You are on page 1of 64

i

PEMBUATAN KONTROL PH DAN LEVEL PADA


DIGESTER ASETOGENESIS SISTEM BIOGAS DUA
TAHAP BERBASIS MIKROKONTROLLER

The Manufacturing Of pH Control and Level in Acetogenesys Dygester Two


Stages Biogas System Based On Microcontroller

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
DIPLOMA III PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Di Jurusan Teknik Konversi Energi

Oleh
CEPI ARIFIN
141711039

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


20
ABSTRAK

Digester dua tahap atau biasa disebut Multi Stage adalah sistem biogas dengan
menggunakan dua digester, dimana digester pertama digunakan untuk proses
asetogenesis kemudian menuju digester kedua sebagai umpan untuk reaksi
metanogenesis. Organisme pada tahapan asetogenesis dipengaruhi oleh kondisi
pH. Bakteri asetogenesis optimumnya bekerja pada pH 5-6 Oleh karena itu dibuat
suatu sistem kontrol pH pada digester aseto dengan berfungsi untuk mengontrol
nilai pH pada digester aseto sehingga bakteri bekerja optimum dan pemantauan
ketinggian level fluida sebagai pengaman pada sistem. Sistem kontrol pH dan
Level ini menggunakan mikrokontroller arduino dengan input berupa pH sensor
df robot sku Sen0160 dan sensor level ultrasonik HC-SR04 kemudian outputnya
berupa solenoid valve dan nilai pengukuran sensor ditampilkan pada LCD (Liquid
Crystal Display). Digester asetogenesis yang dilengkapi dengan kontrol pH dan
level ini nilai setpoint nya tercapai pada hari kedelapan dengan nilai pH = 5,85
dan level digester 19,2 liter dengan kondisi buzzer on dan solenoid valve off.

Kata kunci : Digester Dua Tahap, Asetogenesis, Sistem Kontrol pH dan


Level, Mikrokontroller.

ii
ABSTRACT

Multi Stage Dygester is making biogas using two digester, where the first
digester is used to acetogenesis procss then second digester is used to
methanogenesis process. The organisms in the acetogenesis stage are affected by
pH conditions. The optimum acting bacteria work at pH 5-6 Therefore a pH
control system is developed on the aseto acetone to control the pH value of the
aseto so that the bacteria work optimum and to monitor the fluid level level as the
safety of the system. This pH and Level control system uses arduino
microcontroller with pH sensor input and its output is solenoid valve and LCD
(Liquid Crystal Display).

Keywords: Multi Stage Digester, Acetogenesis, pH and Level Control System,


Microcontroller.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah manusia serta taraf hidup
masyarakat sehingga konsumsi energi di indonesia ini semakkin meningkat pula.
Energi yang paling umum dipergunakan sekarang ini adalah energi yang berasal
dari energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Energi yang berasal dari fosil
terutama minyak bumi persediaannya sudah sangat terbatas (Wahyuni, 2009).
Sebagai pengganti energi fosil yang pasti akan habis adalah energi baru
terbarukan (renewable and sustain-able energy) yang salah satunya adalah
biogas.
Biogas merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi
(pembusukan) dari material organik kompleks menjadi materi sederhana secara
anaerob (tanpa oksigen) dengan bantuan suatu mikroba. Bahan baku biogas ialah
materi organik seperti kotoran manusia, kotoran hewan, sampah yang berbentuk
organik dan sampah produk pertanian.
Pembentukan biogas yang terjadi dalam satu tahap digester dimana semua
tahapan pembentukan biogas terjadi sekaligus didalam satu digester tersebut, yaitu
pembentukan asam asetat (proses asetogenesis) dan pengubahan asam asetat
menjadi gas metan (proses metanogenesis). Biogas dengan menggunakan sistem
satu tahap memiliki kelemahan yaitu biogas yang dihasilkan kurang sempurna
yang disebabkan oleh mikroba pembentukan asam asetat dan mikroba
pembentukan gas metan berada pada satu digester sehingga sulit dalam proses
penguraian oleh masing-masing mikroba. Oleh karena itu, dilakukan
pengembangan teknologi biogas untuk meningkatkan produksi biogas yang
maksimal, salah satunya dengan teknologi biogas fermentasi dua tahap. Biogas
fermentasi dua tahap secara garis besar yaitu memisahkan proses asetogenesis
yang menghasilkan asam asetat dan proses metanogenesis yang menghasilkan gas
metan.

I.1
I.2

Proses asetogenesis bereaksi pada nilai pH ≤ 6 sedangkan pada proses


metanogenesis bereaksi pada nilai pH = 7. Hal ini disebabkan pada proses
asetogenesis produk yang dihasilkan adalah asam asetat dan senyawa asam
lainnya yang mempengaruhi nilai pH menjadi asam. Nilai pH yang asam
menyebabkan bakteri metanogen tidak bekerja optimal, sehingga mempengaruhi
proses metanogenesis pada produk metan yang dihasilkan (Ambriani, 2014).
Sistem kontrol pH pada kisaran yang tepat diperlukan agar menjadi efisien.
Pencernaan anaerobik substrat organik memerlukan gabungan kerja beberapa
kelompok mikroorganisme, dimana bakteri methanogen ini sensitif terhadap pH
rendah. Operasi sistem yang tepat dan kontrol proses yang cermat diperlukan
untuk memastikan stabilisasi pH limbah organik yang efisien dan stabil produksi,
tetapi juga untuk mencegah digester dari gangguan dan potensi kegagalan sistem
(A.R. Labatut, 2011).
Ketertarikan penulis untuk membuat sebuah sistem yang dapat
mengoptimalkan produksi biogas inilah yang melatar belakangi penulis
mengambil judul “PEMBUATAN KONTROL PH DAN LEVEL PADA
DIGESTER ASETOGENESIS SISTEM BIOGAS DUA TAHAP BERBASIS
MIKROKONTROLLER” sebagai objek dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

I.2 Tujuan
Dalam pengerjaan dan penulisan tugas akhir ini terdaopat beberapa tujuan.
Adapun tujuan tersebut diantaranya :
1. Membuat suatu sistem kontrol pH dan level pada proses asetogenesis
sistem biogas digester dua tahap berbasis mikrokontroller.
2. Mengontrol nilai pH input dan level ketingggian limbah tahu pada digester
asetogenesis.

I.3 Rumusan Masalah


Dalam proses mencapai tujuan pengerjaan dan penulisan tugas akhir ini
rumusan masalah yang menjadi topik bahasan dalam pengerjaan tugas akhir dan
penyusunan laporan ini adalah membuat sistem biogas digester dua tahap proses
asetogenesis dengan bukaan katup secara otomatis dengan mengontrol nilai pH
dan level ketinggian limbah tahu pada digester asetogenesis diatur pada kondisi
I.3

(pH ≤ 5,7 ) dan (level ≥ 20 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟). Alat kontrol yang digunakan adalah
mikrokontroller arduino.

I.4 Batasan Masalah


Mengingat begitu luasnya bahasan yang ada di biogas dua tahap ini. Tugas
akhir ini dibatasi dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Digester asetogenesis mempunyai kapasitas 80 liter.
2. Pengujian dilakukan pada digester asetogenesis.
3. Sistem yang digunakan adalah sistem kendali on/off.
4. Kontrol ini mengatur keluaran digester asetogenesis.
5. Jenis kontrol yang digunakan adalah mikrokontroller arduino uno.
6. Program mikrokontroller dibuat dengan bahasa pemrograman bahasa C.

I.5 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan penulisan tugas akhir ini, penulis membuat sistematika
penulisan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,
rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisi tentang teori-teori yang relevan dengan topik utama yaitu :
biogas, digester berdasarkan jumlah tahapan prosesnya, digester dua tahap, sistem
kontrol, sensor, mikrokontroller arduino, arduino ide, modul relay, LCD, LED,
buzzer, solenoid valvel. serta pustaka yang erat kaitannya dengan pokok bahasan
atau topik yang menjadi fokus pembahasan.

BAB III METODOLOGI PENELITAN


Bab ini membahas tentang metodologi penelitian proses pembuatan dan
pengujian biogas secara keseluruhan, pengontrolan pH dan level pada digester
asetogenesis,
I.4

BAB IV HASIL DAN ANALISIS


Bab ini membahas mengenai data pengujian yang telah diperoleh serta
pengolahannya dan pembahasan dari pengolahan data tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari teori dan data-data yang
diambil dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini berisi data-data referensi yang penulis gunakan dalam proses
penulisan laporan tugas akhir ini.

LAMPIRAN
Bagian ini berisi beberapa dokumen, data sheet, dan atau gambar yang
telah terlampir dalam laporan ini dan berkaitan dengan tugas akhir ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Biogas
Biogas atau gas bio merupakan energi yang terbuat dari berbagai macam
jenis bahan buangan dan bahan sisa seperti sampah, jerami, eceng gondok,
kotoran ternak, limbah tahu dan bahan-bahan lainnya. Berbagai jenis bahan
organik, baik berasal dari sisa tanaman ataupun kotoran ternak dapat dijadikan
bahan baku biogas. Biogas ini merupakaan suatu penguraian bahan organik oleh
mikroba dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini biasa disebut dengan anaerob,
selama proses ini biogas pun terbentuk (Muljatiningrum, 2011).
Biogas juga bisa dijadikan sebagai bahan bakar karena biogas

mengandung gas metana (CH4) dalam presentase yang cukup tinggi. Kandungan

komposisi biogas selengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel II.1 Kandungan komposisi biogas


(Juangga, 2007)

Jenis Gas Persentasi

Metana (CH4) 55 – 75 %

Karbon dioksida (CO2) 25 – 45 %

Nitrogen (N2) 0 – 0.3 %

Hidrogen (H2) 1–5%

Hidrogen sulfisa (H2S) 0–3%

Oksigen (O2) 0.1 – 0.5 %

Pada prinsipnya, teknologi biogas merupakan suatu teknologi yang


menggunakan prinsip fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara
anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan. Gas

II-1
II-2

metana ialah suatu gas yang tersusun atas satu atom C dan empat atom H yang
memiliki karakteristik mudah terbakar. Gas metan yang sudah terbentuk
kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan suatu energi panas (Nandiyanto dan
Rumi, 2006).

II.2 Digester Berdasarkan Jumlah Tahapan Prosesnya


Berdasarkan jumlah tahapan prosesnya digester dibagi menjadi dua tipe,
yaitu :
a. Digester Satu tahap (Single stage), yaitu seluruh proses pembuatan biogas
dilakukan hanya dalam satu digester saja.
b. Digester Multi tahap (Multi stage), yaitu proses fermentasi dilakukan di
dalam dua digester yang bekerja secara berurutan (seri). Pada biodigester
pertama berlangsung suatu reaksi hydrolysis, acetogenesis dan
acidogenesis didalam digester asetogenesis. Sedangkan digester kedua
berlangsung reaksi metanogenesis didalam digester metanogenesis
(Purnama, 2009).

II.3 Digester Dua Tahap


Digester dua tahap atau Multi Stage adalah suatu biogas dengan
menggunakan dua digester, dimana digester pertama digunakan untuk reaksi
hydrolysis, acidogenesis, acetogenesis dan digester kedua digunakan untuk reaksi
methanogenesis. Organisme pada tahapan asetogenesis dan metanogenesis
mempunyai perbedaan dalam kondisi pH optimum dan tingkat pertumbuhan.
Perbedaan keadaan optimum tersebut menunjukkan bahwa sistem reaktor dua-
tahap lebih unggul digunakan dalam proses pembuatan biogas.

Gambar II-1 Digester sistem dua tahap


(Rina. S. Soetopo., dkk ,2010)
II-3

II.4 Sistem Kontrol


Sistem kontrol merupakan suatu proses pengendalian atau pengaturan
terhadap suatu nilai atau terhadap suatu besaran variabel/parameter sehingga
berada pada suatu nilai atau range tertentu. Dalam sistem kontrol terdapat empat
proses yang terjadi, yaitu :
1. Measurement /pengukuran
2. Comparation/perbandingan
3. Judgemen/menghitung
4. Correction/mengoreksi

II.5 Sensor
Sensor merupakan komponen yang berfungsi untuk mengukur/mendeteksi
suatu nilai besaran baik fisis berupa variasi mekanis, magnetis, panas, sinar serta
kimia dengan mengubah nilai besaran tersebut menjadi besaran arus listrik /
tegangan. Sensor ini sendiri tersususn dari transduser dengan penguat / pengolah
sinyal yang terbentuk dalam satu sistem. Dalam sistem pengendalian dan
robotika, sensor diumpamakan seperti mata, pendengaran, hidung, lidah yang
selanjutnya akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya.

II.5.1 Sensor Keasaman (pH)


pH adalah satuan ukur yang menunjukan tingkat kadar keasaman atau
kadar alkali dari sebuah larutan. Nilai pH diukur dengan range nilai 0 sampai 14.
Definisi pH berasal dari “p” yang artinya lambang matematika dari negatif
logaritma, dan “H” artinya lambang kimia dari unsur Hidrogen (Tomi, 2009).
Istilah umum mengenai tentang pH adalah negatif logaritma dari aktvitas ion
Hidrogen. Yang dapat dituliskan dengan rumus:
pH = - log [H+]…………………………………………............………(II.1)
pH terbentuk dari data kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman
atau basa yang behubungan dengan aktvitas ion hidrogen. Apabila nilai
konsentrasi [H+] lebih besar dari [OH-], menunjukan bahwa material itu asam,
yakni nilai pH kurang dari 7 (Noorulil, 2012). Sedangkan apabila nilai konsentrasi
II-4

[OH-] lebih besar dari [H+], maka material tersebut basa, yaitu nilai pH lebih dari
7. Sistem pengukuran pH memiliki tiga bagian utama yaitu elektroda pengukuran
pH, elektroda referensi, dan alat pengukur impedansi tinggi.
pH sensor merupakan suatu sensor elektronik berbentuk elektroda yang
digunakan sebagai pengukur nilai pH (keasaman atau alkalinitas) terhadap suatu
larutan. Prinsipnya pengukuran nilai pH ialah tergantung pada potensial elektro
kimia yang terjadi pada larutan di dalam elektroda gelas (membrane glass) yang
telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak
diketahui. Hal ini disebabkan oleh lapisan tipis dari gelembung kaca akan
berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda
gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
disebut juga dengan potential of hidrogen.

Pada umunya pH sensor modern sudah dilengkapi dengan sensor


thermistor temperature yaitu suatu sensor untuk mengkoreksi pengaruh nilai
temperatur. Antara elektroda pembanding dengan elektroda gelas telah disusun
dalam satu kesatuan seperti Gambar II-2 berikut ini.

Gambar II-2 Elektroda pH Meter Modern


(Trisna, A. 2015)

Keterangan gambar.
1. Bagian perasa electrode.
2. Larutan buffer.
3. Cairan HCL.
4. Elektroda ukur.
5. Tabung gelas elektroda.
II-5

6. Elektroda referensi.
7. Ujung kawat.

Sensor yang digunakan untuk mengukur niolai pH yaitu suatu elektroda


yang sensitif terhadap ion atau disebut juga elektroda gelas. Elektroda ini
terdiri dari batang elektroda (terbuat dari gelas yang terisolasi) dan membran gelas
(yang berdinding tipis dan sensitif terhadap ion H+ ). Kedua elektroda ini ada
yang berdiri sendiri dan ada juga yang merupakan gabungan menjadi satu
kesatuan disebut dengan elektroda kombinasi. Elemen sensor pengukur pH
terdapat di tengah-tengah, dilingkupi oleh larutan perak-perak klorida (Ag-AgCl).
Bagian bawah sensor ini berhubungan dengan membran gelas dan berisi cairan
perak-perak klorida
Secara umum, suatu nilai impedansi output elektroda gelas nilainya sangat
besar (disebabkan oleh proses kimia pada permukaan elektroda), nianya antara
50-500 MΩ sehingga pada sensor diperlukan impedansi masukan yang besar.

Pada Gambar II.4 menunjukan sensor pH Sku: Sen0161. Sensor pH ini


digunakan sebagai pengukuran derajat keasaman cairan yang diuji untuk
menentukan apakah ;arutan tersebut dalam kondisi normal, asam , atau basa.

Gambar II-3 Sensor pH Sku: Sen0161


(dfrobot)

II.5.2 Modul pH Value V1.1


Modul pH value V1.1 merupakan suatu modul rangkaian penguat keluaran
tegangan karena jika hanya menggunakan sensor saja maka output yang
dihasilkan berupa tegangan yang sangat kecil sehingga sulit untuk dibaca ADC
(Analog to Diigital Converter).
II-6

Modul pH value V1.1 ini didisain untuk kontroler Arduino dan memiliki
built-in yang sederhana, mudah dan praktis. Modul Ini mempunyai LED yang
bekerja sebagai Indikator Power, BNC konektor serta PH2.0 antarmuka sensor.
Dalam penggunaannya, hanya mengkoneksikan sensor pH dengan konektor
BNC, dan pasang antarmuka PH2.0 ke port input analog dari kontroller
Arduino.

Gambar ‎II-4 Modul pH Value V1.1


(dfrobot )

Dalam modul ini tersusun dari beberapa rangkaian penguat op-amp


diantaranya penguat non-inverting dan rangkaian penguat diferensial

II.5.3 Penguat Non-Inverting


Penguat non-inverting merupakan suatu rangkaian penguat sinyal dengan
dasar sinyal output yang dikuatkan dan mempunyai fasa yang sama dengan sinyal
inputannya.
Penguatan ini mampu merespon sinyal hingga mencapai skala mikrovolt.
Rangkaian dari penguat tak membalik (non-inverting) seperti Gambar II-5.
penguatan tegangan dari rangkaian ini adalah 1+R2/R1.

Gambar ‎II-5 Non-Inverting amflifier


II-7

(K.Alexander, 2011)

Dari rangkaian Gambar II-6, dapat dihitung Vo sebagai berikut:


𝑹
𝑽𝒐 = 𝟏 + 𝑹𝒇 𝑽𝑰 …………………………….............................………….(II.2)
𝟏

Dengan penguatan Tegangan:


𝑽𝒐 𝑹
= 𝟏 + 𝑹𝒇 ……………………………………….........................………..(II.3)
𝑽𝑰 𝟏

II.5.4 Diferensial Amplifier


Diferensial Amplifier adalah rangkaian penguat dimana output tegangan
merupakan hasil dari perbedaan antara dua masukan tegangan pada terminal non-
inverting dan inverting itu. Gambar II-6 adalah rangkaian diferensial amplifier.

Gambar ‎II-7 Diferensial amflifier


(K.Alexander, 2011)

Rumus umum yang berlaku untuk penguat differensial adalah sebagai


berikut:
𝑹𝟐 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒 𝑹𝟒
𝑽𝒐 = 𝑽𝟏 𝒙 𝒙 − 𝑽𝟐 𝒙 (− …………………………(II.4)
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝟑

Ketika R2 = R4 dan R3 = R1 maka:


𝑹
𝑽𝒐 = (𝑽𝟏 − 𝑽𝟐 ) 𝒙 (𝑹𝟒 )…………………………………………...……..(II.5)
𝟑

II.6 Ultrasonik HC-SR04


Sensor ultrasonik ini merupakan suatu sensor yang memiliki fungsi untuk
mengubah nilai besaran fisis / bunyi menjadi nilai besaran listrik atau sebaliknya.
Cara kerjanya berdasarkan pada prinsip dari pantulan gelombang suara sehingga
II-8

dapat digunakan untuk mengukur eksistensi / jarak suatu benda dengan frekuensi
tertentu. Sensor ini dikenal sebagai sensor ultrasonik sebab sensor ini
menggunakan gelombang ultrasonik / bunyi ultrasonik.
Gelombang ultrasonik merupakan suatu gelombang bunyi yang memilikii
frekuensi sangat tinggi yakni 20KHz. Bunyi ultrasonik tidak dapat di dengar oleh
telinga manusia. Bunyi ultrasonik dapat didengar oleh anjing, kucing, kelelawar,
dan lumba-lumba. Bunyi ultrasonik dapat merambat melalui meida zat padat,
cair maupun gas.

Gambar II-8 Sensor ultrasonic HC-SR04


(Elecfreaks )

Secara umum, sensor ultrasonik ini berbentuk modul papan elektronik


kecil yang dilengkapi dengan berbagai macam rangkaian elektronik dan dua
buah transducer. Transducer pertama berfungsi sebagai transmitter gelombang
ultrasonic dan transducer yang kedua digunakan sebagai receiver. Pin yang
tersedia pada modul ini yakni pin VCC, ECHO, TRIG, dan GND (Winasis,
dkk, 2014 ).

II.6.1 Cara Kerja Sensor Ultrasonik

Gambar II-9 Cara kerjas sensor ultrasonik


II-9

(Hari, 2015)
Gelombang ultrasonik ini dibangkitkan melalui suatu komponen
elektronika yaitu piezoelektrik. komponen ini mengeluarkan gelombang
ultrasonik (dengan frekuensi 40kHz) saat suatu osilator dipasang pada benda
tersebut. Pada umumnya, sensor ini memancarkan gelombang ultrasonik menuju
area / target. Saat gelombang menyentuh permukaan area, maka area akan
memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari area akan
ditangkap oleh sensor tersebut, kemudian sensor menghitung selisih waktu antara
pengiriman gelombang dengan gelombang pantul yang diterima. Karena nilai
kecepatan bunyi ialah 340 m/s, jadi persamaan untuk mencari jarak adalah :
S = (0.034 *t) /2 CM
dimana S ialah jarak antara sensor ultrasonik dengan bidang pantul, dan t ialah
selisih waktu pemancaran gelombang dengan gelombang pantul yang diterima
receiver.
HC-SR04 merupakan modul sensor ultrasonik yang langsung siap pakai,
berfungsi sebagai pengirim, penerima, dan pengontrol gelombang ultrasonik. Alat
ini dapat digunakan untuk mengukur jarak benda dari 2cm sampai 4m dengan
akurasi 3mm.

Gambar II-10 Timing HC-SR04


(Hari, 2015)
Gambar II-7 merupakan visualisasi dari gelombang sensor HC-SR04. Prinsip
kerja dari timing HC-SR04 adalah sebagai berikut:
 Ketika pin Trigger mendapatkan tegangan positif selama waktu 10µS,
maka sensor akan mengirimkan 8 step sinyal ultrasonik dengan frekuensi
yaitu 40kHz.
 Kemudian, sinyal ditangkap oleh pin Echo.
II-10

 Untuk mengukur jarak benda yang, selisih waktu ketika mengirim dan
menerima sinyal digunakan untuk menentukan jarak benda tersebut
 Persamaan untuk menghitung jarak bendanya ialah S = (0.034 *t) /2 cm.

II.7 Real Time Clock (RTC DS3231)


RTC (Real Time Clock) adalah suatu modul komponen elektronika yang
berfungsi untuk menghitung waktu, mulai dari detik, menit, jam, tanggal, bulan,
serta tahun. Terdapat berbagai macam tipe RTC daiantaranya: DS1307, DS1302,
DS12C887, DS3234 dan DS3231.
Pada uumnya, RTC berbentuk sebuah chip (IC) yang berfungsi sebagai
penyimpan waktu dan tanggal. Dan dalam proses penyimpanannya RTC terdapat
suatu register yang bisa menyimpan data detik, menit, jam, tanggal, bulan
dan tahun.. Berikut adalah beberapa pin yang ada di semua jenis RTC, yaitu:
1. VCC : Input tegangan DC
2. GND : Ground
3. VBAT : Cadangan input tegangan dari baterai
4. SDA : Mengeluarkan sinyal data
5. SCL : Mengeluarkan sinyal clock

Gambar ‎II-11 RTC (Real Time Clock) DS3231


(indo-ware)

II.8 Mikrokontroller Arduino


Mikrokontroller Arduino ialah modul kit elektronik atau papan rangkaian
elektronik bersifat open source yang di dalamnya terdidri dari komponen utama,
yaitu suatu chip mikrokontroller dengan jenis AVR Atmel. Mikrokontroller itu
sendiri merupakan suatu chip atau IC (Integrated Circuit) yang dapat diprogram
II-11

melalui komputer. Tujuannya agar dapat menanamkan program di


mikrokontroller arduino supaya rangkaian elektronik dapat membaca input,
memproses input tersebut serta menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Jadi
mikrokontroller berfungsi sebagai „otak‟ yang mengatur input, proses serta output
suatu rangkaian elektronik.
Komponen utama papan Arduino ialah suatu IC mikrokontroler
berkapasitas 8 bit dengan berbagai jenis merk Atmega yang dibuat oleh
perusahaan Atmel Corporation dengan detail yang berbeda. Papan Arduino
menggunakan osilator Kristal 16 MHz, koneksi USB, power jack, ICSP header,
serta tombol reset.
Arduino disupply melalui koneksi USB / dengan catu daya luar. Catu daya
luar bisa diperoleh dari adaptor DC atau baterai. Adaptor bisa dikoneksikan
dengan power jack 2.1 mm pada papan arduino. Kabel lead dari baterai dapat
dimasukkan dalam header pin Ground (GND) dan pin Vinput(VIN).

Gambar II-12 Mikrokontroller Arduino


(Yuliza, 2015)

Gambar II-12 memperlihatkan bahwa Arduino mempunyai 6 masukan


ADC (Analog to Digital Converter) yang mana masukan tersebut terdiri dari pin
A0 sampai dengan pin A5. Untuk A4 dan A5, bisa digunakan untuk komunikasi
wire atau Serial clock and Serial Data. Untuk pin A0 sampai A3 hanya bisa
digunakan untuk masukan ADC saja. ADC Arduino memiliki kapasitas yaitu 10
bit (0-1023). Artinya, untuk input tegangan sebesar 0V maka ADC menghasilkan
bilangan 0 dan untuk input tegangan sebesar 5V menghasilkan bilangan 1023.
II-12

Vinput = Tegangan input (0V – 5V)

Vreff = Tegangan referensi (Vreff arduino = 5V)

contoh perhitungan nilai ADC adalah seperti dibawah ini,


Ketika sensor memberikan input tegangan sebesar 4V, maka Arduino memberikan
nilai sebesar 818.

Menurut perhitungan, semestinya nilai ADCnya 818,4 tetapi nilai ADC


mempunyai tipe sebagai bilangan integer / bilangan bulat. Sehingga nilai 818,4
dibulatkan menjadi 818. Apabila masukan pada nilai ADC lebih besar dari nilai
tegangan 5V, maka terjadilah overflow pada count ADC yang mana ADC tidak
dapat lagi membaca. Nilai yang dikeluarkan ADC saat tegangan masukan
melebihi dari 5V, ADC akan menunjukan nilai 1023. Apabila ini terjadi terus
menerus, fitur ADC pada Arduino akan mengalami kerusakan.

II.8.1 Bagian – Bagian Papan Arduino

Bagian-bagian papan arduino terdiri dari Pin input/output Catu daya USB,
sambungan SV1, Q1-kristal, In-Circuit Serial Programming (ICSP), penjelasan
mengenai beberapa bagian pada modul arduino uno dapat dilihat pada Gambar
II.10
II-13

Gambar ‎II-13 Bagian-Bagian Arduino

(Yuliza, 2015)

Berikut adalah penjelasan dari bagian-bagian dari modul arduino:


A. 14 pin input/output digital (0-13)
Berfungsi sebagai input maupun output, dapat diatur oleh program.
Khusus untuk 6 buah pin yaitu pin 3, 5, 6, 9, 10 dan 11, berfungsi juga sebagai
pin analog output dimana tegangan outputnya dapat diatur. Nilai suatu pin output
analog dapat diprogram antaranilai 0 – 255, dimana hal itu mewakili nilai
tegangan 0 – 5V.

B. USB
Berfungsi untuk memuat program komputer ke dalam papan arduino,
komunikasi serial antara papan arduino dengan komputer seta memberi daya
listrik kepada papan modul arduino.
C. Sambungan SV1
Sambungan atau jumper untuk memilih sumber daya papan, apakah dari
sumber luar atau menggunakan USB. Sambungan ini tidak digunakan lagi pada
papan modul arduino versi terakhir sebab pemilihan sumber daya luar atau USB
dilakukan secara otomatis.
D. Q1 – Kristal (quartz crystal oscillator)
Apabila mikrokontroller diibaratkan sebagai otak, maka kristal ialah
sebagai jantungnya sebab komponen ini menghasilkan pulsa yang dikirim pada
mikrokontroller untuk melakukan suatu operasi untuk setiap pulsanya. Kristal ini
berdetak 16 juta kali per detik (16MHz) untuk me-reset papan arduino agar
program kembali dari awal. Tombol reset ini bukan untuk menghapus program
atau mengosongkan data di mikrokontroller.
E. In-Circuit Serial Programming (ICSP)
II-14

Port ICSP berfungsi sebagai memprogram mikrokontroller secara


langsung, tanpa melalui sebuah bootloader. Umumnya pengguna Arduino tidak
melakukan hal ini sehingga ICSP tidak dipakai walaupun disediakan.
F. IC 1 – Mikrokontroller Atmega
Komponen utama modul papan Arduino, yaitu CPU, ROM dan RAM.
Apabila ingin disuplai menggunakan sumber daya eksternal, papan Arduino dapat
disupply dengan sumber tegangan DC antara nilai 9-12V. Pin ini sangat berguna
untuk membaca tegangan yang dihasilkan oleh sensor analog, seperti sensor suhu.
Program bisa membaca nilai sebuah pin input antara nilai 0 – 1023, dimana hal
ini dapat mewakili nilai range tegangan 0 – 5V.

II.9 Arduino IDE


IDE (Integrated Development Environment) adalah untuk memprogram
board mikrokontroller Arduino. Software ini berfungsi untuk membuat, membuka,
serta mengedit source code / sketches. Sketch merupakan source code yang
berisi logika dan algoritma yang nantinya akan di upload ke dalam IC
mikrokontroller (Arduino).

Gambar ‎II-14 Interface Arduino IDE


(Hari, 2015)
II-15

Tampilan Arduino IDE dapat dilihat gambar II.14 Dari kiri ke kanan
dan atas ke bawah, bagian-bagian IDE Arduino terdiri dar i:
 New Sketch : Membuka window dan membuat sketch baru
 Open Sketch : Membuka sketch yang sudah pernah dibuat.
 Save Sketch : Menyimpan sketch, tapi tidak disertai mengcompile
 Verify : Proses Verify / Compile mengubah sketch ke binary code
untuk diupload ke mikrokontroller.
 Upload : Ikon ini berfungsi untuk mengupload sketch ke board
Arduino.
 Serial Monitor : Membuka interface untuk komunikasi serial
 Keterangan Aplikasi : Pesan-pesan yang dilakukan aplikasi akan
muncul di sini, ketika kita mengcompile dan mengupload sketch ke
board Arduino.
 Baris Sketch : Bagian ini akan menunjukkan posisi baris kursor
yang sedang aktif pada sketch.
 Informasi Port : bagian ini menginformasikan port yang dipakai
oleh board Arduino.
 Konsol : Pesan-pesan yang dikerjakan aplikasi dan pesan-pesan tentang
sketch akan muncul pada bagian ini.

II.10 Modul Relay


Modul relay ialah modul relay yang digunakan sebagai saklar elektronik
untuk mengendalikan perangkat/komponen listrik yang membutuhkan tegangan
dan arus yang besar. Modul relay ini membutuhkan arus sebesar 15-20mA untuk
mengontrol setiap channel, disertai dengan relay highcurrent maka bisa
menghubungkan perangkat dengan AC 250V 10A. Berikut adalah spesifikasi dari
modul relay ini:
a. Relay SONGLE SRD-05VDC-SL-C.
b. Menggunakan tegangan rendah 5V, maka dapat langsung dihubungkan
pada sistem mikrokontroller.
c. Tipe relay ini adalah SPDT (Single Pole Double Throw): 1 COMMON, 1
NC (Normally Close), dan 1 NO (Normally Open).
II-16

d. Driver dilengkapi rangkaian peredam GGL induksi jadi tidak akan


membuat reset sistem mikrokontroller.
Berikut merupakan gambar dari modul relay 2 channel yang ditunjukkan
pada gambar II.12 di bawah ini

Gambar II-15 Modul Relay


(Hari, 2015)

II.11 Liquid Crystal Display (LCD)


LCD ialah display yang dapat menampilkan suatu data keluaran dari
mikrokontroller. LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya
angka, huruf abjad, kata-kata tapi juga simbol-simbol. LCD terdapat banyak
jenis dan ukuran yaitu : ada 16 kolom 2 baris, 20 kolom 2 baris, 40 kolom
2 baris, 20 kolom 1 baris, 16 kolom 4 baris dan banyak pula yang lain.

Gambar II-16 LCD (Liquid Crystal Display)


(Hari, 2015)
LCD 16x2 memiliki 16 pin dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:

Tabel II.2 Konfigurasi pin LCD 16x2


(Hari, 2015)
II-17

II.12 LED

Light Emitting Diode (LED) merupakan komponen elektronika yang


digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi cahaya jika dikenai tegangan
maju (forward bias). LED merupakan komponen yang bisa memancarkan cahaya
monokromatik saat diberikan tegangan. LED termasuk salah satu jenis dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar II-13.
Berbagai warna cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan
semikonduktor yang dipergunakannya.

Gambar II-13 Light Emitting Diode (LED)

II.13 Buzzer
Buzzer merupakan komponen elektronika yang digunakan untuk mengubah
getaran listrik menjadi getaran suara. Prinsip kerja Buzzer mirip dengan loud
speaker, jadi Buzzer juga tersusun atas kumparan yang terpasang pada diafragma
kemudian kumparan tersebut dialiri arus listrik sehingga menjadi elektromagnet,
II-18

kumparan yang dialiri arus listrik tersebut tertarik ke dalam atau keluar,
tergantung dari arah arus juga polaritas magnetnya, sebab kumparan dipasang
pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma
secara bolak-balik membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.

Gambar ‎II-17 Buzzer


(ktechnics)

II.14 Solenoid Valve


Solenoid valve ialah suatu katup yang dioperasikan oleh energi listrik,
katup ini mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk
menjalankan piston yang bisa dioperasikan oleh sumber arus AC maupun DC.
Solenoid valve atau katup solenoida memiliki lubang keluaran, lubang masukan
dan lubang exhaust. Lubang masukan sebagai terminal / tempat cairan masuk /
supply, lalu lubang keluaran sebagai terminal atau tempat cairan keluar yang
dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust, berfungsi untuk saluran untuk
mengeluarkan fluida yang terjebak ketika piston bergerak atau pindah posisi saat
solenoid valve bekerja.

Gambar II-18 Solenoid Valve


BAB III

PEMBUATAN ALAT
.

III.1 Metode Pembuatan

Dalam tahapan pembuatan kontrol pH dan level pada digester asetogenesis


sistem biogas dua tahap berbasis mikrokontroller ini dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu :

Pembuatan Menentukan Membuat Instalasi Pengujian


design komponen sketch rangkaian sistem
sistem dan program kontrol kontrol
kontrol peralatan arduino

Gambar III-‎0-1 Blok diagram pembuatan alat

1. Pembuatan design sistem kontrol


Membuat design ini dilakukan dengan menggunakan software Autocad.
Semua komponen elektronika yang telah dibuat dan dirangkai kemudian
akan ditempatkan pada sebuah Panel Box yang terbuat dari akrilik.
2. Menentukan komponen dan peralatan
Pada pembuatan sistem kontrol ini menggunakan beberapa komponen
yang telah disesuaikan sedemikian rupa sesuai dengan desain yang telah
ditentukan sebelumnya, diantaranya seperti mikrokontroller arduino,
modul pH sensor df robot Sku: Sen016, sensor ultrasonik HC-SR04, I2C
LCD 16x2, Modul SD Card, RTC, Buzzer, Modul relay 1 channel,
solenoid valve dan komponen lainnya.
3. Membuat sketch program arduino
Setelah semua komponen ditentukan, tahap selanjutnya adalah pembuatan
sketch program arduinno. Program yang dibuat ini mengguanakan
software Arduinno IDE dengan menggunakan bahasa C.

III-1
III-2

4. Instalasi rangkaian kontrol


Rangkaian yang sebelumnya telah didesain menggunakan software
autocad lalu diinstalasi ke digester. Penempatan panel box kontrol berada
diatas rangka digester.
5. Pengujian sistem kontrol
Setelah semua komponen dirangkai pada Panel Box dan bekerja dengan
baik sebagai sebuah suatu sistem kontrol kemudian dilakukan pengujian
untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

III.2 Fungsi dan Prinsip Kerja


Fungsi kontrol ini yaitu agar dapat memisahkan proses asetogenesis yang
menghasilkan asam dan proses methanogenesis yang menghasilkan gas methan
sehingga, bakteri methanogen tidak terpengaruh terhadap keadaan digester pada
proses asetogenesis serta untuk mengurangi peluang kegagalan atau
ketidakseimbangan proses anaerob khususnya terkait dengan keasaman pada
proses asetogenesis.
Sebelum dibuat suatu kontrol otomatis, sistem biogas dua tahap ini
dilakukan pengontrolan nilai pH secara manual. Dari data yang diperoleh nilai pH
pada digester asetogenesis yaitu 5,09 -6,14. Dari data tersebut didapat sebuah rata-
rata nilai pH yang dimana nilai pH tersebut digunakan sebagai suatu set point.
Cara kerja kontrol pH dan level pada biogas sitem dua tahap ini dapat dilihat pada
flowchart berikut ini.
III-3

Mulai

Sistem kontrol aktif


(Ketika digester berisi limbah
tahu dan solenoid valve close)

Rangkaian sensor mendeteksi


nilai pH dan level limbah tahu
pada digester asetogenesis

NO
pH=set point

YES

Solenoid valve open

NO
Level=set point

YES

Solenoid valve close

Gambar III-0-2 Flowchart cara kerja sistem kontrol

Prinsip kerja sistem kontrol ini dapat dilihat pada gambar III.2 Pada
kondisi awal, Solenoid Valve yang diletakkan diantara digester aseto dan digester
metano dalam kondisi tertutup (Normally Closed) serta volume dalam digester
aseto 80 liter. Didalam digester aseto dipasang pH sensor yang akan mendeteksi
nilai pH dan sensor ultrasonik HC SR-04 yang digunakan untuk memantau level
ketinggian limbah tahu. Ketika sistem di start maka sistem kontrol akan aktif
kemudian sensor pH dan sensor ultrasonik pada digester aseto akan mendeteksi
kedua nilai tersebut, nilai pH dan volume digester tercatat nilainya di LCD. Gas
metan terbentuk pada hari ke 9 seiring dengan itu nilai pH nya 5,7 maka sensor
III-4

akan memberikan sinyal tegangan yang kemudian dirubah ke ADC pada


mikrokontroller. Pada mikrokotroer ADC tersebut diolah sesuai dengan program
yang telah dibuat di software IDE sehingga mikrokontroller mengolah data yang
diterima dan memberikan sinyal digital ke relay untuk menggerakan solenoid
valve untuk membuka. Sehingga cairan limbah tahu mengalir dari digester aseto
ke digester metano, ketinggian level dari digester asetogenesis menyusut, pada
saat ketinggian level limbah mendekati nilai 20 liter maka sensor ultrasonik
mendeteksi sehingga mengirimkan sinyal pada mikrokontroller untuk menutup
solenoid valve. Volume 20 liter ini digunakan sebagai starter untuk pengisian
digester aseto selanjutnya.
Desain kontrol biodigester dengan sistem dua tahap dapat dilihat pada gambar
III.3

Gambar III-‎0-3 Disain kontrol digester sistem dua tahap


Keterangan :
1. Penampung gas digester aseto
2. Katup saluran gas digester aseto
3. Saluran masukan limbah tahu
III-5

4. Digester aseto
5. Kerangka besi
6. Katup pembuangan sampel digester aseto
7. Kabel sensor
8. Ball valve
9. Water mur
10. Solenoid valve
11. Kabel solenoid valve
12. Batang pengaduk
13. Katup saluran gas digester metano
14. Penampung gas digester metano
15. Digester metano
16. Katup pembuangan limbah
17. Box control
18. Katup pembuangan sampel digester metano

III.3 Digester Asetogenesis


Digester asetogenesis adalah tempat untuk memproduksi asam. Untuk
memisahkan proses asetogenesis dan metanogenesis maka dibuat suatu kontol
pada digester ini. Berikut gambar digester asetogenesis yang akan dipasang sistem
kontrol.
III-6

Gambar III-‎0-4 Digester asetogenesis


Gambar III-4 menunjukkan bahwa bentuk dari digester asetogesis seperti
tabung, serta bagian kubah digester berbentuk setengah bola. Selain itu pada
bagian depan terdapat pipa untuk pengujian sampel, pengecekan nilai pH secara
manual. Dan pada bagian depan digester aseto terdapat sight glass untuk
mengetahui ketinggian level limbah tahu. Detail spesifikasi disgester asetogenesis
ini dapat dilihat dibawah ini.
Spesifikasi dari digester ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel III.1 Spesifikasi digester asetogenesis


Tinggi badan digester 50,3 cm
Tinggi kubah 22,5 cm
Diameter digester 45 cm
Diameter kubah digester 45 cm
Ketebalan digester 2,8 mm
Volume maksimum digester 80 liter
Jumlah pipa yang terpasang di digester 4 buah
Material digester Komposit

III.4 Pembuatan Hardware Kontrol


Dalam pembuatan hardware kontrol terdapat tiga proses pembuatan, seperti
pada blok diagram berikut.
III-7

Pembuatan sketch Penempatan Wiring hardware


layout komponen komponen kontrol

Gambar III-0-5 Blok diagram pembuatan hardware kontrol

III.4.1 Pembuatan Sketch Layout Komponen


Dalam pembuatan sketch layout komponen, software yang digunakan
adalah autocad karena sebagian besar komponen yang digunakan berbentuk
modul komponen. Pada software autocad ini kita menggambar ukuran tiap
komponen agar dalam penempatan ke papan PCB nya sesuai dengan komponen
aslinya.

Gambar III-‎0-6 Pembuatan Sketch Layout Komponen

III.4.2 Penempatan Komponen


Proses penempatan komponen berdasarkan sketch design layout
komponen yang telah dibuat. Komponen yang telah diletakan di PCB, bagian
ujung PCB nya dipasang suatu baud agar komponen kokoh tidak bergeser.
III-8

III.4.3 Wiring Hardware Kontrol


Proses wiring hardware kontrol dapat dilihat pada gambar berikut ini.
7 4 10 12
5

13

2
8

6
9
1

Gambar III-0-7 Wiring hardware kontrol


Keterangan :
1. Power Supply 12 Vdc
2. Sensor pH Sku:Sen016
3. Modul pH value V1.1
4. Sensor Ultrasonik HC-SR04
5. RTC (Real Time Clock)
6. Mikrokontroller Arduino
7. Modul SD Card
8. I2C LCD
9. LCD 16x2
10. LED (Light Emiting Diode)
11. Buzzer
12. Modul relay 1 channel
13. Solenoid valve
III-9

Pembuatan hardware untuk sistem kontrol pH dan level nampak seperti


gambar III.7. Pada kubah digester aseto terpasang 2 buah sensor yaitu pH sensor
df robot sensor ultrasonik HC-SR04. Kemudaian sensor tersebut dikoneksikan ke
mikrokontroller arduino. Output arduino terkoneksi dengan lcd 16x2, modul relay
1 channel dan solenoid valve. Untuk lebih jelasnya sistem kontrol pada digester
aseto tersebut dapat dilihat pada gambar III.2 sebagai blok diagram pembuatan
hardware sistem kendali.

PORT A4-A5
PORT SCA & SDL
(I2CLCD 16X2)
(Sensor RTC)

PORT D7
PORT D8-D9 (Led Hijau)
Mikrokontroler
(Sensor Ultrasonik
Arduino PORT D6
HC-SR04)
(Led Merah)
PORT A0 Tegangan
(Sensor pH) PORT D5 AC 220
(Relay) V
Solenoid
USB
Valve
(Power supply 12Vdc)

A B C Digester
Metano
Gambar III-‎0-8 Diagram alir proses masukan dan keluaran hardware
Keterangan: (A) blok diagram input; (B) blok diagram proses; (C) Blok diagram output

III.4.3.1 Bagian Masukan pada Hardware


1. Catu daya: merupakan sumber tegangan 12 Volt untuk tegangan kerja sensor
pH dfrobot, mikrokontroller, LCD, relay. Catu daya ini dibuat menggunakan 1
buah trafo CT yang disearahkan dan menggunakan regulator tegangan yaitu
LM7812 untuk supply 12V.
III-10

2. Sensor pH Sku: Sen0161 dfrobot: merupakan sensor yang berfungsi untuk


mengubah besaran pH menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan, dimana
tegangan keluarannya adalah berbanding lurus dengan masukan pH yang
diterimanya. Sensor derajat keasaman (pH) ini akan digunakan untuk
mengukur nilai pH limbah tahu. Sensor derajat keasaman (pH) ini akan
menentukan apakah cairan dalam kondisi normal, basa, atau asam. Sensor
pH yang dipakai adalah pH sensor dfrobot. Pada perencanaan sensor derajat
kesamaan (pH) yang digunakan adalah jenis Elektroda (Sku: Sen0161)
dari Df Robot dengan detail seperti tabel dibawah ini:

Tabel III.2 Spesifiasi Sensor pH Sku: Sen0161 dfrobot


Module Power 5V
Module Size 43mmx32mm
Measuring Range 0-14.0 pH
Measuring Temperature 0-60 oC
Accuracy ± 0.1 pH (25 oC)
Response Time < 1min

Dalam perancangannya sensor ini di isolasi pada bagian utama sensor untuk
menghindari dan mengantisipasi terjadinya hubung singkat ketika sensor
dicelupkan pada fluida. Isolasi yang digunakan untuk aplikasi ke sensor ini
adalah berupa isolasi pipa pvc ½ inchi yang panjangnya 50 cm yang dipasang
pada bagian dalam kubah digester yang sebelumnya kubah tersebut telah
dilubangi oleh bor. Setelah dipasang isolasi pipa pvc, sensor direkatkan
dengan isolasi lem perekat agar sensor pH kedudukannya tegak. pH sensor
ini terhubung ke PORT A0 mikrokontroller aduino.

3. Sensor Ultrasonik HC-SR04 : modul yang berfungsi untuk melakukan


pengukuran ketinggian level limbah tahu pada digester aseto. Sensor ini
mempunyai 4 buah pin yaitu pin Vcc, Gnd, Trigger, dan Echo. Pin Vcc untuk
polaritas positif dan Gnd untuk ground-nya. Pin Trigger untuk trigger
keluarnya sinyal dari sensor dan pin Echo untuk menangkap sinyal pantul dari
benda.
III-11

Tabel III.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik HC-SR04

Working0Voltage 5V(DC)
Working0Current max 15 ma
3.
Working0frequency 40HZ
Output0Signal 0-5V (Output high when obstacle in range)
Sentry0Angle max 15 degree
Sentry0Distance 2cm - 500cm
High-accuracy 0.3cm
Size 45*20*15mm

Dalam perancangannya sensor ini ditutup dengan casing yang terbuat dari
akrilik agar sensor tidak terkena uap air dari limbah tahu serta menjaga sensor
dari kelembaban. Sensor ini diletakan pada bagian dalam kubah. Sensor
Ultrasonik HC-SR04 ini terhubung ke PORT D9 dan D10 mikrokontroller
arduino

4. Sensor RTC DS3231 : modul sensor yang berfungsi untuk melakukan


pencatatan waktu tiap detik dari masing-masing komponen. Sensor ini
memiliki 4 pin yaitu pin Vcc, Gnd, SCA, SDL. Spesifikasi sensor ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel III.4 Detail RTC DS3231

Tegangan0operasi 2,3V – 5,5V


Konsumsi0arus 200μA – 300μA
Arus0dalam0mode0standby 110μA – 170μA

Sensor ini terpasang pada panel box kontrol menempel pada papan PCB

III.4.3.2 Bagian Proses Pada Hardware


1. Mikrokontroller Arduino: digunakan sebagai unit kontroler untuk
mengaplikasikan dua kendali pH dan Level pada digester aseto yang
ditampilkan dalam tampilan LCD. Berikut spesifikasi arduino yang
digunakan terlihat pada tabel dibawah ini.
III-12

Tabel III.5 Spesifikasi ArduinoUNO


Mikrokontroler : Atmega328
Tegangan0operasi : 5V
Tegangan0catu0daya0eksternal : 7V – 12V
Batas 0tegangan0masukan : 6V – 20V
Jumlah0pin I/O digital : 14 (6 PWM output)
Jumlah0pin masukan0analog :6
Arus0DC tiap pin I/O : 20 mA
Memori0Flash : 32 KB (8 KB digunakan untuk bootloader)
SRAM : 2 KB
EEPROM : 1 KB

Masukan dari sistem ini adalah satu buah sensor pH terhubung ke PORT A0,
satu buah sensor ultrasonik HC-SR04 terhubung ke PORT D8 dan D9 dan satu
buah sensor RTC terhubung ke PORT SCA dan SDL serta keluaran berupa
kontrol relay yang terhubung ke PORT 5 untuk mengatur on-off solenoid valve
dan tampilan LCD. ADC Arduino memiliki kapasitas yaitu 10 bit (0-1023).
Artinya, untuk input tegangan sebesar 0V maka ADC menghasilkan bilangan 0
dan untuk input tegangan sebesar 5V menghasilkan bilangan 1023.
Vinput
ADC output = x 1023
Vreff
Vinput = Tegangan masukan (0V – 5V)
Vreff = Tegangan referensi (Vreff arduino = 5V)
Sebagai contoh perhitungan ADC adalah sebagai berikut,
Saat sensor memberikan tegangan masukan sebesar 4V, maka Arduino memberikan
nilai sebesar 818.
4
ADC output = x 1023
5
ADC output = 818
Menurut perhitungan, semestinya nilai ADCnya 818,4 tetapi nilai ADC
mempunyai tipe sebagai bilangan integer / bilangan bulat. Sehingga nilai 818,4
dibulatkan menjadi 818. Apabila masukan pada nilai ADC lebih besar dari nilai
III-13

tegangan 5V, maka terjadilah overflow pada count ADC yang mana ADC tidak
dapat lagi membaca. Nilai yang dikeluarkan ADC saat tegangan masukan
melebihi dari 5V, ADC akan menunjukan nilai 1023. Apabila ini terjadi terus
menerus, fitur ADC pada Arduino akan mengalami kerusakan.

III.4.3.3 Bagian Keluaran Hardware


1. Relay: berfungsi sebagai aktuator yakni komponen yang mengeksekusi
perintah dari mikrokontroller untuk membuka atau menutup bukaan solenoid
valve dengan tegangan masukan 5 Volt, 100 mA arus DC dan tegangan
keluaran 220 Volt, 5A arus AC. Relay yang digunakan adalah merk Songle
dengan tegangan kerja 5 Vdc.

Tabel III.6 Spesifikasi Relay

Control signal 5V – 12 Vttl


Maximum ac current and voltage 10A 250Vac
Maximum dc current and voltage 10A 30Vdc
Control signal DC or AC

2. LCD: merupakan display yang menampilkan nilai pH dan ketinggin level yang
terbaca oleh sensor. Data ditampilkan berjumlah 16 karakter tiap barisnya. Dan
terdapat 2 baris pada LCD yang dipakai. LCD ini digunakan untuk pemantauan
dan pencatatan data waktu, nilai pH dan nilai level fluida. Karena LCD
membutuhkan banyak pin agar dapat dihubungkan dengan arduino maka untuk
mengurangi pemakaian pin tersebut digunakan I2C Converter yang
menggunakan 4 Pin yang dapat dihubungkan dengan arduino. Secara umum

3. Solenoid valve: merupakan aktuator yang berfungsi untuk mengalirkan limbah


tahu dari digester aseto menuju digester metano saat solenoid mendapat
instruksi dari mikrokontroller ketika nilai pH digester aseto di atas sama
dengan 6.
III-14

Tabel III.7 Spesifikasi solenoid valve

Dalam perancangannya solenoid valve ini disambungkan dengan socket drat


dan tersambung juga dengan water mur untuk bisa terhubung dengan pipa pvc
1 ½ inchi. Kabel pada solenoid valve diisolasi dengan pipa pvc ½ inchi agar
kabel terlindung dari gangguan apapun.

4. Digester metano: merupakan tempat dihasilkannya gas metan. alat ini akan
bekerja saat digester aseto mengalirkan limbah tahu ke metano dengan
kondisi pH netral yaitu 7.

Komponen pendukung yang digunakan dalam pembuatan kontrol ini sebagai


berikut:
1. Resistor,digunakan pada LED agar arus yang masuk pada LED tidak terlalu
besar. Resistor yang digunakan adalah 100 Ω.
2. Kabel female-female, digunakan untuk menghubungkan jalur komunikasi
komponen eletronika ke mikrokontroler Arduino.
3. Kabel male-female digunakan untuk menghubungkan sensor dengan
mikrokontroler arduino
4. Socket pin yang digunakan untuk terminal penghubung antar komponen
elektronika ke mikrokontroler Arduino.
5. Power jack digunakan untuk header catu daya eksternal mikrokontroler
Arduino.
III-15

III.5 Pembuatan Sketch Program Arduino


Gambar III-10. merupakan realisasi dari pembuatan sketch program yang
akan dijelaskan mengenai program yang dibuat pada Arduino IDE untuk masing-
masing blok diagram.

Mulai

Include library

Deklasrasi variabel

Void set up

Void loop

Gambar III-0-9 Pembuatab Sketch Program Arduino


Pada list program yang telah dibuat, dibagi menjadi setiap fungsi agar
memudahkan pembacaan dan analisa apabila terjadi error. Berikut adalah
penjelasan fungsi dalam program yang di buat.
a. Include Library
Funsi include library sensor ini agar mempermudah dalam pembuatan
suatu sketch program arduino serta mempersingkat dalam pembuatan
programnya. Library suatu komponen yang terhubung ke arduino
didapatkan dari situs resmi arduino itu sendiri dengan format ZIP.
Kemudian pada menu Sketch IDE ada tampilan inlude library. Setelah itu
add library yang ingin ditambahkan. Library yang digunakan pada
program kontrol ini yaitu RTC, I2C LCD, dan sensor ultarasonic.
b. Deklasrasi variabel
Fungsi ini untuk mendeklarasikan nilai suatu variabel baik itu nilai integer.
Deklarasi variabel yang dibuat pada program kontrol ini yaitu meliputi
III-16

penentuan komponen untuk terhubung ke PORT arduino, menetapkan


nilai waktu , jarak, pH dan volume mula-mula dalam kondisi nol.
c. Void set up
Fungsi ini untuk mengatur suatu komponen berada dalam kondisi input
ataupun output serta dapat membaca suatu program hanya dalam sekali,
tidak berulang. void setup mengatur suatu nilai pin yang telah
dideklarasikan diatas. Pada bagian output terdiri dari pin trigger, led
merah , led hijau, relay dan pin cs. Sedangkan pada input yaitu pin echo.
d. Void Loop
Fungsi ini untuk mengulang kembali program yang telah dibuat. Sketch
program didalam ini yaitu meliputi nilai waktu dari RTC, nilai pH, nilai
ketinggian level fluida serta set point.

III.6 Pembuatan Casing


III.6.1 Pembuatan Casing Box Control
Dalam pembuatan casing box control hal-hal yang harus diakukan terlihat
pada blok diagram dibawah ini.

Pembuatan
Pemotongan Penghalusan
lubang pada Perakitan
akrilik dengan kikir
akrilik

Gambar III-0-10 Blok diagram Pembuatan Casing Box Control

Pembuatan casing box control ini mengguanakan akrilik dengan ketebalan


3 mm. Akrilik ini dipotong dengan menggunakan gunting zigshaw, dengan
dimensi 15x20 cm sebanyak 4 buah untuk bagian sisi atas, bawah, depan dan
belakang kemudian dimensi 15x15 cm sebanyak 2 buah untuk samping kanan dan
samping kiri. Setelah akrilik dipotong, bagian dengan dimensi 15x20 cm sisi
depan dilubangi dengan bor untuk penempatan 2 buah LED, jack power supply
dan satu buah LCD, kemudian bagian dimensi 15x15 cm bagian sisi kiri juga
dilubangi untuk saluran kabel sensor pH dan sensor level. Akrilik tersebut
kemudian dirangkai, saat dirangkai bagian sisi ujung akrilik direkatkan dengan
lem agar saat perangkaian akrilik kokoh. Saat menyatukan tiap bagian akrilik
III-17

menjadi box, gunakan penyiku agar box terlihat rapi. Setelah perakitan tunggu
sekitar 10 menit agar lem mengering. Setelah box menngering, bagian sisi atas
box dipasang handle pintu dengan menggunkan mur dan baud ukuran 3 mm.
Dibagian samping kanan dipasang juga engsel 2 buah untuk membuka tutup box
kontrol untuk trouble shooting.

a b
Gambar III-0-11 Pembuatan Casing Box Control
Keterangan: a. box control tampak depan, b. box control tampak isometrik

III.6.2 Pembuatan Casing Sensor


Pada proses pembuatan casing sensor dapat dilihat blok diagram berikut
ini

Pembuatan
Pemotongan Proses
lubang pada pengeleman
pipa
DOP pipa

Gambar III-0-12 Blok diagram Pembuatan Casing Sensor

Langkah awal dalam pembuatan casing sensor adalah memotong pipa


PVC ½ inchi berukuran 50 cm, setelah itu bagian ujung pipa yang dipotong
dihaluskan dengan menggunakan kikir. Pipa ini digunakan sebagai casing
sekaligus pelindung bagi sensor pH. Selanjutnya pembuatan lubang DOP pipa
dengan menggunakan mesin bor, pipa yang telah dikikir kemudian dimasukan ke
DOP pipa lalu pada pertemuan dop pipa dengan pipa pvc direkatkan dengan lem.
III-18

Tunggu len sampai benar-benar mengering. Berikut adalah gambar pembuatan


casing

Gambar III-0-13 Pembuatan casing sensor

III.7 Instalasi Rangkaian Kontrol Ke Digester


Instalasi rangkaian kontrol ke digester meliputi beberapa tahapan seperti
pada blok diaram berikut ini

Pemasangan Pemasangan Pemasangan


solenoid valve sensor box control

Gambar III-‎0-14 Instalasi rangkaian kontrol ke digester


Proses instalasi rangkaian kontrol diawali dengan pemasangan solenoid
valve, bagian pipa sepanjang 19 cm yang tehubung antara digester aseto dengan
digester metano dilepas, untuk digantikan dengan solenoid valve. Bagian kedua
ujung solenoid valve dihubungkan dengan socket ulir berukuran 1 ½ inchi, tiap
ujung-ujungnya dilapisi dengan seal tip. Setelah itu socket dihubungkan dengan
bagian water mur, dibagian pertemuan water mur dengan socket direkatkan
dengan lem pipa. Selanjutnya tunggu sampai lem pipa mengering. Kemudian
pasang solenoiod ke pipa yang dilepas tadi, pastikan kedua ujung pipa digester
aseto dan digeser metano lurus agar dalam pemasangannya mudah. Tahap
berikutnya solenoid yang sudah terpasang bagian water mur nya diputar untuk
dikencangkan.
Pemasangan sensor ditempatkan pada digester aseto, dibagian kubah
digester aseto terdapat pipa PVC 2 ½ inchi lalu dimasukan sensor yang telah di
casing. Pemasangan sensor ke digester harus memperhatikan keadaan sensor
tersebut agar dalam pembacaan nilai sensor tersebut normal.
III-19

Pemasangan box kontrol ke digester diletakan di atas rangka biogas, untuk


bagian alasnya menggunakan akrilik berukuran 60x180 cm, hal ini menghindari
gesekan antara penampung gas yang sensitif bocor terhadap suatu material. Lalu
bagian kabel sensor dikeluarkan dan dihubungkan ke sensor yang terletak di
digester aseto serta bagian USB input supply dikeluarkan untuk terhubung ke
power supply 12 vdc.

a b
Gambar III-0-15 Instalasi rangkaian kontrol ke digester
BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

IV.1 Proses Pengujian


Setelah selesai pembuatan alat kemudian melakukan pengujian. Pengujian
dilakukan pada rangkaian kontrol secara protipe dan langsung ke digester.
Pengujian rangkaian kontrol dilakukan setiap blok sistem. Ini bertujuan untuk
memudahkan analisis rangkaian yang tidak berfungsi dengan baik. Setelah itu lalu
melakukan pengujian rangkaian kontrol secara keseluruhan.

IV.1.1 Pengujian Catu daya


Catu daya yang digunakan yakni power supply dc yang terhubung dengan
kabel USB dengan keluaran tegangan DC 12 Volt. Catu daya yang dibuat
kemudian diukur nilai tegangan masukan dan keluarannya. Pengukuran Tegangan
dilakukan dengan menggunakan 2 jenis multimeter, yaitu multimeter digital
dengan kode 023.04.02.576761.007.2009 dan multimeter analog dengan kode
TE.MA.TA.16.

Gambar IV-0-1 Pengujian Catu daya

Rangkaian pengujian catu daya dapat dilihat pada gambar IV.1 setelah semua
komponen dirangkai data pengujian dapat didapatkan. Berikut adalah tabel IV.1
hasil pengukuran.

Tabel IV.1 Pengujian Catudaya


No Multitmeter Tegangan (Volt) Arus

IV-1
IV-2

Input (220 Vac) Output (12Vdc) DC (A)


1 Analog 222 12 0,225
2 Digital 220,7 12,05 0,2321

selisih 1,3 0,05 0,0071

Selisih Nilai = Nilai Terbesar –Nilai terkecil


Hasil pengukuran menunjukan bahwa pengukuran nilai multimeter analog
dengan digital hampir sama dengan memiliki selisih nilai tegangan AC 1,3 volt,
selisih nilai tegangan dc 0,5 volt dan selisih nilai arus dc 0,0071 Ampere . Nilai
arus yang tercatat dalam tabel pengukuran, ketika output power supply dc 12 volt
dibebani rangkaian kontrol pH dan level. Hal ini menunjukan bahwa catudaya
dapat digunakan sebagai supply mikrokontroller arduino.

IV.1.2 Pengujian Sensor pH


Pengujian sensor pH bertujuan untuk mengkalibrasi nilai pH sensor tersebut.
Pengujian dilakukan dengan cara mencelupkan sensor pH kedalam larutan kimia
dengan nilai standar larutan pH yaitu pH 4, 6,8 dan 9,18. lalu mencatat tegangan
yang ditunjukan pada rangkaian pengkondisi sinyal sensor yang ada di serial
monitor. pH meter pembanding menggunakan pH meter merk pH 2011 dan CT
6020A. Pengujian menggunakan pH meter yang ada di lab konservasi teknik
energi seperti pada gambar, sehingga diketahui tegangan tiap jenis larutan.

Gambar IV-0-2 Pengujian sensor pH


Data hasil pengujian Analog PH sensor dan PH-Meter ditunjukan pada Tabel
IV.2
Tabel IV.2 kalibrasi Sensor pH
IV-3

Larutan pH = 6,8 Larutan pH = 4 Larutan pH = 9,18


Waktu
(menit) pH- Error Sensor pH- Error Sensor pH- Error
Sensor pH Meter (%) pH Meter (%) pH Meter (%)
1 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
2 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
3 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
4 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
5 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
6 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
7 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
8 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
9 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
10 6,83 6,8 3 4,12 4,02 10 9,07 9,14 7
Rata-rata Error 3 Rata-rata Error 10 Rata-rata Error 7

𝑝𝐻 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − 𝑝𝐻 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100 %
𝑝𝐻 𝑚𝑒𝑡𝑒
Dari data hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai pengukuran sensor pH
nilainya hampir mendekati nilai pH meter. Namun terdapat selisih nilai error
diantara keduanya yaitu 3 – 10 %. Nilai error yang terjadi diakibatkan saat
pengukuran sensor pH tersebut semestinya dibersihkan dengan aquadest setiap
akan pergantian nilai pH yang berbeda. Selain itu pH ini sendiri yang memiliki
keakurasian nilai ± 0,1 pH. Dari data diatas dapat dibuat grafik sebagai berikut ini

Grafik kalibrasi nilai pH larutan 4


4,9
4,7
4,5
4,3
pH

4,1 Sensor pH
3,9
3,7 pH meter
3,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (menit)

Gambar IV-‎0-3 Grafik kalibrasi nilai pH larutan 4


IV-4

Grafik kalibrasi nilai pH larutan 6,8


7
6,9
6,8
pH
6,7 Sensor pH
6,6 pH meter

6,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (menit)

Gambar ‎0-4 Grafik kalibrasi nilai pH larutan 6,8

Grafik kalibrasi nilai pH larutan 9,18


9,5
9,4
9,3
9,2
pH

9,1 Sensor pH
9
pH meter
8,9
8,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (menit)

Gambar ‎0-5 Grafik kalibrasi nilai pH larutan 9,18

Dari gambar grafik IV.3 sampai Gambar IV.5 menunjukan bahwa


pengulkuran nilai pH sensor mendekati nilai penukuran pH meter. Selisih
pengukuran untuk pengukuran pH larutan 4 adalah 0,1. Kalibrasi pengukuran pH
larutan pH 6,8 mempunyai selisih pengukuran 0,03 dan kallibrasi pengukuran
apH larutan 9,18 mempunyai selisih nilai 0,07.
Selain membandingkan nilai pH sensor dengan nilai pH meter. Dilakukan
juga pengujian nilai pH dengan keluaran tegangan pada pengkondisi sinyal
berikut tabel hasil pengmatannya
IV-5

Tabel IV. 3 Pengujian sensor pH


Tegangan
No Larutan
(Volt)
1 6,8 1,95
2 4 1,18
3 9,18 2,59

Dari tabel pengamatan diatas dapat dibuat suatu grafik seperti pada gambar
grafik berikut ini.

Grafik pH terhadap Tegangan


3
y = 0,285x
2,5 R² = 0,997
Tgangan (Volt)

1,5

0,5

0
0 2 4 6 8 10
pH

Gambar IV-‎0-6 Grafik pH terhadap Tegangan

Gambar IV-6 dapat dilihat bahwa pengukuran nilai pH berbanding lurus


tegangan terhadap nilai pH, semakin besar nilai pH dari suatu larutan maka
tegangan pada modul pH semakin besar juga. Persamaan linier garis tersebut
adalah y = 0,285x dengan R2=0,997. Dari perbandingan nilai pengukuran sensor
pH dan pH meter serta pengujian tegangan terhadap nilai maka sensor ini dapat
dipasang dalam kontrol ini.

IV.1.3 Pengujian Sensor Ultrasonik HC-SR04


Pengujin sensor ini bertujuan untuk mengkalibrasi nilai yang terukur oleh
sensor dengan nilai yang terukur oleh penggaris. Pengujian dilakukan dengan cara
IV-6

sensor ultrasonik diatur jarak ketinggiannya dengan beberapa variasi nilai


kemudian disaat itu juga diukur nilai tinggi nya dengan penggaris.

Gambar IV-0-7 Pengujian Sensor Ultrasonic HC-SR04

Berikut data hasil pengujian sensor ultrasonic tercantum dalam tabel dibawah ini

Tabel IV.4 Pengujian Sensor Ultrasonic HC-SR04


Pengukuran Panjang
No Jarak (cm) Error
(cm)
Sensor Penggaris
1 1 1 1 0
2 2 2 2 0
3 3 3 3 0
4 4 4 4 0
5 5 5 5 0
6 6 6 6 0
7 7 7 7 0
8 8 8 8 0
9 9 9 9 0
10 10 10 10 0

Rata-rata Error 0

𝑝𝐻 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − 𝑝𝐻 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100 %
𝑝𝐻 𝑚𝑒𝑡𝑒
IV-7

Tabel IV.4 data pengujian terlihat bahwa nilai pengukuran pada sensor
sama dengan nilai pengkuran penggaris. Errror pengukuran pada sensor ini adalah
0 %. saat pengukuran pada media padat dengan pengaturan tiap jarak nya. Dari
tabel pengujian diatas dapat dibuat suatu grafik sebagai berikut.

Grafik perbandingan pengukuran sensor dengan penggaris


12

10

8
Panjang

6
Sensor
4
Penggaris
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jarak (cm)

Gambar IV -‎0-8 Grafik perbandingan pengukuran sensor dengan penggaris

Gambar IV-8 menunjukan bahwa pengukuran nilai sensor dengan


pengukuran dengan penggaris memiliki nilai yang sama pada setiap pengujiannya
dengan memiliki selisih nilai 0. Maka dari itu sensor ini dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian level pada digester.

IV.1.4 Pengujian Arduino


Supaya Arduino dapat bekerja dengan baik perlu adanya pengujian.
Pengujian diperlukan untuk mengetahui bahwa board arduino bekerja dengan
baik, dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk menguji
board Arduino persiapkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu :
1. Board Arduino Uno
2. Kabel Serial
3. Laptop atau komputer yang sudah terinstal aplikasi Arduino.IDE
Selanjutnya ialah masukkan hubungkan board Arduino dengan
Laptop/komputer dengan menggunakan kabel serial. Hal ini dilakukan untuk
IV-8

mengupload program yang nantinya digunakan sebagai bagian dalam tahapan


pengujian ini.
Setelah itu buka aplikasi Arduino.IDE. Setelah terbuka lalu pilih File
- Examples - 01.Basics - link. Setelah itu Compile program tersebut, jika sudah
dan terdapat kata Done Compiling, maka program tersebut tidak terdapat eror
dan siap untuk di upload. Sebelum proses upload maka pastikan pada
aplikasi Arduino board yang akan diupload adalah benar dengan apa yang akan
dipakai. Yaitu dengan cara Tools Board - pilih board yang akan dipakai.
Lalu untuk memastikan processor yang digunakan yaitu dengan Tools
Processor-pilih processor yang sesuai dengan board dipakai„. Setelah itu klik
Tools-Port digunakan untuk memilih board Arduino yang dipakai. Setelah
semua sudah dipastikan benar maka program siap untuk di upload. Done
Uploading„ merupakan tanda bahwa program telah selesai di upload. Dan hasil
pengujian Arduino adalah sesuai dengan apa yang diharapkan.

Tabel IV.5 Pengujian Arduino


No Waktu (menit) Kondisi LED
1 1 On
2 2 Off
3 3 On
4 4 Off
5 5 On
6 6 Off
7 7 On
8 8 Off
9 9 On
10 10 Off

Tabel IV.4 menunjukn bahwa kondisi arduino baik, saat selang waktu 1
menit kondisi LED menyala dan mati. Dan mikrokontroller arduino ini dapat
digunakan sebagai kontrol on / off ini.

IV.1.5 Pengujian Modul Relay


Pengujian alat ini bertujuan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya
relay ini. Pengujian dilakukan dengan cara relay terhubung dengan power supply
5v DC kemudian disisi output relay terhubung dengan led.
IV-9

Gambar IV-‎0-9 Pengujian modul relay

Berikut data hasil pengujian dari modul relay terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel IV.6 Pengujian Modul Relay


No Pengujian ke saklar led
1 1 on on
2 2 off off
3 3 on on
4 4 off off
5 5 on on
6 6 off off
7 7 on on
8 8 off off
9 9 on on
10 10 off off

Tabel IV.6 menunjukan bahwa kondisi modul relay dalam kedaan baik
saat modul terhubung supply 5V kondisi on, sebaliknya bila tidak terhubung akan
off. Modul relay ini bisa digunakan untuk kontrol ini.

IV.1.6 Pengujian Solenoid Valve


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui solenoid valve bekerja atau
tidak. Pengujian dilakukan dengan solenoid terhubung dengan saklar, kabel,
steker dan sumber ac 220 V lalu pada bagian masukan solenoid valve tersambung
dengan pipa pvc 1 ½ inchi. Setelah itu solenoid valve dihubungkan dengan
sumber ac 220 v, kemudian saklar di on-off kan, lalu lihat bagaimana kondisi saat
saklar di on kan dan di off kan.
IV-10

Gambar IV-‎0-10 Pengujian solenoid valve

Berikut data hasil pengujian dari solenoid valve saat terhubung ke sumber dan
tidak terhubung ke sumber tegangan
Tabel IV.7 Pengujian solenoid valve
No Pengujian Ke Saklar Solenoid Valve Kondisi Air
1 1 on on mengalir
2 2 off off Tidak mengalir
3 3 on on mengalir
4 4 off off Tidak mengalir
5 5 on on mengalir
6 6 off off Tidak mengalir
7 7 on on mengalir
8 8 off off Tidak mengalir
9 9 on on mengalir
10 10 off off Tidak mengalir

Kondisi solenoid valve dalam keadaan baik saat terhubung ke sumber


tegangan ac ataupun tidak terhubung. ketika dilakukan sepuluh kali pengujian saat
saklar di on atau di off kan kondisi nya tetap sama. Hal ini solenoid dapat
digunakan dalam kontrol ini.

IV.1.7 Pengujian Kontrol Level


Pengujian kontrol level ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian suatu
level fluida serta melihat kondisi output ketika diatur nilai set pointnya. Pengujian
kontrol level ini dilakukan pada suatu toples besar dengan jari-jari nya 13 cm dan
tinggi toplesnya 42 cm. Fluida yang digunakan pada pengujian ini adalah air.
Output kontrol level ini mengguanakan lampu ac sebagai simualsi dari keadaan
solenoid valve.
IV-11

Gambar IV-‎0-11 Simulasi Pengujian kontrol level

Pengujiaan kontrol level ini dilakukan di Laboratorium teknik konservasi


energi. dengan dengan set point Level = 15 liter dan 10 Liter. Berikut data hasi
pengujian pada Tabel IV.8

Tabel IV.8 Pengujian kontrol level


Pengukuran Perhitungan Pengukuran Kondisi
No Tin ggi Air Pengukuran Level Sensor Selisish
Buzzer Lampu
(cm) (Liter) (Liter)
1 33,3 17,670978 17,85 -0,179 on off
2 32 16,98112 16,91 0,0711 on off
3 31,4 16,662724 16,69 -0,027 on off
4 30,1 15,972866 15,87 0,1029 on off
5 29,6 15,707536 15,79 -0,082 on off
6 28,3 15,017678 15,19 -0,172 on off
7 27,2 14,433952 14,36 0,074 off off
8 26 13,79716 13,88 -0,083 off off
9 25 13,2665 13,35 -0,083 off off
10 24 12,73584 12,61 0,1258 off off
11 23,4 12,417444 12,42 -0,003 off off
12 22,3 11,833718 11,97 -0,136 off off
13 21,3 11,303058 11,26 0,0431 off off
14 20,3 10,772398 10,71 0,0624 off off
15 19,2 10,188672 10,2 -0,011 off off
16 18 9,55188 9,21 0,3419 on on

Contoh perhitungan volume data ke 1


Dik : r = 13 cm = 1,3 dm
t = 33,3 cm = 3,33 dm
IV-12

Penyelesaian
Vtabung = πr2t
= 3,14 x 1,3 2x3,33
= 17,670978 Liter

Dari dari data tabel pengujian diatas dapat terlihat bahwa, nilai diatas set
point buzzer akan menyala karena air dalam toples terlalu banyak, seperti pada
data ke 1 sampai data ke 6 keadaan buzzer dalam keadaan menyala dan keadaan
lampu off, sedangkan saat dibawah set point maka buzzer akan off seperti pada
data ke 7, kemudian pada data ke 16 buzzer keadaan on kembali hal ini
menandakan bahwa nilai level fluida akan habis sehingga buzzer menyala dan
lampu berubah keadaan menjadi on. Hal ini menandakan bahwa kontrol level
berfungsi dengan baik.

IV.1.8 Pengujian Kontrol pH


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi nilai pH saat
kondisi nilai set pointnya ditentukan. Larutan yang digunakan pada pengujian ini
adalah 4, 6.8 ,9.18. output yang digunakan adalah lampu ac sebagai simulasi
keadaan solenoid valve.

a b c

Gambar IV-‎0-12 Pengujian Kontrol pH


Keterangan: a. pH sensor, b. pH meter 2011, c. pH meter CT 6020A

Pengujian kontrol pH ini dilakukan di Lab teknik konservasi energi. Dengan


set point pH=5,7.
IV-13

Tabel IV.9 Pengujian Kontrol pH


Alat Temperatur Kondisi
No Larutan
sensor pH pH meter (oC) lampu
1 4 3,98 4,03 25,8 off
2 6,8 6,8 6,83 26 on
3 9,18 9,12 9,19 25 on

Dari data hasil pengamatan menunjukan bahwa saat nilai pH dibawah set
point maka kondisi relay off, sedangkan apabila suatu larutan melebihi nilainya
set point maka kondisi relay on. Seperti pada data ke-2 dan ke-3 nilai pH larutan
tersebut diatas nilai set point sehingga keadaan lampu berubah menjadi on Dari
data tersebut menunjukan bahwa kontrol ini berfungsi dengan baik saaat pH diatur
nilainya (set point)

IV.1.9 Pengujian Kontrol pH dan Level


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dua kontrol ketika
digabungkan dengan dua buah set point. Pengujian ini dilakukan pada digester
asetogenesis dengan berisi fluida limbah tahu dan dicampur dengan kotoran sapi
sebagai starternya. Output kondisi ini menggunakan lampu AC

Gambar IV-0-13 Pengujian Kontrol pH dan Level

Pengujian kontrol pH dan level ini dilaukan di Laboratorium teknik


konservasi energi. Pengujian dilakukan saat nilai pH berada diatas nilai setpioint.
Nilai set point pH = 5,7 set point level = 20 liter dan 80 liter
IV-14

Tabel IV.10 Pengujian kontrol pH dan level saat pengisisan


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 19,8 20,3 4,93 4,89 on off
2 24 22 4,93 4,89 off off
3 35 34,8 4,94 4,89 off off
4 40 40,38 4,95 4,89 off off
5 41 41 5,04 5,05 off off
6 43 43,2 5,10 5,05 off off
7 45 44,7 5,15 5,13 off off
8 59 57,71 5,27 5,2 off off
9 68 67 5,26 5,2 off off
10 70 71 5,26 5,2 off off

Tabel IV.11 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari kedua


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 73,4 4,43 4,56 off off
2 75 73,4 4,43 4,56 off off
3 75 73,4 4,43 4,56 off off
4 75 73,4 4,43 4,56 off off
5 75 73,4 4,43 4,56 off off
6 75 73,4 4,43 4,56 off off
7 75 73,4 4,43 4,56 off off
8 75 73,4 4,42 4,56 off off
9 75 73,4 4,42 4,56 off off
10 75 73,4 4,42 4,56 off off

Tabel IV.12 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari ketiga


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 72,1 4,5 4,63 off off
2 75 72,1 4,5 4,63 off off
3 75 72,1 4,5 4,63 off off
4 75 72,1 4,5 4,63 off off
5 75 72,1 4,5 4,63 off off
6 75 72,1 4,5 4,63 off off
7 75 72,1 4,5 4,63 off off
8 75 72,1 4,5 4,63 off off
9 75 72,1 4,5 4,63 off off
10 75 72,1 4,5 4,63 off off
IV-15

Tabel IV.13 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari keempat


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 72,1 5,06 5,12 off off
2 75 72,1 5,06 5,12 off off
3 75 72,1 5,06 5,12 off off
4 75 72,1 5,06 5,12 off off
5 75 72,1 5,06 5,12 off off
6 75 72,1 5,06 5,12 off off
7 75 72,1 5,06 5,12 off off
8 75 72,1 5,07 5,12 off off
9 75 72,1 5,07 5,12 off off
10 75 72,1 5,07 5,12 off off

Tabel IV.14 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari kelima


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 72,1 5,34 5,41 off off
2 75 72,1 5,34 5,41 off off
3 75 72,1 5,34 5,41 off off
4 75 72,1 5,34 5,41 off off
5 75 72,1 5,34 5,41 off off
6 75 72,1 5,34 5,41 off off
7 75 72,1 5,34 5,41 off off
8 75 72,1 5,34 5,41 off off
9 75 72,1 5,34 5,41 off off
10 75 72,1 5,34 5,41 off off

Tabel IV.15 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari keenam


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 72,1 5,52 5,64 off off
2 75 72,1 5,52 5,64 off off
3 75 72,1 5,52 5,64 off off
4 75 72,1 5,52 5,64 off off
5 75 72,1 5,52 5,64 off off
6 75 72,1 5,52 5,64 off off
7 75 72,1 5,52 5,64 off off
8 75 72,1 5,52 5,64 off off
9 75 72,1 5,52 5,64 off off
10 75 72,1 5,52 5,64 off off
IV-16

Tabel IV.16 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari ketujuh


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 75 72,1 5,63 5,73 off off
2 75 72,1 5,63 5,73 off off
3 75 72,1 5,63 5,73 off off
4 75 72,1 5,63 5,73 off off
5 75 72,1 5,63 5,73 off off
6 75 72,1 5,63 5,73 off off
7 75 72,1 5,63 5,73 off off
8 75 72,1 5,63 5,73 off off
9 75 72,1 5,63 5,73 off off
10 75 72,1 5,63 5,73 off off

Tabel IV.17 Pengujian Kontrol pH dan Level pada hari kedelapan


Sight Glasss Level sensor pH pH Kondisi Kondisi
No
(L) (L) sensor meter Buzzer Solenoid
1 20 19,2 5,85 5,92 on off
2 20 19,2 5,85 5,92 on off
3 20 19,2 5,85 5,92 on off
4 20 19,2 5,85 5,92 on off
5 20 19,2 5,85 5,92 on off
6 20 19,2 5,85 5,92 on off
7 20 19,2 5,85 5,92 on off
8 20 19,2 5,85 5,92 on off
9 20 19,2 5,85 5,92 on off
10 20 19,2 5,85 5,92 on off

Dari data diatas dapat terlihat bahwa kontrol pH dan level dapat bekerja
dengan baik pada biogas digester dua tahap. Saat nilai pH sensor yang terdeteksi
dalam digester kurang dari set point maka solenoid valve off. Kemudian apabila
nilai pH berada diatas nilai setpoint dan ketinggian level fluida diatas 20 liter
maka limbah tahu mengalir ke digester metano. Seperti pada Tabel IV.10 data ke
1 kondisi buzzer dalam keadaan menyala karena level limbah tahu dibawah
setpoint. Sedangkan data dibawah data ke 1 kondisi buzzer dan solenoid valve
dalam keadaan tertutup. Pada tabel IV.18 keadaan buzzer on karena level limbah
tahu berada dibawah set point, sedangkan kondisi solenoid valve nya dalam
keadaan off. Data pengujian tabel ini nilai kedua setpoint level dan pH terpenuhi
ssehingga limbah tahu mengalir ke digester metano.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian pembuatan dan pengujian kontrol pH dan level
pada biogas ini pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kontrol pH dan level ini dapat bekerja dengan baik ketika


ditempatkan di dalam digester
2. Nilai setpoint tercapai pada hari kedelapan dengan pH = 5,85 dan
level digester 19,2 liter dengan kondisi buzzer on dan solenoid
valve off.
3. Nilai pengukuran sensor pH memiliki error 3-10% sedangkan
pengukuran level memiliki nilai error 0 %
4. Sensor pH mempunyai resistansi yang besar 50-500 MΩ maka
dari itu koneksi konektor BNC harus diperhatikan karena arusnya
kecil.
5. Adanya kemungkinan ketidakakuratan pembacaan nilai pH dan
level karena elekroda pH ditempatkan pada fluida keruh

V.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis mengenai pemantauan sistem
kendali ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan penyempurnaan desain sensor pH


perhatikan karakteristik dari sensor pH itu karena tidak semua
sensor pH bisa membaca kadar asam kuat.
2. Dalam pengujian sensor ultrasonik HC-SR04 pada fluida air agar
mengguanakan spons agar pembacaan sensor normal.
3. Masukan limbah tahu pada digester cobalah dibuat otomatis.
4. Dalam pengaplikasiaan dilapangan cobalah memakai sumber dari
listrik solar-cell

V-1
V-2

5. Dalam melakukan kalibrasi pH sensor untuk dilakukan beberapa


pengujian nilai pH.
xiv

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Dyah Anggreini T, dkk, Pengendalian Kadar Keasaman (pH) Pada


Pengendapan Tahu Menggunakan Kontroler PID Berbasis ATmega32,
UNDIP, 2014.
Ferdian Yudhistira, Aldi, Rancang Bangun Alat Bantu Parkir Mobil
Menggunakan Sensor Jarak Ultrasonik Berbasis Arduino Uno, Jurnal
Tugas Akhir Program Studi D-III Teknik Telekomunikasi STT
Telematika Telkom Purwokerto. Purwokerto, 2014.
Gerardi, M. H, The Microbiology of Anaerobic Digesters. John Willey and Sons,
Inc, 2003.
M. Z. Andri, “Pulse Width Modulation (PWM),” 25 November 2013.
[Online]. Available: http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/pulsewidth
modulation-pwm/. [Diakses 5 April 2017].
Noorulil A, Bayu dan Ratna Adil, Rancang Bangun Model Mekanik
Alat untuk Mengukur Kadar Keasaman Susu Cair Sari Buah dan Soft
Drink. Jurnal Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, Surabaya.
Nurbaniah, Siti . Identifikasi Waktu Retensi Proses Asetogenesissistem
Biogas Dengan Metanogenesis Berbahan Baku Limbah Cair Tahu.
Bandung, Politeknik Negeri Bandung, 2016
Rizki, Pajar, Sistem Kendali Temperatur, Pemantauan PH Dan Akuisisi
Data Berbasis Mikrokontroller Atmega8 Di Digester Biogas, Bandung,
Politeknik Negeri Bandung, 2013.
Santoso, Hari, Panduan Praktis Arduinon Untuk Pemula. Trenggalek :
Elang Sakti, 2015
Suyitno, dkk, Teknologi Biogas : Pembuatan, Operasional, dan
Pemanfaatan. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010
xv

Wahyuni, Sri, Ringkasan Makalah Biogas Energi Terbarukan, Ramah


Lingkungan, dan Berkelanjutan. Jakarta, KIPNAS, 2011.
Winasis, Ganjar dan Ajub Ajulian, Sensor Ultrasonik Untuk Deteksi
Ketinggian Air Berbasis Mikrokontroller Arduino Pada PT.Angkasa
Pura I (Persero) Bandara Ahmad Yani Semarang. Makalah Seminar
Kerja Praktek Teknik Eletro Universitas Diponegoro. Semarang, 2014
Yuliza, Perancangan pH Meter pada Boiler HRSG. Jakarta , Universitas
Mercu Bauana. 2015

You might also like