Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 4
Sel elektrolitik pada gambar diatas, terdiri dari dua buah electrode tembaga (Cu) yang
dihubungkan dengan sumber arus searah B dan kedua electrode tersebut dicelupkan kedalam
larutan tembaga dua sulfat, CuSO4. Elektroda D dihubungkan dengan kutub negatif (-) dari B
dan elektroda A dihubungkan dengan kutub positif (+) dari dari B. Dalam larutan terdapat
ion-ion Cu2+ dan SO42-. Jika rangkaian disambungkan terjadi aliran arus listrik. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pelarutan tembaga di elektroda A. Elektroda D (yang dihubungkan
dengan kutub negatif sumber arus) bermuatan negative karena kaya dengan electron dari B.
Elektron-elekton ini bergabung dengan ion tembaga (Cu2+) dalam larutan membentuk
endapan Cu pada elektroda D. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
Cu2+ + 2e- → Cu
Reaksi pada elektroda D adalah reaksi reduksi. Dengan demikian elektroda D disebut dengan
katoda. Elektroda A merupakan anoda, tempat berlangsungnya reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi yang terjadi pada elektroda A adalah sebagai berikut.
Cu → C2+ + 2e-
Dapat dilihat bahwa dua elektron di katoda digunakan untuk bereaksi membentuk Cu
dan secara bersamaan dua electron keluar dari anoda karena terjadi perubahan dari Cu
membentuk Cu2+. Hasil netonya adalah transfer dua electron pada sirkuit luar dari anoda
menuju katoda.
Saat sirkuit ditutup, ion positif atau kation akan brgerak ke katoda dan ion negatif atau
anion akan bergerak ke anoda yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir. Proses
mengalirnya arus listrik melelui konduktor elektrolitik yang disertai reaksi kimia disebut
elektrolisis.
Dari uraian di atas tentang mekanisme elektrolisis dapat disimpulkan bahwa electron
masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada elektrode-elektrodenya.
R2 R3
R
R1
Setelah diperoleh R maka hantaran jenis dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
1 l k sel
K , k sel K
A R
Hantaran jenis suatu elektrolit bermanfaat dalam menentukan konstanta sel dimana
konstanta sel memiliki nilai yang tidak bergantung pada jenis larutan bila jarak antara kedua
elektroda dalam sel hantaran tetap. Salah satu contoh larutan yang sering digunakan untuk
menentukan konstanta sel adalah larutan KCl. Nilai hantaran jenis larutan KCl pada berbagai
temperatur dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel. Nilai Hantaran jenis KCl
No Konsentrasi (mol L-1) K (ohm m-1)
0oC 18 oC 25 oC
1 1,00 0,5430 9,8200 11,1730
2 0,1 0,7154 1,1192 1,2886
3 0,01 0,0775 0,1223 0,1411
Hantaran Molar
Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki hantaran jenis yang
berbeda karena mengandung konsentrasi yang berbeda dan jumlah ion yang berbeda. Oleh
karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah elektrolit
tertentu disebut hantaran molar, Λm.
K
m
C
Keterangan :
K hantaran jenis (ohm m-1)
Λm hantaran molar (ohm m2 mol-1)
C konsentrasi elektrolit (mol dm-3 atau mol L-1)
o b C
Grafik hantaran molar dengan akar kuadrat konsentrasi untuk beberapa elektrolit dapat
digambarkan sebagai berikut.
Penerapan utama dari hukum Kohlrausch adalah untuk menentukan harga limit
hantaran molar dari elektrolit lemah. Misalnya suatu elektrolit AD, hantaran molar pada
pengenceran tak terhingga (limit hantaran molarnya) ditentukan dari penentuan hantaran
molar larutan elektrolit kuat AB, CD, CB dengan menggunakan persamaan berikut.
Menurut Arrhenius derajat disosiasi α elektrolit lemah dapat dinyatakan oleh persamaan
berikut
𝐴
𝛼
𝐴𝛼
A=hantaran molar elektrolit pada konsentrasi C dan 𝐴𝛼 =hantaran molar pada pengenceran
tak hingga.
Untuk elektrolit dengan reaksi disosiasi 𝐴𝐵 ↔ 𝐴− + 𝐵 − konstanta kesetimbangan disosiasi
reaksi diatas dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut. Misalkan molaritas elektrolit AB
=amol L -1 dan derajat disosiasinya α maka:
𝐴𝐵 ↔ 𝐴− + 𝐵 −
Mula-mula :a - -
Reaksi : aα aα aα
Saat Setimbang : a(I-α) aα aα
[𝐴− ][𝐵− ] (𝑎𝛼)(𝑎𝛼) (𝑎𝛼2 )
Konstanta kesetimbangan disosiasi. 𝐾 = [𝐴𝐵]
= = (1−𝑎)
𝑎(1−𝑎)
DAFTAR PUSTAKA