Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem
berharga, sebab pada sisi ini setiap individu akan berusaha untuk tetap berada
1
Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika,
Surabaya, hlm.6
2
adalah Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
tenaga kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kesempatan
kesejahteraannya.
dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.2 Keselamatan dan kesehatan kerja
sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO (2003), setiap hari rata- rata
6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang
2
http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-
15- detik-karena-kecelakaan-kerja.
3
per tahun. Sebanyak 350.000 orang per tahun di antaranya meninggal akibat
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja juga berakibat pada biaya; 1000 miliar
USD atau 20 kali dana bantuan umum yang diberikan ke negara berkembang.
kecelakaan fatal atau 3,9 per 100.000 pekerja di tahun 2006. 3Angka
telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk
2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja.4 Tingginya angka kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja dengan konsekuensi yang ditanggung oleh
sosial cost tidak lagi dapat diterima (unacceptable). Terkait dalam hal ini
3
Lientje Setyawati Maurits dan Imam Djati Widodo, “Faktor dan Penjadualan Shift
Kerja”, Volume 13, Nomor 2, Desember 2008
4
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-
Indonesia-masih- tinggi.html
4
dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur
di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang
5
jumlah pekerja yang lebih banyak dan mempunyai resiko kecelakaan pekerja
yang lebih besar. Memiliki jumlah pekerja yang lebih dari 100 (seratus) orang
industri maupun manufaktur untuk mau tidak mau menjamin keselamatan dan
besar yang akan ditanggung oleh perusahaan tersebut jika hal itu tidak
cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Jika dilihat dari hal-
lebih dari 100 (seratus) orang saja yang perlu menerapkan konsep
keselamatan dan kesehatan kerja, tetapi lingkungan kerja seperti pada bidang
5
Hardijan Rusli, 2011, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan UU No. 13/2003/ tentang
Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.82.
6
dari seberapa banyak tenaga kerja yang ada di dalamnya. perusahaan yang
yang dilakukan bukan oleh dokter atau dokter gigi dapat digolongkan sebagai
tindakan yang tidak tepat dan berbahaya. Oleh karena itu, tenaga medis seperti
dokter dan dokter gigi, adalah tenaga profesional yang berbeda dengan tenaga
medis.Karena sifat dan hakikat yang berbeda antara tenaga medis dengan
disamaratakan dengan profesi lain. Oleh sebab itu kepastian hukum bagi
tenaga medis harus dapat memajukan dan menjamin pelayanan medik yang
meliputi dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis. Dokter
7
yang melakukan tindakan gawat darurat dan tindakan bedah adalah tenaga
kerja yang memiliki resiko untuk mengalami kecelakaan kerja atau tertular
penyakit akibat kerja dalam melakukan pekerjaannya. Dokter gigi juga tenaga
keselamatan kerja dalam praktik dokter gigi ditujukan agar semua faktor
dan dokter gigi, serta semua penyakit dan gangguan kesehatan dapat dihindari
diperoleh bukti bahwa mereka tertular ditempat praktek dokter gigi yang
masih terdapat hal semacam itu, maka dapat diasumsikan bahwa di negara
6
Dede Rohimah, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Lingkungan Klinik Dokter Gigi,
sebagaimana dapat diakses pada https://www.scribd.com/doc/239130400/K3-Di-Lingkungan-
Klinik-Dokter-Gigi
7
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1147/fkg-
sondang2.pdf?sequence=1&isAllowed=y,
8
swasta ternama dan seorang lagi membuka praktik pribadi.8 Hal tersebut
gigi masih sangat minim dan hal tersebut seharusnya menjadi sebuah acuan
untuk daerah lain dalam memberikan perlindungan terhadap dokter gigi yang
yang pernah dialami berupa mengalami tertusuk jarum suntik dan juga alat
kedokteran gigi yang lain berupa tertusuk sonde yang mengakibatkan tangan
tenaga medis belum mendapat perhatian yang serius sehingga dapat terjadi
8
https://m.tempo.co/read/news/2013/03/05/173465143/3-dokter-gigi-tertular-pasien-
pengidap-aids
9
YANG OPTIMAL”.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
peningkatan tenaga kerja yaitu tenaga medis serta dapat dipergunakan sebagai
2. Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran atapun
sumbangsi baik kepada dokter dan dokter gigi di klinik terkait pelaksanaan fungsi
b. Bagi Klinik
E. Kerangka Pikir
11
Islam merupakan upaya melindungi jiwa (Hifzun Nafs) sebagai bagian dari tujuan
Amandemennya Pasal 28H ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan. Dan pada Pasal 34 ayat
hukum yang berlaku pada pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan
hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu, dilakukan
paut dengan hubungan kerja itu. Menurut Mr. N.E.H. Van Esveld, bahwa Hukum
Ketenagakerjaan adalah tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerjaan itu
dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang
melakukan pekerjaan atas tanggungjawab resiko sendiri. Menurut Mr. Mok, bahwa
dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan dengan penghidupan yang layak
9
Kementerian Agama RI, Maqasidusy-Syari’ah; Memahami Tujuan Utama Syariah, Jakarta; Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat, 2013.
10
Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemennya.
12
himpunan peraturan yang mengatur hubungan hukum antara pekerja, majikan atau
yang tertulis maupun yang tidak tertulis bahwa peraturan tersebut mengenai suatu
kejadian dengan adanya orang yang bekerja pada orang lain (majikan) dan adanya
Perjanjian adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan
akibat hukum dengan kata sepakat. Sedangkan perikatan adalah syarat sepakat harus
ada dua pihak atau lebih dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dimana
pihak yang lain wajib memenuhi sesuatu. Sumber perikatan berada di perjanjian dan
perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan (perjanjian) atau dari undang-undang
saja dan yang lahir dari undang-undang karena suatu perbuatan orang. Belakangan
ini, dapat dibagi lagi atas perikatan-perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang
diperbolehkan dan yang lahir dari perbuatan yang berlawanan hukum.14 R. Subekti
11
Sedjun H. Manulang, Pokok-Pokok Ketenagakerjaan Indonesia, Penebit Rineka Cipta,
Jakarta, 1987, hal. 2.
12
Darwin Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan Pekerja
Untuk Mempertahankan hak-haknya), Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,
1994, hal. 1
13
Halili Toha, Hari Pramono, Hubungan Kerja Antara majikan Dan Buruh, Cetakan
Pertama, Penerbit Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 1.
14
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 1982, Cet. XVI, hal. 123
13
persetujuan untuk kata Overeenkomst, hal ini beliau meninjau dari segi
“persetujuan” (kalau hanya dilihat dari segi terjemahannya saja) memang lebih
sesuai dengan perkataan Belanda Overeenkomst yang dipakai BW, tetapi karena
perkataan perjanjian oleh masyarakat sudah dirasakan sebagai suatu istilah yang
hubungan hukum antara 2 (dua) pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
khususnya asas demokrasi, adil, dan merata. Hal ini dilakukan karena pembangunan
15
R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung, 1986, hal. 3.
16
R. M. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Penerbit Liberty, Yogyakarta,
1988, hal, 97.
17
Abdul Khakim. 2006. Aspek Hukum Pengupahan.Bandung: Citra Aditya Bakti. Hlm.54-55.
18
R. M. Sudikno Mertokusumo, op.cit., hlm. 97
14
Lebih jauh lagi, jika dilihat dari adanya keterhubungan antara penyedia jasa
dan para pasien sebagai pengguna (konsumen), maka hal ini tak dapat lepas dari
UU. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen . Hubungan hukum antar
setelah dikeluarkan UUPK ini. Secara rinci, UUPK memberikan pengaturan tentang
hak serta kewajiban, baik bagi pemberi jasa maupun pengguna jasa. Dengan
karena sifat pelayanan di bidang kesehatan sangat teknis serta tidak dapat diketahui
oleh sembarang orang. Meskipun tujuan pemberian jasa sama, yakni berusaha
tetap bahwa setiap rumah sakit –dan berbagai tempat pelayanan– mempunyai
dunia hukum adalah ”hak dan kewajiban”. Dasar dari adanya hak dan kewajiban ini
tertuang dalam berbagai peraturan baik internasional maupun nasional. Akan tetapi
aturan hukum (hak-hak dan kewajiban) antara penyedia dan pengguna jasa
19
Abdul Khakim, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2009.hlm.9.
15
Perjanjian yang sah menurut hukum hendaknya dijalankan dengan baik oleh
secara bersama-sama dengan pengusaha mewujudkan barang atau produk atau jasa
mencerminkan rasa keadilan. Untuk sahnya suatu perjanjian, menurut Pasal 1320
KUHPerdata ada 4 (empat) syarat - syarat sahnya perjanjian. Dalam Pasal 52 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa Perjanjian Kerja dibuat atas
melakukan perbuatan hukum, Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak yang
obyek dari perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha yang akibat hukumnya
Dede Agus, “Kedudukan Perjanjian Kerja terhadap Perjanjian Kerja Bersama dalam Hubungan
20
Menurut G. Kartasapoetra, yang dimaksud dengan Buruh adalah buruh adalah para
tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dimana tenaga kerja tersebut harus
tunduk pada perintah-perintah kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan) yang
bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya yang mana tenaga kerja itu akan
memperoleh upaya dan jaminan hidup lainnya yang wajar.21 Adapun tujuan
upah yang memuaskan serta kesempatan kerja kerja yang cukup memadai bagi
perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Ini berarti bahwa selama tidak ada pembatalan
dari salah satu pihak, maka perjanjian tersebut harus berlaku seperti halnya
perjanjian yang tidak mempunyai cacat. Sedangkan apabila suatu perjanjian tidak
sehingga dengan demikian perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada sejak
Hukum Perdata Pasal 1601-1603 Z, perjanjian kerja adalah: Suatu perjanjian yang
(majikan atau penguasa) dengan menerima upah dan kesanggupan pihak majikan
didalam masyarakat, perjanjian kerja dibuat secara lisan. Kalaupun diadakan secara
21
G.Kartosapoetra, dkk. Hukum Perburuhan Indonesia Berlandaskan Pancasila, Penerbit
Dunia Aksara, Jakarta, hal. 29.
22
F. X. Djumialdji, Selayang Pandang Organisasi Perburuhan ILO, Cet 1, Penerbit
Liberty, Yogyakarta, hal. 1.
23
Abdul Khakim, op.cit., hlm.57.
24
Iman Supomo, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan (Perlindungan Buruh), Penerbit
Pradya Paramita, Jakarta, hal. 1.
17
lisan isinya sangat singkat, misalnya memuat tentang besarnya upah dan macamnya
pekerjaan. Perjanjian tertulis hak dan kewajiban pihak tenaga kerja dan pengusaha.
Dengan demikian memuat adanya peraturan yang memuat syarat-syarat kerja dan
Nomor 13 Tahun 2003, meliputi : Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau
tenaga kerja. Menurut Soepomo bahwa perlindungan tenaga kerja menjadi dibagi
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar
kehendaknya.
UU No. 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja menjadi awal yang baik
25
Ibid.hal.66
16
Zainal Asikin, et al, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1993, hal. 96; dikutip dari Kartasapoetra, G. dan Rience Indraningsih, Pokok-pokok Hukum
Perburuhan, Cet. I, Armico Bandung, 1982, hal. 97
18
beban tenaga kerja perlu dilakukan penataan lingkungan kerja yang lebih baik, lebih
pencahayaan, cegah bising dan getaran; Faktor kimia : bahwa tenaga kerja
menempatkan bahan, alat, dan tombol pada tempat yang mudah dijangkau, perbaiki
posisi kerja, gunakan alat bantu untuk hemat waktu dan energi. 28 Peraturan
dan mulai berlaku setelah disahkan oleh pejabat yang ditunjuk. Pengusaha wajib
27
Dr.Sayid Mohammad Rifqi Noval, S.H., M.H., Hukum Ketenagakerjaan, Hakikat Cita Keadilan
dalam Sistem Ketenagakerjaan, Bandung: Refika Aditama, 2017.hlm.234
28
Sugiman, Hak-Hak Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Di Indonesia.
19
semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi
Dalam Pasal 86 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang kesehatan kerja merupakan salah satu hak pekerja atau buruh untuk itu
atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dengan cara
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja agar pekerja atau buruh dan orang-
dipergunakan secara aman dan berdaya guna. Setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 Ayat (1) Undang-
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
adalah segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam
air maupun di udara. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
29
Dr.Sayid Mohammad Rifqi Noval, S.H., M.H., op.cit .hlm.235
20
1970 dijelaskan tentang kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan atau
wajar dilalui. Dahulu buruh hanya dapat menuntut ganti rugi berdasarkan Pasal 1365
Upah memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ciri khas dari
suatu hubungan kerja bahkan dikatakan upah merupakan tujuan utama dari seorang
pekerja yang melakukan pekerjaan pada orang atau badan hukum lain. Karena itulah
pemerintah turut serta dalam menangani masalah pengupahan ini melalui berbagai
dan pekerja. Hal ini secara tegas, dijelaskan dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh
diberikan kepada pekerja dan keluarganya terhadap berbagai resiko pasar tenaga
kerja. Secara obyektif akan sangat sulit untuk menjadikan progam jaminan sosial
tenaga kerja sebagai mekanisme utama bagi sistem perlindungan sosial apabila
30
Hadi Setia Tunggal. 2014. Seluk Beluk Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Harvarindo, hlm.180.
31
B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
Administrasi dan Operasional, Cet. 2, hlm. 15.
21
Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 100 juta orang akan terus tumbuh lebih dari 2
dimaksud diselenggarakan dalam bentuk progam jaminan sosial tenaga kerja yang
bersifat dasar dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong royong
Dasar 1945.
tenaga kerja beserta keluarganya; merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang
dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
tua, dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi risiko-
risiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja pada gilirannya akan
32
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi,, Cet. 4, PT.
Raja Grafindo Persada, jakarta, 2003, hal. 152.
22
jaminan sosial tenaga kerja mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam
Kerja yang terdapat dalam Pasal 2 yaitu Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini terdiri dari : Jaminan berupa uang yang
meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua; dan jaminan
sosial tenaga kerja pada hakekatnya bersifat dasar untuk menjaga harkat dan
UUD 1945 Pasal 28H ayat (3) menyatakan, bahwa setiap orang berhak atas
jaminan sosial. Ketentuan inilah yang mendasarkan lahirnya UU No. 40 Tahun 2004
oleh UU SJSN.34 Undang Undang No.13 Tahun 2003 dan Undang Undang No.1
33
Surya Tjandra dalam Jafar Suryamenggolo (ed.), Kebangkitan Gerakan Buruh, Tangerang :
Margin Kiri, 2014. Hlm.19.
34
Ibid.hlm.20-21
23
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja sangat erat kaitannya dengan Jaminan
Sosial Tenaga Kerja. Jaminan Sosial Tenaga Kerja saat ini diatur dalam Undang-
Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dengan UU BPJS ini dibentuk 2 lembaga yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
sosial yang harus dibangun, tetapi tidak mengatur bagaimana sistem yang dimaksud
harus dikelola. Hal-hal teknis seperti lembaga publik yang harus dibentuk dan
pengalihan program-program PT. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan PT.
Asabri, dimulai pada 1 Januari 2014. 36Sementara BPJS II akan mengelola jaminan
kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun bagi seluruh buruh disektor
formal, atau transformasi PT. Jamsostek pada 1 Januari 2014 dan beroperasi paling
lambat pada 1 Juli 2015.37 Adapun sanksi jika perusahaan selain penyelenggara
35
Dr.Sayid Mohammad Rifqi Noval, S.H., M.H.,op.cit.hlm.305
36
Ibid.hlm.306
37
Surya Tjandra dalam Jafar Surtamenggolo, op.cit.hlm.29.
24
38
kepada BPJS, adalah sanksi administratif.
salah satunya adalah tingginya rasa ketidakamanan yang dapat melemahkan kohesi
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai
2. Spesifikasi Penelitian
deskriptif analitis. Deskriptif ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
38
www.bpjsketenagakerjaan.co.id
39
Philips. Kaia dan Eamets, “Approaches to Flexicurity”: EU Models, Ireland: European
Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions, 2009.
40
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.105
25
gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti. 41 Istilah
data-data yang diperoleh baik dari segi teori maupun dari segi praktek. Penelitian
terhadap teori dan praktek adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor
Sumber data primer adalah sumber data atau keterangan yang merupakan data yang
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan obyek dengan ciri yang sama.
Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati), kejadian, kasus-
kasus, waktu, atau tempat, dengan ciri dan sifat yang sama. Maka dalam penelitian
ini populasi yang dimaksud adalah tenaga kerja di Kabupaten Ciamis.
41
Hadari Nawari, Metode Penelitian Bidang sosial, Gajah Mada University Press, hal. 31
26
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. Dalam suatu
penelitian, pada umumnya observasi dilakukan tidak terhadap populasi, akan tetapi
dilaksanakan pada sampel. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis sampel
bertujuan (purposive sample). Jenis sampel bertujuan (purposive sample) ini dalam
dikenal sebelumnya.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder adalah
data dari penelitian kepustakaan di mana dalam data sekunder terdiri dari 3 (tiga)
bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
- Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang sifatnya mengikat berupa
hukum primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil
27
penulisan.
hukum yang telah dikumpulkan untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan
ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya. Metode kualitatif
digunakan oleh peneliti terutama bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala
yang ditelitinya.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat atau daerah yang dipilih sebagai tempat
yang dipilih sebagai penelitian adalah klinik yang berada di Kabupaten Ciamis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal tesis ini dibagi menjadi lima bab, pada tiap
metode penelitian.
memerlukan.