You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas


kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat
adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan
suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis
termasuk dalam hal ini pasangan lansia.

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini
masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang
menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah
terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih
didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.

Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31
wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga
terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang
penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di
atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:

· Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia


yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan
ketiadaan pasangan.

· Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat
berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
· Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari
pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk
menemukan pasangan hidup.

Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH)
diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap
dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan
seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga
diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis.
Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan
seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu
maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.

Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka
setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah.
Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita
harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya,
memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual
seperti dijelaskan dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi LANSIA?
b. Perubahan fisik pada LANSIA?
c. Perubahan psikis pada LANSIA?
d. Perkembangan reproduksi pada LANSIA?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Agar kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab,tanda dan


gejala serta Patofisiologi dari LANSIA.
b. Agar kita sebagai mahasiswa mampu melakukan penanganan Pada klien
dengan LANSIA
c. Mampu menerapkan pengkajian keperawatan pada klien dengan LANSIA
d. Mampu menerapkan Diagnosa keperawatan pada klien dengan LANSIA
e. Mampu menerapkan Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
LANSIA
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usia Lanjut

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Dewasa lanjut (Late
adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana
seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu
kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata
sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap
sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya
hubungan sosial yang semakin menurun.
2.2 Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.

a.Sistem pernafasan pada lansia.

1)Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2)Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga


potensial terjadi penumpukan sekret.

3)Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah


udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4)Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal


50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.

5)Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi


dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6)CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7)kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b.Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1)Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2)Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur


20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3)Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,


perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah


perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

c. Sistem genito urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal


menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg %
; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2)Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya


menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi
urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga


permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali
terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi


kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

d.Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.


3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya


pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari


sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

e.Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa


terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk
dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap
dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung


menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,


berkurangnya aliran darah.

f.Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.

2) resiko terjadi fraktur.


3) kyphosis.

4) persendian besar & menjadi kaku.

5) pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan


berkurang ).

a. Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.

b. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap


rangsangan pada lobus.

c. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi


terhadap suatu perangsangan terhadap lobus

d. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin
efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

G.Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi.

a) selaput lendir vagina menurun/kering.

b) menciutnya ovarium dan uterus.

c) atropi payudara.

d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara


berangsur berangsur.

e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.
2)Kegiatan sexual.

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang


berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,
disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual
akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan
proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas
melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù
kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu
alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang
lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti
untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan,
msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil
alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2.3 Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut

Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang tua


adalah timbulnya depresi, dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering
diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah tidak
menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan dimensia bahkan sering
mengganggu prilaku seksual termasuk gangguan khayal yang dikaitkan dengan
kecemburuan phatologis.

Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul adalah

· Kecemasan (angietas)

· Depresi

· Rasa bersalah (guilty feeling)

· Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam
berhubungan seksual

Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar
terhadap sisi kewanitaannya seperti :

· Penurunan sekresi estrogen setelah menopause

· Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara

· Cerviks yang menyusut ukurannya

· Dinding vagina atropi ukurannya memendek

· Berkurangnya pelumas vagina

· Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks

· Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir


kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal
Ada prinsip perkembangan yang dinamakan Multidirectional, dimana
beberapa komponen menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah
menurun, lansia akan semakin arif, tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan
kecepatan memproses informasi, misalnya lansia baru mempelajari komputer.

Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum yang
berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku
seksual mungkin berubah secara signifikan pada depresi dan dimensia .
2.4 Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut

1. Wanita

Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna


berangsur-angsur mengalami atrofi.

a. Vagina

· Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun


pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti
berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

· Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan


koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.

b. Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan


dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik.Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan
dinding jaringan.

c. Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya


menjadi“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi
yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak
oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna
dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila ovarium berhenti berfungsi,
pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya
oleh hormon estrogen dan progesteron.
d. Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh
karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari
anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar
tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa
akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh
karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada
masa klimakterik.

e. Monopouse

Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari


keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil
akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita dikatakan
menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir, ditandai
dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering vagina dan
dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium. Sementara
sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-gejala vasomotor
dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan fase perimenopause.

Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya hilang atau berkurangnya
sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung
dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan
mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga
mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25
tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi
siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi
akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan
sexual, dapat di bedakan menjadi 3 bagian yaitu :

· Fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui
organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi.

· Rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan
tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang
baku seperti binatang.

· Sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang
lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani
sexualitas.

Pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda.
Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak
cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan
lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi
hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Pria

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :

a. Produksi testoteron menurun secara bertahap.

Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis
menjadi lebih kecil dan kurang produktif . Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
membuahi ovum.

b. Kelenjar prostat biasanya membesar.


Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria
diatas usia 80 tahun.Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.

c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan

ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.

Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas


dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang
kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan
juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan
respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih
lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi
berkurang bahkan tidak terjadi.

d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.


Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah
cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi
ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi
dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang
pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.

e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna


yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.

f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada


umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang
hanya membutuhkan beberapa menit saja.

g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.


Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual.
Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran
yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian
Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu
pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50
perminggu.

Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia pria
diantaranya:

· Disfungsi Ereksi (Impotensia)

· Male Hypogonadism

· Andropause
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan
manfaat.Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik
juga fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara
perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada
masa usia muda.

Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut

· Wanita

Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia.Dengan berhentinya produksinya


hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami
atrofi.

· Pria

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :

- Produksi testoteron menurun secara bertahap

- Kelenjar prostat biasanya membesar

- Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi


lambat danereksi yang sempurna mungkin juga tertunda

- Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari

- Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna


yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
- Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang

- Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi

3.2 Saran

Guna kesempurnaan Makalah ini,kami kelompok 4 sangat mengharapkan kritik


serta saran yang bisa membangun.Oleh karena itu sekiranya Rekan-rekan dari
kelompok lain beserta Dosen Pembimbing untuk memberikan tambahan yang
insya Allah akan membangun dari Makalah yang kami buat ini
DAFTAR PUSTAKA

Ali Baziad,2003. Menopause dan andropause. Jakarta: yayasan bina pustaka


sarwono prawiroharjo.

Hurlock, Elizabeth ,B. 2002. Psikologis Perkembangan. Edisi 5. Jakarta :


Erlangga.
Fox-Spencer, Rabecca dan Pam Brown.. 2007. Menopause. Jakarta : Erlangga.
R. Buedhi Darmojo buku. Buku ajar Gerriatri ilmu kesehatn usia lanjut.fakultas
kedokteran UI, Jakarta 1999.

You might also like