You are on page 1of 5

PATHWAY POST PARTUM

POST PARTUM

Perubahan Fisiologis Perubahan Psikologi

Kelahiran bayi

SISTEM ENDOKRIN SISTEM SISTEM


REPRODUKSI KARDIOVASKULER
Perubahan dalam
Vulva vagina keluarga
Esterogen dan
progresteron menurun Involusi Perdarahan post
partum
Luka pada jalan Tidak Beradaptasi
Peningkatan prolaktin Servik lahir beradaptasi
dan eksitosin vagina Kehilangan asasi
rerineum vaskuler berlebih
Resiko Infeksi Inkompeten
 Trauma
 Odem Kekurangan
Isapan bayi Isapan tidak  Luka volume cairan
Resiko
adekuat bayi adekuat  Jahitan perubahan
menjadi orang
tua
Oksitosin Pembendungan ASI Gangguan
istirahat tidur
Duktus dan Payudara bengkak Ketidakefektifan
alveoli menyusui
kontraksi
Nyeri

Kontraktifitas otot
Tidak efektif
uterus meningkat
Efektif

Kepala bayi
ASI ASI tidak
masuk PAP
keluar keluarkeluar

TFU
Ibu tidak tahu meningkat
cara menyusui
bayi Pembukaan serviks dan
ketuban pecah
Kurang
pengetahuan Lendir pada kanalis
servikalis keluar

Janin lahir dan trauma


pada jalan lahir

Nyeri
Sumber : ARLENE BURROUGH, (2007)
Nakita.id - ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, sehingga menyusui adalah kewajiban setiap ibu untuk kebaikan si kecil. Sayangnya, saat
menyusui, ada saja masalah yang mendera, sehingga menghambat pengeluaran ASI. Apa sajakah masalah itu, berikut 6 masalah saat
menyusui yang sering dialami ibu hamil:

1. Payudara besar atau kecil.

Banyak ibu yang mengira, banyak tidaknya ASI dipengaruhi ukuran payudara. Pemikiran ini kurang tepat. Setiap payudara memiliki jumlah
kelenjar susu yang sama, yaitu 80–100 kelenjar susu pada masing-masing payudara. Yang membedakan besar-kecilnya payudara
seseorang adalah lapisan lemak di dalamnya. Jadi, setiap wanita dapat memproduksi ASI dengan jumlah yang sama banyak.

2. Puting datar/tenggelam/besar/panjang.

Beberapa wanita memiliki bentuk puting yang mendatar/tenggelam, besar atau puting panjang. Sebenarnya ini tak masalah karena
sesungguhnya bayi menyusu pada payudara, bukan puting. Jadi, bagaimana pun bentuk puting ibu, bayi tetap dapat menyusu selama posisi
dan pelekatan bayi baik.

Untuk puting datar/tenggelam (inverted nipple) dapat diatasi setelah bayi lahir, yaitu dengan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai
langkah awal. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengatasi puting datar/terbenam, yaitu:

 Penarikan puting secara manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa kali hingga menonjol.
 Menggunakan spuit ukuran 10—20 ml, bergantung pada besar puting. Ujung spuit yang terdapat jarum dipotong dan penarik spuit
(spuit puller) dipindahkan ke sisi bekas potongan. Ujung yang tumpul di letakkan di atas puting, kemudian lakukan penarikan
beberapa kali hingga puting keluar. Lakukan sehari tiga kali; pagi, siang, dan malam, masing-masing 10 kali.
 Jika kedua upaya di atas tidak memberikan hasil, ibu dapat memberikan air susunya dengan cara memerah.

3. Saluran ASI tersumbat (obstructed duct).

Sering kali ibu mengeluh, di dalam payudaranya terdapat benjolan atau bahkan bayi kurang suka menyusu akibat aliran ASI yang kurang
lancar. Biasanya karena saluran ASI tersumbat. Jika air susu jarang dikeluarkan, maka air susu akan mengental sehingga menyumbat lumen
saluran. Adanya penekanan saluran air susu dari luar, seperti kebiasaan menopang payudara dengan posisi menggunting, juga
mengakibatkan saluran ASI tersumbat. Begitu pula penggunaan bra yang terlalu menekan payudara.
Solusi:

 Lakukan kompres panas pada payudara, kemudian pijat spiral secara lembut di area sekitar sumbatan menuju puting.
 Lakukan pengosongan payudara sesering mungkin, baik dengan membiarkan bayi menyusu maupun dengan memerah ASI keluar
dari payudara.
 Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.

4. Payudara bengkak (engorgement).

Payudara membengkak, sakit, puting kencang, kulit mengilat walau tidak merah, terlihat pembuluh darah vena di permukaan payudara, dan
ASI tidak keluar. Hal ini disebabkan pengosongan payudara tidak berlangsung optimal, sering kali akibat bayi jarang menyusu dan produksi
ASI melimpah. Bisa juga karena posisi dan pelekatan yang kurang tepat sehingga pengosongan payudara kurang optimal atau pembatasan
pengosongan payudara.

Solusi:

 Lakukan kompres hangat pada payudara, kemudian pijat spiral secara lembut di area sekitar sumbatan menuju puting.
 Gunakan pompa bohlam merah (reliever pump) untuk membantu mengeluarkan ASI.
 Untuk mengurangi nyeri/sakit, ibu dianjurkan mengonsumsi obat penghilang nyeri (analgetik) yang diresepkan dokter.
 Bayi disusui lebih sering dengan memperbaiki posisi dan pelekatannya.

5. Puting nyeri/lecet (abraded/cracked nipple).

Selain karena posisi dan pelekatan yang tidak baik, juga dapat diakibatkan iritasi kulit yang sensitif dengan lidah bayi atau akibat jamur.

Solusi:

 Perbaiki posisi dan pelekatan bayi.


 Teruskan menyusui bayi walaupun ASI belum keluar, dengan sedikit penekanan pada areola.
 Olesi puting dengan ASI agar terjaga dari kuman dan aman bagi bayi tetap menyusu.
 Jika lecet terbuka lebih luas disertai nyeri, sebaiknya ibu mengonsumsi antibiotik yang aman demi mencegah infeksi. Konsultasikan
dengan dokter.

6. Mastitis

Peradangan pada payudara akibat sumbatan ASI yang terinfeksi. Payudara teraba benjolan dimana kulit luarnya menjadi merah, terasa nyeri
hebat dan panas. Ibu sering mengeluh demam.

Ada dua jenis mastitis, yaitu non-infective mastitis dan infective mastitis (abses payudara). Yang kedua ini telah terinfeksi bakteri terutama
Staphylococcus virulent. Umumnya didahului puting lecet, saluran air susu tersumbat atau pembengkakan payudara (engorgement).

Solusi:

 Payudara dikompres dengan air hangat dan lakukan pemijatan secara lembut di area sekitar sumbatan.
 Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet analgetik.
 Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotik dan vitamin C dosis tinggi.
 Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan dan sebaiknya ibu tidak berhenti menyusui.
 Istirahat yang cukup.

You might also like