Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Keuntungan tidak diperoleh secara kebetulan tapi berkat upaya khusus dari
orang yang mempergunakan uang. Uang yang diperoleh berdasarkan kupon undian
atau judi tidak disebut sebagai keuntungan,berbeda uang yang dihasilkan dengan
pedagangan saham (walaupun di sini beberapa perkembangan baru seperti
derivatives oleh banyak orang dinilai sudah mendekati perjudian). Keuntungan
berkonotasi ganjaran bagi upaya yang berhasil. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa
profit seluruhnya tergantung pada kepiawaian si pebisnis. Untuk sebagian
perolehan keuntungan tergantung juga faktor mujur atau sial. Sebagaimana pelaut
tidak pernah dapat meramalkan perkembangan cuaca dengan sempurna,demikian
juga pebisnis tidak bisa menguasai semua seluk beluk ekonomi. Karena itu
diadakan transaksi keuangan yang bisa menghasilkan keuangan,selalu mengandung
juga risiko untuk mengalami kerugian. Maka dari itu faktor risiko dalam bisnis tidak
boleh diabaikan.
2
keuntungan,dan kompetisi dalam sistem ekonomi pasar bebas. Pandangan ini sudah
ditemukan pada ekonom Australia-Amerika yang terkenal,Joseph Schumter,dan
masih berkumandang pada pengarang modern tentang etika bisnis sekarang ini.
Tiga unsur ini tentu saja erat berkaitan satu sama lain. Keuntungan hanya bisa
diperoleh dengan menggunakan modal yang menjadi milik pribadi dan perolehan
keuntungan khususnya dalam sekala besar-besaran hanya dimungkinkan dalam
rangka pasar bebas. Kalau akumulasi modal modal merupakan inti
kapitalisme,maka perolehan keuntungan dalam hal ini memegang peranan
besar,karena justru dengan meningkatkan laba atau keuntungan bobot modal
bertambah besar,yang lalu dapat diinvestasikan dalam usaha produktif,sehingga
menghasilkan kekayaan lebih besar lagi,dan seterusnya.
3
untuk mewujudkan tujuan perusahaan,para karyawan harus diperlakukan juga
sebagai tujuan sendiri. Mereka tidak boleh dipergunakan sebagai sarana belaka
melainkan tetap diberikan hak yang sepantasnya. Misal, gaji yang pantas,keamanan
dan keselamatan tempat kerja dst.
Sejarah mencatat bahwa pada awal era industrialisasi para pekerja diperalat
dan diperas dengan cara yang tidak manusiawi. Industri sebagai cara berproduksi
dengan memakai mesin pada skala besar-besaran merupakan fenomena baru pada
waktu itu. Untuk menjalanka mesin-mesin ditarik pekerja dari daerah pertanian
miskin. Keadaan ini pertama kali muncul di Inggris pada akhir abad ke-18 dan
terutama berkembang di bidang tekstil (kain dan wol),baja, dan pertambangan batu
bara. Dari tahun 1760 sampai 1830 revolusi industri praktis terbatas pada Inggris
saja. Untuk menghasilkan keuntungan tenaga buruh dihisap begitu saja,upah yang
diberikan sangat rendah,jam kerja yang ditentukan sangt panjan,tidak ada jaminan
kesehatan,jika sakit diberhentikan,dalam keadaan lain buruh diberhentikan semena-
mena,banyak memakai pekerja wanita dan anak di bawah umur,karena kepada
mereka diberikan upah yang lebih rendah dan tidak memberontak dan seterusnya.
4
seminggu. Studi sejarah menunjukan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai
tujuan usaha ekonomis memang bisa membawa akibat kurang etis. Melalui
perjuangan yang panjang ketidakadilan terhadap buruh di negara industrialisasi
mulai teratasi. Selanjutnya,dunia harus banyak belajar dari sejarah tersebut.
Negara-negara berkembang yang mulai mengembangkan industri baru pada paro
abad 20 ini tidak boleh mengulangi kejadian masa silam. Harus ada upaya agar
tidak terjadi perlakuan tidak baik terhadap buruh,seperti: menetapkan undang-
undang perburuhan yang baik,kebebasan serikat buruh,jaminan sosial,asuransi
kesehatan dan sebagainya.
Child Labor merupakan topik dengan banyak implikasi etis, tetapi masalah
ini sekaligus juga sangat kompleks, karena faktor-faktor ekonomis disini dengan
aneka macam cara bercampur baur dengan faktor-faktor budaya dan sosial. Untuk
dapat membentuk pertimbangan etis tentang masalah ini, pertama-tama harus
menjadi jelas apa yang dimaksud dengan Child labor. Child labor yang dimaksud
disini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh anak dbawah umur demi pembayaran
uang yang digunakan untuk membantu keluarganya. Logisnya, “dibawah umur”
harus disamakan dengan batas umur wajib belajar. Namun, anak yang dalam
lingkungan keluarga menjalankan tugas-tugas pekerjaan, tidak selalu bisa
dikatakan mempraktekan pekerjaan anak. Contohnya yaitu pada sektor pertanina
dan peternakan dimana sering kali anak-anak diikutsertakan dalam masa panen
pada sektor pertanian dan memeras sapi, memberi pakan ternak pada sekor
peternakan. Kasus-kasus tersebut belum menimbulkan masalah etis karena yang
akan dibahas lebih lanjut disini adalah dalam zaman industrialisasi yang banyak
terjadi masalah etis secara serius.
5
A. Negara-negara yang fasilitas perekonomian dan pendidikannya belum
dikembangkan secara memadai dapat menetapkan usia minimum 14 tahun untuk
bekerja pada tahap permulaan.
B. Umur minimum yang lebih tua yaitu 18 tahun ditetapkan untuk jenis pekerjaan
yang berbahaya “yang sifat maupun situasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan
kemungkinan besar dapat merugikan kesehatan, keselamatan atau moral anak-
anak”.
C. Umur minimum yang lebih rendah untuk pekerjaan ringan ditetapkan pada umur
13 tahun. Serta pada Pasal 68 UU No. 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa
pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Dan dalam ketentuan undang-undang
tersebut, anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun. Berarti 18 tahun
adalah usia minimum yang diperbolehkan pemerintah untuk bekerja.
6
setiap anak boleh menikmati masa anak yang bahagia. Dalam rangka itu ditegaskan
antara lain: “Anak tidak boleh diterima sebagai pekerja sebelum umur minimum
yang tepat; ia sekali-kali tidak boleh disuruh atau diterima dalam jabatan atau
pekerjaan apa saja yang bisa merugikan kesehatan atau pendidikannya atau
mengganggu perkembangan fisik, psikis, atau moralnya”.
Berikut dua alasan mengapa pekerjaan yang dilakukan oleh anak perlu dianggap
tidak etis,
Masa anak adalah periode pertama dalam hidup seorang manusia dari segala ciri
khasnya. Kita melanggar hak anak, jika kita menuntut dari mereka apa yang kita
tuntut dari orang dewasa dan dengan mempekerjakan anak kita melakukan hal
demikian, sebab bekerja adalah secara tipikal tugas dan tanggung jawab orang
dewasa.
Mempekerjakan anak biasanya dilakukan agar dapat menekan biaya produksi dan
dengan demikian melibatkan diri dalam kompetisi kurang fair terhadap rekan-rekan
bisnis yang tidak menggunakan tenaga anak karena menganggap itu cara
berproduksi yang tidak etis.
Dalam zaman kita sekarang, pekerja anak tampak sebagai suatu masalah
khusus dalam hubungan dengan industri garmen, sepatu, atau alat olah raga, mainan
anak, dan sebagainya, yang mempercayakan pembuatan produknya kepada
7
kontraktor dalam kuantitas besar, yang pada gilirannya mencari lagi subkontraktor-
subkontraktor untuk kuantitas yang dapat menjamin harga yang paling murah. Para
kontraktor mempunyai jaringan subkontraktor yang sungguh-sungguh global.
Mereka akan mencari subkontrakor dengan tawaran yang paling menguntungkan,
entah di Afrika, Amerika selatan, Cina, Atau Asia Tenggara dan kantor pusat sering
tidak sanggup untuk melihat seluk beluk semua kontrak terakhir ini. Para manajer
di kantor pusat cenderung mengkonsentrasikan kepada kualitas produk dan harga
yang kompetitif. Disini global ekonomi memperlihatkan salah satu akibat
negatifnya.
Beberapa kasus masalah pekerja anak dan cara untuk mengatasi masalah tersebut,
Solusi Kasus 1 : Kesadaran dan aksi dari pihak publik konsumen, kosnumen dan
beberapa LSM melakukan aksi mengajak publik amerika untuk memboikot produk-
produk Nike. Slogan reklame Nike yang terkenal “just do it” mereka putarbalikan
menjadi “just don’t do it”.
Solusi kasus 2 : Membuat dan menegakkan kode etik oleh perusahaan, dimana
antara lain ditegaskan bahwa perusahaan tidak akan memanfaatkan tenaga kerja
dibawah umur dan untuk anak-anak yang sudah terlanjur dipekerjakan tidak
diberhentikan tapi dibiayai untuk mendapatkan pendidikan dengan tetap mendapat
bayaran upah serta akan dipekerjakan kembali ketika sudah cukup umur.
8
konsumen Amerika bersedia untuk mengeluarkan satu dollar ekstra bagi sepotong
pakain berharga $20 asal dapat dipastikan produk tersebut dibuat dengan kondisi
kerja yang baik.
9
Sumber : Susenas, Badan Pusat Statistik (Maret 2017)
10
mengandalkan Program Keluarga Harapan (PKH) tersebut. Servei dari sejumlah
pihak, termasuk Bank Dunia menunjukkan, PKH efektif menurunkan kemiskinan.
Lebih rincinya lagi, disebutkan bahwa PKH berdampak meningkatkan kunjungan
ibu hamil ke fasilitas layanan dasar kesehatan sebesar tujuh persen. Selain itu,
imunisasi lengkap meningkat delapan persen dan pemeriksaan kesehatan balita
meningkat 22 persen. Di bidang pendidikan, peningkatan partisipasi SD meningkat
2,2 persen dan SMP 4,4 persen. Sementara pengeluaran keluarga untuk makanan
berprotein tinggi meningkat 10 persen. Temuan lainnya, adanya penurunan anak
dengan kasus "stunting" sebesar 2,7 persen. Selain itu, pemerintah juga telah
meratifikasi melalui Undang-undang No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi
Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 mengenai Batas Usia Minimum Diperbolehkan
Bekerja, Undang-Undang No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.
182 Tahun 1999 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-
bentuk Pekerjaan Terburuk untuk anak dan Undang-undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai hal yang berhubungan pekerja
anak mulai dari batas usia diperbolehkan kerja, siapa yang tergolong anak,
pengupahan dan perlidungan bagi pekerja anak. Pemerintah juga terus
mengupayakan melalui sosialisasi Road Map Menuju Indonesia Indonesia Bebas
Pekerja Anak Tahun 2022, Bulan Bebas Pekerja Anak (1 Juni), Pencanangan
Kabupaten/Kota Bebas Pekerja Anak di Kabupaten Serdang Bedagai dan
Kabupaten Gianyar. Tak hanya itu, pemerintah pun telah melakukan pencanangan
zona bebas pekerja anak di Kawasan Industri Makassar (KIMA), Karawang
International Industrial City (KIIC), Modern Cikande Industrial Estate (MCIE),
Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).
Intinya adalah peran serta masyarakat, pemerintah pusat, dan daerah serta
instansi terkait dibutuhkan untuk meningkatkan sinergisitas guna mengurangi
jumlah pekerja anak dan mengembalikannya ke dunia pendidikan serta kebaikan
dan kesejahteraan anak tidak pernah boleh dikorbankan kepada keuntungan
ekonomis. Dimana berikut juga terdapat program pemerintah yang menargetkan
Indonesia bebas pekerja anak pada tahun 2020.
11
Sumber : Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
12
2.3 Relativasi Keuntungan
Di satu pihak perlu diakui, bisnis tanpa tujuan profit bukan bisnis lagi.
Supaya bisa tahan uji dalam skrining etika, tidak perlu bisnis berubah menjadi karya
amal. Bagaimanapun juga, keuntungan merupakan unsur hakiki dalam usaha bisnis.
Dan perusahaan mau tidak mau merupakan organisasi for profit. Supaya bisa
diterima di mata etika,tidak perlu perusahaan menanggalkan sifat itu. Pada taraf
ekonomi lebih luas peran keuntungan tidak boleh diabaikan. Seluruh sistem
ekonomi pasar bebas akan ambruk, kalau keuntungan dicopot dari setiap kegiatan
bisnis. Kegagalan total sistem ekonomi komunitis di Uni Sovirt dan satelit-
satelitnya antara lain disebabkan, karena sistem ini sebagai ekonomi berencana
tidak mengenal motif keuntungan.
13
Di lain pihak keuntungan tidak boleh dimutlakkan. Dalam uraian
sebelumnya sudah diberikan alasan-alasan cukup mengapa pertimbangan etika
harus membatasi perolehan untung. Maksimalisasi keuntungan sebagai satu-
satunya tujuan perusahaan akan mengakibatkan timbulnya keadaan yang tidak etis.
Dalam hal ini sistem ekonomi pasar bebas membantu,agar keuntungan tidak
menjadi eksesif. Karena sistem ditandai kompetisi antara pelbagai perusahaan,
monopoli tidak dimungkinkan dan akibatnya tingkat keuntungan dengan sendiri
dibatasi.
14
tidak mengejar kebahagiaan demi dirinya sendiri. Kebahagiaan adalah akibat
simpangan, kalau seorang suami hidup dan bekerja untuk istri dan anak-anak.
Demikian keuntungan pun merupakan akibat sampingan dari bisnis,bukan
tujuannya sebenarnya.
Dengan demikian dan dengan banyak cara lain lagi dapat dijelaskan
relativitas keuntungan dalam usaha bisnis. Tetapi, bagaimanapun juga, keuntungan
dalam bisnis tetap perlu. Hanya tidak bisa dikatakan lagi bahwa profit merupakan
satu satunya tujuan bagi bisnis. Beberapa cara lain untuk melukiskan relativitas
keuntungan dalam bisnis, sambil tidak mengabaikan perlunya, adalah sebagai
berikut :
Satu cara lain lagi untuk menedekati tujuan perusahaan adalah melukiskan
tujuan itu sebagai the stakeholders benefit, “manfaat bagi stakeholdersí”. Konon,
istilah stakeholders untuk pertamakali muncul pada 1963 dalam sebuah
memorandum internal dari Stanford Research Institute, California.
15
Kadang-kadang stakeholders dibagi lagi atas pemangku kepentingan
internal dan eskternal. Pemangku kepentingan internal merupakan “orang dalam”
dari suatu perusahaan: orang atau instansi yang secara langsung terlibat dalam
kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham, manajer, dan karyawan. Pemegang
kepentingan eksternal adalah “orang luar” dari suatu perusahaan, seperti para
konsumen, masyarakat, dan pemerintah. Tetapi garis pemisah antara stakeholders
internal dan eksternal tidak selalu bisa ditarik dengan tajam.. Misalnya para
pemasok yang pada penjelasan sebelumnya masuk kedalam stakeholders eksternal,
namun apabila pemasok hanya memasok pada satu perusahaan saja maka akan
menjadi stakeholders internal. Nasib mereka juga seluruhnya tergantung pada nasib
perusahaan. Jika perusahaan menghentikan kegiatannya, mereka semua kehilangan
sumber pendapatannya.
Jurnal 1
Tahun : 2012
Tujuan penelitian : Artikel ini bertujuan meneliti kegelisahan para pekerja anak
yang berpotensi berbahaya dalam pekerjaannya; namun, pekerjaan mereka
16
merupakan sarana yang mereka gunakan untuk mengakses hak mereka atas
pendidikan dan peluang lainnya. Artikel ini juga menyatakan bahwa upaya
pencegahan pekerja anak harus mengenali dan dapat mengatasi segala kegelisahan
mereka. Artikel ini juga bertujuan untuk mengembangkan intervensi yang tidak
diragukan lagi dalam melayani sebagian kepentingan terbaik anak-anak yang
bekerja.
Pembahasan :
1. Lokasi Tambang
Situs penambangan emas menyediakan pekerjaan untuk lebih dari 4000 pria, wanita
dan anak-anak dari daerah setempat dan daerah-daerah lain di Ghana. Tempat ini
memiliki luas sekitar tiga hektar dihiasi dengan gubuk yang terdiri dari area tidur,
bar, restoran, kandang, penyimpanan, toko, dan sebagainya. Situs tambang ini
muncul setelah terjadi perampasan terhadap petani dan penduduk setempat lainnya
dari tanah mereka untuk membuat jalan bagi sebuah tambang industri yang dimiliki
oleh Newmont Ghana Gold Limited, anak perusahaan dari Newmont Mining
Corporation. Melalui kemiskinan yang dihasilkan dan kesulitan yang dialami oleh
penduduk daerah yang sebagian besar hidup dari tanah mereka (Armstrong, 2008),
beberapa, bergabung dengan orang-orang dari seluruh negeri, mulai kegiatan
penambangan skala kecil di lokasi ini. Situs tambang ini penuh dengan batu-batu
tajam dan puing-puing batu yang digali keluar dari lubang penambangan.
Lingkungan pada umumnya tidak sehat dan berisiko bagi mereka yang tinggal dan
bekerja di sana. Semua itu membantah fakta bahwa tempat itu teratur dan
terorganisir dengan baik..
17
2. Partisipasi anak-anak di situs tambang
Terdapat suatu yang kontras bahwa ratusan anak-anak, termasuk 57 (30 perempuan
dan 27 anak laki-laki) yang membantu dengan penelitian ini, mencari penghasilan
dari peluang ini. Banyak yang berasal dari daerah sekitar lokasi, tetapi sejumlah
besar juga berasal dari jauh seperti tiga daerah utara Ghana. Temuan yang agak
tidak terduga adalah bahwa sebagian besar mereka, tepatnya, 50 dari mereka telah
menyelesaikan wajib belajar di Ghana. Mereka yang tinggal di daerah setempat
bekerja di sekitar jam sekolah mereka atau di akhir pekan sementara para migran
datang untuk bekerja selama liburan. Anak-anak bersama anggota keluarga lainnya
bekerja di tambang emas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ribuan anak
berusia antara 15 hingga 17 tahun bekerja di tambang emas tradisional Ghana.
Padahal, aturan internasional menegaskan larangan bekerja bagi anak-anak di
industri berbahaya. Aturan internasional juga melarang anak di bawah usia 18 tahun
bekerja di area tambang. Anak-anak belia harus bekerja membanting tulang di lahan
tambang liar yang mengisi sepertiga dari industri tambang Ghana. Mereka bekerja
tanpa pengawasan dan kontrol. Anak-anak itu memasuki terowongan tambang yang
gelap gulita. Anak-anak malang itu harus membawa beban yang beratnya melebihi
berat badan mereka sendiri
Seperti di banyak negara Afrika lainnya, kerja merupakan bagian integral dari masa
kanak-kanak di Ghana (Boas dan Hauser, 2006; Whitehead dan Hashim, 2005).
Retorika lokal menunjukkan bahwa anak yang baik adalah orang yang mematuhi
orang tua mereka dan bekerja keras untuk mendukung diri mereka sendiri dan
keluarga mereka (Obeng, 1998). Oleh karena itu, ada kecenderungan budaya dan
penerimaan keterlibatan anak dalam berbagai bentuk pekerjaan. Delap (2001) dan
Grootaert (1998) juga menyatakan bahwa kemiskinan adalah faktor pendorong
yang paling penting untuk pekerja anak.
18
Alasan utama anak-anak untuk berada di situs tambang itu karena keinginan untuk
mengurus diri sendiri dan membantu keluarga mereka, tetapi yang lebih penting,
untuk mengakses pendidikan, kesehatan, rezeki dan peluang lainnya yang tidak
dapat dijangkau mereka sebelum bekerja di sana. Seperti beberapa pernyataan yang
dicatat:
“Saya tidak akan melakukan pekerjaan ini jika saya tidak ingin pergi ke sekolah.
Ayah saya dan saya dulu bekerja di pertanian orang-orang pada awalnya tetapi suatu
hari dia memutuskan akan lebih baik jika saya bersekolah sebagai gantinya. Dia
tidak bisa selalu memberi saya uang sekolah jadi saya datang ke sini untuk
mendapatkan uang yang saya tabung untuk sekolah”. (Yakobus, 14)
“Saya ingin menjadi perawat ketika saya tumbuh dewasa karena saya dapat
memperoleh penghasilan yang cukup untuk mengurus diri saya dan keluarga saya.
Saya tahu jika saya tidak pergi ke sekolah, saya tidak pernah bisa menjadi perawat
dan itulah mengapa saya bekerja di sini. Segalanya sulit tetapi jika saya berhenti
sekolah, saya hanya akan tinggal di desa tanpa melakukan apa-apa dan menyia-
nyiakan hidup saya sehingga saya akan terus bekerja”. (Julie, 14)
Dalam upaya membantu pekerja anak, harus diakui bahwa banyak orang
menghadapi dua situasi ekstrem: "bahaya penghidupan ekstrim" dari kurangnya
sumber daya dan "bahaya kerja ekstrim" dari keterlibatan yang mereka lakukan
sebagai akibatnya. Saat ini, pembuat kebijakan dan mereka yang bekerja dengan
pekerja anak lebih menekankan pada penghapusan yang terakhir. Tidak diragukan
lagi, anak-anak menghadapi bahaya di hadapan mereka dalam pekerjaan
penambangan emas rakyat tersebut. Namun, menolak keterlibatan mereka tanpa
memperhitungkan dengan benar defisit yang pasti akan mereka derita, mungkin
juga bukan kepentingan terbaik mereka. Oleh karena itu, setiap intervensi yang
berupaya mengakhiri pekerjaan mereka di situs tambang harus sama-sama
menangani masalah yang menjadikan mereka berpartisipasi dan pekerja pada situs
tambang tersebut.
19
Jurnal 2
Tahun : 2013
Pembahasan :
Teori stakeholder yang populer pada tahun 1980-an menunjukkan bahwa korporasi
melihat teori pemegang saham (stockholder) tentang maksimalisasi laba, dan
memperhitungkannya mempertimbangkan kelompok pemangku kepentingan lain
yang dikaitkan dengan korporasi, dan yang berkontribusi pada pencapaian
perusahaan. Jurnal ini membahas mengapa teori pemegang saham dari model tata
kelola perusahaan gagal mengatasi masalah yang tidak etis mengenai praktik bisnis
manajemen perusahaan. Secara keseluruhan, jurnal ini berpendapat bahwa
penerapan teori etis deontologis dan teleologis bisa membantu dewan direksi
mengelola masalah-masalah pemangku kepentingan perusahaan mereka untuk
kepentingan perusahaan dan pemangku kepentingannya.
Masalah tata kelola perusahaan berpusat pada apakah Shareholder atau Stakeholder
adalah yang terbaik untuk perusahaan dan masyarakat, maka dari itu dewan
perusahaan harus mengikuti dalam urusan pengelolaan perusahaan (Sun, 2002).
Maka dari itu dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pengembangan sebuah
perusahaan harus memiliki konsep Shareholder ataupun Stakeholder. Dalam masa
ke masa, untuk kedua konsep tersebut memiliki perkembangan sendiri, pada awal
20
mula konsep tata kelola perusahaan Shareholder memiliki peran lebih awal dan kuat
dalam tata kelola perusahaan. Dimana dalam konsep tata kelola perusahaan
Shareholder lebih dekat dengan Stockholder. Dimana Stockholder menekankan
kepentingan perusahaan pada kepentingan pemilik modal, jadi dimana kebijakan
serta pengambilan keputusan bisnis perusahaan berbasis pada kepentingan pemilik
modal, dimana pada konsep ini, pemilik modal memiliki peran yang sangat kuat
pada tujuan serta arah sebuah perusahaan. Dan dalam perkembangan konsep ini,
Stockholder berkembang menjadi Shareholder, dimana perbedaanya adalah pada
pusat kepentingan perusahaan mengalami pelebaran, yaitu pada ranah Top
Manajemen, sehingga arah serta keputusan perusahaan berbasis pada pemegang
modal serta pertimbangan Top Manajemen. Sehingga dua belah pihak ini
berkontribusi pada arah perusahaan kedepan. Adanya penambahan kepentingan ini
menjadikan segala keputusan kebijakan perusahaan menjadi lebih efektif dan
efesien dengan berbagai pertimbangan fakta dan data, Arah keputusan perusahaan
ini pada tahap Shareholder lebih melebar namun masih terpusat. Terpusat pada Top
Manajemen serta Pemegang Modal. Semakin berkembangnya teknologi dan
banyaknya permasalahan serta kasus baru mengenai tata kelola perusahaan, maka
pengembangan Stockholder menjadi Shareholder menemui babak selanjutnya,
perkembangan ini terjadi karena pengaruh permasalahan konsep tata kelola yang
baru pada konsep tata kelola Stockholder dan Shareholder. Sama seperti
pekembangan kepentingan pada konsep sebelumnya, perkembangan kepentingan
menjadi semakin melebar menjadi tahap Stakeholder yang dimana pelebaran terjadi
pada arah kepentingan serta tujuan perusahaan harus sesuai dengan kepentingan
dan tujuan para pemangku kepentingan yang ada diperusahaan tersebut. Pada
konsep tata kelola Stakeholder, mengedepankan kebaikan pada tujuan serta
kepentingan perusahaan agar memuaskan atau agar adil pada tiap pemangku
kepentingan di perusahaan tersebut. Stakeholder lebih mudah diterima oleh unsur
perusahaan karena pada teori Stakeholder, terbagi menjadi dua, yaitu yang
berhubungan langsung dengan perusahaan dan yang tidak berhubungan langsung
perusahaan. Yang pada intinya teori Stakeholder menyeluruh pada tiap peran dan
unsur perusahaan.
21
Pendekatan Analitis terhadap Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Freeman (1984), mengusulkan kerangka kerja, yang cocok untuk tiga tingkat
pemangku kepentingan yaitu analisis - tingkat rasional, proses dan transaksional.
Pada tingkat rasional, sebuah pemahaman tentang siapa para pemangku
kepentingan korporasi dan apa mereka mengetahui yang dirasakan sangat
diperlukan. Pada tingkat proses, penulis mengklaim bahwa perlu untuk memahami
bagaimana
organisasi baik secara luar dan dalam saat mengelola hubungannya dengan
stakeholder dan apakah proses ini sesuai dengan peta stakeholder yang rasional
dengan organisasi. Pada tingkat transaksional, kita harus memahami rangkaian
transaksi atau tawar-menawar di antara perusahaan dan pemangku kepentingannya
dan menyimpulkan apakah negosiasi ini sesuai dengan peta pemangku kepentingan
dan proses organisasi untuk para pemangku kepentingan.
Kesimpulan
22
manajemen sebagai akibat dari peristiwa eksternal yang berada di luar kendalinya.
Terserah manajemen untuk mencari tahu siapa pemangku kepentingan perusahaan
mereka dan apa yang mereka butuhkan. Penerapan pendekatan etis deontologis dan
teleologis untuk bisnis dalam keputusan yang memiliki nilai etika, dengan
memperhitungkan kepentingan stakeholder perusahaan dapat membantu
perusahaan tersebut memaksimalkan nilai shareholder, dan pergi bersama-sama
memenuhi kepentingan stakeholder.
JURNAL 3
Tujuan
Isi
Banyak karyawan, baik secara sepihak atau melalui perusahaan yang baru-pedoman
pemerintah tertentu, memasuki dunia baru etika kerja dan usaha kerja. Tempat
produksi yang lebih kecil produksi yang berjalan pendek dan divisi tumbuh dari
tenaga kerja dengan mengacu pada keterampilan hirarki dan untuk durasi kerja yang
cepat menjadi normal. Dan di sinilah letak dilema moral untuk manajemen dalam
arti deontologis – manajemen memiliki tugas untuk pekerja. Banyak penekanan
harus ditempatkan pada karyawan pemerintahaan seperti pada pemerintahan tingkat
dewan. Tidak hanya untuk kepentingan perusahaan kecil tapi diatas semua untuk
kepentingan masyarakat.
23
Hasil penelitian
Komite yang ditunjuk perusahaan untuk memastikan bahwa pemerintah yang baik
adalah dipraktekkan di berbagai isu yang hubungannya dengan audit, remunerasi
dan janji. Namun, perdebatan tentang pemerintah sebagian besar diabaikan
pentingnya pemerintah yang baik di antara semua para karyawan. Ditemukan
bahwa pemerintahan di tingkat karyawan memerlukan kode etik yang tidak hanya
tentang benar dan salah,namun menekankan rasa kontrak tugas untuk sesama
karyawan pemangku kepentingan dalam perusahaan. Ini mendefinisikan esensi dari
kewajiban dan tugas dalam pemangku perusahaan s-perusahaan.
2.6 Kasus terkini yang berkaitan dengan materi keuntungan sebagai tujuan
perusahaan
"Dari tahun 2009 sampai saat ini korban eksploitasi sudah berjumlah 600 orang.
Tetapi kasus yang baru terungkap hanya satu, yang saat ini tengah disidangkan di
PN Semarang," kata Retno di Kantor KPAI, Menteng Jakarta Pusat, Selasa
(3/4/2018).
Selain itu Retno pun menjelaskan dari data yang dia peroleh dari DP3AKB Jawa
Tengah, bahwa di tahun 2018 siswa yang telah menjadi korban eksploitasi sebanyak
24
138 orang, yang terdiri dari 86 siswa dari NTT dan Jawa Timur serta 52 siswa yang
berasal dari SMK Kendal.
"Sampai saat ini pelaku program magang palsu tersebut sudah menjadi terdakwa,
yaitu Direktur PT Sofia, Windy yang bekerja sama dengan PT Walet Maxim
Birdnest milik Albert Tei di Selangor Malaysia. Untuk yang di NTT belum ada
tertuduhnya," ungkapnya.
Analisis Kasus :
25
lalu di singapura telah berhasil memikat konsumen di Indonesia dengan konsep
penjualan eskrim di toko kelontong dengan harga murah namun rasa tidak kalah.
Dibalik kesuksesan aice yang menarik banyak konsumen di Indonesia namun ada
beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Berdasarkan portal berita tirto.id
disebutkan bahwa 644 dari 1.233 buruh yang bekerja pada pembuatan eskrim aice
merasa dirugikan oleh perusahaan karena tidak diberikan hak yang sesuai. Ada
beberapa kasus yang menjadi latar melatar belakanginya. Seperti,kisah Heti
Kustiati yang mengalami pingsan pada tangga 14 november 2017. Padahal saudara
Heti ini tidak memiliki riwayat penyakit. Setelah di periksa ke dokter Heti
dinyatakan mengalami penyakit bronkitis karena menghirup gas amonia yang bocor
pada pabrik. Sementara Acil, mata kanannya pernah meradang dan bengkak karena
tepercik cairan soda api. PT AFI tak memberikan pertolongan apa pun meski ia
hanya bisa melihat dengan mata kiri saja saat itu. Ia tidak diperbolehkan izin pulang
untuk istirahat akan tetapi disuruh tidur di musala pabrik. Dalam satu peristiwa lain,
seorang buruh bernama Ahmad Supriyanto meninggal dalam peristiwa kecelakaan
di jalan saat menuju pabrik dengan mengendarai sepeda motor. Nyawanya tak
tertolong karena tidak memiliki BPJS.
Kasus lain yang dialami gugun seorang buruh aice pemotong plastik. Pada tanggal
16 Mei 2017, mesin pemotong bermasalah. Ia bergegas memanggil pekerja bagian
mekanik. Saat diminta petugas mekanik untuk menarik plastik yang tersangkut
mesin, tanpa berpikir panjang Gugun melakukannya.
Jarinya terpotong. Darah mengucur deras. Peristiwa itu berlangsung cepat. Gugun
dibawa ke rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Aprilia Medika di Setu, Cikarang.
Kini jarinya yang terpotong sering ngilu. Ia kehilangan kekuatan untuk
menggenggam.
Analisis permasalahan :
26
• Upah harian menyalahi uu ketenagakerjaan 13/2003
• Buruh bekerja dengan upah 2,9 juta dari yang seharusnya 3,2 juta (UMR)
Solusi
"Dalam hal ini (penyelidikan) khusus. Kami dibantu dan didampingi KLHK mulai
dari ambil sampel limbah dari pabrik dan sampel air sungainya," ujar Kapolda
Jabar, Irjen pol Agung Budi Maryoto seusai menghadiri Audiensi Dalam Rangka
Mendukung Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum di
Hotel Hilton, Kota Bandung, Rabu (1/8/2018).
27
Menurut Kapolda, saat penyelidikan, proses pengambilan sampel dilakukan untuk
membandingkan kadar air limbah pabrik dengan air sungai, untuk menentukan ada
tidaknya korelasi dengan melihat baku mutu sesuai undang-undang lingkungan
hidup.
Jika saat penyelidikan ditemukan limbah cair yang dibuang perusahaan melebihi
baku mutu yang telah ditentukan, maka kata dia, polisi akan menaikkan status
penyelidikan ke penyidikan.
"Karena untuk menentukan kasus lingkungan ini tidak segampang itu. Prosesnya
tetap merujuk pada penegakkan hukum lingkungan," ujarnya.
Memang, lanjut dia, beberapa perusahaan penghasil limbah cair yang ada di DAS
Citarum sudah memperbaiki IPAL serta kinerja pengolahan limbahnya. Namun,
masih banyak juga perusahaan yang belum memperbaiki IPAL-nya.
"Ada 21 perusahaan lain yang masih dalam penyidikan dan belum P21. Nah 39
perusahaan lainnya itu KLHK akan memberikan sanksi administrasi dulu," kata
Kapolda.
Analisis Kasus
Kasus diatas berikut merupakan kasus yang sangat meresahkan masyarakat serta
sangat berbahaya pada masyarakat secara umum serta kesehatan masyarakat secara
khusus, karena perusahaan tersebut membuang limbah yang memiliki kandungan
berbahaya ke sungai Citarum sehingga menyebabkan polusi dan secara langsung
berbahaya pada masyarakat sekitar.
Pada kasus ini dapat diketahui bahwa pembuangan limbah oleh perusahaan ke
sungai Citarum dilakukan secara sadar, pasti dalam pelaksanaan pembuangan
28
limbah ke sungai Citarum mengesampingkan beberapa aspek, standar, dan
peraturan yang pastinya sudah ditentukan oleh Pemerintah.
Memang pada awalnya kasus tersebut dapat menguntungkan beberapa pihak saja,
semisalnya menguntungkan beberapa manajemen karena dapat memotong ongkos
pengolahan limbah agar lebih terstreril dan tidak berbahaya pada lingkungan
sekitar. Namun, pada akhirnya saat kasus ini terungkap, perusahaan secara
keseluruhan akan mengalami kerugian yang besar. Karena perusahaan tersebut
dapat dijatuhi sanksi operasi oleh pemerintah, sehingga perusahan tidak dapat
beroperasi lagi. Dan pada akhirnya, seluruh perusahaan akan mengalami kerugian.
Solusi
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Tidak bisa diragukan, pekerjaan yang dilakukan oleh anak (child labor)
adalah suatu tindaka tidak etis dan melanggar hukum yang berdampak buruk
bagi banyak pihak
4. Suatu cara lain untuk mendekati tujuan perusahaan adalah melukiskan tujuan
itu sebagai the stekeholders ‘benefit,” manfaat bagi stekeholders “.
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Okyere, Samuel. 2012. Are Working children’s rights and child labour abolition
complementary or oposing realms?. Sage Journal, 56(1), 80-91.
Nwanji, Tony Ike & Kerry E. Howell (2013). The Stakeholder Theory In The
Modern Global Business Environment International Management Journals, 1(1),
8-9
31