You are on page 1of 7

KIMIA FISIKA III

Hantaran dalam Elektrolit

Kelompok 4

Komang Ayu Hendra Wahyundari (1113031032)


Ni Made Dwi Purwati (1113031036)
Luh Gede Eka Pratiwi (1113031039)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2013
HANTARAN DALAM ELEKTROLIT

2. Mekanisme Penghantaran Listrik


Aliran listrik suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan elektron dari
potensial negatif yang tinggi ke potensial negatif yang lebih rendah. Mekanisme dari transfer
ini tidak sama untuk berbagai konduktor. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan
lelehan logam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui
penghantar dengan pengaruh dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini atom-atom
penyusun penghantar listrik tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada penghantar
elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan garam-garam, penghantaran berlangsung
melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Migrasi
ini tidak hanya melibatkan aliran listrik dari satu elektroda ke elektroda lainnya tetapi juga
melibatkan adanya transfort materi dari satu bagian konduktor ke bagian lainnya. Aliran
listrik pada penghantar elektronik selalu disertai dengan perubahan kimia pada elektroda-
elektrodanya dan reaksinya bersifat khas dan tertentu bergantung pada zat-zat penyusun
konduktor tersebut juga elektrodenya.
Mekanisme aliran listrik melalui konduktor elektrolitik akan lebih mudah dipahami
melalui contoh berikut:

Sel elektrolitik pada gambar diatas, terdiri dari dua buah electrode tembaga (Cu) yang
dihubungkan dengan sumber arus searah B dan kedua electrode tersebut dicelupkan kedalam
larutan tembaga dua sulfat, CuSO4. Elektroda D dihubungkan dengan kutub negatif (-) dari B
dan elektroda A dihubungkan dengan kutub positif (+) dari dari B. Dalam larutan terdapat
ion-ion Cu2+ dan SO42-. Jika rangkaian disambungkan terjadi aliran arus listrik. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pelarutan tembaga di elektroda A. Elektroda D (yang dihubungkan
dengan kutub negatif sumber arus) bermuatan negative karena kaya dengan electron dari B.
Elektron-elekton ini bergabung dengan ion tembaga (Cu2+) dalam larutan membentuk
endapan Cu pada elektroda D. Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
Cu2+ + 2e- → Cu
Reaksi pada elektroda D adalah reaksi reduksi. Dengan demikian elektroda D disebut dengan
katoda. Elektroda A merupakan anoda, tempat berlangsungnya reaksi oksidasi. Reaksi
oksidasi yang terjadi pada elektroda A adalah sebagai berikut.
Cu → C2+ + 2e-
Dapat dilihat bahwa dua elektron di katoda digunakan untuk bereaksi membentuk Cu
dan secara bersamaan dua electron keluar dari anoda karena terjadi perubahan dari Cu
membentuk Cu2+. Hasil netonya adalah transfer dua electron pada sirkuit luar dari anoda
menuju katoda.
Saat sirkuit ditutup, ion positif atau kation akan brgerak ke katoda dan ion negatif atau
anion akan bergerak ke anoda yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir. Proses
mengalirnya arus listrik melelui konduktor elektrolitik yang disertai reaksi kimia disebut
elektrolisis.
Dari uraian di atas tentang mekanisme elektrolisis dapat disimpulkan bahwa electron
masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui perubahan kimia pada elektrode-elektrodenya.

3. Hantaran Jenis dan Hantaran Molar


Hantaran Jenis
Hantaran jenis didefinisikan sebagai hantaran larutan elektrolit dengan volume 1 m3.
Hantaran jenis larutan elektrolit tidak dapat diukur secara langsung, yang dapat diukur
langsung adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Tahanan (R) dari suatu larutan elektrolit
tidak dapat diukur dengan baik apabila digunakan arus listrik searah. Hal ini dikarenakan
akan terjadi peristiwa elektrolisis yang menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan
penumpukan hasil elektrolisis pada elektroda akan mengubah tahanan larutan. Untuk
menghilangkan hal tersebut, digunakan arus bolak balik. Elektroda yang digunakan adalah
platina yang dilapisi platina hitam. Sel hantaran disimpan dalam penangas dengan T tetap dan
ditempatkan di satu sisi dari jembatan Wheatstone.
Gambar. jembatan Wheatstone
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diperoleh rumusan perhitungan tahanan yakni
sebagai berikut.
R2 R
 atau
R1 R3

R2 R3
R
R1
Setelah diperoleh R maka hantaran jenis dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut.
1 l k sel
K , k sel   K
 A R
Hantaran jenis suatu elektrolit bermanfaat dalam menentukan konstanta sel dimana
konstanta sel memiliki nilai yang tidak bergantung pada jenis larutan bila jarak antara kedua
elektroda dalam sel hantaran tetap. Salah satu contoh larutan yang sering digunakan untuk
menentukan konstanta sel adalah larutan KCl. Nilai hantaran jenis larutan KCl pada berbagai
temperatur dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel. Nilai Hantaran jenis KCl
No Konsentrasi (mol L-1) K (ohm m-1)
0oC 18 oC 25 oC
1 1,00 0,5430 9,8200 11,1730
2 0,1 0,7154 1,1192 1,2886
3 0,01 0,0775 0,1223 0,1411

Hantaran Molar
Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan memiliki hantaran jenis yang
berbeda karena mengandung konsentrasi yang berbeda dan jumlah ion yang berbeda. Oleh
karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah elektrolit
tertentu disebut hantaran molar, Λm.
K
m 
C
Keterangan :
K  hantaran jenis (ohm m-1)
Λm  hantaran molar (ohm m2 mol-1)
C  konsentrasi elektrolit (mol dm-3 atau mol L-1)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Kohlrausch, hubungan antara hantaran


molar dan hantaran jenis terhadap konsentrasi adalah sebagai berikut.
1. Untuk elektrolit kuat, hantaran jenis elektrolit akan naik secara cepat dengan naiknya
konsentrasi, sedangkan untuk elektrolit lemah hantaran jenis elektrolit akan naik secara
perlahan-lahan dengan naiknnya konsentrasi. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan daya
ionisasi kedua elektrolit, dimana elektrolit kuat terionisasi sempurna sedangkan elektrolit lemah
terionisasi sebagian.
2. Untuk elektrolit kuat dan lemah, hantaran molarnya akan naik dengan naiknya pengenceran
dan akan bernilai maksimal pada pengenceran tak terhingga.
Hubungan antara hantaran molar pada konsentrasi tertentu (A) dan hantaran molar pada
pengenceran tak terhingga (Ao) terhadap konsentrasi (C) untuk elektrolit kuat adalah sebagai
berikut.

  o  b C
Grafik hantaran molar dengan akar kuadrat konsentrasi untuk beberapa elektrolit dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar. hubungan hantaran molar terhadap akar kuadrat


konsentrasi elektrolit
Berdasarkan grafik di atas, dapat dijelaskan sebagai berkut.
1. Plot hantaran molar terhadap akar kuadrat konsentrasi berupa garis lurus untuk elektrolit
kuat, dan lengkungan curam untuk elektrolit lemah
2. Ekstrapolasi data hantaran molar sampai pengenceran tak terhingga dikenal sebagai limit
hantaran molar (Ao) yang didasarkan pada migrasi bebas rata-rata dari ion-ion, seperti
yang dikemukakan oleh Kohlrausch.
Menurut hukum tersebut, hantaran molar dari setiap elektrolit pada pengenceran tak
terhingga (λo) adalah jumlah hantaran molar dari ion-ion pada pengenceran tak terhingga. Hal
ini disebabkan pada pengenceran tak terhingga, masing-masing ion dalam larutan dapat
bergerak bebas tanpa dipengaruhi oleh ion-ion lawan. Apabila jumlah ion positif dan ion
negatif dinyatakan sebagai v+ dan v- serta hantaran molar pada pengenceran tak terhingga
ion-ion positif dan negatif dinyatakan sebagai λo+ dan λo-, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut.
 o  v  λ o  v  λ o

Penerapan utama dari hukum Kohlrausch adalah untuk menentukan harga limit
hantaran molar dari elektrolit lemah. Misalnya suatu elektrolit AD, hantaran molar pada
pengenceran tak terhingga (limit hantaran molarnya) ditentukan dari penentuan hantaran
molar larutan elektrolit kuat AB, CD, CB dengan menggunakan persamaan berikut.

A o (AD)  A o (AB)  A o (CD)  Ao (CB)

Apabila persamaan diatas diuraikan berdasarkan Hukum Kohlrausch, maka akan


diperoleh persamaan berikut:

Ao (AD)  λ oA  λ oB  λ oC  λ oD  λ oC - λ oB  λ oA  λ oD

3. Derajat Disosiasi Elektrolit Lemah

Menurut Arrhenius derajat disosiasi α elektrolit lemah dapat dinyatakan oleh persamaan
berikut
𝐴
𝛼
𝐴𝛼
A=hantaran molar elektrolit pada konsentrasi C dan 𝐴𝛼 =hantaran molar pada pengenceran
tak hingga.
Untuk elektrolit dengan reaksi disosiasi 𝐴𝐵 ↔ 𝐴− + 𝐵 − konstanta kesetimbangan disosiasi
reaksi diatas dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut. Misalkan molaritas elektrolit AB
=amol L -1 dan derajat disosiasinya α maka:
𝐴𝐵 ↔ 𝐴− + 𝐵 −
Mula-mula :a - -
Reaksi : aα aα aα
Saat Setimbang : a(I-α) aα aα
[𝐴− ][𝐵− ] (𝑎𝛼)(𝑎𝛼) (𝑎𝛼2 )
Konstanta kesetimbangan disosiasi. 𝐾 = [𝐴𝐵]
= = (1−𝑎)
𝑎(1−𝑎)

DAFTAR PUSTAKA

Suardana, I. N. (2003). Kimia Fisika III. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Sukardjo.1997. Kimia Fisika.Jakarta: Rineka Cipta


Susiana. 2009. Sifat Hantaran dan Reaksi Oksidasi Reduksi:
http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/sifat-hantaran-listrik-redoks.html diakses pada
tanggal 21 Oktober 2013 .
David Miladi, Sahri. 2010. Larutan elektrolit dan non elektrolit.:
http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html diakses pada
tanggal 21Oktober 2013

You might also like