You are on page 1of 8

bHYPERBILIRUBIN

DEFINISI

Hyperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainyalebih dari
normal. (Yuliani dan Suriadi 2001)

PATOFISIOLOGI

Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh
kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem
retikuloendotelial. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh
protein intraseluler “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatik
dan adanya ikatan protein. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi
oleh enzim asam uridin difosfoglukoronat – uridin diphosphoglucuronic acid (UDPGA)
glukorinil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air
(bereaksi direk). Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membran kanalikular.
Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen
dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.

Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut-lemak, tak
terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek). Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan
merupakan hasil dari difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil transferasi. Rendahnya
pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein hepatik sejalan dengan
penurunan aliran darah hepatik. Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil
dari hambatan kerja glukorinil transferasi oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang
terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin
tak terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama minggu ke 2 sampai ke 3. Biasanya
dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun 10 minggu. Jika pemberian ASI dilanjutkan,
hyperbilirubinemia akan menurun berangsur-angsur dan dapat menetap selama 3 sampai 10
minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin serum
akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI
selama 1 sampai 2 hari dan penggantian ASI dengan formula mengakibatkan penurunan
bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan
hyperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumnya.
Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama kelahiran.
Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis, muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.

KOMPLIKASI

a) Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius)


b) Kernikterus: kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hyperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.

ETIOLOGI

a) Peningkatan bilirubin dapat terjadi karena: polycethemia, isoimmun hemolytic disease,


kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan obat (hemolisis kimia:
salisilat, kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis ekstravaskuler; cephalhematoma,
ecchymosis.
b) Gangguan fungsi hati: defisiensi glukorinil transferase, obstruksi empedu / atresia
biliari, infeksi, masalah metabolik:galaktosemia, hypothyroidisme, Jaundice ASI.
c) Komplikasi: asfiksia, hipotermi, hipoglikemia. Menurunnya ikatan albumin: lahir
prematur, asidosis.
(Yuliani dan Suriadi 2001)
PATHWAY

Hemoglobin

globin heme
Sistem retikuloendotelial

biliverdin Fe, CO

bilirubin

Albumin-bound bilirubin
Plasma

bilirubin tak terkonjugasi bebas

Transport membran (pengambilan)

Hati
Bilirubin
UDPGA
Retikulo endoplasmik
Konjugasi
bilirubin mono dan diglucuronidase

ekskresi membran kanalikular Sirkulasi enterohepatik

Sistem empedu empedu

bilirubin sistem
Sistem intestinal Filtrasi ginjal
sirkulasi
pengaktifan dan ekskresi
bakteri urobilinogen

tinja urine

(Yuliani dan Suriadi 2001)


MANIFESTASI KLINIS

a) Tampak ikterus pada: sklera, kuku, atau kulit dan membran mukosa. Jaundice yang
tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir,
sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ke-2 atau
hari ke-3, dan mencapai puncak pada hari ke-3 sampai hari ke-4 dan menurun pada hari
ke-5 sampai hari ke-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
b) Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak
kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak
berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus
yang berat.
c) Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Pemeriksaan bilirubin serum :


Pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari
kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis. Pada bayi dengan premature
kadar bilirubin mencapai puncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar
bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis. Dari Brown AK dalam Textbooks
of pediatrics 1996: icterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek munculnya
icterus 2 sampai 3 hari dan hilang 4 sampai 5 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 10 – 12 mg/dl. Sedangkan pada bayi dengan premature, bilirubin indirek
munculnya 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin indirek
kurang dari 5 mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkat dari 1 mg/dl. Maisets, 1994
dalam Whaley dan Wong 1999: meningkatnya kadar serum bilirubin total lebih dari 12
sampai 13 mg/dl.
Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu Radioisotope scan
dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dari atresia biliary.

PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

a. Fototerapi; dilakukan apabila telah ditegakan hyperbilirubin patologis dan berfungsi


untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto
pada bilirubin dari biliverdin. Walaupun cahaya biru memberikan panjang gelombang
yang tepat untuk foto aktivitas bilirubin yang terikat albumin. Cahaya menyebabkan
reaksi fotokemia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak
terkonjugasi ke dalam foto bilirubin, yang mana diekskresikan dalam hati kemudian ke
empedu. Kemudian produk akhir reaksi adalah reversible dan diekskresikan ke dalam
empedu tanpa perlu konjugasi.
b. Fenobarbital; dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjungasi.
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
bilirubin konjungasi dan clearance hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis
protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital
tidak begitu sering dianjurkan.
c. Antibiotik; apabila terkait dengan infeksi.
d. Transfusi tukar; apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi.
(Yuliani dan Suriadi 2001)

PENATALAKSANAAN PERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
b. Inspeksi, warna pada sklera, konjungtiva, membrane mukosa mulut, kulit, urine dan
tinja
c. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan
d. Tanyakan berapa lama jaundice muncul dan sejak kapan
e. Apakah bayi ada demam
f. Bagaimana kebutuhan polaminum
g. Riwayat keluarga
h. Apakah anak sudah mendapat imunisasi hepatitis B
(Mitayani, 2009)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder


dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin
B. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible water
loss) tanpa disadari sekunder dan fototerapi
C. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi
D. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding
E. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua
F. Risiko injury pada mata berhubungan dengan fototerapi

PERENCANAAN

A. Bayi terbebas dari injury yang ditandai dengan serum bilirubin menurun, tidak ada
jaundice, reflex moro normal, tidak terdapat sepsis, reflex hisap dan menelan baik
B. Bayi tidak menunjukan tanda – tanda dehidrasi yang ditandai dengan urine output
(pengeluaran urine) kurang dari 1- 3 ml/kg/jam, membran mukosa normal, ubun-
ubun tidak cekung, temperature dalam batas normal
C. Bayi tidak menunjukkan adanya iritasi pada kulit yang ditandai dengan tidak terdapat
rash, dan tidak ada ruam makularer itematosa
D. Orang tua tidak tampak cemas yang ditandai dengan orang tua mengekspresikan
perasaan dan perhatian pada bayi dan aktif dalam partisipasi perawatan bayi
E. Orang tua memahami kondisi bayi dan alasan pengobatan dan berartisipasi dalam
keperawatan bayi: dalam pemberian minum, dan mengganti popok
F. Bayi tidak mengalami injury pada mata yang ditandai dengan tidak ada konjungtiva

IMPLEMENTASI

A. Mencegahadanya injury (internal)


a) Kaji hyperbilirubin tiap 1-4 jam dan catat
b) Berikan fototerapi sesuai progam
c) Monitor kadar bilirubin 4-6 jam sesuai progam
d) Antisipasi kebutuhan transfusi tukar
e) Antisipasi kebutuhan transfusi tukar
f) Monitor Hb dan Het

B. Mencegah terjadinya kurangnya volume cairan


a) Pertahankan intake (pemasukan) cairan
b) Berikan minum sesuai jadwal
c) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
d) Berikan terapi infus sesuai progam bila indikasi : meningkatnya temperatur,
meningkatnya konsentrasi urine, dan cairan hilang berlebihan
e) Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
f) Monitor temperatur setiap 2 jam

C. Mencegah gangguan iritasi kulit


a) Inspeksi kulit setiap 4 jam
b) Gunakan sabun bayi
c) Merubah posisi bayi dengan sering
d) Gunakan pelindung daerah genital
e) Gunakan pengalas yang lembut

D. Mengurangi rasa cemas pada orang tua


a) Pertahankan kontak orang tua-bayi
b) Jelaskan kondisi bayi, perawatan dan pengobatannya
c) Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan, dengarkan rasa takutnya dan
perhatian orang tua

E. Orang tua memahami kondisi bayi dan mau berpartisipasi dalam perawatan
a) Ajak orang tua untuk diskusi dengan menjelaskan tentang fisiologis, alasan
perawatan, dan pengobatan
b) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi
c) Jelaskan komplikasi dengan mengenal tanda dan gejala: lethargi (suatu keadaan di
mana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan perhatian serta kesiagaan),
kekuatan otot, menangis terus, kejang dan tidak mau makan/minum, meningkatnya
temperatur, dan tangisan yang melengking

F. Mencegah injury pada mata


a) Gunakan pelindung pada mata saat fototerapi
b) Pastikan mata tertutup, hindari penekanan pada mata yang berlebihan karena
dapat menimbulkan jenis pada mata yang tertutup atau kornea dapat tergores jika
bayi dapat membuka matanya saat dibalut

(Yuliani dan Suriadi 2001)

PERENCANAAN PEMULANGAN
A. Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan jelaskan tentang
daya tahan tubuh bayi
B. Jelaskan pada orang tua cara pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak ikterik.
Namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap diteruskan pemberiannya
C. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan segera lapor
dokter atau perawat
D. Jelaskan untuk pemberian imunisasi
E. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan

(Mitayani, 2009)

You might also like