Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Silvia Greis
N 111 14 051
PembimbingKlinik:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang penumbuhan sel telur yang
telah dibuahitidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari
95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii).1
2. Epidemiologi
Insiden kehamilan ektopik pada wanita bukan kulit putih lebih tinggi pada
setiap kategori usiadibanding pada wanita kulit putih, dan perbedaan ini
meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Alasan meningkatnya kehamilan
ektopik kemungkinan penyebabnya antara lain adalah:2
.
3. Etiologi
a. Faktor tuba
Apabila tumbuh terlalu cepat atau turnbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba.1
c. Faktor ovarium
d. Faktor hormonal
e. Faktor lain
4. Patogenesis
a. Implantasi zigot
Telur yang telah dibuahi segera menggali epitel dan zigot langsung
terbenam di dinding otot karena tuba tidak mempunyai submukosa. Di bagian
perifer zigot menjadi sebuah kapsul trofoblas yang berproliferasi dengan
cepat, menginvasi dan mengerosi lapisan otot di bawahnya.Pada saat yang
sama, pembuluh darah ibu terbuka, dan darah tercurah ke dalam ruang
yangberada di dalam trofoblas atau di antara trofoblas dan jaringan di
dekatnya. Meskipun sel desidua biasanya dapat dikenali, biasanya tuba tidak
membentuk desidua yang luas. Dinding tuba yang berkontak dengan zigot
hanya memberi sedikit tahanan terhadap invasi oleh trofoblas, yang segera
menggali lubang di bawahnya dan membuka pembuluh darah ibu. Embrio atau
fetus pada kehamilan ektopik sering kali tidak ada atau kerdil.3
a. Kehamilan tuba, meliputi > 95 % yang terdiri atas: Pars ampularis (55 %),
pars ismika (25 %),pars fimbriae (17 %), dan pars interstisialis (2 %).
b. Kehamilan ektopik lain (< 5 %) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium,
atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan
kehamilan abdominal sekunder di mana semula merupakan kehamilan tuba
yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars
abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio/buah kehamilannya
mengalami reimplantasi di kavum abdomen, misalnya di
mesenterium/mesovarium atau di omentum.
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa
hari.4
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstisialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus
ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan arau karena trauma ringan
seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalarn lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam
rongga perut melalui ostium tuba abdominal. Bila pada abortus dalam tuba
ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding
tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah
dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah ligamentum itu. Jika janin
hidup terus, terdapat kehamilan intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut
seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan
terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat
berlangsung terus sehingga penderita akan cepat dalam keadaan anemia atau
syok oleh karenahemoragia. Darah tertampung pada rongga perut akan
mengalir ke kavum Douglasi yang makin lama makin banyak yang akhirnya
dapat memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak
meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang
diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kesil, dapat
diresorpsi seluruhnya; bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion .
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong
amnion dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga
perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi
keburtuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya kesebagian uterus, ligamentum
latusm, dasar panggul dan usus. 4,6
Produk konsepsi yang menginvasi dan berekspansi dapat memecahkan
tuba di beberapa tempat. Sebelum tersedia metode pengukurangonadotropin
korionik yang canggih, banyak kasus kehamilan tuba berakhir pada trimester
pertama akibat ruptur intraperitoneal. Sebagai pedoman, jika terjadi ruptur
tuba pada minggu-minggu pertama, kehamilan terjadi pada bagian isthmus
tuba. Bila ovum yang dibuahi berimplantasi dengan baik di dalam bagian
interstisial, biasanya ruptur terjadi belakangan. Ruptur biasanya terjadi
spontan, tetapi dapat disebabkan oleh trauma saat koitus atau pemeriksaan
bimanual. Pada ruptur intraperitoneal, seluruh konseptus dapat terdorong
keluar dari tuba, atau jika robekannya kecil, dapat terjadi perdarahan banyak
tanpa ada yang terdorong keluar (ekstrusi). Pada keduanya, ibu umumnya
memperlihatkan tanda-tanda hipovolemia. Bila konseptus dini dikeluarkan
secara utuh ke dalam rongga peritoneum, hasil konsepsi ini dapat
berimplantasi kembali hampir di mana saja, menciptakan sirkulasi yang
adekuat, bertahan hidup, dan tumbuh. Namun, kejadian ini amat kecil
kemungkinannya, karena adanya kerusakan selama transisi. Konseptus, bila
kecil, dapat diresorpsi atau, bila lebih besar, dapat menetap di cul-de-sac
selama bertahun-tahun sebagai sebuah massa berkapsul atau bahkan
mengalami kalsifikasi membentuk litopedion. 1,2
5. Gambaran klinis
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi rupur pada tuba
tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas
yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau
pingsan. Ini adalah pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang
terganggu.Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu.Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan
dan masuk kedalam syok.Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat
dan tidak terus menerus.Rasa nyeri mula-mula terdapar pada satu sisi; tetapi,
setelah darah masuk ke dalam rongga perut,rasa nyeri menjalar ke bagian tengah
arau ke seluruh perut bawah.Darah dalam ronggaperut dapat merangsang
diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bilamembentuk hematokel
retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.1
Tanda yang paling konsisten adalah nyeri tekan adneksa (96%) dan nyeri
tekan unilateral ketika membalik pasien (tanda Adler positif) adalah tanda yang
tidak konsisten tetapi penting jika ada.5
Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cernat
diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostik seperti
kuldosentesis, ultrasonografi, dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid
biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala
subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat
dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.1
c. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks;
dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
d. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglasi dan dengan semprit
10 ml dilakukan pengisapan.
e. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain
kasa dandiperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk;
Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
7. Diagnosis Banding
Nyeri bilateral
Demam
b. Abortus biasa4
Pada abortus biasa, perdarahan lebih banyak dan sering ada pembukaan
serta uterus biasanya besar dan lunak.
c. Apendisitis3
Tes kehamilan : kalau positif maka ada kehamilan. Tes kehamilan yang
sensitive adalah cara imunoasai dan Elisa.
8. Penatalaksanaan
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
Transfuse komonen darah, menjaga pasien tetap hangat dn berikan
oksigen.3,5
Rujuk ibu ke rumah sakit.3
b. Penatalaksanaan Bedah
Salpingostomi
Salpingotomi
c. Penatalaksanaan Medis
Tanda dan gejala ruptur tuba seperti perdarahan per vaginam, nyeri
abdomen dan nyeri pleuritik, lemas, pusing, atau pingsan harus
dilaporkan segera.
9. Prognosis
Prognosis baik bila kita dapat menemukan kehamilan ektopik secara dini.
Keerlambatan diagnosis akan menyebabkan prognosis buruk karena bila
perdarahan arterial terjadi di intrabdomen tidak segera ditangani, akan
mengakibatkan kematian kareana syok hipovolemik.
LAPORAN KASUS
STATUS OBSTETRI
IDENTITAS
Nama : Nn. E
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. Veteran
Pekerjaan : Karyawati
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
GIVP3A0 Usia Kehamilan : ± 6-7 minggu
HPHT : ?-09-2016 Menarche : 13 tahun
TP : ?-6-2017 Perkawinan : I,8 tahun
Riwayat Obstetri :-
Riwayat ANC :-
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sedang Tekanan darah: 120/80 mmHg
Kesadaran : Komposmentis Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,6ºC
Kepala – Leher :
Bentuk simetris kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera tidak ikterik, mata cekung
(-), telinga normal, otorhea (-), bentuk hidung normal, rhinorhea (-), mukosa faring tidak
hiperemis, karies dentis (-), pembengkakan kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas paru-hepar SIC VII linea
mid-clavicula dextra, batas jantung dalam batas normal.
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II murni
reguler
Abdomen :
I :kesan datar
A: Peristaltik (+) kesan normal
P: timpani
P: Nyeri tekanregioepigastrium (+)
Pemeriksaan Obstetri :
1. Leopold I :-
2. Leopold II :-
3. Leopold III :-
4. Leopold IV :-
DJJ :-
HIS : -
Pergerakan janin : -
TBJ : -
Genitalia :pelepasan darah (-), lendir (-)
Ekstremitas : Edema ekstremitas atas (-), edema ekstermitas bawah (-)
Kulit : turgor normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :
WBC : 9,5 x 103/mm3
RBC : 4,49 x 106/mm3
HGB : 14,1 gr/dL
HCT : 39,5 %
PLT : 336 x 103/mm3
Pemeriksaan lain :
Planotest (+)
RESUME
Seorang wanita usia 31 tahun masuk dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari
yang lalu, frekuensi muntah lebih dari 10 kali, nafsu makan menurun, setiap makanan yang
dimakan akan dimuntahkan.Nyeri epigastrium (+), pusing (+), sakit kepala (+). Riwayat
dirawat di RS Budi Agung 1 minggu sebelum masuk RS.Riwayat haid terakhir bulan Oktober
2016.Hasil pemeriksaan fisik didapakan nyei tekan epigastrium (+).Hasil pemeriksaan
planotest (+).
DIAGNOSIS
GIvP3A0 gravid ± 6-7 minggu + hiperemesis gravidarum
PENATALAKSANAAN
Pasien dipuasakan bila masih muntah
IVFD dextrose 5% guyur kemudian IVFD RL : Dextrose 5%, 1:1, 24 tetes/menit
Drips Neurobiad (vitamin B kompleks) 1 amp/ 24 jam
Ranitidine 50 mg / 12 jam/ IV
Ondansentron 4 mg /8 jam/IV
BAGIAN OBSTETRI – GINEKOLOGI
FOLLOW UP
17 Oktober 2016
Pukul 06.00 WITA
S : mual (+), muntah (+) frekuensi muntah 3 kali, nyeri perut (+) dirasakan sejak
tadi malam, nyeri dirasakan sangat hebat sehingga pasien mengeluh tidak bisa
tidur dan gelisah, nyeri awalnya dirasakan pada perut bagian bawah sebelah
kanan, namun pagi ini nyeri dirasakan diseluruh perut, pusing (-), sakit kepala (-),
jantung terasa berdebar (+), BAB (+), BAK (+).
O : TD : 100/60 mmHg
N : 96 kali/menit
R : 20 kali/menit
S : 36,5ºC
KU: sakit sedang
Konjungtiva anemis +/+
Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan abdomen kuadran kanan bawah (+) dan
nyeri tekan abdomen kuadran kiri bawah (+)
A : GIvPIIIA0 gravid ± 6-7 minggu + hiperemesis gravidarum
P : IVFD RL 20 tetes/menit
Ranitidine 50 mg/12 jam/ IV
Ondansentron 4 mg/8 jam/IV
Neurobiad 1 amp/24 jam
Ketorolac 30 mg/ 8 jam/IV
Ketoprofen supp 100 mg 2 x 1 per rectal
Periksa Laboratorium darah rutin
Rencana USG
18 Oktober 2016
S. pasien mengeluh sangat nyeri pada perut bagian bawah
O. KU : sakit sedang
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 102 kali/menit
Pernapasan :16 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
KU : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Konjungtiva anemis +/+
Nyeri tekan abdomen kuadran kanan (+) dan nyeri tekan abdomen kuadran kiri bawah
(+)
Hasil pemeriksaan darah lengkap :
WBC : 5,2 x 103/mm3
RBC : 3,62 x 106/mm3
HGB : 5,6 gr/dL
HCT : 19,5%
PLT : 488 x 103/mm3
19 Oktober 2016
06.00 WITA
S. nyeri perut bagian bawah (+), mual (+), muntah (-), sakit kepala (+), pusing (+), BAB
(-), BAK (+) lancar.
O. Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Pernapasan :16 kali/menit
Suhu : 36,8oC
KU : sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Konjungtiva anemis +/+
Nyeri tekan abdomen kuadran kanan (+) dan nyeri tekan abdomen kuadran kiri bawah
(+)
Urin : 100 cc
A. GIP0A0 gravid ± 6-7 minggu + hiperemesis gravidarum + Kehamilan Ektopik
Terganggu + Anemia
P. Rencana operasi laparotomi
IVFD RL 20 tetes/menit
Ketorolac 30 mg/8jam/IV
Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
Ondansentron (4 mg) 1 amp (bila perlu)
Pukul 11.15
Operasi laparotomi
Laporan Operasi
1. Pasien dibaringkan dalam posisi supinasi di bawah pengaruh anestesi spinal
2. Disinfeksi lapangan operasi dan area sekitarnya dengan menggunakan kasa steril dan
betadine
3. Memasang doek steril
4. Insisi abdomen dengan metode pfanensteel ± 15 cm lapis demi lapis secara tajam dan
tumpul
5. Eksplorasi rongga peritoneum, tampak adanya perdarahan di rongga peritoneum
6. Suction darah dalam rongga peritoneum
7. Identifikasi sumber perdarahan,sumber perdarahan berasal dari pars ampulla tuba
fallopii dextra
8. Melakukan salphyngectomy tuba fallopii dextra
9. Kontrol perdarahan
10. Identifikasi tuba fallopii sinistra
11. Cuci cavum abdomen dengan NaCl 0,9%
12. Jahit peritoneum parietale, kontrol perdarahan
13. Jahit fascia, kontrol perdarahan
14. Jahit lapisan subcutis, kontrol perdarahan
15. Jahit lapisan cutis secara subcuticuler
16. Bersihkan lapangan operasi dan tutup luka dengan kasa steril
17. Operasi selesai
20Oktober 2016
S. nyeri perut bekas operasi (+), perdarahan pervaginam (+), mual (-), muntah (-), pusing
(+), BAK (+) lancar, BAB belum sejak kemarin, kentut (+)
O. Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
KU : sakit sedang
Konjungtiva anemis +/+
Hasil pemeriksaan darah rutin post transfusi 2 kantong whole blood :
WBC : 26,0 x 103/mm3
RBC : 2,87 x 106/mm3
HGB : 8,8 gr/dL
HCT : 25,8%
PLT : 511 x 103/mm3
A. Kehamilaan ektopik terganggu post op hari ke-1 + Anemia
P. IVFD RL 20 tetes/menit
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Metronidazole 500 mg/12 jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ranitidine 50mg/ 12 jam/IV
Transfusi whole blood 2 kantong
21Oktober 2016
S. nyeri bekas operasi (+), perdarahan pervaginam (+), mual (-), muntah (-), pusing (+),
sakit kepala (-), BAB (+), BAK (+)
O. Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 80 kali/meni
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,7oC
KU : sakit sedang
Konjungtiva anemis -/-
Hasil pemeriksaan darah lengkap post transfusi :
WBC : 8,90 x 103/mm3
RBC : 4,46 x 106/mm3
HGB : 10,0 gr/dL
HCT : 29,9 %
PLT : 384 x 103/mm3
A. Kehamilan ektopik terganggu post operasi H2 + Anemia
P. cefadroxil 500 mg 2x 1
Metronidazole 250 mg 3 x 1
Meloxicam 7,5 mg 2 x 1
Sulfas ferosus 300 mg 1 x 1
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., dan
Wenstrom, K.D., 2006, “ Obstetri Williams Volume 2 Edisi 21”, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Benson,R.C., dan Pernoll, M.L., 2009, “ Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi
9”, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009.” Ilmu Kandungan”. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo