You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

AGREGAT KELUARGA

Oleh:
Abdul Aziz W. 1506690196
Elfira Rusiana 1506690284
Syifa Aulia 1506727652

PRAKTIKUM KLINIK V
KELAS PK V E

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
2019
Laporan Pendahuluan

I. Latar Belakang

II. Data yang perlu dikaji lebih lanjut


1. Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik

Menurut Meiner & Lueckenotte (2006) pengkajian pada inkontiensia urin meliputi riwayat,
pengkajian fungsional, psikososial, pemeriksaan fisik dan penilaian kebiasaan berkemih.

a. Riwayat pasien

Informasi yang perlu diperoleh antara lain yaitu mengenai gejala-gejala inkontinensia urin
yang dialami pasien dan kebiasaan berkemihnya; status kesehatan dan fungsi secara umum;
masalah pengobatan; pengobatan yang dijalani saat ini; pengobatan yang pernah dijalani;
riwayat pembedahan dan riwayat obstetri. Pada lansia, dimana terdapat perubahan kognitif,
perawat perlu mempertimbangkan sumber informasi sekunder seperti pemberi pelayanan
kesehatan atau catatan pasien. Informasi yang harus diperoleh selama mengkaji riwayat
inkontinensia urin yaitu: onset inkontinensia urin, frekuensi dan volume kobocoran,
keadaan yang menyebabkan urin loss, kebiasaan berkemih, asupan cairan per hari, teknik
manajemen diri pasien dalam mengatasi inkontinensia, pengobatan untuk mengatasi
inkontinensia yang pernah dijalani, adanya gejala yang berkaitan dengan traktus urinarius
lainnya, serta kebiasaan BAB.

b. Pengkajian fungsional

Informasi yang harus diperoleh yaitu mengenai kemampuan pasien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari secara normal meliputi merawat diri, berpakaian, berangkat tidur dan
bangun dari tempat tidur, serta berjalan. Pasien yang mengalami kesulitan dalam
melakukan ADL seringkali mengalami kesulitan untuk ke kamar mandi. Status mental
harus dikaji selama mengkaji pola fungsional, karena kemampuan kognitif dapat
memoengaruhi kemampampuan pasien dalam mengenali keinginan berkemih, lokasi kamar
mandi, dan menanggalkan pakaian pada saat berkemih.

c. Psikososial

Pengkajian psikososial difokuskan pada pengaruh inkontinensia terhadap kehidupan pasien


dan ketersediaan serta kualitas pemberi perawatan. Perawat perlu menanyakan pada pasien
bagaimana inkontinensia yang dialami mempengaruhi aktivitas sosial, harga diri, suasana
hati, aktivitas sosial dan hubungan dengan keluarga; perawat juga perlu mengkaji keinginan
dan kemauan pasien dalam berpartisipasi selama program intervensi untuk mengatasi
inkontinensia.

d. Pemeriksaan fisik

Menurut Craven & Hirnle (2007) mengemukakan pemeriksaan fisik yang dilakukan
meliputi:

- Inspeksi

Inspeksi dilakukan di abdomen bagian bawah pasien dengan posisi berbaring terlentang
pada bagian tengah bawah abdomen diatas simfisis pubis. Apabila hasil inspeksi tampak
menonjol, dapat dikatakan bahwa terjadi distensi kandung kemih. Jika pasien obesitas akan
sulit untuk observasi adanya distensi kandung kemih. Selain itu, selalu perhatikan meatus
urinarius ketika memasang atau melepas kateter. Ketidaknormalan yang dapat ditemukan
saat inspeksi area perineum yaitu kemerahan, inflamasi kulit disekitar meatus urinarius dan
adanya purulent.

- Perkusi

Gunakan pemeriksaan Bladder Ultrasound (BUS) untuk mengurangi perlakuan perkusi


sebagai teknik pengkajian distensi kandung kemih. Meskipun kurang tepat dibandingkan
dengan ultrasound, perkusi abdomen bagian bawah masih dapat dilakukan. Perkusi dimulai
di area umbilikus hingga simfisis pubis, jika kandung kemih kosong atau berisi kurang dari
150 ml akan terdengar bunyi hollow yang merupakan bunyi normal perkusi area abdomen.
Pada distensi kandung kemih, perkusi menghasilkan bunyi dull. Perkusi lebih reliabel
dibandingkan palpasi dalam menilai deajat distensi kandung kemih.

- Palpasi

Seperti halnya perkusi, palpasi dilakukan mulai area umbilikus sampai simfisis pubis untuk
mendeteksi distensi kandung kemih. Gunakan ujung-ujung jari pada kedua tangan untuk
melakukan palpasi untuk mencoba merasakan tepibatas kandung kemih. Jika kandung
kemih berisi lebih dari 150 ml, tepi kandung kemih terasa lunak dan bulat.

2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang inkontinensia urin dilakukan sesuai indikasi. Misalnya urinalisis,


pemeriksaan USG dan pemeriksaan urodinamik. Pemeriksaan urodinamik dilakukan pada
pasien dengan gangguan berkemih yang memerlukan konfirmasi objektif patofisiologinya.
Pemeriksaan ini terutama diindikasikan untuk evaluasi pada pasien dengan gangguan
berkemih akibat kelainan neurologi mauoun non-neurologi. Sebelum pemeriksaan, harus
dilakukan kultur urin pasien. Apabila terdapat kuman, maka pasien harus diterapi terlebih
dahulu dengan antibiotik selama 1 minggu sebelum pemeriksaan. Pasien dengan riwayat
ISK berulang, harus diberikan antibiotik profilaksis sebelum dilakukan prosedur
pemeriksaan urodinamik.

III. Rencana Keperawatan

IV. Rancangan Kegiatan


Rencana Keperawatan
Inkontinensia Urin Stres

Pokok kegiatan : Pendidikan Kesehatan Inkontinensia Urin Stres

Tujuan umum
Keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai inkontinensia urin dan bersedia
menyesuaikan pola hidup yang sesuai
Tujuan khusus
 Keluarga dapat menyebutkan pengertian inkontinensia urin dan tanda gejalanya
 Keluarga dapat menyebutkan aktivitas yang dianjurkan bagi penderita inkontinensia
urin
 Keluarga dapat mengelompokkan makanan yang dianjurkan pada pasien
inkontinensia urin
 Keluarga dapat mempraktekkan prosedur latihan kegel

Rancangan Kegiatan
1. Topik
Pendidikan Kesehatan: Inkontinensia Urin
2. Metode
Penyuluhan Kesehatan
 Bidang kognitif : Metode Ceramah dan Tanya Jawab
 Bidang psikomotor : Mengelompokkan gambar makanan yang dianjurkan oleh
klien dengan inkontinensia urin dan demonstrasi senam kegel
3. Media
Media dan alat yang digunakan yaitu:
 Lembar balik

4. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 4 Maret 2019
Waktu : Pukul 09.00 – 10.20 WIB
Tempat : Rumah Keluarga Ibu L

5. Pengorganisasian kelompok:
Moderator : Syifa Aulia
Pemateri : Abdul Aziz W
Fasilitator : Elfira Rusiana
Observer : Syifa Aulia
STRATEGI PELAKSANAAN
Waktu Kegiatan Respon peserta
Fase Orientasi
Pembukaan: Peserta aktif:
- Mengucapkan salam perkenalan 1. Menjawab salam
- Memperkenalkan diri dan memperhatikan
- Menanyakan kondisi klien 2. Mendengarkan
09.00-09-10 - Menjelaskan topik dan tujuan 3. Bersedia
pembelajaran mengikuti penyuluhan
- Melakukan kontrak waktu
- Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Evaluasi Peserta aktif:
Pengajuan pertanyaan secara lisan terkait 1. Mendengarkan
09.10-09.15
materi yang akan diberikan (pre-test) 2. Menjawab
pertanyaan
Fase Kerja
Penyampaian materi edukasi melalui lembar Peserta aktif:
balik dan poster edukasi: 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan tentang pengertian 2. Mendengarkan
inkontinensia urin serta klasifikasinya 3. Bertanya
2. Menjelaskan faktor risiko, tanda gejala 4. Memperagakan
inkontinensia urin serta komplikasinya
09.15-09.45
3. Menjelaskan cara pengendalian
inkontinensia urin
4. Menyebutkan aktivitas fisik yang
disarankan bagi penderita inkontinensia urin
5. Menyebutkan jenis makanan yang
dianjurkan bagi penderita inkontinensia urin
6. Mempraktekkan prosedur senam kegel
Fase Terminasi
Evaluasi Peserta aktif:
- Mendemonstrasikan senam kegel 1. Melakukan re-
09.45-09.55 - Mengelompokkan jenis-jenis makanan demontrasi
yang dianjurkan pasien inkontinensia urin 2. Mengelompokkan
gambar
Evaluasi Peserta aktif:
Pengajuan pertanyaan secara lisan terkait 1. Menjawab
materi yang telah disampaikan (post-test) pertanyaan
09.55-10-00 2. Bertanya
mengenai hal yang
kurang dimengerti dan
dipahami
Penutup: Peserta aktif:
10.00-10.10 - Penyampaian kesimpulan 1. Mendengarkan
- Mengucapkan salam penutup 2. Memperhatikan
Melakukan rencana tindak lanjut dengan berdiskusi mengenai pembuatan
10.10-10-20
jadwal senam kegel keluarga

You might also like