasang infus (ringer laktat, normal salin,
atau dekstrosa 5% ) 100-150cc/jam untuk keseimbanagan
cairan dan elektrolit.
b. Penderita yang tidak sadar dengan gangguan neurologis yang
berat biasanya membutuhkan ventilasi.
5. Terapi perfusi
Serupa dengan upaya untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus
vasospasme saat pemulihan dari perdarahan subarakhnoid, pernah
17
2.11 Komplikasi
a. Dini (0-48 jam pertama)
Edema serebri.
Defisit neurologis cenderung memberat.
Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan herniasi, dan
akhirnya menimbulkan kematian.
b. Jangka pendek (1-14 hari pertama)
Pneumonia akibat imobilisasi lama.
Infark miokard.
Stroke rekuren.
Emboli paru. Cenderung terjadi 7-14 hari pascastroke,
seringkali terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi.
c. Jangka panjang (>14 hari)
Stroke rekuren.
Gangguan vaskular lain : penyakit vaskular perifer.
(Satyanegara,2010)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karena lesi vaskular regional di otak timbulah hemiparalisis atau
hemiparesis yang kolateral terhadap sisi lesi. Jika lesi vaskular menduduki
daerah batang otak sesisi, maka timbullah gambaran penyakit hemiparesis
atau hemipestesia alternans, yang mana berarti bahwa hemiparesis atau
hemipestesia alternans memperlihatkan ciri alternans, yaitu pada tingkat
lesi hemiparesis atau hemipestesia bersifat kontralateral. Lagi pula saraf
otak yang ikut terkena menunjukan ciri khas itu juga. Sindrom hemiparesis
kontralateral akibat lesi regional di otak dikenal sebagai stroke.
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau
hemiparalisis akibat lesi vaskular yang bisa bangkit dalam beberapa detik
19
3.2 Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan
– kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.