You are on page 1of 8

MAKALAH

Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

DISUSUN OLEH :

YUSRINA FAUZZIYYAH (201730011)

DOSEN PEMBIMBING : SUZANNA FABELLA P.,SST,M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ICHSAN MEDICAL CENTER
PRODI D III KEBIDANAN
PERIODE 2017/2018
BAB I
PEMBAHASAN

A. Definisi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)


Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB
janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada
kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)
UFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau
lebih / janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500
gram atau lebih. (dr. Nasdaldy, Sp.OG)
IUFD (Intra Uterine Fetal Demise) merupakan kematian janin yang terjadi
tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna
(Uncomplicated Pregnancy). Kematian janin terjadi kira-kira pada 1% kehamilan
dan dianggap sebagai kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20
minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di bawah usia 20 minggu disebut
abortus.
B. Etiologi
Secara umum:
1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklampsi dan eklampsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6. glomerulonefritis dan payah ginjal
7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
8. Malnutrisi dan sebagainya.
C. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat
mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah
kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah
irefersibel. Kerja organ – organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuh janin ( IUGR).
D. Patologi
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi.
Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena
absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur.
Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu
dengan yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga
mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam
waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada
IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih
kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi
setelah 48 jam janin mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan
hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.
E. Tanda gejala
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
2. Gerakan janin tidak di rasakan lagi
3. Uterus tegang dan kaku

Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda


Diagnosa Kemungkinan
Selalu Ada Kadang-Kadang Ada
 Gerakan janin  Syok Solusio plasenta
berkurang atau hilang
 Nyeri perut hilang  Uterus tegang/kaku
timbul atau menetap
 Perdarahan  Gawat janin atau DJJ
pervaginam sesudah tidak terdengar
hamil 22 minggu
 Gerakan janin dan DJJ  Syok Ruptura uteri
tidak ada  Perut kembung/
 Perdarahan cairan bebas intra
 Nyeri perut hebat abdominal
 Kontur uterus
abnormal
 Abdomen nyeri
 Bagian-bagian janin
teraba
 Denyut nadi ibu
cepat
 Gerakan janin  Cairan ketuban Gawat janin
berkurang atau hilang bercampur mekonium
 DJJ abnormal
(<100/menit atau
>180/menit)
 Gerakan janin/ DJJ  Tanda-tanda Kematian janin
hilang kehamilan berhenti
 Tinggi fundus uteri
berkurang
 Pembesaran uteri
berkurang

F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
• Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan janin
sangat berkurang
• Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti biasanya.
• Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan
sakit seperti mau melahirkan.
• Penurunan berat badan
• Perubahan pada payudara atau nafsu makan
2. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
- Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus
- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
- Terhentinya perubahan payudara
• Palpasi
- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tidak
teraba gerakan-gerakan janin
- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
• Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan
denyut jantung janin
3. Pemeriksaan Lab
• reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
• hipofibrinogenemia setelah4-5 minggu janin mati
4. Pemeriksaan Tambahan
• Ultrasound: - gerak anak tidak ada
• denyut jantung anak tidak ada
• tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
• X-Ray :
- Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih,
pencairan
- otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
- Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung
- Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh
darah besar.
Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam
• Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.

G. Penatalaksanaan
• Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari
kepastian diagnosis.
• Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang
spontan
• Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5
hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi
columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
• USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda
kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan
ketuban berkurang
• Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan
besar dapat lahir pervaginam.
• Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
• Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
• Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
• Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
- Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan
amniotomi karena berisiko infeksi
- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
• Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
- Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6
jam
- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali
dan jangan melebihi 4 dosis.
• Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
• Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
• Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
• Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
• Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat
dilakukan induksi persalinan
• Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi
efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau
tanpa amniotomi.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
McCall, Seller Pauline. 1993. Midwifery. South Afrika: Juta & Co, Ltd.

You might also like