You are on page 1of 24

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

DISTOSIA BAHU

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. KHARINDA ENJELI FANRATAMI


2. PUTRI NUR CAHAYANI
3. SINTIYA MONICA
4. PIPIN FEBRIANTI

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi allah SWT, atas rahmat dan hidayah nya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul DISTOSIA BAHU . Makalah ini di tulis untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntunan berbagai kalangan dalam melakukan pendokumentasian pada asuhan
kebidanan yang telah di gunakan. Sebagai makalah pendokumentasian asuhan kebidanan,
di tujukan kepada mahasiswa kebidanan, praktisi bidan agar lebih mudah dan memahami
dan menerapkan pemberian asuhan kebidanan.

Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis membuka diri
untuk menerima masukan dan kritikan yang membangun, demi penyempurnaan makalah
ini,semoga makalah ini bermanfaat bagi bidan .

Bengkulu, Agustus 2018

penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latarbelakang........................................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................
A. Pengertian Distosia Bahu.........................................................................................
B. Penyebab ..................................................................................................................
C. Patofisiologi .............................................................................................................
D. Tanda-tanda dan Gejala ...........................................................................................
E. Komplikasi ...............................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Kritik dan Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kasus distosia bahu amat bervariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan.
Sebagai contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9 persen dari hampir
11.000 persalinan pervaginam yang dikategorikan sebagai mengalami distosia bahu di
Toronto General Hospital. Meski demikian,distosia bahu sejati—yang baru didiagnosis
ketika diperlukan manuver lain selaintraksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan
bahu—hanya ditemukan pada 24 kelahiran (0,2 persen). Trauma nyata pada janin
ditemukan hanya padadistosia bahu yang memerlukan manuver untuk melahirkan.
Laporan-laporanterkini, yang membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran
yangmemerlukan manuver, menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6 sampai1,4
persen (American College of Obstetricians and Gynecologists, 2000; Baskettand Allen,
1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993).Berkisar dari 1 per 1000 bayi dengan berat
badan kurang dari 3,500g, sampai16 per 1000 bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping
banyak studi untukmengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus
terjadi tanpa adanya faktor resiko. Distosia bahu dapat menjadi salah satu dari keadaan
darurat yang paling menakutkan di kamar bersalin. Walaupun banyak faktor telah
dihubungkan dengan distosia bahu, kebanyakan kasus terjadi dengan tidak ada peringatan.
Kasus ini diangkat sebagai salah satu kejadian distosia bahu yang tidak diperkirakan
sebelumnya dan bagaimana penanganan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut
baik dalam hal maneuver yang dipilih dalam mengatasinya dan tindakan-tindakan yang
dilakukan setelah bayi lahir, dalam hal ini termasuk resusitasi neonatus. Semoga dengan
dibawakannya kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita akan kasus tersebut.

B. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang
kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari
distosia bahu dan menangani situasi ini jika terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah
lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi
akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan
traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya
adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik
ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali
lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi
pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko
mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan
pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas
maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational.
Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi
pada kala I.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut
bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor).
Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervagina
untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk (1995)
menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu
yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval
waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada
distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval
waktu tersebut lebih dari 60 detik.
American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.
B. Penyebab (Etiologi)
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu
cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah
melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul

C. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala

D. Tanda – tanda dan Gejala

1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu
kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula
dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil
melahirkan bahu.

E. Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri
2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Palpasi dan Balotemen: Leopold I : teraba kepala (balotemen) di fundus uteri
2. Vaginal Toucher : teraba bokong yang lunak dan iregular
3. X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini penting
untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya
kelainan kongenital lain
4. Ultrasonografi: Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operatorberpengalaman
dapat menentukan :
1. Presentasi janin
2. Ukuran
3. Jumlah kehamilan
4. Lokasi plasenta
5. Jumlah cairan amnion
6. Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

G. Penatalaksanaan

1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat


diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan bahu
anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :

1. Tekanan ringan pada suprapubic


2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
4. Persalinan bahu belakang
5. Maneuver Rubin
6. Pematahan klavikula
7. Maneuver Zavanelli
8. Kleidotomi
9. Simfsiotomi

1. Tekanan ringan pada suprapubic


Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi
curam bawah pada kepala janin.

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah
pada kepala janin.

2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya William
A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga
paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi
cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.

Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)
Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray
Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior
terbebas dari simfisis pubis

3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )

Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu anterior
yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis

4. Melahirkan bahu belakang

A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior janin


dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan

4. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari
simfisis pubis
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga
diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak


dilahirkan melalui SC.

Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL
yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan
mendorong kepala kedalam vagina.

8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting


klavikula.

9. Simfisiotomi.

Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan


emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu

1. Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.


2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk
melahirkan kepala.
5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas.
Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :

1. Wood corkscrew maneuver


2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas,
namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat
beralasan.
Penanganan umum distosia bahu :
- Pada setiap persalinan, bersiaplah untukk menghadapi distosia bahu, khususnya
pada persalinan dengan bayi besar.
- Siapkan beberapa orang untuk membantu.
“Distosia bahu tidak dapat diprediksi”
Diagnosis distosia bahu :
- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tettap berada dekat vulva.
- Dagu tertarik dan menekan perineum.
- Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahhu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis.
Penanganan distosia bahu :
1. Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak
dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring terlentang. Meminta
bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi :
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah pada kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis pubis.
Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
- Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke arah
bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih
lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan tangan
ke dalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah
sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
- Masukkan tangan ke dalam vagina.
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan memberikan ruangan
untuk bahu depan agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang.

H. Asuhan Kebidanan (ASKEB)


Banyak sumber dari ilmu kebidanan dan obstetri berfokus pada bagaimana mengelola
komplikasi tertentu atau masalah. Nasihat dalam hal ini lebih baik menghindari situasi
tersebut dari pada mengelola komplikasinya. Meskipun di beberapa kasus distosia bahu
tidak dapat dihindari, namun ada sejumlah cara untuk mengurangi kesempatan itu terjadi
kasus tersebut :
Proses Persalinan Alami yang Terganggu
Ketika seorang perempuan dapat melahirkan secara naluriah (tanpa arah) dan alami atau
tanpa intervensi mereka mereka akan lebih lancar saat bersalin. Telah dilihat beberapa
posisi persalinan yang aneh dan gerakan yang masuk akal setelah bayi muncul/keluar. Dan
dalam kasus terjebaknya bahu di pinggiran tulang panggul (distosia bahu), gerakan panggul
naluriah dapat melepaskan dan membebaskan bahu bayi tanpa intervensi. Hal tersebut
terjadi secara alami serta naluri seorang ibu.
Kesabaran
Sebenarnya seorang bayi memerlukan waktu untuk masuk ke dalam posisi terbaik. Posisi
dimana dia bisa bergerak melewatkan tubuhnya agar bisa masuk ke panggul ibu nya.
Namun ketika kita mencoba untuk terburu-buru melahirkan bayi, maka bayi tersebut
mungkin tidak dapat membuat penyesuaian atau tidak punya waktu untuk melakukan
penyesuaian secara alami. Secara alamiah si bayi berusaha memutar bahunya, tubuhnya
kepalanya, menundukkan kepala dan menekukkan dahinya hanya untuk menyesuaikan
tubuhnya dengan panggul dan jalan lahir sang ibu,namun sering kali kita sebagai petugas
kesehatan tidak sabaran, selalu kaku dan terpaku pada JAM. padahal kita tahu setiap
persalinan punya waktunya sendiri. Induksi persalinan dan intervensi melahirkan
meningkatkan kemungkinan terjadinya distosia bahu (Gherman, 2002). Atau kadang
walaupun sudah dilarang namun sampai sekarang masih sering dilakukan oleh bidan-bidan
saat menolong persalinan yaitu dengan mendorong secara paksa dengan menekan fundus
ibu dan membantu mendorong ketika si ibu mengejan. Atau dengan memberi aba-aba
kepada si ibu untuk mengejan padahal sebenarnya Seorang wanita yang sedang melahirkan
tau dan ahli mengenai kapan dan bagaimana dia mendorong / mengejan. Kita sebagai bidan
atau dokter cukup membimbingnya saja. Ketika kita memaksa siibu mengejan ini justru
dapat memaksa bayi masuk ke dalam panggul tanpa membiarkan dan memberikan waktu
padanya untuk melakukan penyesuaian dahulu.
Menarik keluar bayi bisa meningkatkan kejadian distosia bahu. Ketika kepala bayi keluar
sebaiknya menunggu kontraksi dulu (bisa 5 menit) agar bahu bisa keluar dengan nyaman.
Namun ini sangat menggoda bagi kita untuk segera memberitahu siibu agar segera
mengejan tanpa menunggu kontraksi ada. Padahal mungkin bayi menggunakan waktu ini
untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan agar bahu mudah untuk dilahirkan. Karena
biasanya begitu kepala keluar dia akan melakukan putaran paksi untuk menyesuaikan
kepala dengan bahunya. Tunggu dan amati saja dulu. Jika proses ini lama dan kita melihat
ada tanda asfiksia baru kita lakukan maneuver atau intervensi.
Bersalin dalam posisi semi-recumbant
Ternyata bersalin dengan posisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya distosia bahu
karena panggul tidak dapat terbuka.
Harus diketahui apa yang harus dilakukan jika menemukan kasus seperti ini. Pertama
adalah penting untuk tidak membuat situasi yang buruk menjadi semakin buruk:
ü Jangan menarik bayi karena hal ini akan berdampak bahu semakin tertahan. Ini adalah
kesalahan yang paling umum orang membuat karena mereka panik.
ü Traksi dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis pada bayi (lihat film di atas).
ü Jangan memotong tali pusat jika sudah di sekitar leher bayi. Karena tali pusat yang utuh
masih ada kemungkinan bayi menerima oksigen yang memberi Anda lebih banyak waktu
dan membantu dengan melakukan resusitasi sesudahnya.
ü Berkomunikasi dengan ibu . Anda selalu punya waktu untuk menjelaskan apa yang
terjadi dan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan, atau meminta dia untuk
melakukan sesuatu.

I. Penatalaksanaan distosia bahu (APN 2007)


a) Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b) Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.
c) Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert.
(1) Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh
mungkin kea rah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga
membantu.
(2) Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis untuk
menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis. Tidak diperbolehkan
mendorong fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.

d) Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
(1) Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan.
(2) Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.

J. Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007)


a) Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi
dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif.
b) Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum
dokter adatang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau
untuk tindakan resusitasi.
c) Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
d) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
e) Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
f) Atur posisi Mc Robert.

g) Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik
dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan
pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin
sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat
menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
h) Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk
menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke
bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara
menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk
diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah perut.
i) Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena
dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan
diusahakan memeriksa kemungkinan :
(1) Tali pusat pendek.
(2) Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena
tumor.
(3) Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.
j) Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat
dilahirkan.
k) Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian
di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan
arah dengan jarum jam putar 180⁰. Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4
kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang
disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
l) Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
m) Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior
kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.
n) Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala
kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina,
selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.

PENATALAKSANAAN

1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.


2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan
traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.

Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :

1. Tekanan ringan pada suprapubic


2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
4. Persalinan bahu belakang
5. Maneuver Rubin
6. Pematahan klavikula
7. Maneuver Zavanelli
8. Kleidotomi
9. Simfsiotomi

1. Tekanan ringan pada suprapubic


Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin.

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam
bawah pada kepala janin.

2. Maneuver Mc Robert

Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak
berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)

Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray


Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu
anterior terbebas dari simfisis pubis
3. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )

Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu
anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.

Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu
kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis
pubis
4. Melahirkan bahu belakang

A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior


janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin

Terdiri dari 2 langkah :


(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan dari

simfisis pubis

Maneuver Rubin II

A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah


B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga
diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit
6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak


dilahirkan melalui SC.

Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL yang
sudah terjadi.
Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam
vagina.

8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.

9. Simfisiotomi.

Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian tindakan


emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu

1. Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.


2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk
melahirkan kepala.
5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan diatas.
Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :

1. Wood corkscrew maneuver


2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.

Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan diatas,
namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah sangat
beralasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan. tanda dan gejala terjadinya distosia bahu yaitu: Pada proses
persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan
tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang normal. Ukuran kepala
dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur
tubuh parturien yang biasanya juga obese. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi
lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan bahu. Untuk penatalaksanaannya dengan
melakukan episotomi secukupnya dan manuver Mc Robert’s karena maneuver Mc Robert
sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan
B. KRITIK DAN SARAN
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini,untuk itu penulis
mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca. Demi kesempurnaan makalah ini
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

1.. http://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=272:distosia-bahu-a-
penatalaksanaannya&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=2

2 http://fathi007.wordpress.com/2010/07/05/distosia-bahu/

3. http://tiara3arza.wordpress.com/2011/06/30/distosia-bahu/

4. http://www.scribd.com/doc/36703952/DISTOSIA-BAHU

5. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/distosia-bahu/

6. http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/distosia-bahu.html

7. http://www.scribd.com/opialetap/d/86912167-Distosia-Akibat-Gangguan-Pada-Tenaga-Persalinan

8. http://ml.scribd.com/doc/89948351/003-Akbid-Askeb-Distosia-Bahu

You might also like