You are on page 1of 9

Tugas Patologi Anatomi

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI LENGKAP

NAMA : DESRITA AYU TANGDI ALLA


NIM : 20160811014018

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2019

http://repository.unimus.ac.id
Pemeriksaan Hematologi Lengkap (Complete Blood Count / CBC)
Pemeriksaan Hematologi Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini
sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita
suatu penyakit infeksi.
Manfaat pemeriksaan hematologi lengkap yaitu :
1. Pencegahan atau penanganan terhadap suatu penyakit terutama yang berkaitan
dengan darah.
2. Sebagai pemeriksaan penyaring untuk menegakkan diagnosis
3. Sebagai penentuan riwayat perjalanan suatu penyakit
Pemeriksaan hematologi lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu :
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (Platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) & Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
6. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

Pemeriksaan darah lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke
suatu rumah sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang
diluar nilai rujukan biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap
gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Nilai
rujukan biasa dikenal sebagai ‘nilai normal’ atau kadang ‘nilai yang diharapkan’. Lamanya
waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar
maksimal 2 jam.

Hemoglobin
Tabel Nilai Rujukan Kadar Hemoglobin Menurut WHO
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0
Pria dewasa 13,0
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen ke jaringan dan media transport karbondioksida dari jaringan tubuh
keparu -paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas interaksi kimia antara molekul
oksigen dan heme, suatu cincin tetrapirol porfirin yang mengandung besi (ferro), kandungan
zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Hemoglobin
mengikat 2 proton untuk setiap 4 molekul oksigen yang dilepaskan sehingga hemoglobin
merupakan bufer utama dalam darah. Heme (ferro) yang terikat pada oksigen disebut
hemoglobin teroksigenasi atau oksihe-moglobin (HbO₂) sedangkan heme (ferro) yang sudah
melepaskan oksigen disebut deoksihe-moglobin. Hemejuga dapat mengikat karbon-
monoksida (CO), yaitu heme yang teroksidasi dari ferro menjadi ferri atau methemoglobin,
methemoglobin tidak mampu lagi untuk mengikat oksigen.
Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan hemoglobin dalam darah
mempunyai peranan penting dalam diagnosis suatu penyakit. Kegunaan dari pemeriksaan

http://repository.unimus.ac.id
kadar hemoglobin adalah untuk menilai tingkat anemia, respons terhadap terapi anemia,
atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia dan polisitemia. Anemia
ditentukan oleh penurunan kadar hemoglobin darah di bawah nilai normal, klasifikasi anemia
yang umum dipakai yaitu anemia ringan sekali (Hb 10 g/ dL-kurang dari nilai normal),
anemia ringan (Hb 8-9,9 g/dL), anemia sedang(Hb 6-7,9 g/ dL), anemia berat (Hb < 6 g/dL).
Polisitemia adalah peningkatan kadar hemoglobin melebihi batas atas rentang nilai normal,
yaitu pada pria Hb > 18,5 g/dL dan wanita > 16,5 g/dL.
Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang
paling sering dilakukan oleh setiap laboratorium. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat
ditentukan dengan beberapa metode, yaitu metode Sahli, metode sianmethemoglobin
dengan cara manual dan otomatis. Metode pemeriksaan hemoglobin paling sederhana
adalah metode Sahli, pada metode Sahli hemoglobin dihidrolisis dengan HCL menjadi asam
hematin yang berwarna coklat, warna yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.
Perubahan warna asam hematin dibuat dengan cara pengenceran, sehingga warna sama
dengan warna standar. Cara ini kurang baik karena tidak semua hemoglobin dapat diubah
menjadi asam hematin misalnya karboksihe-moglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh faktor sub-jektivitas, warna standar pudar, penyinaran,
faktor kesalahan mencapai 5%-10 %. Metode lain yang banyak digunakan dalam
laboratorium klinik adalah metode sianmethemoglobin, untuk tujuan klinis pemeriksaan
kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin mudah dilakukan dan hasil pemeriksaan lebih
akurat daripada metode Sahli. Metode sianmethemoglobin adalah metode referensi untuk
estimasi hemoglobin, semua jenis hemoglobin dapat diukur kecuali sulfhemoglobin, faktor
kesalahan ±2%, metode sianmethemoglobin masih banyak digunakan di beberapa rumah
sakit dan puskesmas.

Hematokrit
Tabel Nilai Rujukan Kadar Hematokrit
Jenis Kelamin Nilai Rujukan Hematokrit
Laki-laki 40%-48%
Perempuan 37%-43%.
Hematokrit didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume
seluruh darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada jenis kelamin. Hematokrit
adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit terhadap volume seluruh
darah yang dihitung dalam %. Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang
paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit
juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Biasanya nilai itu ditentukan
dengan darah vena atau darah kapiler. Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih
berat akan turun ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada
diatasnya. Kemudian nilai hematokrit dapat segera diukur. Jika nilai Hct <20% dapat
menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah
spontan
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara
makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-
100. Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan
diameter 1,5 mm. Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah
darah vena. Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah
kapiler dan darah vena. Pada pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun metode
mikro terdapat lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan

http://repository.unimus.ac.id
plasma. Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau
keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan
1 mm. Tinggi 0,1 mm kira-kira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3. Tinggi buffy coat yang
masih dalam range normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada
umumnya lebih kecil dari granulosit. Oleh karena itu tingginya lapisan buffy coat merupakan
perkiraan saja terhadap ada tidaknya leukositosis.

Gambar tabung kapiler dengan darah yang telah disentrifus

Leukosit (White Blood Cell / WBC)

Tabel Nilai Rujukan Leukosit

Leukosit berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan kytos yang
berarti sel. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang terdiri
dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Leukosit adalah sel darah yang
mengandung inti, disebut juga sel darah putih, bergerak bebas secara ameboid, berfungsi
melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikuloendthelium disumsum
tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit. Berdasarkan ada atau
tidaknya granul dalam sitoplasma hasil pewarnaan, leukosit dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit memiliki butir khas dan jelas
dalam sitoplasma, sedangkan agranulosit tidak memiliki butir khas dalam sitoplasma.

http://repository.unimus.ac.id
Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang pertama
adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara
kedua adalah cara semi automatik dengan memakai alat elektronik. Cara kedua ini lebih
unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih
singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ±2%, sedang pada cara pertama kesalahannya
sampai ±10%. Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh
reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini. Jumlah
leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan asal dan lain-lain. Pada bayi
baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000µ. Jumlah leukosit tertinggi pada
bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000µ. Setelah itu jumlah leukosit turun secara
bertahap. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang,tetapi
jarang lebih dari 11.000µ. Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah
(SystemInternational Units = SI)

Trombosit (Platelet)

Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L

Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma


megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulas darah selama 10 hari.
Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright–Giemsa, trombosit tampak sebagai sel
kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi
granula merah-ungu yang tersebar merata. Trombosit memiliki peran dalam sistem
hemostasis, suatu mekanisme faal tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan
perdarahan atau kehilangan darah. Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh
darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari dan
mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Mereka membentuk
sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada jaringan sub-endote pada
pembuluh darah yang luka) dan agregasi (perlekatan antar sel trombosit). Trombosit sukar
dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan dengan kotoran kecil. Dan
ditambah dengan sifatnya yang cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel
utuh) dan menggumpal-gumpal. Ada dua cara yang lazim di pakai, yaitu cara langsung dan
cara tidak langsung. Pada cara tidak langsung jumlah trombosit dibandingkan dengan
jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.
a. Cara Langsung (Rees dan Ecker)
Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan
mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam
larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel
trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara
mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari
eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini
memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan
sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran
tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata.
b. Cara tidak langsung (Fonio)
Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright,
Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit
tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih . Metode hitung trombosit tak

http://repository.unimus.ac.id
langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah
eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Penghitungan
trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi
x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk populasi
trombosit normal dan tinggi (trombositosis). Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik
hitung cukup erat. Sedangkan untuk populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah
100.000 per mmk, penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena
memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat.

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) & Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

Tabel Nilai Rujukan Eritrosit


Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang
berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah
oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan
sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen
menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur
120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi,
sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya,
eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum
tulang (sistem retikulo-endotelial). Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui
beberapa tahap, yaitu:
1. Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah);
2. Prorubrisit (sintesis Hb);
3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat);
4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat;
5. Retikulosit (inti diabsorbsi);
6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti)
Susunan Sel Darah Merah
1) Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)
Nilai normal : 80 – 100 (fL)
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan
ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik
(ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL). Implikasi klinik :
 Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa
dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
 Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik,
kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik.
 Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal.
 MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa
mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
 MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung.

http://repository.unimus.ac.id
2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel
darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Implikasi Klinik:
 Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
 Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi Hemoglobin
Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 – 36 g/dL
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin
kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct.
Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi
nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH.Implikasi Klinik:
 MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
 MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)

Tabel Nilai Rujukan Normal LED


Jenis Kelamin & Usia Nilai Rujukan
wanita dewasa 0-20 mm/jam
wanita usia > 50 tahun 0-30 mm/jam
pria dewasa 0-15 mm/jam
pria usia > 50 tahun 0-20 mm/jam
anak-anak 0-10 mm/jam
neonatus 0-2 mm/jam
(Fischbach & Dunning III, 2009)

Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau
sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE) adalah
kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang telah diberi
antikoagulan dalam waktu satu jam. Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan
pengendapan sel-sel eritrosit dalam plasma. Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai
penanda non spesifik perjalanan penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan
aktivitas penyakit akut. Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam
tubuh seseorang, baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan. Hasil
pemeriksaan LED walaupun tidak dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis etiologik,
tetapi secara praktis masih rutin digunakan di klinik, karena selain prosedurnya sederhana
dan mudah, juga ekonomis, praktis, dan dapat sebagai pemeriksaan point-of-care (dekat
pasien), dan tetap mempunyai arti klinis yang penting.
Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) adalah pemeriksaan sederhana yang telah
dilakukan semenjak zaman Yunani kuno. Pemeriksaan LED pertama kali ditemukan oleh
seorang dokter Polandia bernama Edmund Biernacki pada tahun 1897. Metode
pemeriksaan LED pertama kali dikemukakan oleh Fahraeus dan Westergren pada tahun

http://repository.unimus.ac.id
1921, yang secara cepat telah menyebar ke seluruh penjuru dunia sebagai pemeriksaan
skrining umum penyakit-penyakit akut dan kronis. Metode Westergren adalah metode
pengukuran LED paling memuaskan yang hingga saat ini masih digunakan di klinik.
Pemeriksaan LED walaupun mempunyai keterbatasan dan saat ini telah banyak ditemukan
berbagai penanda spesifik proses inflamasi, tetapi masih digunakan secara luas untuk
pemeriksaan skrining dan pemantauan berbagai penyakit infeksi, autoimun, keganasan dan
berbagai penyakit berdampak pada protein plasma dan LED.
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap awal adalah fase
pembentukan rouleaux dimana sel-sel eritrosit tersusun bertumpuk-tumpuk yang
berlangsung dalam waktu 10 menit, tahap kedua adalah fase pengendapan rouleaux
eritrosit dengan kecepatan konstan yang berlangsung selama 40 menit, dan tahap ketiga
adalah fase pengendapan eritrosit dengan kecepatan melambat disertai proses pemadatan
eritrosit. Maka pembacaan hasil pemeriksaan darah adalah 1 jam setelah tabung
Westergren yang telah berisi sampel darah diletakkan tegak lurus pada raknya.
Banyak metode-metode pemeriksaan LED yang saat ini digunakan di klinik, baik
metode secara manual maupun otomatis. Metode pemeriksaan LED manual yang lazim
digunakan adalah metode Westergren, metode manual lainnya, yaitu metode Wintrobe dan
Mikro-Sedimentasi Landau. Metode pemeriksaan LED otomatis, yaitu Zeta Sedimentation
Ratio (ZSR), VES-MATIC®, SEDIMAT® Humaset® dan masih banyak lagi lainnya yang
telah digunakan di berbagai laboratorium klinik di berbagai belahan dunia. Walaupun
demikian metode Westergren merupakan metode yang paling sering digunakan sebagian
besar laboratorium, karena prosedurnya sederhana, ekonomis, dan hasil pemeriksaan
dianggap masih memiliki akurasi tinggi. Metode Westergren menggunakan darah yang
diencerkan (4 volume darah dan 1 volume sitrat) dan dibiarkan mengendap di dalam tabung
kaca terbuka dengan panjang 300 mm, diletakkan tegak lurus pada rak khusus. Interpretasi
hasil pemeriksaan LED metode Westergren perlu waktu cukup lama yaitu 1 jam dan kadang
diperlukan hasil LED setelah 2 jam, maka diperkenalkan metode modifikasi Westergren,
yaitu dengan cara memiringkan posisi tabung 450 dan metode ini telah dipublikasikan dapat
mempersingkat waktu pemeriksaan yaitu menjadi 7-15 menit dengan hasil setara dengan
metode Westergren standar pada 1 jam setelah tabung ditegakkan. Metode modifikasi
Westergren ini juga telah digunakan oleh produsen alat-alat laboratorium untuk merancang
alat untuk pemeriksaan LED secara otomatis antara lain VES-MATIC® dan Humaset®.

http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Azma Rosida, FX. Hendriyono, (Februari 2015), Berkala Kedokteran, Vol.11, No.1,
https://media.neliti.com/media/publications/58088-ID-nilai-rujukan-hematologi-orang-
dewasa-no.pdf diakses tanggal 24 Februari 2019.

Bakta M I., (2006), Hematologi klinik ringkas, EGC, Jakarta.

Fischbach F. Dunning III MB., (2009), A Manual of Labolatory and. Diagnostic Test. 8th
edition, Wolterskliwer Health, Philadelphia Baltomore New York.

Ganong, W .F., (2003), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.

Guyton A.C, (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC, Jakarta.

Hoffbrand, A. V & Pettit J.E, (1993), Essential haematology, Blackwell ScienceLtd.

Kementrian Kesehatan RI, (2011), Pedoman Interpretasi Data Klinik, [pdf],


http://farmalkes.kemkes.go.id/2014/12/pedoman-interpretasi-data-klinik/ diakses
tanggal 24 Februari 2019.

Koolman J & Klaus H. R., (2005), Color atlas of biochemistry, 2nd edition, Marburg Ger-
many.

Turgeon M L., (1989), Clinical hematology theory and procedures, second edition, Little,
Brown and Company, London.

Wirawan R., (2011), Pemeriksaan laboratorium hematologi, FKUI, Jakarta.

http://repository.unimus.ac.id

You might also like