You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia,


bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini
mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah
kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan
berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan
terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan
melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas / masyarakat yang
didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.

Usia sekolah merupakan usia yang sagat retan terhadap paparan


penyakit karena pola makan anak usia sekolah yang kurang di perhatikan
seperti pola jajan yang sembarangan. Budaya jajan menjadi bagian dari
keseharian hampir semua kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia
sekolah dan golongan remaja (Titi S, 2004 dalam Qonita, 2010). Hampir
semua anak usia sekolah suka jajan (91,1%), selain nilai gizi makanan jajanan
yang relatif rendah, keamanan pangan makanan jajanan juga menjadi
masalah. Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
menyimpulkan bahwa persentase makanan jajanan anak Sekolah Dasar (SD)
yang dicampur dengan berbagai zat berbahaya masih sangat tinggi. Sebagai
salah satu alternatif makanan bagi anak sekolah, nilai gizi dan nilai keamanan
maka makanan jajanan masih perlu mendapat perhatian (Muhilal dkk, 2006
dalam Qonita, 2010).

Anak sekolah belum mengerti cara memilih jajanan yang sehat


sehingga berakibat buruk pada kesehatannya sendiri (Suci, 2009). Anak

1
membeli jajan menurut kesukaan mereka sendiri tanpa memikirkan bahan-
bahan yang terkandung didalamnya (Judarwanto, 2008). Anak sekolah
biasanya mempunyai lebih banyak perhatian, aktivitas di luar rumah, dan
sering melupakan waktu makan sehingga mereka membeli jajanan di sekolah
untuk sekedar mengganjal perut (Rakhmawati, 2009). Kebiasaan jajan ini
dipengaruhi oleh faktor terkait makanan, karakteristik personal (pengetahuan
tentang jajanan, kecerdasan, persepsi, dan emosi), dan faktor lingkungan
(Ariandani, 2011). Permasalahan kebiasaan jajan yang tidak sehat pada siswa
harus ditangani agar dapat terhindar dari berbagai macam resiko penyakit
(Evy, 2008). Anak usia sekolah pada umur 7-11 tahun berada pada tahap
perkembangan konkret operasional yang ditandai pikiran yang logis dan
terarah serta mampu berfikir dari sudut pandang orang lain membuat anak
usia sekolah sangat peka menerima perubahan dan pembaharuan (Wong,
2003).

Pendidikan kesehatan berperan mengubah perilaku kesehatan


seseorang sebagai hasil pengalaman belajar (Herijulianti, 2002). Upaya pro
aktif sekolah pun perlu dilakukan seperti pemilihan jajanan sehat seperti
sekolah menyediakan kanti sekolah yang sehat dan menempelkan poster
tentang jajanan sehat. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan salah
satunya melalui media permainan yang edukatif dan menarik. Serta peran
UKS pun sangat berperan aktif didalam perkembangan kesehtaan anak usia
sekolah dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
dengan carab erkerjasama dengan tenaga kesehatan. Selain memberikan
pemeriksaan peran tenaga kesehatan pun sangat diperlukan untuk
memberikan pengetahuan terhadap anak usia sekolah tentang makanan yang
sehat dan makanan yang perlu atau tidak perlu untuk di makan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anaka Usia Sekolah ?

1.3 Tujuan Masalah

2
1. Mengidentifikasi pengkajian komunitas pada kelompok anak usia
sekolah
2. Membuat analisa data pada kelompok anak usia sekolah
3. Membuat diagnosa keperawatan komunitas pada kelompok anak usia
sekolah
4. Membuat Prioritas masalah pada kelompok anak usia sekolah
5. Membuat intervensi komunitas pada kelompok anak usia sekolah
6. Membuat POA pada kelompok anak usia sekolah

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana membuat
asuhan keperawatan komunitas serta masalah-masalah apa yang sering muncul
pada anak usia sekolah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun
yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 7
sampai 15 tahun.

2.1.1 Label yang Digunakan Oleh Orangtua

3
1. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau
lagi menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh
teman sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga lain.
2. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak
memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.
3. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi
pertengkaran antar-keluarga dan suasana rumah yang tidak
menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
2.1.2 Label yang digunakan pendidik/guru

1. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan


memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler
maupun ekstrakurikuler.
2. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau
sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.
2.1.3 Label yang Digunakan oleh Ahli Psikologi

1. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak


tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai
anggota kelompok.
2. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam
penampilan, berbicara, dan perilaku.
3. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak
akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
4. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain
karena luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.

2.2 Konsep Dasar Keluarga dengan Tahap Perkembangan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum dan
hubungan keluarga diakhir tahap ini ( Duval, 1977 ). Pada masa ini

4
merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini anak-anak mempunyai keinginan
dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan wajib
dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap
orang menjalani tugas-tugas perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti
keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas dan perkembangannya sendiri.
Menurut Erikson (1950)orangtua berjuang dengan tuntutan ganda
yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya
(tugas perkembangan generativitas) dan memperhatikan perkembangan
mereka sendiri, sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk
mengembangkan sense of industry–kapasitas untuk menikmati pekerjaan dan
mencoba mengangkis perasaan rendah hati.Tugas orangtua pada tahap ini
adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan atau lebih sederhana
membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan
kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar
dalam kehidupan anak usia sekolah. Tahun-tahun ini dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara
perlahanmendorong anak tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan
menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian di luar anak
mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan – lahan.
Akan tetapi, dalam contoh – contoh dimana peran ibu merupakan central dan
satu – satu nya peran yang signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses
pisah ini merupakan sesuatu yang menyakitkan dan dipertahankan mati-
matian.
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari
komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar
keluarga yang mengharuskan anak – anak mereka menyesuaikan diri dengan
standar – standar komunitas bagi anak. Hal ini cendrung mempengaruhi
keluarga – keluarga kelas menengah untuk kelas menengah menekan nilai –
nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah
keluarga dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin meras tersingkir dari
dan konflik dengan sekolah dan / atau nilai – nilai komunitas.
Kecacatan pada anak – anak akan ketahuan selama periode
kehidupan anak. Para perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak

5
defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain sulit belajar gangguan tingkah
laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak,
penyalahgunaan zat, dan penyakut – penyakit menular (Edelman dan Mandle,
186). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik
dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk
skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak dari seorang
perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru sekolah,
memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan
individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara efektif.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksiselama tahun-tahun
sekolah, termasuk epilepsi, serebral palsi, reterdasi mental, kanker, kondisi
ortopedik. Fungsi utama perawat kesehatan disini disamping fungsi rujukan,
mengajar, dan memberikan konseling kepada orangtua mengenai kondisi
tersebut akan membantu keluarga melakukan koping sehingga pengaruh yang
merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di
sekolah, klinik, kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus
mengupayakan keterlibatan orangtua secara aktif. Memulai rujukan untuk
konseling/terapi keluarga sering amat bermanfaat dalam membantu keluarga
agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara merugikan. Jika orangtua dapat menata kembali
masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya
mencari resolusi dengan fokus baru tersebut, akan tercapai lebih banyak
fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat (Bradt, 19888).Tabel
:Tahap Siklus Kehidupan Keluarga ini dengan Dua Orangtua, dan Tugas-
Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah.

Tahap Siklus Kehidupan Tugas-Tugas Perkembangan


Keluarga Keluarga
Keluarga dengan anak usia 1. Mensosialisasikan anak-anak,
sekolah termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan

6
dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
Sumber : Carter & McGoldrick (1988), Duvall & Miller (1985)

2.3 Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust:

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-


permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk
yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.

2.4 Perkembangan Usia Sekolah


1. Perkembangan Biologis: Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-
rata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun
untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung gemuk. Pada
usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya
daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial: Menurut Freud, perkembangan
psikososialnya digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada
dalam fase oidipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai
seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat

7
atau akrab dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar
seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media. Menurut
Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs
inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai
keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan untuk
mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang merupakan tahap
industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi
inferior.
3. Temperamen: Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan
faktor terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya
menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia
ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru
sangat besar untuk mengendalikannya.
4. Perkembangan Kognitif: Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap
operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan
dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar
konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan
belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpainya.
5. Perkembangan Moral: Masa akhir kanak-kanak, perkembangan
moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam tahap konvensional.
Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang
berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan
aturan yang telah diterimanya.
6. Perkembangan Spiritual: Anak usia sekolah menginginkan segala
sesuatunya adalah konkret atau nyata daripada belajar tentang “God”.
Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung
melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka.
7. Perkembangan Bahasa: Pada usia ini terjadi penambahan kosakata
umum yang berasal dari berbagai pelajaran di sekolah, bacaan,
pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan
karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan
yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial: Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia
berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas

8
teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima
sebagai anggota kelompok.
9. Perkembangan Seksual: Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya
dari teman-teman terlebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai
berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik
sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran
orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.
10. Perkembangan Konsep Diri: Perkembangan konsep diri sangat
dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara, dan sanak
keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal,
seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh
nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego ideal yang
menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang
diinternalisasi.

2.5 Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah

Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller
Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :

1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi


sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

2.6 Masalah Anak Usia Sekolah


Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya
fisik dan psikologis.
A. Bahaya Fisik
1. Kegemukan: Kegemukan terjadi bukan karena adanya
perubahan pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat
yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat
terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang

9
penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering
mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “gendut”
atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
2. Kecelakaan: Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun
tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan yang dianggap
sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan
berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang
menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.
3. Kecanggungan: Pada masa ini anak mulai membandingkan
kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
4. Kesederhanaan: Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-
anak pada saat apapun. Orang yang lebih dewasa
memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik
sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.

B. Bahaya Psikologis
1. Bahaya dalam berbicara: Ada empat bahaya dalam
berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah:
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas
di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain,
kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan
tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pilar, akan
membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara
dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah
merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan yang bersifat
egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan
yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
2. Bahaya emosi: Anak akan dianggap tidak matang baik oleh
teman-teman sebaya maupun orang dewasa, bila ia masih

10
menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga
bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih
sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
3. Bahaya bermain: Anak yang kurang memiliki dukungan
sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari
permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota
kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain
akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4. Bahaya dalam konsep diri: Anak yang mempunyai konsep
diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan
orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap
diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan
terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial
anak.
5. Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan
sikap moral dan perilaku anak-anak:
a. Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-
teman atau berdasarkan konsep-konsep media masa
tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode
orang dewasa.
b. Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai
pengawas dalam terhadap perilaku.
c. Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin
akan apa yang sebaiknya dilakukan.
d. Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e. Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang
salah begitu memuaskan sehingga perilaku menjadi
kebiasaan.
f. Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
6. Bahaya yang menyangkut minat: Ada dua bahaya yang
umum dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak:

11
pertama, tidak berminat pada hal-hal yang dianggap penting
oleh teman-teman sebaya, dan kedua, mengembangkan sikap
yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
7. Bahaya dalam penggolongan peran seks: Ada dua bahaya
yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk
mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang pertama
cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga
ketika orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda
dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua
berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki
diharapkan melakukan peran-peran tradisional.
8. Bahaya dalam perkembangan kepribadian: Ada dua bahaya
yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini.
Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang
mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang
merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak.
Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan
rasa penting diri yang palsu.
9. Bahaya hubungan keluarga: Pertentangan dengan anggota-
anggota keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan
keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang
buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.

2.7 PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Pada Anak Usia Sekolah

2.7.1 Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu


strategi yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi
Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia dalam menyongsong Milenium Development
Goals (MDGs). "Health is not everything, but without health everything

12
is nothing". Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa
kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai
hak untuk hidup sehat, kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan
kemauan dan keinginan yang tinggi untuk sehat serta merubah prilaku
tidak sehat menjadi prilaku hidup sehat.

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku


yang dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk
meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat harus
diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana
saja. PHBS di rumah tangga/keluarga, institusi kesehatan, tempat-
tempat umum, sekolah maupun di tempat kerja karena perilaku
merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan
sehingga melekat dalam diri seseorang.

Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik


yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia
Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban
negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan.

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.
(UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992). Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta
memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang


(organism) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

13
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-
Morton et al.,1995). Perubahan-perubahan perilaku kesehatan dalam
diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah
pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Dalam aspek
biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2005). Dasar orang
berperilaku dipengaruhi oleh :

1. Nila
2. Sikap
3. Pendidikan/pengetahuan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo.,2003)

2.7.2 Tujuan PHBS

Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran,


kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta
masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 3. Tatanan sekolah
indikator PHBS di sekolah antara lain:

1. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.


Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan
bakteri penyebab penyakit, bila digunakan maka kuman dan
bakteri berpindah ke tangan. Pada saat makan kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit
antara lain diare, thypus, cacingan, flu burung dll.

2. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.


Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah
bahan tambahan makanan (BTM) yang digunakan seperti zat
pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu penyedapnya aman
untuk kesehatan atau tidak.
3. Menggunakan sampah pada tempatnya

14
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan
tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah,
air dan udara.Sampah menjadi media perkembangan kuman-
kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan
sampah juga bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
4. Olah raga yang teratur dan terukur
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan
terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh
lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit
lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung,
osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi.
5. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga
nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya
jentik nyamuk Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit
DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana
siswa sedang belajar. Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu,
menguras tempat-tempat penampungan air seminggu sekali
seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat
penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas
yang dapat menampung air hujan.
6. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok,
antara lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut,
penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak,
kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan
terhadap rokok. Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000
bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti menyebabkan
kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan CO.
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta
status gizi. Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara
optimal.
8. Menggunakan jamban.

15
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak
berbau. Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan
sekitar Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga
kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor penyakit seperti diare,
cholera, disentri, thypus, cacingan dll.

2.8 Konsep Kebersihan Diri Anak Usia Sekolah


Kebersihan diri adalah upaya yang di lakukan untuk menjaga tubuh atau
badan agar ada selalu dalam keadaan bersih dan sehat diantaranya :
kebersihan gigi dan mulut serta tangan dan kuku.
2.8.1 Konsep Perawaatn Gigi
1. Menggosok gigi adalah kebersihan gigi dengan menggunakan sikat
gigi dan odol gigi
2. Merawat gigi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
menjaga agar gigi dalam keadaan bersih dan sehat.
3. Fungsi gigi
Gigi primer atau gigi susu berjumlah 20 buah dimana setiap rahang
atas dan bawah memiliki 10 buah gigi atau ada 3 jenis gigi, yaitu :
gigi seri berjumlah 4 buah, yang berfungsi untuk memotong, gigi
taring 2 buah yang berfungsi untuk menahan dan merobek
makanan, dan gigi geraham 4 buah yang berfungsi untuk
menghancurkan makanan.

4. Manfaat Mengosok Gigi


 Agar gigi menjadi bersih dan sehat
 Mencegah timbulnya gigi karies atau karang gigi, lubang gigi,
dan penyakit gigi lainnya
 Memberi perasaan segar pada gigi
5. Cara Menyikat Gigi
A. Persiapan Alat
 1 buhah sikat gigi
 Gelas/ gayung berisi air
 Pasta gigi / odol gigi
B. Cara Kerja
 Mencuci tangan
 Ambil dan dekatkan peralatan
 Kaluarkan pasta gigi penuh dan merata pada permukaan sikat
gigi
 Tutup kembali pasta gigi dan letakkan kembali pada
tempatnya

16
 Mulailah kumur – kumur dengan air
6. Menyikat Gigi
 Letakkan posisi sikat 45º terhadap gusi
 Gerakan sikat dari arah gusi kebawah untuk gigi Rahang Atas
(seperti mencungkil)
 Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
 Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta
permukaan dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.
 Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.
7. Sikat perbagian gigi minimal 10 kali
8. Berkumur – kumur sampai mulut terasa bersih
9. Bilas mulut dengan air bersih kemudian keringkan dengan handuk
10. Perhatikan
a. Kita harus menggunakan sikat gigi sendiri
b. Menyikat gigi jangan terlalu keras
c. Jangan sampai tertelan air bekas kumur – kumur
d. Gunakan pasta gigi yang mengandung florida
e. Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut

2.8.2 Konsep Perawatan Tangan dan Kuku


1. Pengertian mencuci tangan
Mencuci tangan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
agar tangan dan kuku tetap bersih dan sehat.
2. Tujuan
 Membersihkan tangan dan kuku dari kotoran agar tetap
bersih dan sehat
 Mencegah penularan penyakit
 Melatih suatu kebersihan yang baik
3. Waktu mencuci tangan
Mencuci tangan dilakukan :
 Apabila tangan kotor
 Sebelum dan sesudah makan
4. Persiapan
 Air yang mengalir ( kran, tengki kecil dan baskom )
 Sabun
 Air hangat dan gunting kuku
 Sikat lunak
 Handuk kecil yang bersih dan kering ( tisu )
5. Pelaksanaan
A. Cara mencuci tangan
 Membuka kran
 Membasahi tangan dengan air
 Tuangkan sabun secukupnya
 Ratakan dengan kedua telapak tangan

17
 Gosok punggung dan sela – sela jari kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
 Gosok kedua telapak tangan serta sela jari – jari
 Jari – jari kedua tangan dari sisi dalam saling mangunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya .
 Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
 Bilas kedua tangan dengan air
 Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar – benar
kering
 Gunakan tisu tersebut untuk menutup kran
 Tangan anda kini sudah bersih
B. Cara Memotong Kuku
 Rendam kuku dengan air hangat kurang lebih 3 – 5 menit
 Potong kuku dengan jepitan dari sisi yang satu ke sisi yang
lain
 Setelah memotong kuku, kuku di cuci dengan sabun
kemudian di bilas dengan air bersih
 Di keringkan dengan lap kering

2.9 Kebiasaan Jajan Anak Usia Sekolah

2.9.1 Panganan Jajan

Pangan jajanan adalah makanan/minuman yang dipersiapkan


dengan teknologi yang sangat sederhana, dimana seringkali faktor
hiegine atau kebersihan kurang diperhatikan, baik kebersihan bahan
yang digunakan, peralatan yang dipakai maupun kebersihan
lingkungannya. Selain itu, karena tingkat pendidikan pedagang yang
relatif rendah dan ketidaktahuannya, mengakibatkan mereka
seringkali menggunakan bahan-bahan tambahan makanan seperti
pemanis, pewarna, pengawet, dan lain-lain, yang sebenarnya tidak
diijinkan untuk bahan-bahan tersebut dapat lebih murah (Fardiaz &
Fardiaz 1994).

Pangan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan


dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki
lima dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsng

18
dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih
lanjut (Februhartanty & Iswarawanti, 2004).

2.9.2 Jenis Pangan Jajanan

Pangan jajanan menurut Nuraida et al (2009) dapat


dikelompokkan sebagai makanan sepinggan, makanan camilan,
minuman dan buah Makanan sepinggan merupakan kelompok
makanan utama yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau
disiapkan di kantin. Contoh makanansepinggan seperti gado-gado,
nasi uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.
Makanan adalah makanan yang dikonsumsi di antara dua waktu
makan. Makanan camilan terdiri dari:
1. Makanan camilan basah seperti pisang goreng, lemper,
lumpia, risoles dan lain-lain. Makanan camilan dalam
kemasan seperti teh, minuman sari buah, minuman
berkarbonasi dan lain-lain serta minuman yang disiapkan di
rumah terlebih dahulu.
2. Makanan camilan kering, seperti produk ekstruksi
(brondong), keripik, biskuit, kue kering dan lain-lain.
Kelompok minuman yang biasa dijual di kantin sekolah melliputi:
 Air putih, baik dalam kemasan atau disiapkan sendiri
 Minuman ringan meliputi minuman dalam kemasan seperti
teh, minuman sari buah dan lain-lain.
 Minuman campur seperti es buah, es campur, es cendol, dan
lain-lain.

Buah merupakan salah satu jenis makanan sumber vitamin


dan mineral yang penting untuk anak sekolah. Buah-buahan
sebaiknya dikonsumsi setiap hari dalam bentuk:
1. Utuh, misalnya pisang, jambu, jeruk, dan lain-lain.
2. Kupas atau potong misalnya pepaya, nanas, mangga, dan
lain-lain.

Pangan jajanan yang paling banyak dijual di lingkungan


sekolah adalah sekelompok makanan ringan (54.1%), dibanding dua

19
kelompok minuman (26.0%) dan makanan utama (2.0%). Dari
keseluruhan kelompok pangan jajanan dijual, lebih dari separuh
(55.8%) PJAS dalam bentuk pangan siap saji, selanjutnya 36.0%.
(Andarwulan et al, 2009). Winarno (1991) menyatakan jenis pangan
jajanan yang dijual oleh pedagang kecil lebih besar peluangnya
terhadap kontaminan dan bahaya kesehatan dbanding yang berasal
dari pedagang besar dengan peralatan yang memadai. Anak-anak
sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di sekolah.
Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa uang jajan anak
sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per
hari.
Bahkan ada yang mencapai Rp.7000. Lebih jauh lagi, hanya
sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah.
Karenanya mereka lebih terpapar pada pangan jajanan kaki lima dan
mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut.
Menariknya, pangan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi
bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%.
Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima
pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun
demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis
maupun kimiawi masih dipertanyakan (Februhartanty &
Iswarawanti, 2004).

2.9.3 Keamanan Jajanan Anak Usia Sekolah

Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan dan


perkembangan anak secara optimal, dan akan meningkatkan
kemampuan kecerdasan seorang anak. Sebaliknya, jika anak kurang
gizi maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat. Program
pembinaan kesehatan dan keamanan pangan jajanan anak sekolah
selama ini bertumpu pada kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS).
Kegiatan yang pernah dilakukan adalah pengembangan model

20
pendidikan gizi dan kesehatan yang terintegrasi dengan kurikulum
oleh Syarief dkk (1997).
Namun pengembangan model tersebut belum
ditindaklanjuti dengan strategi implementasi dan penyediaan
pendukungnya di sekolah, seperti belum dilakukan uji-coba teknik
pembelajaran, pelatihan guru, penyediaan modul pelajaran, model
dan peraga untuk pengajaran. Karena implementasi program gizi dan
kesehatan tersebut belum optimal, sehingga status gizi, kesehatan
serta perilaku konsumsi jajanan pada anak sekolah masih sangat
memprihatinkan seperti yang ditunjukkan dari publikasi Riskesdas di
atas (Depkes 2008). Bahaya keamanan pangan terdiri dari :
1. Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit seperti Salmonella, E. Coli, virus,
parasit dan kapang penghsil mikotoksin.
2. Bahaya Kimia, adalah bahan kimia yang tidak
diperbolehkan digunakan untuk pangan, misalnya
logamdan polutan lingkungan, Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang tidak digunakan semestinya, peptisida, bahan
kimia pembersih, racun/ toksin asal tumbuhan/hewan, dan
sejenisnya.
3. Bahaya fisik, adalah bahaya benda-benda yang dapat
tertelan dan dapat menyebabkan luka misalnya pecahan
gelas, kawat stepler, potongan tulang, potongan kayu,
kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya.
Badan POM RI mengidentifikasi beberapa faktor yang
diduga turut mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS
antara lain: pada saat ini program nasional pengawasan jajanan anak
sekolah belum optimal, fasilitas (kantin sekolah tidak memadai,
fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai, sanitasi), dan sumberdaya
manusia (guru tidak melakukan komonikasi risiko, anak sekolah
jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang
menjual PJAS tidak aman, IRTP/produsen menghasilkan PJAS tidak
aman) (Andarwulan, et al. 2009). Masalah keamanan pangan

21
merupakan masalah yang kompleks yang merupakan dampak dari
hasil interaksi mikrobiologik, toksisitas kimiawi, dan status gizi yang
berkaitan satu sama lain. Ditinjau dari mata rantai timbulnya
masalah keamanan pangan, pada dasarnya masalah keamanan
pangan dapat timbul di: (1) tingkat produksi, (2) tingkat pengolahan,
dan (3) tingkat distribusi termasuk penyajian untuk konsumsi
(Wirakartakusumah, et al. 1994).

2.10 Usaha Kesehatan di Sekolah Pada Anak Usia Sekolah


2.10.1 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan


peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang,
dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan diperlukan bagi
peranannya saat ini maupun di masa yang mendatang.

2.10.2 Tujan Pendidikan Kesehatan di Sekolah

a. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan,


termasuk cara hidup sehat dan teratur.
b. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap
prinsip hidup sehat.
c. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan
kesehatan.
d. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
e. Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya
tinggi badan dan berat badan yang seimbang.
f. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip
pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan
dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
g. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk
dari luar.

22
h. Peserta didik dapat memiliki kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap
penyakit.
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu
upaya pendidikan kesehatan yang diberikan pada peserta didik sekolah,
madrasah, dan rumah. Upaya pertama paling utama agar seseorang dapat
tetap dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan diri sendiri, bahkan agama sangat memperhatikan kesehatan
pribadi antara lain dengan adanya aturan bersuci, makan, minum, serta
adanya pengaturan dispensasi pelaksanaan ibadah bagi orang sakit.

2.10.3 Kegiatan Utama Pelayanan Kesehatan di Sekolah Dasar

Pelayanan kesehatan di sekolah dasar di utamakan pada upaya


peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
serta penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif). Yang
dilaksanakan melalui kegiatan berikut:

 Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan


intrakulikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan
keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah.
 Tindakan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan mata rantai penularan
penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini
sebelum timbul penyakit.
 Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitative)
dilakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan
kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi dengan normal lagi.

2.11 Program Pembinaan Lingkungan Untuk Anak Usia Sekolah


2.11.1 Program Pembinaan di Lingkungan Sekolah
1. Lingkungan Fisik Sekolah
 Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
 Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
 Pengadaan dan pemeliharaan air limbah.

23
 Pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar.
 Pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, dan tempat ibadah.
 Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah (termasuk penghijauan sekolah).
 Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah.
 Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2. Lingkungan Mental dan Sikap: Usaha pemantapan sekolah sebagai


lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan
pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan
hubungan kekeluargaan yang akrab, dan erat antara sesame warga
sekolah.

2.11.2 Peningkatan Lingkungan Keluarga


A. Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-
hal yang berhubungan dengan kesehatan.
2. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik
dalam pelaksanaan hidup sehat.

B. Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain


dengan :
1. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh pelaksana UKS.
2. Ceramah kesehatan yang dapat di selenggarakan di sekolah bekerja
sama dengan dewan sekolah atau di padukan dengan kegiatan di
masyarakat

2.11.3 Pembinaan Masyarakat Sekitar


 Pembinaan dilakukan dengan cara pendekatan ke
masyarakatan,dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah
dan pondok pesantren, guru, ataupun Pembina UKS. Misalnya
dengan membina hubungan baik atau kerja sama dengan
masyarakat , LKMD atau dewan kelurahan, atau RT/RW, dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.
 Penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan dan pentingnya arti
pembinaan lingkungan sekolah sebagai lungkungan belajar yang
sehat. Untuk itu, masyarakat bias diundang ke sekolah. Pembicara

24
dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan
narasumber lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat.
 Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media
cetak dan audio visual.
 Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan
pondok pesantran.

2.11.4 Peran Perawat Kesehatan Sekolah Pada Anak Usia Sekolah


Sebagai pelangsanaan asuhan keperawatan di sekolah, perawat pempunyai
peran:
A. Mengkaji maslah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan
prioritas maslah;
 Menyunsun perancanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina
usaha kesehatan di sekolah(TPUKS);
 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan
yang disusun;
 Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS;
 Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan.
B. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat
juga ditunjuk sebagai seorang coordinator maka pengelolaan
pelaksanan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut
terlibat dalam tim pengolola UKS.
C. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilaku secara
langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan
klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorangan.

2.11.5 Fungsi Perawat Sekolah Pada Anak Usia Sekolah

 Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan


memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada
disekolah.

25
 Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan social sekolah.
 Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.

BAB III
PENYAJIAN DATA

3.1 Data Inti

Dikelurahan Bulak Setro, RT 01, RW 04 terdapat 112 (23%) penduduk


yang mendiami wilayah tersebut yaitu terbagi atas 55 (49%) berjenis kelamin
laki-laki dan 57 (51%) berjenis kelamin perempuan. Penduduk bulak setro
RT 01, RW 04 terdapat 112, diantaranya 13 (43%) adalah anak usia sekolah.
Terdiri dari 7 (54%) laki-laki dan 6 (46%) perempuan. Serta Pada kelurahan
Bulak Setro, RT 01, RW 04 terdapat 30 KK, 10 diantaranya memiliki anak
usia sekolah.

1. Jumlah Penduduk di RT 01, RW 04, Kelurahan Bulak Setro

Jumlah Penduduk Jumlah (%)

112 23 %

2. Jenis Kelamin Penduduk di RT 01, RW 04, Kelurahan Bulak Setro

Jenis Kelamin Jumlah Jumlah (%)

Laki-Laki 55 49 %

Perempuan 57 51%

Total 112 100%

3. Jumlah KK di RT 01, RW 04, Kelurahan Bulak Setro

Jumlah KK Jumlah (%)

26
30 27

4. Jumlah Anak Usia Sekolah di RT 01, RW 04, Kelurahann Bulak


Setro

Jumlah Anak Usia Sekolah Jumlah (%)

13 43 %

5. Jenis Kelamin Anak Usia Sekolah

Jenis Kelamin Jumlah Jumlah (%)

Laki-Laki 7 54 %

Perempuan 6 46 %

Total 13 100%

6. Rata –Rata Usia Anak Usia Sekolah

Usia Jumlah Jumlah (%)

6-8 thn 8 62%

9-10 thn 3 23%

11-12 thn 2 15%

Total 13 100%

3.2 Data Subsistem

Rata-Rata rumah yang dihuni oleh warga Kelurahan Bulak Setro RT:
01, RW: 04 adalah tipe rumah permanen, serta lantai rumah keramik sebesar
29 (97%) dan hanya 1 (3%) KK saja yang memiliki lantai bersemen. Jarak
rumah setiap KK dengan rumah tetangga sangat berdekatan sekali. Serta tidak
semua KK memiliki halaman rumah yaitu sebesar 8 (27%) memiliki halaman
rumah dan 22 (73%) tidak memiliki halaman rumah. Lokasi halaman rumah
terdapat didepan rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah setiap KK kebun
sebanyak 2 (7%) yang ditanami oleh bunga-bunga hias sederhana saja. Luas
rumah rata-rata setiap KK adalah 7X10 M2 sebanyak 7 (23%), 6X12 M2
sebanyak 18 (60%), 6x9 M2 sebanyak 5 (17%). Terdapat penerangan di setiap

27
KK yaitu genteng 19 (63%), yang tidak ada genteng kaca 11 (37%) KK.
Lingkungan di Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 mayoritas adalah
seorang perokok yaitu sebanyak 24 (80%) hanya 6 (20%) orang saja yang
tidak merokok. Pada Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 ini terdapat
pencemaran di dekat pemukiman warga yaitu terdapat pabrik yang lokasinya
>10 m.

Lingkungan Terbuka Setiap KK yang ada di kelurahan Bulak Setro RT


01, RW 04 memiliki jendela semuanya tetapi yang tidak memiliki jendela
kamar sebesar 2 (7%), yang memiliki jendela kamar 28 (93%), jendela oleh
setiap KK selalu dibuka setiap harinnya. Tinggi Langit-Langit rumah dengan
rumah yaitu 4m: sebanyak 20 (67%), 3,5 m: sebanyak 8 (27%), 3m: sebanyak
(6%).

PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Setiap KK membersihkan rumah


setiap harinnya sebanyak 2x: 25 (83%) kk, >2x: sebanyak 5 (17%).
Kebiasaan warga membersihkan tempat penampungan air berjumlah 25
(83%) tidak tentu, 5 (17%) seminggu sekali bukan hanya itu saja mereka
membersihkannya dengan cara dikuras dan disikat. Sumber air untuk makan
dan minum warga terbiasa menggunakan air mineral sedangkan untuk makan
dan minum menggunakan PDAM. Jarak antara rumah dan saptic tank <10 km
berjumlah 20 (67%), >10 km sebanyak 10 (33%). Tempat penampungan air
warga menggunakan tandon, sanyo dengan kondisi penampungan tertutup.
Kondisi air penampungan tidak berasa dan berbau. Warga memiliki tempat
pembuangan sampah sementara, jarak tempat pembuangan samaph dekat
<5km 22 (73%), jauh >5km (27%).

PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Anak Usia Sekolah. Dari 13


anak usia sekolah yang terdapat di kelurahan bulak setro RT 01, RW 04
semuanya memiliki kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan. Serta memiliki kebiasaan untuk mengosok gigi sebanyak 1x: 1(10%),
2x: 8 (80%), >2x: 1 (10%). Anak usia sekolah di RT 01 ini terbiasa mandi 2x
dalam sehari. Rata-Rata Anak Usia sekolah yang ada di RT 01 ini terbiasa
untuk membeli jajanan yang ada di sekolahnya. Serta makan sehari-hari 3x

28
sebanyak 8 (80%), >3kali sebanyak 2 (20%). Makanan yang dimakan pun
nas, ikan sayur dan buah: sebanyak 9 (90%), nasi dan ikan saja: 1 (1%).

PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) Anak Usia Sekolah: Dari 13


anak usia sekolah yang terdapat di kelurahan bulak setro RT 01, RW 04
semuanya memiliki kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan. Serta memiliki kebiasaan untuk mengosok gigi sebanyak 1x: 1(10%),
2x: 8 (80%), >2x: 1 (10%). Anak usia sekolah di RT 01 ini terbiasa mandi 2x
dalam sehari. Rata-Rata Anak Usia sekolah yang ada di RT 01 ini terbiasa
untuk membeli jajanan yang ada di sekolahnya. Serta makan sehari-hari 3x
sebanyak 8 (80%), >3kali sebanyak 2 (20%). Makanan yang dimakan pun
nas, ikan sayur dan buah: sebanyak 9 (90%), nasi dan ikan saja: 1 (1%).

1. Tipe Rumah Setiap KK

Tipe Jumlah Jumlah (%)

Permanen 30 100%

Semipermanen - -

Tidak permanen - -

Total 30 100%

2. Lantai Rumah Setiap KK

Bahan Jumlah Jumlah (%)

Tanah - -

Papan - -

Keramik 29 97%

Semen 1 3%

Total 30 100%

3. Jarak Rumah dengan Tetangga

Jarak Jumlah Jumlah (%)

Bersatu - -

Dekat 30 100%

29
Terpisah - -

Total 30 100%

4. Kepemilikan Halaman Rumah Setiap KK

Kepemilikan Jumlah Jumlah (%)

Ada 8 27%

Tidak 22 73%

Total 30 100%

5. Berapa Luas Rumah Setiap KK

Luas Jumlah Jumlah (%)

7X10 M2 7 23%

6X12 M2 18 60%

6X9 M2 5 17%

Total 30 100%

6. Jendela Setiap KK

Jendela Jumlah Jumlah (%)

Ada 30 100%

Tidak - -

Total 30 100%

7. Tinggi Langit-Langit dari Lantai Rumah

Tinggi Jumlah Jumlah (%)

4m 20 67%

3,5 m 8 27%

3m 2 6%

Total 30 100%

8. Jendela di Setiap Kamar

30
Jendela Jumlah Jumlah (%)

Ada 28 93%

Tidak 2 7%

Total 30 100%

9. Pemanafaatan Jendela untuk dibuka Setiap Hari

Pemanfaatan Jumlah Jumlah (%)

Iya 30 100%

Tidak - -

Total 30 100%

10. Gentang kaca dalam Rumah

Genteng kaca Jumlah Jumlah (%)

Iya 19 63%

Tidak 11 37%

Total 30 100%

11. Anggota Keluarga yang Merokok

Merokok Jumlah Jumlah (%)

Iya 24 80%

Tidak 6 20%

Total 30 100%

12. Membersihkan Rumah Setiap Harinnya

Membersihkan Rumah Jumlah Jumlah (%)

1 kali - -

2 kali 25 83%

>2 kali 5 17%

Total 30 100%

13. Membersihkan Tempat Penampungan Air

31
Membersihkan Jumlah Jumlah (%)

Tiap hari - -

Tidak tentu 25 83%

Sebulan sekali - -

Seminggu sekali 5 17%

Total 30 100%

14. Cara Membersihkan Tempat Penampungan Air

Cara membersihkan Jumlah Jumlah (%)

Dikuras - -

Dikuras dan disikat 30 100%

Tidak dibersihkan - -

Lain-Lain - -

Total 30 100%

15. Pememeriksaan Jentik-Jentik Nyamuk oleh Kader

Pemeriksaan Jumlah Jumlah (%)

Sering - -

Jarang 30 100%

Pernah - -

Tidak pernah - -

Total 30 100%

16. Sumber Air untuk Makan dan Minum

Sumber Air Minum Jumlah Jumlah (%)


dan Makan

Air mineral 30 100%

Sumur - -

32
Pdam - -

Total 30 100%

17. Sumber Air untuk Mandi dan Mencuci

Sumber Air Mandi dan Jumlah Jumlah (%)


mencuci

Pdam 30 100%

Sumur - -

Sungai - -

Lain-lain - -

Total 30 100%

18. Jarak Rumah dengan Septic Tank

Jarak Jumlah Jumlah (%)

<10 km 20 67%

>10 km 10 33%

Total 30 100%

19. Tempat Penampungan Air Sementara

Tempat penampungan Jumlah Jumlah (%)

Bak - -

Gentong - -

Ember - -

Lain-lain 30 100%

Total 30 100%

20. Kondisi Penampungan Air

Kondisi penampungan Jumlah Jumlah (%)

Terbuka - -

33
Tertutup 30 100%

Total 30 100%

21. Kondisi Air didalam Penampungan

Kondisi air Jumlah Jumlah (%)

Berwarna - -

Berbau - -

Berasa - -

Tidak berasa dan 30 100%


berbau

Total 30 100%

22. Tempat Membuang Sampah

Tempat membuang Jumlah Jumlah (%)

Sungai - -

Ditimbun - -

Dibakar 1 3%

Sembarang tempat - -

Lain-lain 29 97%

Total 30 100%

23. Pemanpungan Tempat Sampah sementara

Penampungan tempat Jumlah Jumlah (%)


sampah

Ada 30 100%

Tidak Ada / Berserakan - -

Total 30 100%

24. Jarak Penampungan sampah dengan rumah

Jarak Jumlah Jumlah (%)

34
Dekat <5km 22 73%

Jauh >5km 8 27%

Total 30 100%

25. Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah Jumlah Jumlah (%)

Dibakar - -

Ditimbun - -

Dibuang ke sungai - -

Didaur ulang - -

Diangkut dinas 30 100%


kebersihan

Lain-Lain - -

Total 30 100%

26. Sumber Pencemaran dekat rumah

Pencemaran Jumlah Jumlah (%)

Ada 30 100%

Tidak - -

Total 30 100%

27. Jenis Pencemaran Dekat Rumah

Pencemaran dekat Jumlah Jumlah (%)


rumah

Limbah rumah tangga - -

Limbah industri 30 100%

Total 30 100%

28. Jarak rumah ke sumber polusi

35
Jarak rumah ke sumber Jumlah Jumlah (%)
polusi

<dari 10 m - -

>dari 10 m 30 100%

Total 30 100%

29. Kandang ternak di setiap KK

Kandang ternak Jumlah Jumlah (%)

Ada 1 3%

Tidak 29 97%

Total 30 100%

30. Pembuangan Air Limbah

Pembuangan air limbah Jumlah Jumlah (%)

Resapan - -

Got 30 100%

Sembarangan - -

Lain-Lain - -

Total 30 100%

31. Kondisi saluran pembuangan

Kondisi saluran Tersumbat/ Tergenang Jumlah (%)


pembuangan

Lancar 30 100%

Tersumbat / Terserang - -

Total 30 100%

32. Sistem pembuangan air kotor

Pembuangan air kotor Jumlah Jumlah (%)

Sstm peresapan - -

36
Sstm peresapan - -

Dibuang diselokan/ 30 100%


sungai

Dibuang sembarangan - -

Total 30 100%

33. Kegiatan anak usia sekolah di luar sekolah

Kegiatan anak usia jumlah Jumlah (%)


sekolah

Keagamaan: mengaji 12 92%

Olahraga - -

Les privat 1 8%

Lain-Lain - -

Total 13 100%

34. Penyakit yang diserita anak usia sekolah selama 6 bulan terakhir

Penyakit Jumlah Jumlah (%)

Dbd - -

Batuk pilek 12 92%

Asma - -

Tbc - -

Typus 1 8%

Lain-Lain - -

Total 13 100%

35. Pengunaan waktu luang anak usia sekolah

Pengunaan waktu luang Jumlah Jumlah (%)

Musik/ TV 11 84%

Olahraga 1 8%

37
Rekreasi 1 8%

Keagmaan - -

Lain-Lain - -

Total 13 100%

36. Kebiasaan mencuci tangan anak usia sekolah

Kebiasaan mencuci Jumlah Jumlah (%)


tangan

Ya 13 100%

Tidak - -

Total 13 100%

37. Kebiasaan menggosok gigi anak usia sekolah

Kebiasaan menggosok Jumlah Jumlah (%)


gigi

Ya 13 100%

Tidak - -

Total 13 100%

38. Kebiasaan menggosok gigi anak usia sekolah dalam satu hari

Kebiaasaan menggosok Jumlah Jumlah (%)


gigi setiap hari

1 kali 1 8%

2 kali 11 84%

>2 kali 1 8%

Total 13 100%

39. Kebiasaan jajan anak usia sekolah

Kebiasaan jajan Jumlah Jumlah (%)

Membawa bekal dari - -

38
rumah

Jajan di sekolah 13 100%

Lain-lain - -

Total 13 100%

40. Kebiasaan mandi anak usia sekolah dalam satu hari

Kebiasaan mandii Jumlah Jumlah (%)

1 kali - -

2 kali 13 100%

>3 kali - -

Total 13 100%

41. Kebiasaan makan anak usia sekolah dalam satu hari

Kebiasaan makan Jumlah Jumlah (%)


dalam satu hari

1-2 kali - -

3 kali 11 85%

>3 kali 2 15%

42. Makanan yang sering dimakan anak usia sekolah dalam sehari-hari

Makanan sering Jumlah Jumlah (%)


dimakan dalam sehari-
hari

Nasi, ikan, sayuran dan 12 92%


buah

Nasi, ikan dan buah - -

Nasi dan ikan saja 1 8%

Total 13 100%

43. Pengenalan anak usia sekolah dengan perilaku hidup sehat

39
Pengenalan PHBS Jumlah Jumlah (%)
Anak Usia Sekolah

Orang tua, guru dan - -


petugas kesehatan

Orang tua dan guru 13 100%

Guru sekolah/ les - -

Orang tua - -

Petugas kesehatan - -

Total 13 100%

40
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

1. Gambaran Geografi dan Demografi: Wilayah RT 01, RW 04,


Kelurahan Bulak Setro merupakan wilayah yang dekat dengan
pencemaran polusi udara yaitu dekat dengan pabrik yang jaraknya
kurang lebih >10 km. Serta di wilayah tersebut juga mayoritas adalah
perokok maka banyak di temukan dalam 6 bulan terakhir ini banyak
anak usia sekolah ditemukan menggeluh batuk dan pilek.

2. Lingkungan Fisik: Rata-Rata rumah yang dihuni oleh warga


Kelurahan Bulak Setro RT: 01, RW: 04 adalah tipe rumah permanen,
serta lantai rumah keramik sebesar. Jarak rumah setiap KK dengan
rumah tetangga sangat berdekatan sekali. Tidak semua KK memiliki
halaman rumah memiliki. Lokasi halaman rumah terdapat didepan
rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah setiap KK kebun yang ditanami
oleh bunga-bunga hias sederhana saja. Luas rumah rata-rata setiap KK
adalah 7X10 M2. Terdapat penerangan di setiap KK yaitu genteng.
Lingkungan Terbuka Setiap KK yang ada di kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04 memiliki jendela semuanya tetapi ada yang tidak memiliki
jendela kamar, jendela oleh setiap KK selalu dibuka setiap harinnya.
Tinggi Langit-Langit rumah dengan rumah yaitu 4m.

41
3. Komunikasi: Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat Anak usia
sekolah mendapatkan informasi mengenai perilaku hidup bersih sehat
dan gangguan kesehatan dari guru sekolah dan orang tua.

4. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial: Pelayanan kesehatan


yang dapat diakses oleh penduduk yang berada di Kelurahan Bulak
Setro terdapat 2 puskesmas yaitu puskesmas kenjeran serta puskesmas
tanah kali kedinding. Serta disekitar Kelurahan Bulak setro terdapat
bidan praktek dan dokter praktek.

5. Keamanan dan Transportasi: Transportasi yang digunakan oleh setiap


KK adalah mayoritas menggunakan kendaraan pribadi dan sebagian
menggunakan bemo.

6. Ekonomi: Berdasarkan hasil pengkajian yang di dapatkan pada


kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 penghasilan yang didapatkan
setiap KK adalah >Rp.1.000.000,00 perbulan.

7. Rekreasi: Anak usia sekolah memanfaatkan kegiatannya di luar


sekolah mayoritas adalah mengaji sebesar 9 (90%), les privat hanya 1
(10%) oraang saja. Penggunaan waktu luang anak usia sekolah di
Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 adalah dengan menonton TV/
mendengarkan musik: 8 (80%), olahraga: 1 (1%), rekreasi dengan
keluarga setiap minggu hanya 1 (10%).

4.2 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Orang tua anak usia sekolah Ketidak Terjadinya penyakit pada
yang ada di RT 01, RW 04, Adekuatan sistem pernapasan (ISPA,
Kelurahan Bulak Setro lingkungan sekitar Bronkitis, dsb)
mengatakan bahwa dalam 6 bulan tempat tinggal di
ini masalah kesehatan yang sering wilayah

42
dikeluhkan oleh anak usia sekolah Kelurahan Bulak
adalah batuk pilek Setro RT 01, RW
04

DO:

 Dari data yang didapatkan di


Kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04 terdapat 9 (69 %)
anak usia sekolah dalam 6
bulan terakhir ini mengalami
masalah kesehatan batuk dan
pilek. Sejumlah 62 % (8
orang) yang memiliki
kebiasaan merokok adalah
ayah.

 Pada kelurahan Bulak Setro


RT 01, RW 04 jarak rumah
setiap KK sangat berdekatan
sekali 26 %

 Dari hasil pengkajian


diketahui bahwa
dilingkungan Kelurahan
Bulak Setro RT 01, RW 04
terdapat pabrik yang
jaraknya >10 m (77%).

2 DS: Orang tua anak usia sekolah Peningkatan Gangguan Istirahat Tidur
yang berada di RT 01, RW 04, Kegiatan Anak
Kelurahan Bulak Setro, Usia Sekolah di

43
mengatakan bahwa anaknya tidur sekolah maupun di
larut malam dan susah untuk luar sekolah
dibagunkan ketika pagi hari.

DO:

 Berdasarkan data yang


didapatkan dari hasil
penelitian rata-rata anak usia
sekolah di Kelurahan Bulak
RT 01, RW O4 tidur dalam
satu hari 8-9 jam sebanyak 6
(46%) orang

 Dari data yang di dapatkan


anak usia sekolah banyak
menghabiskan waktu luang
untuk bermain 77 %
sebanyak 10 orang. Waktu
yang dihabiskan anak usia
sekolah untuk bermain yaitu
6-7 jam

3 DS: Orang tua anak usia sekolah Kurangnya Kebiasaan tidak sehat
di lingkungan RT 01, RW 04, pengawasan orang
Kelurahan Bulak Setro tua terhadap
mengatakan bahwa anaknya makanan yang
sering sekali makan jajanan yang dikonsumsi oleh
ada di sekolah. anak usia sekolah

44
DO: Dari 13 anak usia sekolah
sebesar 77 % anak usia di
lingkungan RT 01, RW 04,
Kelurahan Bulak Setro me

4.3 Diagnosa Keperawatan

1. Terjadinya penyakit pada sistem pernapasan (ISPA, Bronkitis, dsb) b/d


Ketidak Adekuatan lingkungan sekitar tempat tinggal di wilayah
Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04

 Dari data yang didapatkan di Kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04


terdapat 9 (69 %) anak usia sekolah dalam 6 bulan terakhir ini
mengalami masalah kesehatan batuk dan pilek. Sejumlah 62 % (8
orang) yang memiliki kebiasaan merokok adalah ayah.

 Pada kelurahan Bulak Setro RT 01, RW 04 jarak rumah setiap KK


sangat berdekatan sekali 26 %

 Dari hasil pengkajian diketahui bahwa dilingkungan Kelurahan


Bulak Setro RT 01, RW 04 terdapat pabrik yang jaraknya >10 m
(77%).

2. Gangguan Istirahat Tidur b/d Peningkatan Kegiatan Anak Usia Sekolah di


sekolah maupun di luar sekolah

 Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian rata-rata


anak usia sekolah di Kelurahan Bulak RT 01, RW O4 tidur dalam
satu hari 8-9 jam sebanyak 6 (46%) orang

 Dari data yang di dapatkan anak usia sekolah banyak


menghabiskan waktu luang untuk bermain 77 % sebanyak 10

45
orang. Waktu yang dihabiskan anak usia sekolah untuk bermain
yaitu 6-7 jam

3. kebiasaan tidak sehat b/d Kurangnya pengawasan orang tua terhadap


makanan yang dikonsumsi oleh anak usia sekolah

 Dari 13 anak usia sekolah sebesar 77 % anak usia di lingkungan RT


01, RW 04, Kelurahan Bulak Setro me

4.4 Prioritas Masalah

Diagnosa Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total


masalah untuk di perubahan terhadap score
Keperawatan Komunitas
pecahkan : positif jika kualitas hidup
diatasi : bila diatasi :
1. rendah
0: tidak ada 0: tidak ada
2. sedang
1 : rendah 1 : rendah
3. tinggi
2 : sedang 2 : sedang

3 : tinggi 3 : tinggi

1. Terjadinya penyakit pada


3 3 3 9
sistem pernapasan (ISPA,
Bronkitis, dsb) b/d Ketidak
Adekuatan lingkungan sekitar
tempat tinggal di wilayah
Kelurahan Bulak Setro RT 01,
RW 04

46
2. Gangguan Istirahat Tidur b/d
3 2 2 7
Peningkatan Kegiatan Anak
Usia Sekolah di sekolah
maupun di luar sekolah

3. kebiasaan tidak sehat b/d


2 2 2 6
Kurangnya pengawasan
orang tua terhadap
makanan yang dikonsumsi
oleh anak usia sekolah

47
4.5 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi


Komunitas

1 Terjadinya penyakit pada Diharapkan masalah Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
sistem pernapasan (ISPA, bersihan jalan nafas tindakan keperawatan keluarga yang memiliki anak
Pengetahuan
Bronkitis, dsb) b/d Ketidak menjadi efektif dan selama 7 hari usia sekolah di wilayah
keluarga yang
Adekuatan lingkungan sekitar dapat teratasi di diharapkan: Kelurahan Bulak Setro RT
memiliki anak usia
tempat tinggal di wilayah wilayah Kelurahan 01, RW 04
1. Keluarga yang sekolah bertambah
Kelurahan Bulak Setro RT 01, Bulak Setro RT 01,
memiliki anak usia 2. Berikan penyuluhan tentang tentang masalah
RW 04 RW 04
sekolah dapat pentingnya kebersihan bersihan jalan nafas
meningkatkan lingkungan rumah tempat
Standar Evaluasi
kebersihan tinggal
rumahnya dari 1. 90% keluarga
3. Jelaskan pada keluarga yang
69% menjadi 90 % yang memiliki
memilik anak usia sekolah
anak usia
2. Keluarga yang tentang bahaya
sekolah dapat

48
memiliki anak usia ketidakefektifan jalan nafas meningkatkan
sekolah dapat pada anak usia sekolah kebersihan
mengurangi lingkungan
4. Ajarkan pada keluarga yang
kebisaan merokok tempat
memiliki anak usia sekolah
dari 69% menjadi tinggalnya
tentang pembuatan obat batuk
90%
tradisional yang efektif dan 2. 90% keluarga
terjangkau serta mudah yang memiliki
didapat seperti pemberian anak usia
minuman jahe madu sekolah daoat
mengurangi
5. Anjurkan pada keluarga yang
kebiasaan
memiliki anak usia sekolah
merokok
untuk mengawasi penyebab
penyakit serta makanan apa
yang dikonsumsi sehingga
membuat anak menjadi batuk.

49
2. Gangguan Istirahat Tidur b/d Diharapkan gangguan Setelah dilakukan 1. Melakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
Peningkatan Kegiatan Anak istirahat tidur pada tindakan keperawatan anak usia sekolah yang ada di
Pengetahuan anak
Usia Sekolah di sekolah maupun anak usia sekolah selama 3 hari: wilayah Kelurahan Bulak
usia sekolah tentang
di luar sekolah dapat teratasi di Setro RT 01, RW 04
1. Anak usia sekolah kebutuhan istirahat
wilayah Kelurahan
dapat mengurangi 2. Berikan penyuluhan tentang tidur
Bulak Setro RT 01,
aktifitas di luar pembagian waktu yang
RW 04
sekolah yang efektif untuk istirahat tidur
berlebihan dari 69% Standar Evaluasi:
3. Jelaskan manfaat dari
menjadi 30% 1. 30% anak usia
istirahat tidur bagi anak usia
2. Anak usia sekolah sekolah sekolah dapat

dapat menambah mengurangi


4. Ajarkan kepada anak usia
waktu jam istirahat aktifitas yang
sekolah tentang pembagian
dalam satu hari dari berlebihan di luar
waktu yang tepat untuk
46% menjadi 80% sekolah maupun
aktivitas di luar sekolah
di sekolah
maupun di sekolah agar
menyeimbangkan kebutuhan
istirahat tidurnya 2. 80% anak usia
sekolah dapat

50
5. Anjurkan pada anak usia menambah waktu
sekolah untuk membuat jam istirahatnya
jadwal kegiatan sehari-hari
agar mempermudah
menyeimbangkan aktivitas
dan kebutuhan istirahat tidur

3 kebiasaan tidak sehat b/d Diharapkan kebiasaan Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan pada Kriteria Evaluasi:
Kurangnya pengawasan orang tidak sehat anak usia tindakan asuhan keluarga yang memiliki anak
Pengetahuan orang
tua terhadap makanan yang sekolah dapat keperawatan selama 7 usia sekolah di wilayah
tua tentang makanan
dikonsumsi oleh anak usia dihindari. hari diharpkan: Kelurahan Bulak Setro RT
yang baik
sekolah 01, RW 04
1. Kebiasaan jajan dikonsumsi oleh
anak usia sekolah 2. Berikan penyuluhan kepada anak usia sekolah
dapat berkurang orang tua tentang pentingnya
Kriteria Inklusi
dari 77% menjadi pengawasan makanan yang
50 % sehat dan baik untuk di 1. 50% anak usia

konsumsi oleh anak usia sekolah dapat

sekolah mengurangi

51
3. Jelaskan kepada orang tua kebiasaan jajan di
tentang bahaya makanna bagi sekolah
kesehatan anak usia sekolah

4. Ajarkan kepada orang tua


untuk membuat menu
makanan yang sehat dan baik
untuk dikonsusmsi oleh anak
usia sekolah

5. Anjurkan orang tua untuk


membuat bekal makanan
untuk di bawah anak ke
sekolah dengan membuat
makanna yang lucu menarik
dan di sukai oleh anak usia
sekolah

52
4.6 POA (Planning Of Action)

NO Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Sumber Media PJ


Keperawatan Dana

1. Ketidakefektifan TUM:
Bersihan Jalan
Tidak terjadinya
Nafas di wilayah
masalah tidak
Kelurahan Bulak
efektifan jalan
Setro RT 01, RW 04
nafas di wilayah
kelurahan bulak
setro RT 01, RW
04

TUK:

53
 Memberikan
Pengetahuan
 Memberikan Warga Minggu Balai Swadaya Leaflet,
kepada
pegarahan yang Pertama Warga booklet
Keluarga yang
kepada memiliki dan
memiliki anak
warga di anak usia poster
usia sekolah
wilayah sekolah
agar dapat
Kelurahan serta anak
meningkatkan
Bulak Setro usia
kebersihan
RT 01,RW sekolah
rumah yang
04 tentang
ditinggalinya
pentingnya
dari 69 %
meningkatka
menjadi 90%
n kebersihan
 Keluarga yang
memiliki anak
Minggu Balai
usia sekolah  Bekerja sama Petugas Swadaya Leaflet,
Kedua Warga
dapat dengan kesehatan booklet
mengurangi petugas diwilayah dan
kesehtan di setempat

54
kebiasaan wilayah dan poster
merokok dari Kelurahan keluarga
62% menjadi Bulak Setro yang
30 % RT 01, RW memiliki
04 tentang anak usia
bahaya sekolah
merokok
bagi anak
usia sekolah
dan diri
sendiri serta
lingkungan

55
BAB V

IDENTIFIKASI TOPIK JURNAL

5.1 Judul Jurnal

Judul Jurnal: Efektifan Pemberian Minuman Jahe Madu Terhadap


Keparahan Batuk Pada Anak Dengan ISPA

5.2 Ringkasan PICO

1. Populasi/Problem (Pada Anak Dengan ISPA): Penelitian dilakukan di


wilayah kerja Puskesmas Rumbai, dengan jumlah responden 52 orang
yang terdiri dari 21 orang (40,4%) respoden laki-laki dan 31 orang
(59,6%) responden perempuan. Didapatkan usia responden terbanyak
berada pada rentang umur 3 tahun sebanyak 25 orang (40,07%).

2. Intervensi: Intervensi yang ada pada jurnal ini adalah dibagi menjadi dua
bagian yaitu pada kelompok yang diberikan minuman jahe madu serta
pada kelompok kontrol yang tidak diberikan minuman jahe madu.

3. Comparation: Selain dengan penelitian ini kita dapat membandingkan


dengan penelitian yang lainnya yaitu pada penelitian yang dilakukan
Yulfina (2011) tentang efektifitas pemberian minuman jahe terhadap
penurunan keparahan batuk pada anak dengan ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Mimuman jahe madu diberikan 2 kali
dalam 1 hari selama 5 hari kepada responden. Jahe yang mengandung
minyak atsiri berkisar 3% merupakan sebuah zat aktif yang dapat
mengobati batuk. Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Yulfina
bahwa minuman jahe madu ini sangat efektif utuk diberikan kepada anak
untuk menurunkan tingkat keparahan batuk pada ISPA.

4. Outcome: Pada penelitian ini pemberian minuman jahe madu dapat


menurunkan tingkat keparahan batuk pada anak dengan ISPA. Penelitian

56
yang telah dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Rumbai, maka
didapatkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t independent
diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara mean tingkat keparahan batuk anak pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan minuman jahe madu
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian minuman jahe madu dapat
menurunkan tingkat keparahan batuk.

5.2 Pembahasan

Batuk menyebabkan terganggunya kualitas tidur pada anak. Jika


kebutuhan tidur tidak cukup sel darah putih dalam tubuh akan menurun,
sehingga memiliki dampak yang sangat merugikan pada pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak dan efektifitas sistem daya tahan tubuh anak juga
menurun menyebabkan pertumbuhan dan kemampuan berpikirnya akan
terganggu. Selain itu, bayi atau anak yang kurang tidur akan menjadi
rewel, gampang marah dan sulit diatur (Lamberg, 2002).
Pengobatan yang dilakukan untuk menangani batuk pada ISPA
diantaranya dengan pengobatan tradisional, World Health Organization
(WHO) merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan
penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.
WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan
khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003).
Pemberian minuman jahe madu dapat menurunkan keparahan batuk
pada anak, karena kandungan minyak atsiri dalam jahe yang merupakan
zat aktif yang dapat mengobati batuk (Nooryani, 2007), sedangkan zat
antibiotik pada madu yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit
infeksi seperti batuk anak pada ISPA (Aden, 2010).

5.3 Hasil Penelitian

57
Penelitian yang telah dilakukan di wilayah Puskesmas Rumbai
didapatkan hasil rata-rata tingkat keparahan batu anak sebelum diberikan
minuman jahe madu yaitu 22,00 pada kelompok eksperimen dan 26,96
pada kelompok kontrol. Sedangkan rata-rata tingkat keparahan batuk anak
sesudah diberikan minuman jahe madu yaitu 16,62 pada kelompok
eksperimen dan 23,58 pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan rata-rata tingkat keparahan
batuk sesudah diberikan minuman jahe madu (post test) pada kelompok
eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata
tingkat keparahan batuk (post test) yang tidak signifikan tanpa diberikan
minuman jahe madu.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dependent diperoleh p
value (0,032) < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
antara mean tingkat keparahan batuk anak pada kelompok eksperimen
sebelum dan sesudah diberikan minuman jahe madu sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemberian minuman jahe madu efektif dalam
menurunkan keparahan batuk pada anak.

5.4 Kesimpulan

Simpulan dari hasil penelitian yang terdapat di dalam jurnal tersebut


bahwa minuman jahe madu sangat efektif untuk menurunkan batuk pada
anak karena kandungan minyak atsiri dalam jahe yang merupakan zat aktif
yang dapat mengobati batuk (Nooryani, 2007), sedangkan zat antibiotik
pada madu yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit infeksi seperti
batuk anak pada ISPA (Aden, 2010).

58
BAB VI

PENUTUP

59
6.1 Simpulan

Ada beberapa Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah :


Perkembangan biologis, Perkembangan Psikososial, Perkembangan
Kognitif, Perkembangan spiritual, Perkembangan bahasa, Perkembangan
Seksual, serta Perkembangan Konsep Diri

Masalah yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah bersihan
jalan nafas karena kurangnya kebersihan lingkungan rumah serta
lingkungan yang tidak memadai. Pada wilayah Kelurahan Bulak Setro RT
01, RW 04 ini masalah yang muncul pada anak usia sekolah adalah
bersihan jalan nafas, gangguan istirahat tidur serta resiko ISPA. ISPA akan
muncul jika pembersihan jalan nafas tidak segera ditangani dengan baik
maka dari itu tugas kita sebagai seorang perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan bagi anak usia sekolah untuk meningkatkan
ketahanan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.

6.2 Saran

Diperlukan adanya peran aktif dari pemerintah serta tenaga kesehatan


untuk memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah,
maka dari itu kita sebagai seorang perawat harus berperan aktif dalam
mengatasi masalah kesehatan bagi anak usia sekolah dengan cara preventif,
promotif serta rehabilitatif.

DAFTAR PUSTAKA

60
Christeinsen, paula J. 2009. Proses keperawatan : aplikasi model konseptual edisi
4 (alih bahasa : yuyun yuningsih, yasmin asih ). Jakarta : EGC

Drs. E.B. surbakti M.A. 2008. Sudah siapkah menikah. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo

Efendi, ferry makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan


praktik dalam keperawatan. Jakarta : salemba medika

Friedman, marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :


EGC

http:/www.scribd.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah

Potter & Perry. 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta :


EGC

61

You might also like