You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Terminal” ini. Makalah ini disusun untuk pedoman dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien tahap terminal di RSUD Kalideres.

Selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Dalam penyusunan
Makalah ini penulis juga memberi kesempatan kepada pembaca, kiranya berkenan memberi
kritikan dan saran yang bersifat membangun dengan maksud meningkatkan pengetahuan penulis
agar lebih baik dalam karya selanjutnya.

Jakarta, 22 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………..……..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............…………………………………….
B. Tujuan............……………………………………….………
C. Rumusan Masalah……………………………………………
D. Ruang Lingkup…………………………………….….…….
E. Metode Penulisan …………………………………..……..…
F. Sistematika Penulisan……………………………..…………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Terminal dan Menjelang Ajal…………………
B. Konsep Materi……………………………………………….
C. Askep :
1. Pengkajian dan factor yang perlu dikaji
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Evaluasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat
sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal
dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien
yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah
membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ),
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat
untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut
pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual
ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama
untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan
perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu
berada di samping perawat.

B. Rumusan Masalah
Setelah kami melakukan observasi pada pasien yang dirawat di RSUD Kalideres, kami
menemukan beberapa pasien dengan kondisi terminal, sehubungan dengan itu dapat
dirumuskan masalah bagaimana askep pada pasien tahap terminal ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tahap Terminal dan mengetahui apa yang
menjadi hak dan kewajiban pasien terminal agar sesuai dengan yang seharusnya.

2. Tujuan Khusus
Teridentifikasi :
a. Kondisi seseorang yang mendekati kematian.
b. Konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.
c. Askep pasien tahap terminal

D. Ruang Lingkup
Dalam Penulisan makalah ini kelompok kami menggunakan metode kepustakaan dan internet.

E. Manfaat
Mengetahui dan dapat bertidak sesuai dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan perainya
agar tidak ada yang merasa dilebihkan atau dikurangkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi
bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu
kecelakaan.

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999).

Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau
mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu
menunggu yang tua.

B. Faktor Predisposisi
1. Usia
2. Lingkungan social dan budaya
3. Factor jenis kelamin
4. Factor tingkat pendidikan
5. Factor ekonomi
6. Factor pengetahuan
7. Factor lama rawat inap
8. Factor perawat
C. Pathway

Penyakit terminal

Fase denial Fase anger Fase bergaining Fase depresi Fase acceptance

Syok Marah Tawar Ggn.Hubungan Menerima


menawar sosial kondisi

Mengingkari Takut akan Merasa tidak Mempersiapkan


dosa berharga mental
Kondisi

Takut akan Penarikan diri dan


Tidak percaya kematian lingkungan sosial

Resiko bunuh
diri

Factor usia Factor Factor jenis Factor


lingkungan kelamin tingkat
social dan pendidikan
budaya

Factor Factor Factor lama Factor caring


ekonomi pengetahuan rawat inap perawat

Duka cita Kehilangan Ketidakefektifan Ketidakmampuan


koping koping keluarga
D. Klasifikasi
1. Penyakit – penyakit kanker stadium akhir.
2. Penyakit – penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Failure (CRF)
4. Stroke Multiple Sclerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.
7. Diabetes Mellitus tipe II.

E. Tanda dan Gejala


1. Ciri – ciri penyakit terminal :
a. Penyakit tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnose medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif

2. Fisik :
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki dan ujung
jari
b. Aktivitas dari GI berkurang
c. Reflex mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
f. Napas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang – kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri

3. Psikososial
Sesuai fase – fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari respon –
respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam, dan hasilnya sebagai berikut :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah, keakutan, cara tertentu untuk
mengatur tangan.
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian
mengendor.
3) Rasa sedih diungkapn dengan mata setengah terbuka/menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan dan ketidakmampuan untuk berhubungan secara
interpersonal serta akibat penolakan. Dr.Elisabeth Kubler-Ross telah mengidentifikasi
lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terjadi pada pasien
dengan penyakit terminal.
1) Menolak (Denial)
Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan
menunjukkan reaksi menolak.
Reaksi pada fase ini :
Psikologi
a) Syok
b) Tidak percaya
c) Tidak tahu harus berbuat apa
d) Mengingkari kenyataan

Fisik
a) Letih
b) Lemah
c) Pucat
d) Mual
e) Diare
f) Menangis
g) Gangguan pernapasan
h) Gelisah
i) Detak jantung meningkat

2) Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal
yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
Reaksi pada fase ini :
Perilaku
a) Agresif
b) Bicara kasar
c) Menyerang orang lain
d) Menolak pengobatan
e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten

Fisik
a) Muka merah
b) \denyut nadi cepat
c) Gelisah
d) Susah tidur
e) Tangan mengepal
3) Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
4) Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
Reaksi pada fase ini :
Perilaku
a) Menunjukkan sikap menarik diri
b) Kadang bersikap sangat penurut
c) Tidak mau bicara
d) Menyatakan keputusasaan
e) Rasa tidak berharga
f) Bisa muncul keinginan bunuh diri

Gejala fisik
a) Menolak makan
b) Susah tidur
c) Letih
d) Libido turun

5) Menerima atau Pasrah (Acceptance)


Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat
membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang
terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat,
menulis surat wasiat.
Reaksi pada fase acceptance :
a) Reorganisasi perasaan kehilangan
b) Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
c) Menerima kenyataan kehilangan.
d) Mulai memandang ke depan.

F. Hak Individu Yang Akan Meninggal (Tahap Terminal)


1. Hak diberlakukan sebagaiman manusia hidup sampai ajal tiba.
2. Hak untuk mempertahankan harapannya tidak peduli apapun perubahan yang terjadi
3. Hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memmpertahankan harapannya, apapun
perubahan yang terjadi.
4. Hak untuk mengungkapkan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang
dihadapinya sesuai dengan kepercayaannya.
5. Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatannya.
6. Hak untuk memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan.
Walaupun tujuan penyembuhan harus diubah memberikan rasa nyaman.
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit.
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan
agar dapat menerima kematiannya.
11. Hak untuk meninggal dalam keadaan damai dan bermantabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang
bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya.
13. Hak untuk memperdalam kepercayaannya, apapun artinya bagi orang lain.
14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang
bersangkutan meninggal.

G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tahap Terminal


1. Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk
dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam
hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993)
menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu:
a. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
b. Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis.
c. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
d. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti terjadi.
e. Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun social-spiritual.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :


a. Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
b. Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang
diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa
terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya :
Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi
penyakit mis gagal ginjal.
c. Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
d. Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
e. Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
f. Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
g. Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada
kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon
emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu
lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi
atau barrier komunikasi.
i. Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang
dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :


a. Faktor Fisik
b. Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada
fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran,
nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
c. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin
mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus
respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan
diri.
d. Faktor Psikologis
e. Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka
dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi
wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan
harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien
terminal.
f. Faktor Sosial
g. Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada
kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi,
dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri,
sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani klien.
h. Faktor Spiritual
i. Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana
sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada
Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-
saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani
disaat-saat terakhirnya.
j. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal
nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu
dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal.
Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
k. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus
mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus
sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

Tanda-tanda Kematian :
a. Dini :
1) Pernafasan terhenti, penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi auskultasi.
2) Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3) Kulit pucat.
4) Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5) Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca kematian.
6) Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10 menit (hilang dengan
penyiraman air.
b. Lanjut (Tanda pasti kematian)
1) Lebam mayat (livor mortis).
2) Kaku mayat (rigor mortis).
3) Penurunan suhu tubuh (algor mortis).
4) Pembusukan (dekomposisi).
5) Adiposera (lilin mayat).
6) Mumifikasi

Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai sistem Organ.
a. Sistem Gastrointestinal: Anorexia, konstipasi, mulut kering dan bau, kandidiasis dan
sariawan mulut.
b. Sistem Genitourinaria : Inkontinensia urin.
c. Sistem Integumen : Kulit kering (pecah-pecah) dan dekubitus.
d. Sistem Neurologis : Kejang.
e. Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi dan depresi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Dukacita
Definisi : Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan
kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari
mereka.
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan tingkat aktivitas
2) Perubahan pola mimpi
3) Perubahan fungsi imun
4) Gangguan fungsi neuroendokrin
5) Marah
6) Menyalahkan
7) Berpisah/menarik diri
8) Putus asa
9) Disorganisasi/kacau
10) Gangguan pola tidur
11) Mengalami kelegaan
12) Memelihara hubungan dengan klien dengan penyakit terminal
13) Membuat makna kehilangan
14) Kepedihan
15) Perilaku panic
16) Pertumbuhan personal
17) Distres psikologis
18) Menderita

Faktor yang berhubungan :


1) Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
2) Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
3) Kematian orang terdekat
4) Kehilangan objek penting
b. Ketidakefektifan Koping
Defenisi : Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak
adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau tidak mampuan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia.
Batasan Karakteristik :
1) Perubahan pada pola komunikasi yang biasa
2) Penurunan penggunaan dukungan social
3) Perilaku destruktif terhadap orang lain
4) Letih, Angka penyakit yang tinggi
5) Ketidak mampuan memperhatikan informasi
6) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
7) Ketidak mampuan memenuhi harapan peran
8) Pemecahan masalah yang tidak adekuat
9) Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
10) Kurangnya resolusi masalah
11) Konsentrasi buruk
12) Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
13) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
14) Pengambilan resiko, gangguan tidur
15) Penyalahgunaan zat
16) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaptif

Faktor yang berhubungan :


1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman, melepas tekanan
2) Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3) Perbedaan gender dalam strategi koping
4) Derajat ancaman yang tinggi
5) Ketidak mampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6) Sumber yang tersedia tidak adekuat
7) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan
8) Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi masalah
9) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
10) Ketidak adekuatan kesempatan bersiap terhadap stressor
11) Krisis muturasi, krisis situasi
12) Ragu

c. Ketidakefektifan Koping Keluarga


Defenisi : Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang
membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif
menangani tugas penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
Batasan Karakteristik :
1) Pengabaian
2) Agresi agitasi
3) Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
4) Peningkatan ketergantungan klien
5) Depresi
6) Membelot
7) Tidak menghormati kebutuhan klien
8) Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan
9) Permusuhan
10) Ganguan Individualisasi
11) Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri sendiri
12) Intoleran
13) Perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia
14) Hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain
15) Terlalu khawatir terus menerus mengenai klien
16) Psikosomatis
17) Penolakan
18) Merasakan tanda penyakit klien

Faktor Yang Berhubungan


1) Penanganan resistensi keluarga terhadap pengobatan yang berubah – ubah
2) Gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat dengan klien untuk menangani
tugas adaptif
3) Gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat
4) Hubungan keluarga yang sangat ambivalen
5) Orang terdekat lama tidak mengungkapkan perasaan (miasalkan rasa bersalah, cemas,
permusuhan, putus asa)

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Duka cita NOC : NIC : 1. Pengungkapan
Depresion system 1. Tentukan pada secara verbal
Kriteria hasil : tahap berduka perasaan dalam
1. Menunjukkan mana pasian suatu lingkungan
rasa pergerakan terfiksasi. yang tidak
ke arah resolusi Identifikasi mengancam
dari rasa duka perilaku-perilaku dapat membantu
dan harapan yang berhubungan pasien sampai
untuk masa dengan tahap ini. kepada hubungan
depan 2. Kembangkan dengan
2. Fungsi pada hubungan saling persoalan-
tingkat adekuat, percaya dengan persoalan yang
ikut serta dalam pasien. Perlihatkan belum
pekerjaan dan empati dan terpecahkan.
AKS perhatian. Jujur dan 2. Latihan fisik
tepati semua janji memberikan
3. Perlihatkan sikap suatu metode
menerima dan yang aman dan
membolehkan efektif untuk
4. Pengkajian data mengeluarkan
dasar yang akurat kemarahan yang
adalah penting terpendam.
untuk perencanaan 3. Pengetahuan
keperawatan yang tentang perasaan-
efektif bagi pasien perasaan yang
yang berduka. wajar yang
5. Rasa percaya berhubungan
merupakan dasar dengan setiap
untuk suatu tahap.
kebutuhan yang 4. Dorong pasien
terapeutik. untuk meninjau
6. Sikap menerima hubungan dengan
menunjukkan konsep
kepada pasien kehilangan.
bahwa anda pasien 5. Komunikasikan
untuk kepada pasien
mengekspresikan bahwa menangis
perasaannya secara merupakan hal
terbuka yang
7. Dorong pasien dapat diterima.
untuk 6. Bantu pasien
mengekspresikan dalam
rasa marah. memecahkan
8. Bantu pasien untuk masalahnya
mengeluarkan sebagai dengan
kemarahan yang berduka yang
terpendam dengan normal dapat
berpartisipasi menolong
dalam mengurangi
aktivitas-aktivitas beberapa
motorik kasar (mis, perasaan bersalah
joging, bola menyebabkan
voli,dll) timbulnya
9. Ajarkan tentang respon-respon
tahap-tahap ini.
berduka 7. Pasien harus
yang normal dan menghentikan
perilaku yang persepsi
yakin bahwa ia idealisnya
merupakan dan mampu
seseorang pribadi menerima baik
yang bermakna. aspek positif
Rasa percaya maupun negatif
Meningkat dari konsep
kehilangan
10. Dorong pasien sebelum proses
untuk berduka selesai
menjangkau seluruhnya.
dukungan spiritual 8. Menangis
selama waktu ini merupakan hal
dalam bentuk yang wajar dalam
apapun yang menghadapi
diinginkan kehilangan
untuknya 9. Umpan balik
positif
meningkatkan
harga diri dan
mendorong
usaha untuk
menentukan
metoda-metoda
koping yang
lebih
adaptif terhadap
pengalaman
kehilangan.
10. Memenuhi
kebutuhan
spiritual klien

2. Ketidakefektifan NOC : NIC 1. Informasi dapat


Koping Decision making Decision making mengurangi
Role inhasmet 1. Menginformasikan perasaan tanpa
Sosial suport klien alternatif harapan dan tidak
Kriteria hasil : atau berguna.
1. Mengidentifikasi solusi Keikutsertaan
pola koping lain penanganan dalam perawatan
yang efektif 2. Memfasilitasi akan
2. Mengungkapkan klien meningkatkan
secara verbal untuk membuat perasaan kontrol
tentang koping keputusan dan harga diri.
yang efektif 3. Bantu klien untuk 2. Meningkatkan
3. Mengatakan mengidentifikasi perasaan kontrol
penurunan stres keuntungan, dan keikutsertaan
Klien kerugian dari dalam situasi
keadaan orang terdekat
tidak dapat
berbuat banyak
3. Memberikan
wawasan
mengenai
pemikiran,/faktor-
faktor yang
berhubungan
dengan situasi
individu.
Kepercayaan
akan
meningkatkan
persepsi pasien
tentang situasi
dan partisipasi
dalam regimen
keperawatan.

Role inhancement 1. Menurunkan


1. Bantu klien untuk ansietas dan
mengidentifikasi menyediakan
macam – macam kontrol bagi
nilai kehidupan pasien
2. Bantu klien selama situasi
identifikasi krisis
strategi 2. Untuk mengatasi
dalam situasi ketegangan dan
dimana orang memelihara rasa
terdekat tidak kontrol individu
dapat berbuat
banyak.
1. Menyiapkan
Coping enhancement status mental
1. Anjurkan klien pasien agar
untuk mampu menerima
mengidentifikasi perubahan peran
gambaran yang terjadi
perubahan 2. Agar pasien yakin
peran yang realistis Dan mau
2. Gunakan kooperatif dalam
pendekatan tenang Pemberian
Dan meyakinkan informasi
3. Hindari 3. Pasien lebih
pengambilan mampu menerima
keputusan pada informasi dengan
saat klien berada jelas
dalam stres berat 4. Agar keluarga
4. Berikan informasi bisa mengerti dan
actual yang terkait menerima
dengan diagnosis, sehingga tahap
terapi dan anger bisa ditekan
prognosis

Intervensi lainnya : 1. Memonitor


1. Mengobservasi perkembangan
TTV klien status kesehatan
2. Memenuhi pasien
kebutuhan dasar 2. Menghargai
klien kehidupan klien
dengan tetap
memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhannya
demi
mempertahankan
hidupnya

3. Ketidakmampuan NOC NIC 1. Pasien


koping keluarga Family coping, Coping mendapatkan
disable enhanchement dukungan dan
Perenting,impaired 1. Bantu keluarga bantuan dari
Therapeutic dalam mengenal keluarga dalam
regimen masalah menghadapi
management, 2. Dorong partisipasi penyakitnya
ineffective keluarga dalam 2. Partisipasi
Violence: semua pertemuan seluruh
other kelompok anggota keluarga
directed, risk for 3. Dorong keluarga dalam
Kriteria hasil untuk menyelesaikan
1. Hubungan memperlihatkan masalah yang
Pemberi asuhan kekhawatiran dan efektif
klien:interaksi untuk membantu 3. Simpati dari
dan hubungan perawatan keluarga
yang positif pascahospitalisasi meningkatkan
antara pemberi 4. Bantu memotivasi harga diri pasien.
dan penerima keluarga untuk 4. Membantu orang
berubah membantu terdekat dengan
pasien untuk
meyakinkan
pasien

You might also like