You are on page 1of 3
IKATAN NASIONAL KONSULTAN INDONESIA Qnnnvo Nomor : 44®2/SKJ/DPNIIV/2018, Jakarta, \8 April 2018 Lampiran : 1 (satu) bundel Kepada Yth Ketua Dewan Pengurus Provinsi INKINDO Seluruh Indonesia Di tempat Perihal : Hasil FGD Permasalahan Penjelasan Jenis Kontrak Lump Sum dan Kontrak Harga Satuan (Unit Price) Pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kantor BPK RI Dengan hormat, Menindaklanjuti Hasil Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Permasalahan Jenis Kontrak Lump Sum dan Harga Satuan (Unit Price) pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 8 November 2017, maka bersama ini kami sampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut 1. Berdasarkan KUH Perdata Pasal 1338 bahwa semua perjanjian yang memenuhi syarat, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik Kembali tanpa persetujuan para pihak dan persetujuan harus dibuat dengan itikad baik 2. Syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan KUH Perdata diatur dalam Pasal 1320 sampai dengan Pasal 1337, yakni a. Para pihak harus jelas; b. Dibuat tidak dengan paksaan atau penipuan; ©. Cakap untuk membuat perjanjian: d. Objeknya harus jelas; e. Tidak mengandung kepalsuan/yang terlarang, bertentangan dengan kesusilaan/kepentingan umum; f. Kedudukan setara 3. Kontrak/surat perjanjian pengadaan barang/jasa antara pemerintah dengan penyedia barang/jasa merupakan perikatan perdata bemuansa publik sehingga setiap isi kontrak/surat perjanjian harus sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Ketika terdapat kiausul dalam kontrak yang tidak sesuai perundangan yang berlaku maka kontrak tersebut menjadi cacat hukum. 4. Perbedaan utama jenis kontrak Lump Sum dengan kontrak Unit Price terletak pada Penanggungan risiko, Risiko dalam kontrak Lump Sum sepenuhnya ada pihak rekanan/kontraktor/pemberi jasa, sedangkan pada kontrak Unit Price risiko masih ditanggung antara pemberi jasa dan pengguna jasa. Selain itu, kontrak Lump Sum bersifat output based. Jalan Bendungan Hii Raya 29, INKINDO Karakteristik pekerjaan/jasa yang akan dikontraktualkan menjadi dasar pemilihan jenis kontrak yang tepat, apakah menggunakan kontrak Lump Sum, Unit Price, atau jenis kontrak lainnya, PPK harus berhati-hati dalam menentukan/memilih jenis kontrak. Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, terhadap kontrak bersifat_ Lump Sum tidak dapat _dilakukan perubahan/adendum sepanjang tidak terjadi perubahan gambar dan/atau spesifikasi. Terhadap perubahan pekerjaan yang tidak terkait dengan gambar dan/atau spesifikasi, harus menjadi risiko rekanan sepenuhnya sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) Perpres No. 54 ‘Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam pemeriksaan atas jasa konstruksi dan jasa konsultansi yang menggunakan jenis kontrak Lump Sum, pemeriksa harus memastikan a. Perencanaan/pemilihan jenis kontrak telah sesuai karakteristik pekerjaan yang tepat untuk kontrak Lump Sum; b. Penyusunan/penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) harus sesuai dengan standarisasi pekerjaan konsultansi dan harga jasa konsultansi Apabila dalam perencanaan/pemilihan jenis kontrak dan penyusunan/penetapan HPS tidak ditemukan penyimpangan, maka pemeriksa tidak periu melakukan pemeriksaan mendalam atas proses pelaksanaan jasa konstruksi dan jasa konsultasi. Pemeriksa hanya melakukan pemeriksaan atas pemenuhan output/produk jasa Konstruksi atau jasa konsultasi tersebut. Sebaliknya, jika dalam perencanaan/pemilihan jenis kontrak dan penyusunan/penentuan HPS ditemukan penyimpangan, pemeriksa melakukan pemeriksaan mendalam atas proses pelaksanaan dan output jasa konstruksi atau jasa konsultansi dimaksud untuk memastikan apakah belanja negara telah wajar dan akuntabel. Dan apabila terdapat indikasi fraud, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan investigasi Hal-hal penting terkait pembayaran antara lain: analisa harga satuan tidak menjadi bagian dari ketentuan kontrak dan tidak digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran dan pemeriksaaan. (Permen PU No. 07/2011 Jo No. 31/2015 dan Permen PUPR No. 12/2017) Pada Kontrak Lump Sum: a. Nilai pembayaran dihitung berdasarkan kuantitas terpasang dan harga satuan yang ada dalam daftar kuantitas dan harga, sementara sesuai dengan ketentuan kontrak, pembayaran terhadap hasil pekerjaan dilakukan secara tahapan sesuai dengan tingkat kemajuan pekerjaan; b. Daftar kuantitas dan harga dalam penawaran digunakan untuk menilai kuantitas pekerjaan akhir; c. Daftar kuantitas dan harga dalam penawaran tidak sebagai bagian dari kontrak; d. Jika daftar kuantitas dan harga dalam penawaran sebagai bagian dari kontrak, maka harus dinyatakan secara tegas dalam dokumen tersebut bahwa dokumen tersebut semata-mata hanya digunakan untuk menghitung persentase kemajuan pekerjaan dan bukan sebagai dasar perhitungan nilai pembayaran; ©. Penilaian../ INKINDO e. Penilaian hasil pekerjaan akhir dilakukan terhadap gambar dan spesifikasi karena kedua dokumen tersebut yang secara kontraktual mengikat. Menginat pentingnya hal tersebut, kami berharap Ketua DPP INKINDO seluruh Indonesia dapat menyampaikan hal tersebut kepada seluruh Anggotanya di masing-masing provinsi Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih Hormat kami, Dewan Pengurus Nasional fe Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Spniio . . Ir, Nugroho Pudji Rahardjo Ir. Erie Heryadi Ketua Umum Sekretaris Jenderal Tembusan Yih 1, Menteri Pekeriaan Umum dan Perumahan Rakyat/PUPR (untuk diketahui) Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia/BPK RI (untuk diketahul) Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia/LKPP (Untuk diketahui) 2 3, 4, Arsip

You might also like