Professional Documents
Culture Documents
DISTOSIA BAHU
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi allah SWT, atas rahmat dan hidayah nya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul DISTOSIA BAHU . Makalah ini di tulis untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntunan berbagai kalangan dalam melakukan pendokumentasian pada asuhan
kebidanan yang telah di gunakan. Sebagai makalah pendokumentasian asuhan kebidanan,
di tujukan kepada mahasiswa kebidanan, praktisi bidan agar lebih mudah dan memahami
dan menerapkan pemberian asuhan kebidanan.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis membuka diri
untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, demi penyempurnaan makalah
ini,semoga makalah ini bermanfaat bagi bidan .
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latarbelakang........................................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................
A. Pengertian Distosia Bahu.........................................................................................
B. Penyebab ..................................................................................................................
C. Patofisiologi .............................................................................................................
D. Tanda-tanda dan Gejala ...........................................................................................
E. Komplikasi ...............................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Kritik dan Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir
11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di
Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis
ketika diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan
bahu—hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin
ditemukan hanya padadistosia bahu yang memerlukan manuver untuk melahirkan.
Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran
yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6 sampai1,4
persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000; Baskettand Allen,
1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat
badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping
banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus
terjadi tanpa adanya faktor resiko. Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan
darurat yang paling menakutkan di kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah
dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan kasus terjadi dengan tidak ada peringatan.
Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia bahu yang tidak diperkirakan
sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut
baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan tindakan-tindakan yang
dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus. Semoga dengan
dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.
B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang
kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari
distosia bahu dan menangani situasi ini jika terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah
lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi
akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan
traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya
adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik
ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali
lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi
pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko
mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan
pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas
maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational.
Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi
pada kala I.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut
bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).
Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina
untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995)
menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu
yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval
waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada
distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval
waktu tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.
B. Penyebab (Etiologi)
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul
C. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu
kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula
dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil
melahirkan bahu.
E. Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri
2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus uteri
2. Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3. X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini penting
untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya
kelainan kongenital lain
4. Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operatorberpengalaman
dapat menentukan :
1. Presentasi janin
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin
G. Penatalaksanaan
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah
pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William
A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga
paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)
Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray
Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior
terbebas dari simfisis pubis
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu anterior
yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis
4. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari
simfisis pubis
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga
diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL
yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan
mendorong kepala kedalam vagina.
9. Simfisiotomi.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas.
Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
d) Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
(1) Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan.
(2) Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
g) Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik
dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan
pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin
sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat
menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
h) Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk
menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke
bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara
menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk
diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah perut.
i) Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena
dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan
diusahakan memeriksa kemungkinan :
(1) Tali pusat pendek.
(2) Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena
tumor.
(3) Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.
j) Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat
dilahirkan.
k) Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian
di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan
arah dengan jarum jam putar 180⁰. Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4
kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang
disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
l) Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
m) Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior
kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.
n) Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.
PENATALAKSANAAN
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam
bawah pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak
berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu
anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu
kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis
pubis
4. Melahirkan bahu belakang
5. Maneuver Rubin
simfisis pubis
Maneuver Rubin II
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang
sudah terjadi.
Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam
vagina.
8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
9. Simfisiotomi.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas.
Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas,
namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat
beralasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan. tanda dan gejala terjadinya distosia bahu yaitu: Pada proses
persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan
tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal. Ukuran kepala
dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur
tubuh parturien yang biasanya juga obese. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi
lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu. Untuk penatalaksanaannya dengan
melakukan episotomi secukupnya dan manuver Mc Robert’s karena maneuver Mc Robert
sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan
B. KRITIK DAN SARAN
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu penulis
mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
1.. http://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=272:distosia-bahu-a-
penatalaksanaannya&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=2
2 http://fathi007.wordpress.com/2010/07/05/distosia-bahu/
3. http://tiara3arza.wordpress.com/2011/06/30/distosia-bahu/
4. http://www.scribd.com/doc/36703952/DISTOSIA-BAHU
5. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/distosia-bahu/
6. http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/distosia-bahu.html
7. http://www.scribd.com/opialetap/d/86912167-Distosia-Akibat-Gangguan-Pada-Tenaga-Persalinan
8. http://ml.scribd.com/doc/89948351/003-Akbid-Askeb-Distosia-Bahu