Professional Documents
Culture Documents
Satus Obstetri :
Palpasi (pemeriksaan luar)
Tinggi Fundus Uteri : setinggu pusat
Letak Janin : ballotement (-), tidak teraba bagian janin.
Nyeri tekan (+)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal toucher)
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : lunak
OUE/OUI : tertutup/tertutup
Teraba jaringan (+)
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin 11.2
11.5-16.0 d/dL
Portofolio : Molahidatidosa 4
Leukosit 12.5
4.0-10-0 102/mm3
Eritrosit 3.98
3.80-5.80 106/mm3
Hematokrit 33.2
37.0-47.0%
Trombosit 402 150-400 103/mm3
Pemeriksaan Radiologi :
USG (22-09-2017)
Kesan : molahidatidosa
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams.
Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta
dan Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo:
Jakarta
Portofolio : Molahidatidosa 5
2. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC:
Jakarta
3. Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
4. John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians and
5. Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. EGC: Jakarta
6. Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan Ginekologi,
8. Adrijono. Deteksi Dini Penyakit Trofoblas Ganas dalam Deteksi Dini Penyakit Kanker, FKUI, Jakarta,
2004; 130–3.
9. Fischbach TF. Chorionic Gonadotropin in A Manual of Laboratory and diagnostic Test, Seventh ed. 7,
1. Subyektif:
Seorang Ibu usia 38 tahun masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit disertai keluarnya gelembung seperti telur ikan. Pasien mengaku
keluar darah dari vagina berwarna hitam. Nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) berisi makanan.
Pasien mengaku pusing dan lemas. Riwayat hari pertama haid terakhir tgl. - agustus
2017.Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
tekanan darah tinggi, penyakit gula, asma, penyakit jantung disangkal. Riwayat keluhan yang
sama dalam keluarga tidak ada. Riwayat alergi disangkal. Riwayat pemakaian kb disangkal.
Portofolio : Molahidatidosa 6
2. Obyektif:
Status Generalisata : Sakit sedang/gizi baik/kompos mentis
Status Vitalis:
TD : 130/80mmhg N: 84x/mnt, reguler, kuat angkat
P : 20x/mnt tipe thoracoabdominal S: 36,50C
Pemeriksaan Fisis
Status lokalis:
Kepala : konjungtiva anemis : -/-
Sklera Ikterus : -/-
Bibir Sianosis :-
Satus Obstetri
Palpasi (pemeriksaan luar)
Tinggi Fundus Uteri : setinggi pusat
Letak Janin : ballotemet (-), tidak teraba bagian janin (-)
Denyut Jantung Janin : -
Portofolio : Molahidatidosa 7
Hemoglobin 11,2
11.5-16.0 d/dL
Leukosit 12,5
4.0-10-0 102/mm3
Eritrosit 3,98
3.80-5.80 106/mm3
Hematokrit 33,2
37.0-47.0%
Trombosit 402 150-400 103/mm3
Plano test = +
Pemeriksaan Radiologi :
USG (26-09-2017)
Kesan : molahidatidosa
Portofolio : Molahidatidosa 8
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai
sel-sel trofoblas dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit atau
bahkan tanpa perkembangan janin (Sebire, 2008; Sumapraja,2005; Hadijanto, 2010). 1 Di dalam
tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel
trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang
berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang
berasal dari teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease (Sumapraja, 2005). 1
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan mengenai mola hidatidosa namun secara garis
besar mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi
keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan perkembangan parsial atau tidak
ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon human chononic
gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa (Sumapraja,
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan
menimbulkan berbagai bentuk metastase keganasan dengan berbagai variasi (Manuaba, 2007).2
Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda.
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan
umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan (Prawirohadjo, 2009).2 Di
Amerika Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Di Indonesia
Portofolio : Molahidatidosa 9
sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia
reproduktif (15-45 tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan
menderita mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam setiap 1000 kehamilan.
Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami transformasi ke arah keganasan,
yang disebut sebagai gestational trophoblastic neoplasma (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007).2
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat mola
hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan
tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2%
dan 5,7%. Kematian pada mola hidatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi
4. Plan
Mola hidatidosa harus dievakuasi sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Bila perlu
lakukan stabilisasi dahulu dengan melakukan perbaikan keadaan umum penderita dengan
a. Koreksi dehidrasi
d. Penatalaksanaan hipertiroidisme
Jika gejala tirotoksikosis berat, terapi dengan obat-obatan antitiroid, ß-bloker. dan perawatan
suportif (pemberian cairan, perawatan respirasi) penting untuk menghindari presipitasi krisis tiroid
selama evaluasi. Tujuan terapi adalah untuk mencegah pelepasan T4 yang terus-menerus dan
menghambat konversi menjadi T3 untuk memblok aksi perifer hormon tiroid dan untuk mengobati
faktor-faktor presipitasi.10 Agen-agen antitiroid dapat menurunkan level T3 dan T4 serum dengan
cepat seperti sodium ipodoat (orografin, suatu kontras yang mengandung iodine) yang
merupakan terapi pilihan dalam mencegah krisis tiroid setelah hipertiroidisme yang diinduksi
Portofolio : Molahidatidosa 10
kehamilan mola karena Ca mengurangi konsentrasi T3 dan T4 dengan cepat. Apabila sodium
ipodoat tidak tersedia, PTU harus digunakan dan dikombinasikan dengan iodida. PTU berbeda
dengan metimazol, menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer dan karenanya lebih disukai
daripada metimazol. Loading dose 300-600 mg PTU diikuti oleh 150-300 mg setiap 6 jam
(perrektal atau melalui NGT). Kalium iodida oral (3-5 tetes, 3x sehari, 35 mg iodida/tetes) atau
iodine lugol (30-60 tetes/hari dibagi dala 4 dosis, 8 mg iodida/tetes) atau natrium iodida intravena
(0,25-0,5 g tiap 8-12 jam) menginduksi penurunan level T3 dan T4 yang cepat. ß-bloker digunakan
untuk mengontrol takikardi dan gejala lain yang diaktivasi saraf simpatis. Propanolol dimulai pada
dosis 1-2 mg tiap 5 menit secara intravena (dosis maksimum 6 mg) diikuti dengan propanolol oral
Bila sudah terjadi evakuasi spontan lakukan kuretase untuk memastikan kavum uteri sudah
kosong. Bila belum lakukan evakuasi dengan kuret hisap. Bila serviks masih tertutup dapat
didilatasi dengan dilator nomor 9 atau 10. Setelah seluruh jaringan dievakuasi dengan kuret hisap
dilanjutkan kuret tajam dengan hati-hati untuk memastikan kavum uteri kosong.7 Untuk
untuk mencegah terjadinya infeksi. Induksi dengan medikamentosa seperti prostaglandin dan
a. Kuretase
selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar b-hCG serta foto thoraks), kecuali bila jaringan
Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan
Sebelum kuretase terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan
b. Histerektomi
Diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan misalnya pada umur
tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil
pemberian kemoterapi pada penderita pasca mola hidatidosa adalah sebagai berikut :9
Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum >20.000 IU/liter, urine
Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis otak, renal, hepar,
4. Penatalaksanaan pascaevakuasi
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
c. Laboratorium
Portofolio : Molahidatidosa 12
Pengamatan lanjut meliputi pemeriksaan pelvis dan hCG setiap minggu sampai hCG
negatif, bila ditemui anemia atau infeksi harus diberikan pengobatan yang adekuat. ß-
hCG negatif diikuti tiap minggu 2 kali pemeriksaan, bila tetap negatif dilakukan tiap
bulan sampai dengan bulan keenam, lalu tiap 2 bulan sekali selama 6 bulan.9
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
Diberikan kontrasepsi oral setelah kadar hCG normal. Bila penurunan hCG sesuai
dengan kurva regresi, pasien diperkenankan hamil setelah 6 bulan. Dapat juga dengan
metode barier, namun IUD tidak dianjurkan. Bila penurunan lambat, tunda kehamilan
Bila terjadi kehamilan lakukan USG dan lakukan pemeriksaan hCG postpartum untuk
Pasien dengan besar uterus 4 kali lebih besar dari usia gestasi dan adanya kista lutein,
Dikarenakan 20% pasien dengan mola komplit dan 5-7 % pasien dengan mola parsial dapat
menjadi penyakit yang berulang. Follow up yang ketat sangat diperlukan. Kadar b -hCG perlu
dimonitor setiap minggu sampai diperoleh 3 kali angka yang normal dan kemudian setiap bulan
untuk 6 bulan. Sangat penting bagi pasien untuk menggunakan kontrasepsi selama 6 bulan
sehingga peningkatan b -hCG yang normal terjadi dalam kehamilan tidak dikacaukan dengan
penyakit yang berulang. Pil KB tidak meningkatkan resiko dari penyakit post mola. Setelah angka
Peserta Pendamping