Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan masyarakat. Keluarga
merupakan sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki
kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Keluarga memiliki keterkaitan yang erat dengan
kesehatan setiap anggotanya (Jhonson dan Leny, 2010).
Kesehatan merupakan kunci utama dalam melakukan berbagai kegiatan.
Kesehatan yang terganggu, akan menghambat setiap orang dalam beraktivitas.
Pemerintah berlomba-lomba mencanangkan berbagai program guna meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat. Program tersebut dapat berhasil berkat kerjasama lintas
sektor. Salah satunya adalah sektor kesehatan. Dalam ranah kesehatan, peran dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lain tentu menjadi kunci utama. Perawat dituntut
terampil dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga sehingga program
dapat berjalan dengan baik (Setiadi, 2008).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan serangkaian proses yang diawali
dari pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, penentuan diagnosa prioritas,
perencanaan keperawatan serta implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan
keluarga bersifat komprehensif, mencakup seluruh anggota keluarga. Membantu
dalam menyelesaikan permasalah keluarga dimulai dari permasalahan fisik hingga
masalah dalam tahap perkembangan keluarga (Padila, 2012).
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagaimana konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada setiap tahap?
2. Bagimana konsep teori asuhan keperawatan keluarga?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Konsep tahap perkembangan keluarga dan tugas pada
setiap tahap
2. Untuk mengetahui Konsep teori asuhan keperawatan keluarga
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
A. Teori Tahap Perkembangan Keluarga
Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi
seperti halnya individu-individu yang megalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan secara terus menerus. Keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami
tahap perkembangan yang terus menerus. Duval (1997) dalam Padila (2012) telah
membuat formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga dengan menggunakan usia
anak yang paling tua sebagai patokannya, kecuali pada tahap terakhir ketika anak
tidak lagi ada di rumah.
Carter dan Mc Goldrick (1989) dalam Padila (2012) membagi keluarga
dalam 5 tahap perkembangan, yaitu:
1. Keluarga antara (masa bebas/pacaran) dengan usia dewasa muda
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
3. Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai anak usia
sekolah)
4. Keluarga yang memiliki anak dewasa
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
6. Keluarga lansia
3
2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (child bearing)
Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan. Studi klasik la
master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak bermasalah, selebihnya
bermasalah dalam hal:
a. Suami merasa diabaikan
b. Peningkatan perselisihan dan argumen
c. Interupsi dalam jadwal kontinu
d. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (integrasi
bayi dalam keluarga)
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memprluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran orang
tua, kakek dan nenek
e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
f. Konseling KB post partum 6 minggu
g. Menata ruang untuk anak
h. Menyiapkan biaya child bearing
i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
4
d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan
ubungan orang tua-anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar
dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
5
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
6
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu-individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan
keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan
perencanaan, perencanaan asuhan dan penelitian (Jhonson dan Leny, 2010).
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan di mana perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya.
a. Pengumpulan data
Sumber informasi dari tahapan pengumpulan data dapat menggunakan
metode wawancara, observasi misalnya tentang keadaan rumah,
pemeriksaan fisik terhadap seluruh anggota keluarga secara head to toe
dan telaahan data sekunder seperti hasil laboratorium, hasil x-ray, pap
smear dan lain sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah:
1) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a) Nama kepala keluarga
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
i. Komposisi keluarga: menjelaskan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Komposisi tidak hanya mencantumkan penghuni rumah
tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut. Bentuk komposisi keluarga
dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang
sudah dewasa, kemudia diikuti dengan anggota keluarga
yang lain sesuai dengan susunan kelahiran mulai dari yang
7
tua, kemudia mencantumkan jenis kelamin, hubungan
setiap anggota keluarga tersebut, tempat tanggal lahir atau
umur, pekerjaan dan pendidikan.
ii. Genogram: genogram keluarga merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon
keluarga). Genogram merupakan alat pengkahian
informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga,
riwayat dan sumber-sumber keluarga. Diagram ini
menggambarkan hubungan vertikal (lintas generasi) dan
horizontal (dalan generasi yang sama) untuk memahami
kehidupan keluarga dihubungkan dengan pola penyakit.
Untuk hal tersebut, maka genogram keluarga harus
memuat informasi tiga generasi (keluarga inti dan keluarga
masing-masing orang tua).
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Pisah
: Cerai
: Tidak menikah
8
: Anak adposi/ anak angkat
: Kembar
: Anggota serumah
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/ tipe keluarga
tersebut
g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditetntuka oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnnya. Selain
itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebuthan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang yang dimiliki oleh keluarga
9
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat relreasi
tertentu, namu dengan menonton televisi dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum digunkan serta
dilengkapi dengan denah rumah.
10
b) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Monilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai bagaimana cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
d) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
e) Nilai atau norma keluarga
11
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Struktur keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran dari anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialiasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggotan keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
serta prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mapu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhdapa
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapar meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai reproduksi keluarga adalah:
i. Berapa jumlah anak
ii. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga
12
iii. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana anggota keluarga
memnuhi kebutuhan sandang pangan dan papan serta sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya pengingkatan status kesehatan keluarga.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
8) Harapan keluarga
13
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
14
1) Resiko gangguan perkembangan pada balita (anak P) keluarga Bapak
N berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga melakukan
stimulasi terhadap balita.
2) Resiko terjadi konflik pada keluarga Bapak N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi.
15
- Resiko terjadi kekerasan
Fungsi sosialisasi - Perubahan proises keluarga
- Kurang pengetahuan
- Kurang peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua
- Perilaku mencari pertolongan
kesehatan (diagnosa
wellness)
Fungsi perawatan kesehatan - Perubahan pemeliharaan
kesehatan perilaku mencari
kesehatan
Proses dan strategi koping - Koping keluarga tidak efektif
keluarga - Resiko kekerasan
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi
dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan
secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achivable), rasional
dan menunjukan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk
mencapai tujuan. Wright dan Lrahey dalam friedman (1998) membagi
intervensi keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu
intervensi permulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi
intervensi yang bersifat sportif edukatif dan langsung kearah sasaran,
16
sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga
yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung.
Feeman (1970) dalam Friedman (1998) mengklasifikasikan (tipologi)
intervensi keperawatan keluarga menjadi :
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.
b. Intervensi fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan
kesehatan dirumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-sumber
perawataan untuk keluarganya termasuk dukungan internal dan ekternal.
Selanjutnya intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi
intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektis dan psikomotor
(prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, tetapi
modalitas ataupun terapi koplementer pada akhirnya ditunjukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga
dalam kesehatan.
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respons verbal, sikap
atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita
tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam menentukan
standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya
sama, standarnya bisa jadi berbeda.
Contoh:
Tujuan Khusus: Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat
menjelaskan tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue.
Kriteria: Respons verbal (karena menjelaskan)
Standar: Tanda-tanda bahaya demam oleh virus dengue
1) Panas tinggi tidak turun dengan obat penurun panas
2) Perdarahan dibawah kulit, dan lain sebagainya
17
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada
keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. Tindakan perawatan terhadap
keluarga mencangkup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
1. mengintifikasi konsukuensi tidak melakukan tindakan
2. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3. mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit :
1. mendemostrasikan cara perawatan
2. menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3. mengawasi keluarga melakukan tindakan/perawatan
d. membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi :
1. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
1. memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan
keluarga
2. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi dapat bervariasi
seperti melalui partisipasi aktif keluarga, pendidikan kesehatan, kontrak,
memanajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi.
5. Penilaian
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan penilaian.
Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara bertahap, demikian
18
halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan planning).
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga, misalnya keluarga anak P nafsu
makannya lebih baik
O : Hal-hal yang ditemukan perawat yang dapat diukur, misalnya anak P naik
BB nya 0,5 kg
A : Analisa hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respons keluarga.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial.
Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang
memiliki hubungan erat satu salam alin, saling tergantung yang diorganisir dalam
satu unit tunggal dalam rangka mengcapai tujuan tertentu.
Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga yaitu tahap keluarga pemula, tahap
keluarga sedang mengasuh anak, tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah, tahap
keluarga dengan anak usia sekolah, tahap keluarga dengan anak remaja, tahap
keluarga dengan anak dewasa, tahap keluarga usia pertengahan, dan tahap keluarga
lanjut usia.
Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, prioritas masalah, rencana asuhan keperawatan keluarga, catatan
perkembangan dan evaluasi.
B. Saran
1. Mahasiswa agar menambah pengetahuan sengan membaca berbagai referensi
sehingga menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga.
2. Seluruh perawat agar meningkatkan pengetahuan tanteng asuhan keperawatan
keluarga, agar dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar serta dikembangkan di
20
tatanan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman. 1998. Buku Ajar Keperawatan Keluarga; Riset, Teori dan Praktek. Edisi
Kelima. Jakarta: FKUI
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu
Sylvia A, Price & Loraraine M, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC
21