You are on page 1of 4

Ujian Tengah Semester Genap

MULTIKULTURALISME
Nama : Lewi Yeremia
NIM : 2016-013-038
ID : 12016000627
Seksi :B

2. Feminisme tema yang secara umum mengarah pada sejumlah ideologi dan teori yang
memberikan perhatian khusus pada hak – hak dan posisi perempuan di dalam kebudayaan dan
masyarakat. Secara garis besar itu merupakan pemikiran mengenai feminisme. Sedangkan
multikulturalisme secara dasar diartikan sebagai penerimaan terhadap adanya keragaman, dan
berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-
nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang dianut mereka. Lantas mengapa para Feminism
merasa kurang nyaman dengan multikulturalrisme. Menurut konsep multikultur hanya
menyetarakan budaya, tetapi yang di inginkan oleh para activist feminism adalah kesetaraan antara
laki laki dan perempuan. Dalam konsep multikulturalisme hal tersebut tidak menjadi topic
permasalahan. Sehingga hal itu masih dapat meimbulkan kesenjangan antara gender dalam
beberapa hal, dan hal itu tidak sesuai dengan tujuan feminism itu sendiri.

Dengan adanya feminism sendiri sebenarnya tidak menyetarakan secara keseluruhan karena yang
disetarakan hanya gender, memang terkesan agak egois. Tetapi jika dilihat dari man history
perempuan sangat diposisikan terbelakang dalam berbagai kegiatan. Tetap pria sebagai dominan,
dalam multikulturalisme karena tidak ada yang memperjuangkan keadilan gender dalam konsep
multikulturalisme.

4. Konsep melting pot dalam multikultur diartikan sebagai metafor untuk masyarakat heterogen
yang semakin homogen. Elemen yang berbeda "melebur menjadi satu" sebagai suatu kesamaan
budaya yang harmonis. Dengan konsep seperti ini berarti menghilangkan banyak hal yang menjadi
ciri khas individua atau budaya tertentu lalu merubahnya menjadi satu budaya baru. Dengan tujuan
mencoba menciptakan keseragaman. Namun untuk melakukan hal tersebut banyak yang di
korbankan. Yang berarti mengesampingkan hak hak orang lain dan tidak menyadari pentingnya
perbedaaan dalam sebuah kehidupan. Jika dalam melting pot kita tidak dapat melihat diri kita
sendiri lagi sebagai pribadi yang special memiliki sesuatu yang menjadi identik bagi kita.
Melainkan kita semua sama menjadi sama rata, sama rasa, tidak ada perbedaan.
Hal ini dapat menimbulkan bias dalam kehidupan bermasyarakat, karena tujuan yang dituju akan
sama. Tidak akan ada kepuasan sendiri saat mencapai sesuatu jika semua orang melakukan hal
yang sama. Tidak aka nada yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya jika semua orang
melakukan kesalahan yang sama. Tidak akan ada justice yang ada hanya controller untuk
mengatur semua berjalan sesuai dengan kesamaan. Hal ini sama saja dengan asimilasi, tetapi
dengan membawa istilah multikulturalisme di dalam penerapannya.

Berbeda dengan salad bowl yang memiliki arti masing-masing budaya mempertahankan
kualitasnya sendiri yang berbeda (bahan-bahan yang berbeda dalam salad), tetapi memiliki rasa
identitas nasional yang sama di negara habitat (salad). Sehingga setiap individu, budaya dapat
mempertahankan apa yang menjadi specialty di dalam satu wilayah. Jika dibandingkan dengan
melting pot, metaphor ini lebih memiliki value lebih dibandingkan hanya menyatukan paksa
berbagai kultur budaya menjadi satu dan menjadikan perbedaan sebuah hal yang tabu.

6. Affirmative action pada dasarnya adalah suatu kebijakan yang diskriminatif, walaupun
dipandang termasuk genre diskriminasi yang positif karena sifatnya hanya sementara demi
membuka kesempatan bagi kelompok masyarakat tertentu meraih peluang yang sama sebagaimana
telah dinikmati oleh kelompok masyarakat lainnya. Hal ini pertama diberlakukan untuk
melindungi hak ras kulit hitam di US setelah civil war.

8. Kebebasan Positif dan kebebasan negative, Kebebasan positif adalah tersedianya suatu hal atas
tindakan yang akan dilakukan sebagai penentu atas diri itu sendiri, artinya ialah kebebasan yang
memiliki hak kuasa atas tindakannya. Konsep ini tidak sama dengan kebebasan negatif yang
mengacu kepada kebebasan dari batasan luar terhadap tindakan seseorang. Konsep kebebasan
positif juga dapat mencakup kebebasan dari segala batasan di dalam diri. Sedangkan kebebasan
negative adalah ebebasan yang mendasarkan suatu perbuatan tanpa adanya sebuah paksaan atau
perintah dari orang lain atas kehendak diri. Singkatnya, kebebasan negatif adalah kebebasan dari
segala campur tangan orang lain. Konsep ini tidak sama dengan kebebasan positif yang merupakan
kebebasan dari segala batasan dalam diri untuk mewujudkan potensi seseorang.

Kedua konsep ini dirumuskan oleh Isaiah Berlin pada tahun 1958. Dalam konsepnya berhubungan
dengan multikulturalisme karena dalam multikulturalisme menekankan pada kesetaraan dengan
kebebasan tertentu. Kebebasan tersebut tentu tidak hanya sebuah kebebsan belaka maka dari itu di
butuhkan kedua konsep diatas. Dalam multikulturalisme ada hubungannya juga dengan puralisme,
hanya dalam puralisme mendasarkan toleransi dan menghargai adanya perbedaan tetapi tidak
menuntut sesuatu yang lebih hanya hidup berdampingan.

10. Indonesia plural atau multikultur. Jika dilihat dari dasar negara kita yaitu “Bhineka Tunggal
Ika” yang berarti berbeda beda tetapi tetap satu, Indonesia dapat di kategorikan sebagai
multikulturalisme. Tetapi apakah dalam pelaksanaannya seperti itu? Dalam kenyataan kita sehari
hari konsep diatas masih belum diterapkan dengan baik, jika konsep multikultur yang hanya
meenekankan pada penghargaan perbedaan dalam kehidupan berbudaya. Bagaimana Indonesia
ingin menadopsi puralisme lebih lanjut jika dalam konsep yang lebih sederhana saja belum dapat
menerapkannya.

Dengan demikian Indonesia memang memiliki dasar negara yang kuat tetapi masyarakat idonesia
sendiri belum siap dan belum bisa menerapkannya dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat.
Sehingga banayk bias yang muncul dari konsep yang bertabrakan, karena menurut dasar negara
multikultur tetapi dalam kehidupan bermasyarakat mengacu pada pluralism.
Referensi

Affirmative Action Sebagai Bentuk Diskriminasi Positif. (2019, March). Diambil kembali dari Binus Law:
http://business-law.binus.ac.id/2014/07/05/affirmative-action-sebagai-bentuk-diskriminasi-positif/

Aminudin, M. (2015, Agustus 7). Hari Veteran Nasional, Pemerintah Siapkan Dana dan Fasilitas untuk
Pahlawan. Dipetik April 1, 2019, dari Detik.com: https://news.detik.com/berita/2986576/hari-veteran-
nasional-pemerintah-siapkan-dana-dan-fasilitas-untuk-pahlawan

Antonovska, D. (2016, November). Multiculturalism versus Feminism.

Jerome McCristal Culp, J. (2019). DIVERSITY, MULTICULTURALISM,AND AFFIRMATIVE ACTION: DUKE,


THE NAS, AND APARTHEID. 32.

Kebebasan negatif. (t.thn.). Dipetik March 2019, dari Wikipedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Kebebasan_negatif

Langeland, Å. E. (2019, March). Melting Pot and Slad Bowl. Diambil kembali dari Norwegian Digital
Learning Area:
https://ndla.no/en/subjects/subject:39/topic:1:188693/topic:1:188701/resource:1:15153

Multikulturalisme. (2019, March). Diambil kembali dari Wikipedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

S, D. D. (2019, March). FEMINISME (Tentang dan Pengertian) - Sosiologi Gender. Diambil kembali dari
Academia Edu: https://www.academia.edu/35125813/FEMINISME_Tentang_dan_Pengertian_-
_Sosiologi_Gender?auto=download

sobur, A. Kamus Besar Filsafat .

Sumantri, Y. K. (2019, March). Feminisme Multikultural Refleksi Gerakan Perempuan Dunia Ketiga.
Diambil kembali dari Sejarah Upi: http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/feminisme-multikultural-refleksi-
gerakan-perempuan-dunia-ketiga/

Tilaar, H. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi


Pendidikan Nasional. . Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Zarate, G., Levy, D., & Kramsch, C. (2011). Handbook of Multilingualism and Multiculturalism. Archives
Contemporaines.

You might also like