Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
membeli jajan menurut kesukaan mereka sendiri tanpa memikirkan bahan-
bahan yang terkandung didalamnya (Judarwanto, 2008). Anak sekolah
biasanya mempunyai lebih banyak perhatian, aktivitas di luar rumah, dan
sering melupakan waktu makan sehingga mereka membeli jajanan di sekolah
untuk sekedar mengganjal perut (Rakhmawati, 2009). Kebiasaan jajan ini
dipengaruhi oleh faktor terkait makanan, karakteristik personal (pengetahuan
tentang jajanan, kecerdasan, persepsi, dan emosi), dan faktor lingkungan
(Ariandani, 2011). Permasalahan kebiasaan jajan yang tidak sehat pada siswa
harus ditangani agar dapat terhindar dari berbagai macam resiko penyakit
(Evy, 2008). Anak usia sekolah pada umur 7-11 tahun berada pada tahap
perkembangan konkret operasional yang ditandai pikiran yang logis dan
terarah serta mampu berfikir dari sudut pandang orang lain membuat anak
usia sekolah sangat peka menerima perubahan dan pembaharuan (Wong,
2003).
2
1. Mengidentifikasi pengkajian komunitas pada kelompok anak usia
sekolah
2. Membuat analisa data pada kelompok anak usia sekolah
3. Membuat diagnosa keperawatan komunitas pada kelompok anak usia
sekolah
4. Membuat Prioritas masalah pada kelompok anak usia sekolah
5. Membuat intervensi komunitas pada kelompok anak usia sekolah
6. Membuat POA pada kelompok anak usia sekolah
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana membuat
asuhan keperawatan komunitas serta masalah-masalah apa yang sering muncul
pada anak usia sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau
lagi menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh
teman sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga lain.
2. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak
memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.
3. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi
pertengkaran antar-keluarga dan suasana rumah yang tidak
menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
2.1.2 Label yang digunakan pendidik/guru
2.2 Konsep Dasar Keluarga dengan Tahap Perkembangan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum dan
hubungan keluarga diakhir tahap ini ( Duval, 1977 ). Pada masa ini
4
merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini anak-anak mempunyai keinginan
dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib
dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap
orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti
keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas dan perkembangannya sendiri.
Menurut Erikson (1950)orangtua berjuang dengan tuntutan ganda
yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya
(tugas perkembangan generativitas) dan memperhatikan perkembangan
mereka sendiri, sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk
mengembangkan sense of industry–kapasitas untuk menikmati pekerjaan dan
mencoba mengangkis perasaan rendah hati.Tugas orangtua pada tahap ini
adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih sederhana
membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan
kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar
dalam kehidupan anak usia sekolah. Tahun-tahun ini dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara
perlahanmendorong anak tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan
menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian di luar anak
mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan – lahan.
Akan tetapi, dalam contoh – contoh dimana peran ibu merupakan central dan
satu – satu nya peran yang signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses
pisah ini merupakan sesuatu yang menyakitkan dan dipertahankan mati-
matian.
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar
keluarga yang mengharuskan anak – anak mereka menyesuaikan diri dengan
standar – standar komunitas bagi anak. Hal ini cendrung mempengaruhi
keluarga – keluarga kelas menengah untuk kelas menengah menekan nilai –
nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah
keluarga dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin meras tersingkir dari
dan konflik dengan sekolah dan / atau nilai – nilai komunitas.
Kecacatan pada anak – anak akan ketahuan selama periode
kehidupan anak. Para perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak
5
defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain sulit belajar gangguan tingkah
laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak,
penyalahgunaan zat, dan penyakut – penyakit menular (Edelman dan Mandle,
186). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik
dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk
skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak dari seorang
perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru sekolah,
memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan
individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara efektif.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksiselama tahun-tahun
sekolah, termasuk epilepsi, serebral palsi, reterdasi mental, kanker, kondisi
ortopedik. Fungsi utama perawat kesehatan disini disamping fungsi rujukan,
mengajar, dan memberikan konseling kepada orangtua mengenai kondisi
tersebut akan membantu keluarga melakukan koping sehingga pengaruh yang
merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di
sekolah, klinik, kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus
mengupayakan keterlibatan orangtua secara aktif. Memulai rujukan untuk
konseling/terapi keluarga sering amat bermanfaat dalam membantu keluarga
agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara merugikan. Jika orangtua dapat menata kembali
masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya
mencari resolusi dengan fokus baru tersebut, akan tercapai lebih banyak
fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat (Bradt, 19888).Tabel
:Tahap Siklus Kehidupan Keluarga ini dengan Dua Orangtua, dan Tugas-
Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah.
6
dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
Sumber : Carter & McGoldrick (1988), Duvall & Miller (1985)
7
atau akrab dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar
seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media. Menurut
Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs
inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai
keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan untuk
mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang merupakan tahap
industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi
inferior.
3. Temperamen: Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan
faktor terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya
menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia
ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru
sangat besar untuk mengendalikannya.
4. Perkembangan Kognitif: Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap
operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan
dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar
konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan
belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpainya.
5. Perkembangan Moral: Masa akhir kanak-kanak, perkembangan
moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam tahap konvensional.
Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang
berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan
aturan yang telah diterimanya.
6. Perkembangan Spiritual: Anak usia sekolah menginginkan segala
sesuatunya adalah konkret atau nyata daripada belajar tentang “God”.
Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung
melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka.
7. Perkembangan Bahasa: Pada usia ini terjadi penambahan kosakata
umum yang berasal dari berbagai pelajaran di sekolah, bacaan,
pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan
karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan
yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial: Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia
berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas
8
teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima
sebagai anggota kelompok.
9. Perkembangan Seksual: Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya
dari teman-teman terlebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai
berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik
sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran
orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.
10. Perkembangan Konsep Diri: Perkembangan konsep diri sangat
dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara, dan sanak
keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal,
seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh
nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego ideal yang
menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang
diinternalisasi.
Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller
Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
9
penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering
mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “gendut”
atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
2. Kecelakaan: Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun
tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan yang dianggap
sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan
berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang
menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.
3. Kecanggungan: Pada masa ini anak mulai membandingkan
kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
4. Kesederhanaan: Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-
anak pada saat apapun. Orang yang lebih dewasa
memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik
sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.
B. Bahaya Psikologis
1. Bahaya dalam berbicara: Ada empat bahaya dalam
berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah:
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas
di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain,
kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan
tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pilar, akan
membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara
dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah
merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan yang bersifat
egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan
yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
2. Bahaya emosi: Anak akan dianggap tidak matang baik oleh
teman-teman sebaya maupun orang dewasa, bila ia masih
10
menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga
bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih
sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
3. Bahaya bermain: Anak yang kurang memiliki dukungan
sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari
permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota
kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain
akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4. Bahaya dalam konsep diri: Anak yang mempunyai konsep
diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan
orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap
diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan
terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial
anak.
5. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan
sikap moral dan perilaku anak-anak:
a. Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-
teman atau berdasarkan konsep-konsep media masa
tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode
orang dewasa.
b. Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai
pengawas dalam terhadap perilaku.
c. Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin
akan apa yang sebaiknya dilakukan.
d. Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e. Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang
salah begitu memuaskan sehingga perilaku menjadi
kebiasaan.
f. Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
6. Bahaya yang menyangkut minat: Ada dua bahaya yang
umum dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak:
11
pertama, tidak berminat pada hal-hal yang dianggap penting
oleh teman-teman sebaya, dan kedua, mengembangkan sikap
yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
7. Bahaya dalam penggolongan peran seks: Ada dua bahaya
yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk
mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang pertama
cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga
ketika orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda
dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua
berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki
diharapkan melakukan peran-peran tradisional.
8. Bahaya dalam perkembangan kepribadian: Ada dua bahaya
yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini.
Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang
mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang
merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak.
Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan
rasa penting diri yang palsu.
9. Bahaya hubungan keluarga: Pertentangan dengan anggota-
anggota keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan
keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang
buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.
2.7 PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Pada Anak Usia Sekolah
12
is nothing". Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa
kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai
hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan
kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku
tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.
(UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992). Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta
memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
13
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-
Morton et al.,1995). Perubahan-perubahan perilaku kesehatan dalam
diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah
pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek
biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005). Dasar orang
berperilaku dipengaruhi oleh :
1. Nila
2. Sikap
3. Pendidikan/pengetahuan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo.,2003)
14
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan
tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah,
air dan udara.Sampah menjadi media perkembangan kuman-
kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan
sampah juga bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
4. Olah raga yang teratur dan terukur
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan
terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh
lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit
lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung,
osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi.
5. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga
nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya
jentik nyamuk Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit
DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana
siswa sedang belajar. Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu,
menguras tempat-tempat penampungan air seminggu sekali
seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat
penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas
yang dapat menampung air hujan.
6. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok,
antara lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut,
penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak,
kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan
terhadap rokok. Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000
bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti menyebabkan
kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan CO.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta
status gizi. Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara
optimal.
8. Menggunakan jamban.
15
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak
berbau. Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan
sekitar Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga
kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor penyakit seperti diare,
cholera, disentri, thypus, cacingan dll.
16
Mulailah kumur – kumur dengan air
6. Menyikat Gigi
Letakkan posisi sikat 45º terhadap gusi
Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi Rahang Atas
(seperti mencungkil)
Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta
permukaan dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.
Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
7. Sikat perbagian gigi minimal 10 kali
8. Berkumur – kumur sampai mulut terasa bersih
9. Bilas mulut dengan air bersih kemudian keringkan dengan handuk
10. Perhatikan
a. Kita harus menggunakan sikat gigi sendiri
b. Menyikat gigi jangan terlalu keras
c. Jangan sampai tertelan air bekas kumur – kumur
d. Gunakan pasta gigi yang mengandung florida
e. Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut
17
Gosok punggung dan sela – sela jari kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
Gosok kedua telapak tangan serta sela jari – jari
Jari – jari kedua tangan dari sisi dalam saling mangunci
Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya .
Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
Bilas kedua tangan dengan air
Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar – benar
kering
Gunakan tisu tersebut untuk menutup kran
Tangan anda kini sudah bersih
B. Cara Memotong Kuku
Rendam kuku dengan air hangat kurang lebih 3 – 5 menit
Potong kuku dengan jepitan dari sisi yang satu ke sisi yang
lain
Setelah memotong kuku, kuku di cuci dengan sabun
kemudian di bilas dengan air bersih
Di keringkan dengan lap kering
18
dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih
lanjut (Februhartanty & Iswarawanti, 2004).
19
kelompok minuman (26.0%) dan makanan utama (2.0%). Dari
keseluruhan kelompok pangan jajanan dijual, lebih dari separuh
(55.8%) PJAS dalam bentuk pangan siap saji, selanjutnya 36.0%.
(Andarwulan et al, 2009). Winarno (1991) menyatakan jenis pangan
jajanan yang dijual oleh pedagang kecil lebih besar peluangnya
terhadap kontaminan dan bahaya kesehatan dbanding yang berasal
dari pedagang besar dengan peralatan yang memadai. Anak-anak
sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di sekolah.
Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa uang jajan anak
sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per
hari.
Bahkan ada yang mencapai Rp.7000. Lebih jauh lagi, hanya
sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah.
Karenanya mereka lebih terpapar pada pangan jajanan kaki lima dan
mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
Menariknya, pangan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi
bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%.
Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima
pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun
demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis
maupun kimiawi masih dipertanyakan (Februhartanty &
Iswarawanti, 2004).
20
pendidikan gizi dan kesehatan yang terintegrasi dengan kurikulum
oleh Syarief dkk (1997).
Namun pengembangan model tersebut belum
ditindaklanjuti dengan strategi implementasi dan penyediaan
pendukungnya di sekolah, seperti belum dilakukan uji-coba teknik
pembelajaran, pelatihan guru, penyediaan modul pelajaran, model
dan peraga untuk pengajaran. Karena implementasi program gizi dan
kesehatan tersebut belum optimal, sehingga status gizi, kesehatan
serta perilaku konsumsi jajanan pada anak sekolah masih sangat
memprihatinkan seperti yang ditunjukkan dari publikasi Riskesdas di
atas (Depkes 2008). Bahaya keamanan pangan terdiri dari :
1. Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit seperti Salmonella, E. Coli, virus,
parasit dan kapang penghsil mikotoksin.
2. Bahaya Kimia, adalah bahan kimia yang tidak
diperbolehkan digunakan untuk pangan, misalnya
logamdan polutan lingkungan, Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang tidak digunakan semestinya, peptisida, bahan
kimia pembersih, racun/ toksin asal tumbuhan/hewan, dan
sejenisnya.
3. Bahaya fisik, adalah bahaya benda-benda yang dapat
tertelan dan dapat menyebabkan luka misalnya pecahan
gelas, kawat stepler, potongan tulang, potongan kayu,
kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya.
Badan POM RI mengidentifikasi beberapa faktor yang
diduga turut mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS
antara lain: pada saat ini program nasional pengawasan jajanan anak
sekolah belum optimal, fasilitas (kantin sekolah tidak memadai,
fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai, sanitasi), dan sumberdaya
manusia (guru tidak melakukan komonikasi risiko, anak sekolah
jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang
menjual PJAS tidak aman, IRTP/produsen menghasilkan PJAS tidak
aman) (Andarwulan, et al. 2009). Masalah keamanan pangan
21
merupakan masalah yang kompleks yang merupakan dampak dari
hasil interaksi mikrobiologik, toksisitas kimiawi, dan status gizi yang
berkaitan satu sama lain. Ditinjau dari mata rantai timbulnya
masalah keamanan pangan, pada dasarnya masalah keamanan
pangan dapat timbul di: (1) tingkat produksi, (2) tingkat pengolahan,
dan (3) tingkat distribusi termasuk penyajian untuk konsumsi
(Wirakartakusumah, et al. 1994).
22
h. Peserta didik dapat memiliki kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap
penyakit.
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu
upaya pendidikan kesehatan yang diberikan pada peserta didik sekolah,
madrasah, dan rumah. Upaya pertama paling utama agar seseorang dapat
tetap dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan diri sendiri, bahkan agama sangat memperhatikan kesehatan
pribadi antara lain dengan adanya aturan bersuci, makan, minum, serta
adanya pengaturan dispensasi pelaksanaan ibadah bagi orang sakit.
23
Pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar.
Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, dan tempat ibadah.
Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah (termasuk penghijauan sekolah).
Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah.
Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
24
dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan
narasumber lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat.
Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media
cetak dan audio visual.
Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan
pondok pesantran.
25
Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan social sekolah.
Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
BAB III
PENYAJIAN DATA
112 23 %
Laki-Laki 55 49 %
Perempuan 57 51%
26
30 27
13 43 %
Laki-Laki 7 54 %
Perempuan 6 46 %
Total 13 100%
Total 13 100%
Rata-Rata rumah yang dihuni oleh warga Kelurahan Bulak Setro RT:
01, RW: 04 adalah tipe rumah permanen, serta lantai rumah keramik sebesar
29 (97%) dan hanya 1 (3%) KK saja yang memiliki lantai bersemen. Jarak
rumah setiap KK dengan rumah tetangga sangat berdekatan sekali. Serta tidak
semua KK memiliki halaman rumah yaitu sebesar 8 (27%) memiliki halaman
rumah dan 22 (73%) tidak memiliki halaman rumah. Lokasi halaman rumah
terdapat didepan rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah setiap KK kebun
sebanyak 2 (7%) yang ditanami oleh bunga-bunga hias sederhana saja. Luas
rumah rata-rata setiap KK adalah 7X10 M2 sebanyak 7 (23%), 6X12 M2
sebanyak 18 (60%), 6x9 M2 sebanyak 5 (17%). Terdapat penerangan di setiap
27
KK yaitu genteng 19 (63%), yang tidak ada genteng kaca 11 (37%) KK.
Lingkungan di Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 mayoritas adalah
seorang perokok yaitu sebanyak 24 (80%) hanya 6 (20%) orang saja yang
tidak merokok. Pada Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 ini terdapat
pencemaran di dekat pemukiman warga yaitu terdapat pabrik yang lokasinya
>10 m.
28
sebanyak 8 (80%), >3kali sebanyak 2 (20%). Makanan yang dimakan pun
nas, ikan sayur dan buah: sebanyak 9 (90%), nasi dan ikan saja: 1 (1%).
Permanen 30 100%
Semipermanen - -
Tidak permanen - -
Total 30 100%
Tanah - -
Papan - -
Keramik 29 97%
Semen 1 3%
Total 30 100%
Bersatu - -
Dekat 30 100%
29
Terpisah - -
Total 30 100%
Ada 8 27%
Tidak 22 73%
Total 30 100%
7X10 M2 7 23%
6X12 M2 18 60%
6X9 M2 5 17%
Total 30 100%
6. Jendela Setiap KK
Ada 30 100%
Tidak - -
Total 30 100%
4m 20 67%
3,5 m 8 27%
3m 2 6%
Total 30 100%
30
Jendela Jumlah Jumlah (%)
Ada 28 93%
Tidak 2 7%
Total 30 100%
Iya 30 100%
Tidak - -
Total 30 100%
Iya 19 63%
Tidak 11 37%
Total 30 100%
Iya 24 80%
Tidak 6 20%
Total 30 100%
1 kali - -
2 kali 25 83%
Total 30 100%
31
Membersihkan Jumlah Jumlah (%)
Tiap hari - -
Sebulan sekali - -
Total 30 100%
Dikuras - -
Tidak dibersihkan - -
Lain-Lain - -
Total 30 100%
Sering - -
Jarang 30 100%
Pernah - -
Tidak pernah - -
Total 30 100%
Sumur - -
32
Pdam - -
Total 30 100%
Pdam 30 100%
Sumur - -
Sungai - -
Lain-lain - -
Total 30 100%
<10 km 20 67%
>10 km 10 33%
Total 30 100%
Bak - -
Gentong - -
Ember - -
Lain-lain 30 100%
Total 30 100%
Terbuka - -
33
Tertutup 30 100%
Total 30 100%
Berwarna - -
Berbau - -
Berasa - -
Total 30 100%
Sungai - -
Ditimbun - -
Dibakar 1 3%
Sembarang tempat - -
Lain-lain 29 97%
Total 30 100%
Ada 30 100%
Total 30 100%
34
Dekat <5km 22 73%
Total 30 100%
Dibakar - -
Ditimbun - -
Dibuang ke sungai - -
Didaur ulang - -
Lain-Lain - -
Total 30 100%
Ada 30 100%
Tidak - -
Total 30 100%
Total 30 100%
35
Jarak rumah ke sumber Jumlah Jumlah (%)
polusi
<dari 10 m - -
>dari 10 m 30 100%
Total 30 100%
Ada 1 3%
Tidak 29 97%
Total 30 100%
Resapan - -
Got 30 100%
Sembarangan - -
Lain-Lain - -
Total 30 100%
Lancar 30 100%
Tersumbat / Terserang - -
Total 30 100%
Sstm peresapan - -
36
Sstm peresapan - -
Dibuang sembarangan - -
Total 30 100%
Olahraga - -
Les privat 1 8%
Lain-Lain - -
Total 13 100%
34. Penyakit yang diserita anak usia sekolah selama 6 bulan terakhir
Dbd - -
Asma - -
Tbc - -
Typus 1 8%
Lain-Lain - -
Total 13 100%
Musik/ TV 11 84%
Olahraga 1 8%
37
Rekreasi 1 8%
Keagmaan - -
Lain-Lain - -
Total 13 100%
Ya 13 100%
Tidak - -
Total 13 100%
Ya 13 100%
Tidak - -
Total 13 100%
38. Kebiasaan menggosok gigi anak usia sekolah dalam satu hari
1 kali 1 8%
2 kali 11 84%
>2 kali 1 8%
Total 13 100%
38
rumah
Lain-lain - -
Total 13 100%
1 kali - -
2 kali 13 100%
>3 kali - -
Total 13 100%
1-2 kali - -
3 kali 11 85%
42. Makanan yang sering dimakan anak usia sekolah dalam sehari-hari
Total 13 100%
39
Pengenalan PHBS Jumlah Jumlah (%)
Anak Usia Sekolah
Orang tua - -
Petugas kesehatan - -
Total 13 100%
40
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
41
3. Komunikasi: Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat Anak usia
sekolah mendapatkan informasi mengenai perilaku hidup bersih sehat
dan gangguan kesehatan dari guru sekolah dan orang tua.
1 DS: Orang tua anak usia sekolah Ketidak Terjadinya penyakit pada
yang ada di RT 01, RW 04, Adekuatan sistem pernapasan (ISPA,
Kelurahan Bulak Setro lingkungan sekitar Bronkitis, dsb)
mengatakan bahwa dalam 6 bulan tempat tinggal di
ini masalah kesehatan yang sering wilayah
42
dikeluhkan oleh anak usia sekolah Kelurahan Bulak
adalah batuk pilek Setro RT 01, RW
04
DO:
2 DS: Orang tua anak usia sekolah Peningkatan Gangguan Istirahat Tidur
yang berada di RT 01, RW 04, Kegiatan Anak
Kelurahan Bulak Setro, Usia Sekolah di
43
mengatakan bahwa anaknya tidur sekolah maupun di
larut malam dan susah untuk luar sekolah
dibagunkan ketika pagi hari.
DO:
3 DS: Orang tua anak usia sekolah Kurangnya Kebiasaan tidak sehat
di lingkungan RT 01, RW 04, pengawasan orang
Kelurahan Bulak Setro tua terhadap
mengatakan bahwa anaknya makanan yang
sering sekali makan jajanan yang dikonsumsi oleh
ada di sekolah. anak usia sekolah
44
DO: Dari 13 anak usia sekolah
sebesar 77 % anak usia di
lingkungan RT 01, RW 04,
Kelurahan Bulak Setro me
45
orang. Waktu yang dihabiskan anak usia sekolah untuk bermain
yaitu 6-7 jam
3 : tinggi 3 : tinggi
46
2. Gangguan Istirahat Tidur b/d
3 2 2 7
Peningkatan Kegiatan Anak
Usia Sekolah di sekolah
maupun di luar sekolah
47
4.5 Intervensi Keperawatan
1 Terjadinya penyakit pada Diharapkan masalah Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
sistem pernapasan (ISPA, bersihan jalan nafas tindakan keperawatan keluarga yang memiliki anak
Pengetahuan
Bronkitis, dsb) b/d Ketidak menjadi efektif dan selama 7 hari usia sekolah di wilayah
keluarga yang
Adekuatan lingkungan sekitar dapat teratasi di diharapkan: Kelurahan Bulak Setro RT
memiliki anak usia
tempat tinggal di wilayah wilayah Kelurahan 01, RW 04
1. Keluarga yang sekolah bertambah
Kelurahan Bulak Setro RT 01, Bulak Setro RT 01,
memiliki anak usia 2. Berikan penyuluhan tentang tentang masalah
RW 04 RW 04
sekolah dapat pentingnya kebersihan bersihan jalan nafas
meningkatkan lingkungan rumah tempat
Standar Evaluasi
kebersihan tinggal
rumahnya dari 1. 90% keluarga
3. Jelaskan pada keluarga yang
69% menjadi 90 % yang memiliki
memilik anak usia sekolah
anak usia
2. Keluarga yang tentang bahaya
sekolah dapat
48
memiliki anak usia ketidakefektifan jalan nafas meningkatkan
sekolah dapat pada anak usia sekolah kebersihan
mengurangi lingkungan
4. Ajarkan pada keluarga yang
kebisaan merokok tempat
memiliki anak usia sekolah
dari 69% menjadi tinggalnya
tentang pembuatan obat batuk
90%
tradisional yang efektif dan 2. 90% keluarga
terjangkau serta mudah yang memiliki
didapat seperti pemberian anak usia
minuman jahe madu sekolah daoat
mengurangi
5. Anjurkan pada keluarga yang
kebiasaan
memiliki anak usia sekolah
merokok
untuk mengawasi penyebab
penyakit serta makanan apa
yang dikonsumsi sehingga
membuat anak menjadi batuk.
49
2. Gangguan Istirahat Tidur b/d Diharapkan gangguan Setelah dilakukan 1. Melakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
Peningkatan Kegiatan Anak istirahat tidur pada tindakan keperawatan anak usia sekolah yang ada di
Pengetahuan anak
Usia Sekolah di sekolah maupun anak usia sekolah selama 3 hari: wilayah Kelurahan Bulak
usia sekolah tentang
di luar sekolah dapat teratasi di Setro RT 01, RW 04
1. Anak usia sekolah kebutuhan istirahat
wilayah Kelurahan
dapat mengurangi 2. Berikan penyuluhan tentang tidur
Bulak Setro RT 01,
aktifitas di luar pembagian waktu yang
RW 04
sekolah yang efektif untuk istirahat tidur
berlebihan dari 69% Standar Evaluasi:
3. Jelaskan manfaat dari
menjadi 30% 1. 30% anak usia
istirahat tidur bagi anak usia
2. Anak usia sekolah sekolah sekolah dapat
50
5. Anjurkan pada anak usia menambah waktu
sekolah untuk membuat jam istirahatnya
jadwal kegiatan sehari-hari
agar mempermudah
menyeimbangkan aktivitas
dan kebutuhan istirahat tidur
3 kebiasaan tidak sehat b/d Diharapkan kebiasaan Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
Kurangnya pengawasan orang tidak sehat anak usia tindakan asuhan keluarga yang memiliki anak
Pengetahuan orang
tua terhadap makanan yang sekolah dapat keperawatan selama 7 usia sekolah di wilayah
tua tentang makanan
dikonsumsi oleh anak usia dihindari. hari diharpkan: Kelurahan Bulak Setro RT
yang baik
sekolah 01, RW 04
1. Kebiasaan jajan dikonsumsi oleh
anak usia sekolah 2. Berikan penyuluhan kepada anak usia sekolah
dapat berkurang orang tua tentang pentingnya
Kriteria Inklusi
dari 77% menjadi pengawasan makanan yang
50 % sehat dan baik untuk di 1. 50% anak usia
sekolah mengurangi
51
3. Jelaskan kepada orang tua kebiasaan jajan di
tentang bahaya makanna bagi sekolah
kesehatan anak usia sekolah
52
4.6 POA (Planning Of Action)
1. Ketidakefektifan TUM:
Bersihan Jalan
Tidak terjadinya
Nafas di wilayah
masalah tidak
Kelurahan Bulak
efektifan jalan
Setro RT 01, RW 04
nafas di wilayah
kelurahan bulak
setro RT 01, RW
04
TUK:
53
Memberikan
Pengetahuan
Memberikan Warga Minggu Balai Swadaya Leaflet,
kepada
pegarahan yang Pertama Warga booklet
Keluarga yang
kepada memiliki dan
memiliki anak
warga di anak usia poster
usia sekolah
wilayah sekolah
agar dapat
Kelurahan serta anak
meningkatkan
Bulak Setro usia
kebersihan
RT 01,RW sekolah
rumah yang
04 tentang
ditinggalinya
pentingnya
dari 69 %
meningkatka
menjadi 90%
n kebersihan
Keluarga yang
memiliki anak
Minggu Balai
usia sekolah Bekerja sama Petugas Swadaya Leaflet,
Kedua Warga
dapat dengan kesehatan booklet
mengurangi petugas diwilayah dan
kesehtan di setempat
54
kebiasaan wilayah dan poster
merokok dari Kelurahan keluarga
62% menjadi Bulak Setro yang
30 % RT 01, RW memiliki
04 tentang anak usia
bahaya sekolah
merokok
bagi anak
usia sekolah
dan diri
sendiri serta
lingkungan
55
BAB V
2. Intervensi: Intervensi yang ada pada jurnal ini adalah dibagi menjadi dua
bagian yaitu pada kelompok yang diberikan minuman jahe madu serta
pada kelompok kontrol yang tidak diberikan minuman jahe madu.
56
yang telah dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Rumbai, maka
didapatkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t independent
diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean tingkat keparahan batuk anak pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan minuman jahe madu
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian minuman jahe madu dapat
menurunkan tingkat keparahan batuk.
5.2 Pembahasan
57
Penelitian yang telah dilakukan di wilayah Puskesmas Rumbai
didapatkan hasil rata-rata tingkat keparahan batu anak sebelum diberikan
minuman jahe madu yaitu 22,00 pada kelompok eksperimen dan 26,96
pada kelompok kontrol. Sedangkan rata-rata tingkat keparahan batuk anak
sesudah diberikan minuman jahe madu yaitu 16,62 pada kelompok
eksperimen dan 23,58 pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan rata-rata tingkat keparahan
batuk sesudah diberikan minuman jahe madu (post test) pada kelompok
eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata
tingkat keparahan batuk (post test) yang tidak signifikan tanpa diberikan
minuman jahe madu.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dependent diperoleh p
value (0,032) < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
antara mean tingkat keparahan batuk anak pada kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah diberikan minuman jahe madu sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemberian minuman jahe madu efektif dalam
menurunkan keparahan batuk pada anak.
5.4 Kesimpulan
58
BAB VI
PENUTUP
59
6.1 Simpulan
Masalah yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah bersihan
jalan nafas karena kurangnya kebersihan lingkungan rumah serta
lingkungan yang tidak memadai. Pada wilayah Kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04 ini masalah yang muncul pada anak usia sekolah adalah
bersihan jalan nafas, gangguan istirahat tidur serta resiko ISPA. ISPA akan
muncul jika pembersihan jalan nafas tidak segera ditangani dengan baik
maka dari itu tugas kita sebagai seorang perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan
ketahanan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
60
Christeinsen, paula J. 2009. Proses keperawatan : aplikasi model konseptual edisi
4 (alih bahasa : yuyun yuningsih, yasmin asih ). Jakarta : EGC
Drs. E.B. surbakti M.A. 2008. Sudah siapkah menikah. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
http:/www.scribd.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
61