You are on page 1of 123

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN


MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07 KELURAHAN
CISALAK PASAR, KECAMATAN CIMANGGIS, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

RIYANTINA HERLITA, S.KEP


0806457275

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN


MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07 KELURAHAN
CISALAK PASAR, KECAMATAN CIMANGGIS, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners

RIYANTINA HERLITA, S.KEP


0806457275

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


iii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


iv Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas Ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa profesi sampai pada penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
(2) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi Ners;
(3) Ibu Ns.Tri Widyastuti, S.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
(4) Segenap tim dosen keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah
membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini;
(5) Mama, papa, dan kakak saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;
(6) Imam, yang telah memberi saya semangat saat saya menghadapi kesulitan
dan kebosanan dalam profesi ini;
(7) Teman-teman kelompok Gizi Balita dan sahabat-sahabat saya, Danisya,
Ncel, Sheila, Mpit, Mbak Wiji, Risa, yang telah banyak memberikan
bantuan baik dukungan, semangat dan bekerjasama dalam menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
(8) Keluarga Bapak S, khususnya Ibu Y dan An.B yang mau menerima saya
dalam asuhan keperawatan keluarga yang saya berikan;
(9) RW 07 dan segenap kader yang telah bersedia tempatnya dijadikan lahan
praktik dan banyak membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan
(10) Tim peminatan komunitas yang kompak dan selalu bekerjasama dengan
baik dalam proses peminatan ini;

v Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


(11) Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung, sadar
maupun tidak sadar telah saya repotkan atau membantu saya dalam
pengerjaan proposal penelitian ini
(12) Seluruh teman-teman seperjuangan, profesi FIK UI angkatan 2012/2013,
karena kalian lah yang berjalan bersama saya melewati semua proses ini

Akhir kata, saya berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat membawa manfaat
positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.

Depok, 9 Juli 2013


Penulis

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


vii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Riyantina Herlita, S.Kep


Program Studi : Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
Anak Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok

Kemiskinan merupakan salah satu dampak urbanisasi yang mempengaruhi


masalah gizi balita. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan
gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga Bapak S dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi pada balita. Intervensi keperawatan yang dijadikan
intervensi unggulan adalah penyusunan jadwal menu makanan seimbang
berdasarkan triguna makanan (zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur).
Intervensi ini merupakan cara yang efektif untuk memenuhi nutrisi sehari-hari
balita. Hasil evaluasi menunjukkan perubahan sikap dan perilaku keluarga
terhadap pemberian makanan seimbang untuk balita dimana keluarga
menyediakan makanan dengan menu bervariasi sesuai triguna makanan.
Intervensi ini juga efektif meningkatkan berat badan pada balita kelolaan, dari 7,2
kg menjadi 7,5 kg.

Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan

viii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Riyantina Herlita, S.Kep


Study Program : Ners
Title : The Nursing Care Process of Mr. S’s Family with Health
Problem Nutrition Imbalance: Less than Body Requirment on
Toddler at RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok

Poverty is one of the impacts of urbanization that affects the nutritional problems
on toddler. The aim of this final assignment is to give a description about nursing
care process of Mr.S’s family with nutrition imbalance on toddler children.
Nursing interventions that become the main intervention is arranging the schedule
of balanced food menu based on nutritional food balance (contain energy
substances, builder substances and control substance). This intervention is an
effective way to fulfill nutritions demand. Evaluation showed that family
experiencing changed in attitude and behavior towards giving balanced food for
their child, family provided variated food menus according to nutritional food
balance. This intervension also effective to make toddler gain weight, from 7,2
kgs to 7,5 kgs.

Keywords: Insufficient nutrition, Nutritional food balance, Toddlers

ix Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................6
1.4 Tujuan Penulisan ..................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus ...........................................................................7
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................8
1.5.1 Manfaat pada Institusi Pendidikan .............................................8
1.5.2 Manfaat pada Institusi Pelayanan ...............................................8
1.5.3 Manfaat pada Institusi Penelitian atau Keilmuan .......................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................9


2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan (Urban Nursing) ...............................9
2.1.1 Definisi Perkotaan ........................................................................9
2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Nutrisi yang Terjadi di Perkotaan ......10
2.2 Keluarga dengan Balita ........................................................................10
2.2.1 Definisi Keluarga .........................................................................10
2.2.2 Keluarga dengan Balita ................................................................11
2.2.3 Masalah Kesehatan pada Keluarga dengan Balita .......................12
2.2.4 Peran Perawat Keluarga ...............................................................16
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ...............................................17
2.3.1 Pengkajian ....................................................................................17
2.3.2 Diagnosis......................................................................................19
2.3.3 Perencanaan .................................................................................20
2.3.4 Implementasi ................................................................................21
2.3.5 Evaluasi ........................................................................................24
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .............................................26
3.1 Pengkajian ....................................................................................................26
3.2 Diagnosis ......................................................................................................28
3.3 Perencanaan .................................................................................................29
3.4 Implementasi ................................................................................................31
3.5 Evaluasi ........................................................................................................34

x Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


3.5.1 Evaluasi SOAP....................................................................................34
3.5.2 Evaluasi Sumatif .................................................................................37
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian ...........................................................38

BAB 4 ANALISIS SITUASI....................................................................................39


4.1 Profil Lahan Praktik .....................................................................................39
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP ..................41
4.3 Analisis Penyusunan Menu Seimbang pada Balita Berdasarkan Triguna
Makanan dengan Konsep dan Penelitian Terkait.........................................44
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ..............................................45

BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................47
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................47
5.2 Saran .............................................................................................................48
5.2.1 Keluarga dengan Balita .....................................................................48
5.2.2 Kader RW 07 .....................................................................................48
5.2.3 Puskesmas Cimanggis .......................................................................49

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................50

xi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel NCHS......................................................................18

xii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Lampiran 2: Analisa Data

Lampiran 3: Skoring Data

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran7: Tingkat Kemandirian Keluarga

xiii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkotaan (urban) adalah area geograpis yang dideskripsikan sebagai daerah yang
memiliki populasi penduduk yang besar (sekitar 99 jiwa dalam satu mil), atau
daerah dengan jumlah populasi antara 20.000-50.000 jiwa, yang memiliki
karakteristik tertentu. Perkotaan merupakan suatu daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi, dan memiliki ciri masyarakat yang beragam (heterogen).
Perkotaan biasanya menawarkan lapangan pekerjaan untuk memperbaiki
kehidupan masyarakatnya. Hal ini menyebabkan tingginya angka urbanisasi dari
desa ke kota (Allender & Spradley, 2005; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999;
Stanhope & Lancaster, 2004).

Urbanisasi yang terjadi sering menimbulkan dampak bagi masyarakat itu sendiri.
Salah satu dampak dari urbanisasi ialah dampak ekonomi. Dampak atau masalah
ekonomi yang sering terjadi di masyarakat perkotaan ialah kemiskinan (Stanhope
& Lancaster, 2004). Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang. Badan Pusat Statistik (2008) mengatakan bahwa
keluarga miskin adalah keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk
mencukupi keutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga akan
berakibat pada kekurangan gizi.

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok
masyarakat di suatu tempat (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2010).
Supariasa (2002) mengemukakan bahwa keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai
suatu proses ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrient tidak
terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar
daripada yang didapat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua pendapat
tersebut ialah kurang gizi merupakan suatu penyakit tidak menular, dimana tubuh

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


2

mengalami kekurangan zat gizi atau nutrien sehingga terjadi perubahan dalam
tubuh, dan terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Salah satu
kelompok masyarakat yang berisiko mengalami kurang gizi ialah balita.

Balita merupakan kelompok risiko tinggi terhadap masalah gizi. Hitchock,


Schubert, dan Thomas (1999) menyebutkan bahwa risiko tinggi yang terjadi pada
balita disebabkan oleh usia yang terlalu muda, ketergantungan pada orang lain
dalam ketersediaan makanan, kelahiran prematur, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), selain itu balita masih memiliki sistem tubuh yang imatur dengan
pertahan tubuh yang rendah sehingga mempunyai peluang lebih besar terhadap
risiko penyakit dan masalah nutrisi. Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI
(2010) juga menyebutkan bahwa kelompok umur 6-17 bulan dan 6-23 bulan
adalah kelompok umur yang merupakan saat periode pertumbuhan kritis dimana
pertumbuhan dapat mengalami kegagalan tumbuh. Kelompok ini sering tertimpa
masalah kurang gizi terutama di negara-negara sedang berkembang, seperti
Indonesia.

Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara dengan angka gizi buruk maupun gizi
kurang terbanyak di dunia (Anonim, 2012). Prevalensi balita gizi kurang di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Data Departemen Kesehatan
pada tahun 2004 menyebutkan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita di
Indonesia tahun 2004 masing-masing 8,09% dan 20,47% dari seluruh populasi
balita (Pemantauan Status Gizi, 2004, dalam Zega, 2012). Badan Pusat Statistik
(Depkes RI, 2011) menunjukkan penurunan presentasi gizi kurang pada balita.
BPS melaporkan pada tahun 2003-2004 gizi kurang sebesar 25,8%, pada tahun
2005 sebesar 24,7%, pada tahun 2006 sebesar 23,6%, dan pada tahun 2007
menjadi 21,9%. Hasil Riskesdas tahun 2010 (Kemenkes, 2010), didapatkan
prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia pada tahun 2010 ialah sebesar
17,9%.

Kemenkes (Anonim, 2012) memprioritaskan enam provinsi di Indonesia dalam


penanganan gizi buruk karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan di
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


3

enam provinsi tersebut, salah satunya ialah provinsi Jawa Barat. Jawa Barat
merupakan provinsi yang masih mengalami masalah gizi kurang pada balita.
Prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita tahun 2007 di Jawa Barat sebesar
15% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di Jawa Barat di bawah prevalensi
nasional dan cenderung mengalami penurunan.

Kota Depok adalah salah satu kota di Jawa Barat yang turut berperan dalam
menyumbang angka kurang gizi di Jawa Barat. Kota Depok dilaporkan memiliki
jumlah gizi buruk pada balita pada tahun 2005 mencapai 1.133 orang balita, tahun
2006 sebanyak 933 balita, dan pada tahun 2007 mencapai 959 balita penderita gizi
buruk (Safi’i, 2008). Data tersebut juga mencatat bahwa penderita gizi buruk
berasal dari enam kecamatan, yaitu Kecamatan Pancoran Mas dengan penderita
gizi buruk sebanyak 321 balita, diikuti Cimanggis 228 balita, Sawangan 122
balita, Sukmajaya 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita. Hal ini juga
didukung dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Hardiono,
yang mengatakan ada 52 anak di di bawah lima tahun yang menderita gizi buruk
di Depok. Semuanya tersebar di 21 kelurahan dari 63 kelurahan di Depok (Tirta,
2013).

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah kelurahan di kecamatan Cimanggis,


Kota Depok, yang juga memiliki masalah kurang gizi pada balita. Hasil penelitian
yang diakukan oleh Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI (2013)
disebutkan 25% balita Kelurahan Cisalak Pasar mengalami gizi kurang. Hasil
screening penulis di tiga posyandu salah satu RW di kelurahan Cisalak Pasar,
yakni RW 07, didapat data (menurut kategori BB/U) 13 dari seluruh balita yang
datang di posyandu di RW 07 mengalami masalah gizi, dimana 5 diantaranya
mengalami gizi buruk dan 8 balita lainnya mengalami gizi kurang.

Supartini (2004) menyebutkan faktor resiko terjadinya masalah gizi pada balita
diakibatkan karena karakteristik balita yang cenderung beraktivitas lebih banyak,
rasa ingin tahu yang besar dan menyukai jenis makanan tertentu saja. Anak sering
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


4

melakukan penolakan terhadap makanan yang tidak ia sukai karena pada tahap
perkembangan balita, kemampuan untuk memilih dan menentukan sendiri
makanan yang ingin dikonsumsi sedang berkembang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi masalah gizi balita ialah faktor lingkungan. Basuki (2003)
penyebab gizi kurang adalah salah satunya rendahnya pengetahuan ibu tentang
gizi, sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya
pun di bawah standar. Keluarga, terutama ibu, merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi masalah gizi balita.

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menyebutkan keluarga merupakan unit


dasar dari masyarakat. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat
terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menetukan berhasil-tidaknya
kehidupan individu tersebut. Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar
fisik, pribadi dan sosial. Sebuah keluarga diharapkan mampu bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari tiap anggota keluarganya guna
memenuhi tugas perkembangan keluarga. Keluarga diharapkan mampu membantu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah
gizi kurang pada balita.

Asuhan Keperawatan keluarga yang diaplikasikan perawat selama praktik adalah


asuhan keperawatan dengan pendekatan model Family centered-nursing
(Friedman, Bowden & Jones 2003). Metoda asuhan keperawatan ini digunakan
khususnya dengan keluarga yang memiliki anak balita (Hitchcock, Schubert, &
Thomas, 1999). Asuhan keperawatan yang dilakukan dimulai dari tahap
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi
(Potter & Perry, 2005). Pengkajian yang dilakukan meliputi 8 komponen
pengkajian keluarga yang terdiri dari data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan
koping keluarga, harapan keluarga dan pemeriksaan fisik.

Pengkajian keluarga tidak hanya meliputi data umum namun juga data terkait
keluarga seperti fungsi keluarga dan tahap perkembangan keluarga, serta
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


5

pengkajian terfokus kepada masalah yang terjadi di keluarga tersebut, yakni


masalah kurang gizi. Pengkajian dilakukan dengan teknik wawancara orangtua
dan observasi perilaku orangtua agar didapat hasil pengkajian keluarga yang
optimal. Diagnosis yang dirumuskan setelah melakukan pengkajian ialah diagnosa
terkait gizi balita. Perencanaan dan implementasi yang dilakukan perawat
bertujuan untuk menyelesaikan masalah gizi kurang pada balita. Hal-hal tersebut
memberikan kesimpulan bahwa perawat memiliki peran penting dalam
memberikan asuhan keperawatan yang terintegrasi guna menyelesaikan masalah
yang terjadi pada keluarga.

Keluarga Bapak S merupakan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita
khususnya An.B. An.B mengalami tanda-tanda kurang gizi seperti tampak kurus,
rambut kemerahan dan tipis, tampak lemas, lingkar lengan atas 12 cm, dan IMT
berada di antara persentil -3SD dengan -2SD, dan termasuk dalam kategori gizi
kurang (Kemenkes, 2011). Salah satu hal yang menjadi penyebab gizi kurang
pada an.B di keluarga Bapak S ialah tingkat pengetahuan ibu dan asupan gizi yang
kurang seimbang pada an.B. Perawat komunitas memiliki tanggung jawab untuk
melakukan implementasi guna mengatasi masalah gizi kurang pada anggota
keluarga.

Implementasi yang telah dilakukan guna mengatasi masalah kurang gizi pada
keluarga Bapak S terdiri dari tiga macam implementasi, yakni implementasi yang
bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan kesehatan yang dilakukan
perawat mencakup pemberian informasi mengenai pengertian gizi seimbang,
pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda-tanda gizi kurang, akibat gizi
kurang, triguna makanan, porsi untuk anak usia 14 bulan, cara mengolah
makanan, dan cemilan sehat. Perawat juga melakukan demonstrasi
pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan, pengukuran porsi makan
anak, pembuatan jadwal menu seimbang, mengolah makanan serta pembuatan
cemilan sehat kepada keluarga Bapak S. Intervensi unggulan dari implementasi
yang telah dilakukan penulis ialah penyusunan jadwal dan menu seimbang pada
balita berdasarkan triguna makanan. Intervensi ini mencakup peningkatan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


6

pengetahuan ibu mengenai triguna makanan dan pembuatan menu seimbang


berdasarkan triguna makanan.

Setiap makanan mengandung satu atau dua zat gizi yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang, atau produktif. Konsumsi
makanan sehari-hari yang kurang beranekaragam, akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2010).
Konsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam akan membuat kekurangan
zat gizi pada jenis makanan yang satu dilengkapi oleh keunggulan susunan zat
gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu
gizi disebut triguna makanan (Azwar, 2002).

Penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan
sangatlah penting untuk mengatasi masalah gizi kurang. Hasil penelitian
Muhammad, Hadi, dan Budiman (2009) tentang pola asuh, asupan zat gizi, dan
hubungannya dengan status gizi balita mengidentifikasi bahwa ada hubungan
asupan zat gizi dengan status gizi balita menurut BB/U dan TB/U. Hasil penelitian
plan international Indonesia dan Departemen Gizi Masyarakat IPB (2008, dalam
Hidayati, 2011) di Kabupaten Timor tengah Selatan juga menunjukkan prevalensi
gizi kurang (30%) dan penyebabnya karena kualitas dan kuantitas makanan. Oleh
karena itu, pada makalah ini penulis ingin menjabarkan mengenai asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh penulis pada salah satu keluarga
kelolaan penulis dengan masalah gizi kurang beserta salah satu intervensi, yakni
pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan dan penyusunan menu sesuai
triguna makanan, yang telah dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah


Indonesia termasuk ke dalam 5 negara yang memiliki angka gizi kurang terbanyak
di dunia (Anonim, 2012). Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


7

memiliki angka gizi kurang tinggi. Cisalak Pasar merupakan satu dari sekian
banyak daerah di Jawa Barat yang ikut menyumbang angka gizi kurang di Jawa
Barat, khususnya Depok. Gizi kurang merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kekurangan zat gizi sehingga terjadi perubahan dalam tubuh.
Kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gizi kurang salah satunya ialah
balita.

Balita harus mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang
seimbang agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan meningkatkan konsumsi gizi balita yang seimbang adalah dengan
meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yang disebut triguna
makanan dan penyusunan menu sesuai dengan triguna makanan. Pada tulisan ini,
penulis ingin menjabarkan mengenai asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
kelolaan penulis dengan masalah gizi kurang dan intervensi yang dilakukan, salah
satunya berupa peningkatan pengetahuan ibu mengenai triguna makanan dan
penyusunan menu berdasarkan triguna makanan.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Bapak S di RW 07, Cisalak Pasar, dengan masalah gizi kurang pada balita.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahuinya gambaran tentang hasil pengkajian keluarga Bapak S
dengan masalah gizi kurang
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran tentang masalah keperawatan keluarga Bapak S
serta diagnosa dengan masalah gizi kurang
1.3.2.3 Diketahuinya gambaran tentang intervensi dan implementasi yang
dilakukan pada keluarga Bapak S dengan masalah gizi kurang
1.3.2.4 Diketahuinya gambaran evaluasi setelah dilakukan intervensi kepada
keluarga Bapak S dengan masalah gizi kurang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


8

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat pada Intitusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan khususnya di
bidang gizi balita.

1.4.2 Manfaat pada Institusi Pelayanan


1.4.2.1 Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan gizi kurang balita di
lingkungan keluarga serta mencegah peningkatan angka kejadian gizi
kurang balita.
1.4.2.2 Laporan ini dapat digunakan sebagai rekomendasi kepada pemegang
program Gizi di Puskesmas untuk memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan masalah gizi kurang.
1.4.2.3 Laporan ini dapat digunakan sebagai informasi pada kader guna membantu
keluarga dalam menerapkan tindakan yang tepat untuk mengatasi gizi
kurang dalam keluarga di wilayahnya.

1.4.3 Manfaat pada Institusi Penelitian atau Keilmuan


Laporan ini dapat dijadikan literatur atau Evidence Based dalam penelitian
selanjutnya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan (Urban Nursing)


2.1.1 Definisi Perkotaan
Perkotaan (urban) adalah area geograpis yang dideskripsikan sebagai daerah yang
memiliki populasi penduduk yang besar (sekitar 99 jiwa dalam satu mil), atau
daerah dengan jumlah populasi antara 20.000-50.000 jiwa, yang memiliki
karakteristik tertentu (Stanhope & Lancaster, 2004). Perkotaan merupakan suatu
daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, dan memiliki ciri masyarakat yang
beragam (heterogen). Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang tinggal
di kota dan sering disebut urban community. Keperawatan diperlukan untuk
kesehatan masyarakat perkotaan guna menekankan terhadap pencegahan akan
penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri dan
mempromosikan tanggung jawab klien dan self care (Allender & Spradley, 2005).
Perkotaan biasanya menawarkan lapangan pekerjaan untuk memperbaiki
kehidupan masyarakatnya. Hal ini menyebabkan tingginya angka urbanisasi dari
desa ke kota.

Urbanisasi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan proporsi


jumlah penduduk yang tinggal di kota atau daerah perkotaan terhadap jumlah
penduduk wilayah (Kusumaningrum, 2012). Pada urbanisasi terjadi perpindahan
penduduk. Urbanisasi yang terjadi sering menimbulkan dampak bagi masyarakat
itu sendiri. Urbanisasi dapat meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk kota,
sehingga jumlah penduduk kota menggelembung dan membengkak. Kepadatan
penduduk kota membuat timbulnya kesenjangan-kesenjangan dan dampak yang
terjadi pada masyarakat perkotaan. Dampak yang terjadi bisa berupa dampak
dalam hal ekonomi, dampak sosial, maupun dampak kesehatan (Allender &
Spradley, 2005; Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster,
2004).

9 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


10

2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Nutrisi yang Terjadi di Perkotaan


Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari urbanisasi, yang juga merupakan
masalah kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan didefiniskan
sebagai tingkat pendapatan yang menunjukan batas minimal bagi berlangsungnya
hidup manusia, dimana manusia hidup dalam tingkat kemelaratan (Subandi,
2011). Kemiskinan juga diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dasar, baik untuk makanan maupun bukan makanan (Badan
Pusat Statistik, 2008). Kemenkes (2011) mendefinisikan keluarga miskin adalah
keluarga yang tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda
untuk di rumah, bekerja, dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan
tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. Berdasarkan
beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang erat
antara kemiskinan dan status nutrisi.

Hughes dan Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999)
melaporkan bahwa status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar
yang mempengaruhi kesehatan nutrisi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak
tersedianya makan yang adekuat dan rendahnya pengetahuan keluarga dalam
memelihara kesehatan anggota keluarga terutama anak balita (Fitriyani, 2009).
Hal ini menyebabkan anak tidak memperoleh pengasuhan yang baik sehingga
anak tidak memperoleh nutrisi yang baik. Ketidakcukupan anggota keluarga
memperoleh nutrisi dapat menimbulkan berbagai masalah gizi, terutama dalam
keluarga dengan balita.

2.2 Keluarga dengan Balita


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga ialah suatu sistem terbuka yang terdiri dari anggota-anggota yang saling
terikat satu sama lain karena mempunyai hubungan darah dan dipengaruhi oleh
adanya interaksi antara sistem tersebut dengan lingkungan eksternalnya dengan
batasan-batasan seperti norma dan nilai yang dianut dalam keluarga, dan perilaku
yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anggota keluarga (Hamid,
2003). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, yang perlu dilibatkan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


11

dalam perawatan guna mencapai kesehatan keluarga (Whall, 1986 dalam


Friedman, Bowden & Jones 2003). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan pengaruh penting bagi kesehatan
keluarga, khususnya keluarga dengan balita.

2.2.2 Keluarga dengan Balita


Muaris dalam Hidayati (2011) menyebutkan balita adalah anak yang telah
menginjak usia di atas 1 tahun atau lebih, populer dengan pengertian usia anak
bawah lima tahun. Dengan kata lain, keluarga dengan balita ialah keluarga yang
tinggal bersama anak dengan usia 0-5 tahun. Keluarga dengan balita memiliki
tugas keluarga tertentu yang harus dicapai. Menurut tahap perkembangan keluarga
yang dikemukakan oleh Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003),
keluarga dengan balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga
childbearing family dan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu tahap II dan III,
yang keduanya memiliki tugas perkembangan masing-masing.

Keluarga kelolaan mahasiswa berusia 14 bulan, dimana keluarga tersebut masuk


ke dalam tahap pekembangan chilbearing family. Tugas perkembangan
childbearing family dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) ialah (1)
Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan
bayi baru lahir sebagai bagian keluarga); (2) Rekonsiliasi konflik tugas
perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari anggota keluarga; (3) Membantu
kenyamanan hubungan pernikahan; (4) Memperluas hubungan dengan keluarga
besar dengan peran orang tua dan kakek-nenek. Allender, Rector, dan Warner
(2010) mengemukakan peran orangtua yang memiliki balita dalam pemenuhan
nutrisi balita ialah memberikan ASI dari awal pertama kehidupan, mengawasi
asupan makanan anak, dan berperan bersama petugas kesehatan untuk
membiasakan makan sehat dan bergizi. Penulis menyimpulkan tanggung jawab
keluarga adalah membentuk individu dalam keluarga lebih optimal dalam
perkembangan, salah satunya berperan dalam pemenuhan nutrisi balita.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


12

Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan pertumbuhan individu


anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya.
Keluarga harus menciptakan pola pemeliharan kesehatan untuk mencapai
kesehatan fisik, mental dan sosial yang optimal dalam kegiatan sehari-hari,.
Kesehatan fisik dapat tercapai dengan cara meningkatkan kebersihan, nutrisi,
latihan, dan tidur (Fitriyani, 2009). Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat
memiliki peran penting untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam
anggota keluarganya.

2.2.3 Masalah Kesehatan pada Keluarga dengan Balita


Masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita dalam keluarga ialah
kecelakaan dan cidera, penganiayaan pada balita (perlakuan kejam dan
pengabaian), penyakit menular (infeksi pernapasan, konjungtivitis, dan masalah
gastrointestinal), penyakit kronik (karies gigi, asma, autisme, anemia sel sabit,
alergi makanan, muscular dytrophy, dan cystic fibrosis), kurang gizi dan
kebersihan mulut (Allender, Rector, & Warner, 2010). Friedman, Bowden, dan
Jones (2003) mengemukakan bahwa masalah kesehatan yang ditemukan pada
keluarga dengan balita salah satunya ialah masalah nutrisi. Kesimpulan yang
dapat ditarik dari dua pendapat tersebut ialah masalah nutrisi, khususnya gizi
kurang, merupakan masalah yang sering timbul dalam keluarga dengan balita.

Keadaan gizi kurang atau malnutrisi tidak hanya terjadi pada anak saja tetapi juga
dapat dialami oleh orang dewasa seperti ibu hamil dan lanjut usia. Keadaan gizi
kurang dapat dilihat sebagai suatu proses ketika kebutuhan normal terhadap satu
atau beberapa nutrient tidak terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat (Supariasa, 2002). Hal ini
didukung oleh Almatsier (2009) yang menyebutkan bahwa kurang gizi dapat
terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di
dalam tubuh. Kesimpulan yang dapat diambil yakni gizi kurang ialah suatu
keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan pasokan gizi yang adekuat.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


13

Kurang gizi sangat rentan terjadi di usia balita, karena beberapa sebab, yakni usia
yang terlalu muda, ketergantungan pada orang lain dalam ketersediaan makanan,
kelahiran prematur, BBLR, sistem imun dan sistem pencernaan yang imatur
(Hitchock, Schubert, & Thomas, 1999). Potter dan Perry (2005) menyebutkan,
kecepatan perkembangan menurun ketika usia toddler (usia 1-3 tahun). Pada masa
balita anak membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk
tumbuh kembang, selain itu balita belum mampu mengkonsumsi atau mencerna
makanan yang tersedia dan mereka cenderung mengalami malnutrisi karena
kebutuhan akan zat gizi yang tinggi (Wong, 2008). Kebutuhan balita akan kalori
lebih rendah namun terdapat peningkatan jumlah protein dalam hubungan dengan
berat badan.

Toddler memerlukan minimum 2 porsi (480g) kelompok susu setiap hari untuk
memberikan protein, kalsium, riboflavin dan vitamin A dan B12. Kalsium dan
fosfor penting untuk perkembangan tulang. Separuh dari asupan protein toddler
harus mengandung nilai protein biologi tinggi. Seluruh padi-padian, sereal yang
diperkaya dan roti adalah sumber yang baik akan zat besi dengan tambahan pada
daging. Toddler harus menerima 4 porsi setiap hari dari kelompok sayur dan buah.
Satu porsi harus mengandung sumber vitamin C yang baik. Sedangkan anak usia
prasekolah (3-5 tahun) memerlukan kira-kira 480 g susu setiap hari, 30-90g dari
kelompok daging, empat hingga lima porsi dari kelompok buah dan sayuran, tiga
porsi seluruh padi-padian atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok
roti dan sereal, dan 3 hingga 4 sendok teh margarine atau mentega (Potter &
Perry, 2005).

Memperhatikan gizi seimbang balita dan tanda gejala balita dengan gizi kurang
merupakan hal yang penting bagi keluarga dan perawat agar dapat mengantisipasi
dan mengidentifikasi masalah gizi kurang. Wong (2008) menyebutkan bahwa
balita dengan masalah gizi kurang memiliki tanda gejala seperti tampak kurus,
kulit kering, terlihat kusam, rambut tipis kemerahan, penurunan berat badan,
rewel, tampak tidak aktif, tidak semangat, dan tidak aktif. Depkes RI (2011)
membagi balita dengan masalah gizi ke dalam 2 bagian, yakni gizi buruk dan gizi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


14

kurang. Tanda dari balita gizi kurang ialah BB/TB berada diantara percentil -2
sampai -3 Standar Deviasi, Lingkar lengan atas berada di angka 11,5 sampai
dengan 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, tidak ada komplikasi medis.
Balita yang dikategorikan gizi buruk mempunyai tanda gejala sangat kurus,
edema minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB kurang dari -3
Standar Deviasi, lingkar lengan atas di bawah 11,5 cm (untuk anak usia 6-59
bulan). Balita dengan tanda gejala seperti ini merupakan balita yang harus
diperhatikan perawat agar balita tersebut tidak mengalami tanda gejala lebih lanjut
yang mengindikasikan komplikasi dari masalah gizi kurang. Munculnya tanda
gejala gizi kurang perlu diperhatikan juga oleh keluarga agar dapat melakukan
tindakan sedini mungkin untuk mengatasi masalah gizi kurang tersebut sebelum
memberikan dampak lebih lanjut.

Gizi kurang memberikan dampak negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan


balita. Dampak kekurangan gizi adalah akibat negatif dari kekurangan gizi
terhadap kesejahteraan perorangan, keluarga dan masyarakat sehingga dapat
merugikan pembangunan nasional suatu bangsa (Soekirman et all, 2006). Depkes
RI (2005) gizi kurang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas
penduduk. Hasil penelitian yang dilakukan Depkes RI (2003) menunjukkan
bahwa IQ balita yang mengalami gizi buruk lebih rendah 13 poin daripada anak-
anak yang cukup gizi. Hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa gizi
kurang dapat menyebabkan menurunnya tingkat kecerdasan, kognitif dan mental
balita.

Gizi kurang juga memberikan dampak negatif bagi daya tahan tubuh balita.
Kekurangan asupan nutrisi, khususnya zat pengatur akan membuat tubuh
mengalami kekurangan vitamin dan mineral dimana fungsi dari vitamin dan
mineral ialah membantu tubuh untuk perlindungan terhadap penyakit
(Departemen Gizi & Kesmas FKM UI, 2010). Fitriyani (2009) juga menyebutkan
penyakit infeksi dan nutrisi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi satu

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


15

sama lain. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah Gizi kurang menyebabkan daya
tahan tubuh balita menurun dan balita mudah sakit.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2010) menyebutkan


penyebab mendasar dari masalah kurang gizi ialah ketidakcukupan dan
ketidakseimbangan pasokan zat gizi. Fitriyani (2009) menyebutkan penyebab
langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan
gizinya, selain itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara
optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi
sehingga balita tidak cukup mendapatkan gizi seimbang. Kaitan infeksi dan gizi
kurang seperti lingkarang yang sulit diputuskan, karena kondisi infeksi akan
menyebabkan gizi kurang dan kondisi maltrunisi juga akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Hal ini
diperkuat oleh UNICEF (2010) yang menyebutkan ada dua faktor langsung
penyebab gizi kurang pada balita yaitu faktor asupan makanan dan penyakit
infeksi dan keduanya saling mendorong. Dari beberapa uraian di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyebab langsung dari gizi kurang ialah asupan gizi
atau makanan dan penyakit infeksi.

Fitriyani (2009) menyebutkan, selain penyebab langsung, masalah kurang gizi


pada balita dapat disebabkan oleh penyebab tidak langsung. Tiga penyebab tidak
langsung gizi kurang, yakni pendapatan keluarga, pendidikan orangtua, serta
budaya. Zega (2012) menyebutkan penyebab tidak langsung dari masalah gizi
ialah ketersediaan pangan keluarga, pola asuh serta pelayanan kesehatan dan
kesehatan lingkungan. Kedua sumber ini menjelaskan eratnya hubungan antara
gizi kurang pada balita dengan faktor keluarga, salah satu faktor keluarga ialah
pendidikan atau pengetahuan mengenai gizi.

Basuki (2003) mengemukakan penyebab gizi kurang adalah salah satunya


rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi kurang
diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Hasil penelitian
Mirayanti (2012) disebutkan bahwa pengetahuan keluarga dalam memilih
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


16

makanan sehat menunjukkan lebih banyak berpengetahuan tidak baik (63,4%).


Hasil penelitian Muhammad, Hadi, dan Budiman (2009) tentang pola asuh,
asupan zat gizi, dan hubungannya dengan status gizi balita mengidentifikasi
bahwa ada hubungan asupan zat gizi dengan status gizi balita menurut BB/U dan
TB/U. Pengetahuan ibu mempengaruhi perilaku ibu terhadap pemenuhan
kebutuhan gizi anaknya. Hasil penelitian Faith (2004) mengemukakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku orangtua dalam pemenuhan
gizi dengan indeks masa tubuh anak. Hasil penelitian Chit, Kyi dan Thwin (2003,
dalam Huriah, 2006) juga menyatakan bahwa berat badan anak sangat dipengaruhi
oleh perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi balita. Penulis menyimpulkan
bahwa pendidikan mengenai gizi seimbang kepada keluarga dan motivasi untuk
perubahan perilaku ibu terhadap gizi seimbang anak merupakan hal yang penting
yang dapat dilakukan perawat keluarga guna membantu mengatasi masalah gizi
kurang pada keluarga.

2.2.4 Peran Perawat Keluarga


Keluarga mempunyai fungsi penting dalam membantu mengatasi masalah nutrisi
pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lian, Muda, Hussin, dan Hock
(2007, dalam Fitriyani, 2009) tentang persepsi tenaga kesehatan bahwa keluarga
sebagai care giver memainkan peranan penting dalam meningkatkan kesehatan
balita yang mengalami malnutrisi. Keluarga berperan mengajarkan dan membantu
balita makan makanan bervariasi dengan gizi seimbang, mengatur jadwal makan
balita, membatasi asupan gula, memotivasi balita dengan aktifitas-aktifitas yang
melibatkan banyak gerakan, membantu membersihkan gigi, dan mengontrol berat
badan balita agar seimbang (Hidayati, 2011). Keluarga mempunyai peranan
penting dalam memenuhi nutrisi balita, karena keluarga yang melakukan
pemilihan makanan dampai dikonsumsi oleh anak (Widiatuti, 2001). Pemahaman
keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa
memenuhi kebutuhan gizi balita secara tepat.

Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya et all (2009) terdiri dari lima tugas,
diantaranya ialah kemampuan mengenal masalah, kemampuan mengambil
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


17

keputusan, kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang


mempunyai masalah kesehatan, kemampuan memodifikasi lingkungan dan
kemampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Tugas kesehatan keluarga akan
berjalan dengan baik, bila ada pengawasan serta bimbingan dari perawat. Perawat
dalam hal ini sebagai fasilitator dapat membantu keluarga mengatasi masalah
nutrisi dalam keluarganya dengan menjalankan asuhan keperawatan yang bersifat
holistik yang menggunakan pendekatan family centered-nursing (Friedman,
Bowden & Jones, 2003).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya. (Potter & Perry, 2005). Pengumpulan data dalam
pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan
studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut Friedman,
Bowden, dan Jones (2003), meliputi 8 komponen pengkajian yaitu :
a. Data Umum: identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga,
Genogram, Tipe keluarga, Suku bangsa, Agama, Status sosial ekonomi
keluarga, Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga: Tahap perkembangan keluarga
saat ini, Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, Riwayat
keluarga inti, Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan: Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan komunitas tempat
tinggal, Mobilitas geografis keluarga, Perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat, System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga: Pola komunikasi keluarga, Struktur kekuatan keluarga,
Struktur peran (formal dan informal), Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga: Fungsi afektif, Fungsi sosialisasi, Fungsi perawatan kesehatan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


18

f. Stress dan koping keluarga: Stressor jangka panjang dan stressor jangka
pendek serta kekuatan keluarga, Respon keluarga terhadap stress, Strategi
koping yang digunakan, Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala
yang ditemukan pada fisik balita dengan masalah gizi kurang. Penilaian status
gizi dapat dilakukan dengan antropometri, penilaian biokimia, penilaian klinis
dan penilaian biofisik. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan dibanding
umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan berat
badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS
(Kemenkes, 2011).
Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)
Indeks Kategori Ambang Batas (z-score)
Status Gizi
Berat Badan menurut Gizi Buruk <-3SD
Umur (BB/U) Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Baik -2SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3SD
Umur (PB/U) Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2SD
Berat Badan menurut Sangat Kurus <-3SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2SD

Penilaian biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories


yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


19

digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh lain
seperti hati dan otot (Supariasa, 2002). Penilaian klinis didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Sedangkan penentuan status gizi secara biofisik adalah
metode penentuan status gizi dengan melihat fungsi dan melihat perubahan
struktur dari jaringan (Supariasa, 2002).
h. Harapan keluarga: Terhadap masalah kesehatan keluarga, Terhadap petugas
kesehatan yang ada

2.3.2 Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial atau actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mencegah perubahan (Potter & Perry, 2005). NANDA (2012)
mengemukakan diagnosis ditegakkan dengan beberapa tahap. Tahap pertama ialah
menegakan diagnosis sementara, dimana perawat menetapkan berdasarkan data-
data awal dari tanda gejala yang dilihat perawat dari pasien. Hal ini kemudian
dilanjutkan dengan menganalisis data-data yang ditemukan dan mencari serta
mengkaji lagi untuk menambah data fokus dari masalah yang terjadi pada klien
untuk menegakkan satu diagnosis. Diagnosis yang digunakan saat ini ialah single
diagnosa dimana diagnosa yang ditulis hanya masalah yang terjadi, tidak diikuti
penyebab dan tanda, namun perawat juga harus mengetahui penyebab dan tanda
gejala dari masalah tersebut.

Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga


dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga
yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Diagnosis keperawatan
keluarga mencakup masalah kesehatan keluarga yang aktual atau potensial.
Diagnosis keperawatan keluarga yang dijadikan prioritas, didapat dari hasil
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


20

skoring yang dilakukan oleh perawat dan keluarga. Perawat mengkaji sifat
masalah kesehatan, apakah aktual, potensial, atau resiko, setelah itu mengkaji
apakah keluarga menganggap masalah kesehatan tersebut harus diatasi, dan yang
terakhir perawat mengkaji apakah keluarga mau menyelesaikan masalah
kesehatan tersebut bersama dengan perawat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Diagnosis yang mungkin muncul pada masalah gizi kurang dalam domain nutrisi
dalam NANDA (2012) ialah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, ketidakefektifan pola makan bayi, gangguan menelan, risiko
ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan volume cairan, risiko kekurangan
volume cairan ,dan risiko ketidakseimbangan volume cairan. Diagnosis tersebut
ditegakkan sesuai data yang didapat perawat. Perawat kemudian membuat tindak
lanjut berupa perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan prioritas yang
disetujui keluarga.

2.3.3 Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan
diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan
yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat
kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART
(Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-oriented) (Carpenito,
2000). Spesific artinya ialah tujuan yang dibuat harus fokus dan sesuai dengan
masalah dan sebab terjadinya masalah. Measurable artinya ialah tujuan yang
dibuat dapat diukur dengan kriteria tertentu. Achievable memiliki arti bahwa
tujuan yang dibuat harus dapat dicapai dan dilakukan oleh keluarga. Realistic
artinya ialah tujuan yang dibuat harus realistis dan sesuai keadaan yang
sebenarnya. Time-oriented berarti tujuan yang dibuat harus memiliki jangka
waktu sebagai target dalam pencapaian tujuan perencanaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


21

Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan


tujuan dan kriteria hasil yang dibuat. Tindakan yang dibuat diperencanaan harus
dapat memenuhi dan mencapai tujuan dari perencanaan. Perencanaan intervensi
keperawatan komunitas pada populasi balita gizi kurang dapat dilakukan dengan
tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), pencegahan primer adalah suatu upaya
untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya penyakit, dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi. Pencegahan sekunder dapat
berupa deteksi dini keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat
untuk mengatasi masalah, yaitu dengan melakukan screening berat badan balita
untuk masalah gizi, sedangkan pencegahan tersier adalah upaya untuk
mengembalikan kemampuan individu agar dapat berfungsi secara optimal, yaitu
dengan melakukan implementasi untuk mengatasi masalah gizi.

2.3.4 Implementasi
Menurut Hitchcock, Schubert, & Thomas (1999), implementasi keperawatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita pada level
pencegahan primer adalah dengan cara memberikan edukasi pada orang tua
tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam
penyediaan makanan. Hitchcock, Schubert, & Thomas (1999) juga menjelaskan
implementasi pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara melakukan
skrining atau deteksi dini status gizi balita dan pemantauan status gizi balita.
Implementasi pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara upaya rujukan
balita yang sudah mengalami gizi buruk serta rehabilitasi gizi buruk setelah di
rawat di rumah sakit (Huriah, 2006). Perawat generalis, dalam hal ini, lebih
menitikberatkan melakukan pencegahan primer dan sekunder terkait dengan
kelegalan dalam pemberian asuhan keperawatan, walaupun tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan
terkait gizi buruk balita.

Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi


kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


22

Maglaya et all (2009) menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri
dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga
dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Implementasi yang dapat dilakukan terkait upaya pemenuhan nutrisi
dalam keluarga mencakup pendidikan kesehatan mengenai gizi, gizi seimbang
atau triguna makanan, porsi makan balita, cemilan sehat, serta demonstrasi
mengenai penyusunan menu berdasarkan triguna makanan (gizi seimbang),
pengolahan bahan makanan, dan pemilihan makanan tambahan atau cemilan sehat
(Allender, Rector, & Warner, 2010; Depkes RI, 2011; Fitriyani, 2009; Wilkinson
& Ahern, 2011; Wong, 2008).

Pemberian edukasi kepada orangtua merupakan hal yang penting yang dapat
dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua
khususnya ibu mengenai gizi balita. Basuki (2003) penyebab gizi kurang adalah
salah satunya rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi
kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar.
Pengetahuan orangtua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna
memperbaiki gizi balita. Salah satunya ialah dengan meningkatkan pengetahuan
ibu mengenai gizi seimbang atau triguna makanan.

Triguna makanan ialah makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur zat gizi yang diiperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantitasnya (Azwar, 2002). Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Penggolongan makanan yang
termasuk triguna makanan menurut Departemen Gizi & Kesmas FKM UI (2010)
adalah sebagai berikut:
a. Zat Tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak, yang diperlukan untuk
kerja otot untuk melakukan kerja luar. zat ini sebagian besar dihasilkan dari
makanan pokok. Contoh sumber zat tenaga ialah nasi, kentang, ubi, jagung,
kacang-kacangan, mentega, dan lain-lain.
b. Zat Pembangun mengandung protein. Terdapat dua jenis proteni yakni
protein metabolik dan protein struktural. Protein metabolik dibutuhkan dalam
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


23

proses metabolisme tubuh dna protein struktural berfungi untuk membangun


struktur sel. Kelompok rawan seperti balita yang sedang tumbuh,
membutuhkan protein dalam jumlah besar sehingga kebutuhan juga
meningkat. Contoh makanan sumber zat protein ialah lauk hewani dan lauk
nabati, seperti telur, daging ayam, daging sapi, tempe tahu, dan lain-lain.
c. Zat Pengatur terdiri dari makanan yang mengandung vitamin dan mineral. Zat
pengatur menjalankan dan mengatur proses metabolisme. Bila seseorang
kekurangan zat pengatur dalam waktu lama, akan timbul berbagai penyakir
defisiensi zat gizi. Bahan pangan penghasil zat pengatur ialah sayuran dan
buah-buahan.

Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari dengan


susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya menganggulangi
masalah gizi. Proverawati dan Asfuah (2010) mengemukakan bahan makanan
sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat
wajib dikonsumsi anak setiap hari. Wong (2008) juga menyebutkan bahwa
makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau
dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan
yang dikonsumsi. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas
ialah balita memerlukan gizi seimbang dari makanan yang dengan cara
mengkonsumsi makanan berkualitas yang mengandung protein, lemak, vitamin,
mineral setiap hari untuk mengatasi masalah gizi.

Setiap makanan hanya mengandung satu sampai dua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif
(Martianto, 2013). Setiap orang memerlukan konsumsi makanan yang
beranekaragam. Konsumsi makanan sehari-hari yang kurang beranekaragam, akan
menimbulkan ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesmas FKM
UI, 2010). Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Perawat perlu membuat jadwal menu seimbang untuk balita agar
orangtua mampu melaksanakan pemberian makan seimbang untuk balitanya.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


24

Almatsier (2009) menyebutkan menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari
beranekaragam makanan dengan jumlah dari proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Evaluasi disusun menggunakan SOAP, evaluasi sumatif
dan tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) terdiri dari
subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan. Subjektif ialah ungkapan perasaan
atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan. Objektif ialah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. Analisis
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
Perencanaan merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis. Sedangkan evaluasi sumatif ialah evaluasi yang dilakukan dengan
melihat bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh perawat
sesuai dengan tujuan khusus dari intervensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi


(Depkes RI, 2006), yakni keluarga menerima petugas kesehatan, keluarga
menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, keluarga menyatakan masalah
kesehatan secara benar, keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran,
keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, keluarga melakukan
tindakan pencegahan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan promotif

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


25

secara aktif. Kesimpulan tingkat kemandirian keluarga berdasarkan kriteria yang


telah dicapai ialah:
a. keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2
b. keluarga berada di tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai
dengan 5
c. keluarga berada di tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai
dengan 6
d. keluarga berada di tingkat kemandirian IV apabila memenuhi kriteria 1 sampai
dengan 7.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
Keluarga Bapak S (34 tahun) dan Ibu Y (28 tahun) merupakan keluarga inti
dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, dengan Bapak S
sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal
keuangan, rencana rekreasi, biaya sekolah, dan lain-lain, sedangkan ibu Y ialah
pengambil keputusan dalam hal menu makanan dan kebutuhan sehari-hari. Bapak
S dan Ibu Y memiliki dua anak, yaitu An. A (9 tahun) dan An.B (14 bulan).
Keluarga Bapak S saat ini mengontrak di RT 01 RW 07, Cisalak Pasar, Depok,
setelah sebelumnya keluarga Bapak S tinggal di daerah Kelapa Dua, Jakarta.
Alasan keluarga Bapak S pindah ke Cisalak Pasar ialah karena ingin mempunyai
kediaman sendiri, tidak menumpang dengan keluarga. Bapak S bekerja sebagai
supir pribadi dengan pendapat di bawah Rp 2.500.000,00/bulan. Ibu Y adalah
seorang penjual nasi soto di jalan raya Gadog. Ibu Y mengatakan pendapatan
perbulannya tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit. Rata-rata
pendapatannya perbulan kurang lebih Rp 1.000.000,00 yang dipakai untuk
membayar sewa toko sebesar Rp 450.000,00 perbulan serta membeli lagi
peralatan dan bahan yang diperlukan untuk soto. Ibu Y mengatakan angka
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Bapak S bersuku
Jawa, sedangkan ibu Y bersuku Betawi dan keduanya beragama islam, dimana
keduanya mengaku bahwa tidak ada mitos atau kepercayaan tertentu yang
diyakini terkait masalah kesehatan keluarga.

Riwayat kesehatan keluarga Bapak S yakni, keluarga mengatakan An.A (9tahun)


pernah memiliki riwayat gizi buruk saat berusia 1 tahun, saat itu keluarga masih
tinggal di daerah Kelapa Dua, sehingga an.A menjalani program rawat jalan gizi
di puskesmas Kelapa Dua. Berat badan An.A saat ini sudah sesuai dengan usianya
yakni BB: 25, TB: 132, IMT: 14,34, masuk dalam kategori gizi baik. Ibu Y
mengatakan An.A juga memiliki riwayat Flek Paru (TB) pada usia 1-2 tahun dan
pernah mengalami pengobatan OAT selama 6 bulan tanpa putus obat, dan telah

26 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


27

diperiksa kembali dengan hasil bersih dari flek paru, saat ini juga An.A
mengatakan sudah tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu. Anggota keluarga lain
yang memiliki masalah kesehatan ialah An.B (14 bulan).

An.B tampak kurus. Ibu Y mengatakan An.B mengalami penurunan BB sejak


berusia kurang dari 1 tahun, dimana berat lahir An. B ialah 3800 gram dengan
panjang 42cm. An. B lahir spontan dengan dibantu bidan. Saat ini imunisasi An.B
telah lengkap dan telah mendapat vitamin A. Ibu Y mengatakan ia tidak
mengetahui mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu Y memberikan
makanan pendamping ASI berupa bubur bayi kemasan saat An.B berusia 6-10
bulan. Selanjutnya ia memberikan bubur tim yang diolah sendiri, namun ia
mengaku jarang mencampur sayur pada bubur tim tersebut. Ibu Y mengatakan
saat ini An.B makan sudah sama dengan menu orang dewasa. Ibu Y mengatakan
An.B hanya makan 3-5 suap setelah itu An. B tidak mau makan lagi. Ibu Y
mengaku saat ini jarang memasak untuk keluarga, kalaupun memasak ibu Y
hanya memasak masakan praktik seperti goreng telur, goreng tempe, goreng tahu.
Ibu Y mengaku jarang memasak sayur. Ibu Y sering membeli makanan di luar
karna sibuk. Ibu Y mengaku jarang menyediakan menu lengkap (nasi, lauk, sayur)
untuk An.B. Ibu Y sering membelikan jajanan untuk An.B di warung, seperti
makanan ringan, bolu kemasan, ataupun teh kemasan, apabila An.B tidak mau
makan. Frekuensi pemberian jajanan ialah 3-4 kemasan dalam 1 hari. Ibu Y sudah
menyadari kondisi anaknya yang kurus, namun ibu Y sendiri mengaku tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Ibu Y hanya mengusahakan untuk menyediakan
makanan yang menurutnya bergizi dan menuruti apa yang ingin dimakan oleh
anaknya. Walaupun ibu Y pernah mengatasi anak yang memiliki gizi kurang juga
sebelumnya, namun ibu Y mengaku belum paham mengenai gizi kurang. Ibu Y
mengatakan ia belum pernah membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terkait
masalah gizi anaknya, hanya ke posyandu rutin untuk meninbang sehingga dapat
memantau berat badan An.B.

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis terhadap An.B didapat bahwa
An.B tampak kurus dengan berat badan 7,2 kg dan panjang badan 72cm, rambut
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


28

kemerahan, tipis, lingkar lengan atas 12cm, turgor kulit baik, warna kulit terlihat
kusam, anak tampak lemas dan rewel. Hasil pengukuran dalam NCHS pada
kategori BB/PB An.B berada diantara percentil -2SD dan -3SD, dimana hal ini
menunjukan bahwa An.B berada dalam status gizi kurang, sedangkan pada
kategori BB/U An.B berada tepat pada percentil -3SD yang menunjukan sangat
kurus dan pada kategori PB/U An.B berada di antara percentil -2SD dan -3SD
yang menunjukan pendek (Kemenkes, 2011). Lingkar lengan An.B, yakni 12cm,
dalam standar NCHS berada diantara -2SD dan -3SD yang menunjukan kategori
kurang (WHO, 2005).

Ibu Y mengatakan memberikan ASI kepada an.B sejak lahir sampai saat ini,
namun ASI yang keluar sedikit, ibu Y tidak tahu penyebabnya mengapa padahal
ia mengaku telah makan makanan yang bergizi seperti mengandung sayur dan
lauk saat hamil dan menyusui. Ibu Y mengatakan dari dulu ASI yang keluar hanya
dari payudara sebelah kanan, dan jumlahnya sedikit. Ibu Y mengatakan ia pernah
menanyakan kepada bidan, namun bidan mengatakan hal tersebut bukanlah suatu
masalah yang berarti. Ibu Y mengatakan ia tidak pernah melakukan perawatan
payudara karena ia tidak mengetahui caranya. Ibu Y mengatakan tidak
memberikan susu formula dengan alasan An.B tidak menyukai susu formula. Ibu
Y mengatakan ia ingin memberikan ASI kepada anaknya guna memenuhi
kebutuhan nutrisi pada anaknya.

3.2 Diagnosis
Diagnosis yang dapat ditegakkan dari data-data yang ditemukan saat pengkajian
ialah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y.
Berdasarkan hasil skoring, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga
Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
dimana diagnosis tersebut mendapat skor 4, oleh karena itu penulis hanya
menggambarkan intervensi, implementasi serta evaluasi untuk diagnosis tersebut
pada laporan ini.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


29

3.3 Perencanaan
Tujuan dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat ialah
menyelesaikan masalah gizi kurang pada An.B. Perawat melakukan perencanaan
untuk menjadi dasar dilakukannya implementasi. Perencanaan yang dibuat
perawat memiliki tujuan umum dan juga tujuan khusus. Tujuan umum dari
perencanaan yang dibuat perawat ialah diharapkan keluarga mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada An.B setelah dilakukan kunjungan sebanyak 7 kali.

Tujuan khusus dibuat dengan menjabarkan tujuan umum secara lebih rinci.
Terdapat lima tujuan khusus dalam perencanaan intervensi keluarga terkait fungsi
perawatan keluarga. Kelima hal tersebut ialah mengenal masalah, mengambil
keputusan untuk merawat amggota keluarga, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan khusus yang dibuat dalam perencanaan diharapkan mampu tercapai dalam
7 kali pertemuan selama 60 menit setiap pertemuan.

Tujuan khusus yang pertama ialah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1x60
menit, keluarga mampu mengenal masalah kurang gizi. Mengenal masalah kurang
gizi dapat dinilai dengan menyebutkan definisi gizi, menyebutkan definisi kurang
gizi, menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala masalah kurang gizi, menyebutkan 3
dari 4 penyebab timbulnya masalah kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota
keluarga yang mengalami kurang gizi. Rencana intervensi yang akan
diimplementasi untuk mencapai TUK (tujuan khusus) 1 adalah menjelaskan
kepada keluarga tentang gizi, gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda gejala gizi
kurang, dan membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang. Tujuan khusus pertama harus tercapai sebelum masuk ke
tujuan khusus yang kedua.

Tujuan khusus yang kedua ialah setelah dilakukan pertemuan selama 1x60 menit,
keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami kurang gizi. Rencana intervensi yang akan diimplementasikan untuk
mencapai TUK 2 ialah menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


30

kurang dan memotivasi keluarga untuk dapat memutuskan dalam merawat


keluarga yang mengalami gizi kurang. Hal ini dapat dinilai dengan keluarga dapat
menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi, keluarga dapat melakukan pengambilan
keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami kurang gizi.tujuan
khusus yang kedua biasanya dilakukan pada saat kunjungan pertama bersama
dengan tujuan khusus pertama dan tujuan khusus ketiga.

Tujuan khusus ketiga ialah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6x60 menit
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Perencanaan yang dibuat perawat, dalam implementasi untuk tujuan khusus ketiga
ini perawat harus dapat mendiskusikan dan juga mendemonstrasikan kepada
keluarga mengenai triguna makanan, penyusunan jadwal menu seimbang, porsi
makan untuk anak usia 14 bulan, pengolahan makanan, cemilan sehat, setelah itu
keluarga diharapkan mampu meredemonstrasikan apa yang telah dicontohkan.
Pada kunjungan pertama untuk tujuan khusus ketiga, diharapkan keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang dan 3 dari 4 cara pencegahan
gizi kurang. Setelah itu keluarga diharpkan mampu menjelaskan tiga komponen
triguna makanan beserta contohnya, fungsi triguna makanan dan
mendemonstrasikan pemilahan makanan berdasarkan triguna makanan. Keluarga
juga diharapkan mampu menyebutkan porsi makan sehari untuk anak usia 14
bulan dan mendemonstrasikan porsi makan yang diberikan untuk anak usia 14
bulan dalam satu kali makan. Keluarga diharapkan mampu membuat jadwal menu
harian balita bersama-sama dengan perawat. Keluarga juga diharapkan mampu
menjelaskan cara memilah dan mengolah bahan makanan yang baik, serta
mendemonstrasikannya. Selanjutnya keluarga diharapkan mampu menjelaskan
tentang cemilan sehat untuk balita serta mendemonstrasikan pembuatan selingan
sehat.

Tujuan khusus keempat ialah setelah dilakukan kunjungan selama 1x60 menit
keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan gizi kurang. Rencana intervensi yang akan diimplementasikan
untuk mencapai tujuan umum keempat ialah, perawat mendiskusikan bersama
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


31

keluarga mengenai cara penyajian makan, cara mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan stattus gizi,
serta memotivasi keluarga untuk dapat melakukan modifikasi lingkungan. Tujuan
ini dinilai dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara penyajian makan
anak, menyebutkan 4 dari 5 cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,
menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status
gizi balita. Keluarga juga mampu melakukan modifikasi lingkungan yang
mendukung meningkatkan nutrisi yang dinilai dengan kunjungan mendadak yang
dilakukan oleh perawat.

Tujuan khusus yang kelima ialah setelah dilakukan kunjungan selama 1x60 menit,
keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan
gizi balita. Rencana intervensi yang dibuat perawat ialah perawat mendiskusikan
fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh keluarga, mendiskusikan manfaat
menggunakan fasilitas kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hal ini dinilai dengan keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada di sekitas tempat tinggal,
menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan
keluarga mau mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.

3.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai apa yang sudah dijabarkan dalam perencanaan. Perawat melakukan
implementasi dengan menyelesaikan tujuan khusus 1 sampai dengan tujuan
khusus 5. Pelaksanaan implementasi dilakukan perawat selama 7 kali kunjungan
dimana setiap kunjungan perawat memerlukan waktu 45-60 menit.

Implementasi yang dilakukan perawat saat kunjungan pertama berupa diskusi


bersama keluarga mengenai gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi
kurang, tanda dan gejala gizi kurang. Perawat menggunakan leaflet dan lembar
balik dalam melakukan diskusi. Setelah perawat menjelaskan, perawat meminta
keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah diajarkan. Perawat juga
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


32

membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah gizi


kurang, dengan menanyakan kepada keluarga adakah anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang dengan tanda-tanda seperti yang telah disebutkan. Pada
kunjungan pertama ini perawat juga mendiskusikan bersama keluarga mengenai
akibat lanjut dari gizi, setelah itu perawat meminta keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat dari gizi kurang. Perawat membantu keluarga untuk menyadari
adanya masalah kurang gizi dan membantu keluarga memutuskan merawat
anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Perawat juga mendiskusikan
bersama keluarga mengenai cara mengatasi dan cara pencegahan masalah gizi
kurang yang dapat dilakukan oleh keluarga di rumah. Perawat menanyakan
kembali dan meminta keluarga untuk menyebutkan kembali materi yang telah
diberikan, kemudian perawat memberikan reinforcement positif untuk setiap
jawaban yang benar.

Pada kunjungan kedua sampai keenam, perawat mendiskusikan dan memberikan


contoh bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. Perawat
juga mendiskusikan porsi makan sehari untuk anak usia 14 bulan dan
mendemonstrasikan porsi makan yang diberikan untuk anak usia 14 bulan dalam
satu kali makan. Perawat mendiskusikan bersama keluarga mengenai triguna
makanan dan mendemonstrasikan pemilahan makanan berdasarkan triguna
makanan. Perawat bersama dengan keluarga membuat jadwal menu harian balita
bersama-sama dengan perawat. Perawat mendiskusikan bersama keluarga cara
mengolah bahan makanan yang baik, serta mendemonstrasikannya. Selanjutnya
mendiskusikan bersama keluarga tentang cemilan sehat untuk balita serta
mendemonstrasikan pembuatan selingan sehat. Setiap dilakukan diskusi dan
demonstrasi, perawat meminta keluarga untuk menyebutkan kembali dan
medemonstrasikan kembali mengenai materi yang telah diajarkan.

Intervensi unggulan penulis ialah penyusunan jadwal dan menu seimbang pada
balita berdasarkan triguna makanan. Hal ini mencakup dua hal, yakni peningkatan
pengetahuan mengenai triguna makanan serta penyususnan menu berdasarkan
triguna makanan. Pelaksanaan diskusi mengenai triguna makanan dilakukan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


33

perawat dengan metode leaflet dan lembar balik. Perawat menjelaskan mengenai
tiga komponen triguna makanan yang merupakan gizi seimbang dan diperlukan
oleh tubuh anak balita. Perawat juga memberi contoh untuk setiap komponen gizi
seimbang. Perawat menjelaskan fungsi dari masing-masing komponen triguna
makanan. Perawat kemudian meminta keluarga untuk menyebutkan kembali
mengenai triguna makan, contohnya, beserta fungsinya. Perawat juga meminta
keluarga untuk memilih makanan sesuai triguna makanan dengan food model
yang dibawa perawat, perawat meminta keluarga mengelompokkan makanan
tersebut sesuai dengan tiga komponen triguna makanan. Perawat memberi
reinforcement positif untuk setiap jawaban yang benar.

Pembuatan jadwal menu dilakukan perawat dengan mengajak keluarga bersama


membuat menu untuk tujuh hari ke depan. Perawat meminta keluarga untuk
mengulang contoh-contoh makanan apa saja yang termasuk dalam ketiga
komponen triguna makanan. Perawat juga meminta keluarga untuk menyebutkan
kembali takaran porsi untuk anak usia 14 bulan. Perawat menanyakan keluarga
kira-kira makanan apa yang cocok untuk pagi, siang, dan sore hari sesuai dengan
kemampuan keluarga dan sesuai dengan triguna makanan. Perawat mengevaluasi
kembali pemahaman keluarga mengenai gizi seimbang (triguna makanan) dan
mengevaluasi pemilihan keragaman makanan. Makanan yang disepakati antara
perawat dan keluarga akan ditulis di menu harian yang dibuat, untuk kemudian
dilaksanakan keluarga. setiap melakukan kunjungan, perawat memantau apakah
menu tersebut dilaksanakan atau tidak. Apabila dilaksanakan, keluarga mendapat
reward berupa reinforcement positif. Setelah 7 hari, perawat meminta keluarga
membuat sendiri jadwal menu anak dengan tetap memantau menu harian An.B.

Pada kunjungan terakhir, perawat mendiskusikan bersama keluarga mengenai


modifikasi lingkungan dan perilaku yang dapat dilakukan keluarga untuk
pemberian makan balita, dengan ,mendiskusikan mengenai cara penyajian makan
anak, cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. Perawat juga memotivasi
keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan. Perawat melakukan kunjungan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


34

tak direncanakan untuk mengetahui apakah keluarga telah menjalankan


modifikasi lingkungan untuk gizi anak balita atau belum. Perawat juga
mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal. Perawat mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat yang
didapat dalam mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat mendiskusikan
bersama keluarga waktu untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Perawat juga
emotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan terkait masalah gizi
balita.

Perawat melakukan semua implementasi yang telah direncanakan di perencanaan


intervensi. Perawat menjalankan implementasi sesuai dengan tujuan khusus yang
ada di perencanaan intervensi, dari tujuan khusus satu sampai dengan tujuan
khusus lima. Implementasi yang dilakukan perawat dinyatakan berhasil apabila
keluarga dapat mencapai tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh perawat.
Pencapaian tujuan oleh keluarga dapat dilihat perawat dalam evaluasi
keperawatan.

3.5 Evaluasi
3.5.1 Evaluasi SOAP
3.5.1.1 Subjektif
Ibu Y mengatakan definisi gizi ialah makanan yang diperlukan tubuh sesuai
dengan usia anak, terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Ibu Y
mengatakan definisi gizi kurang ialah kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh anak. Ibu Y mengatakan penyebab gizi kurang ialah makan sedikit, makan
tidak teratur, penyakit. Ibu Y mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus,
rambut tipis kemerahan, anak tidak ceria, lemas, kulit kering. Ibu Y mengatakan
An.B kurus, berambut tipis dan kemerahan, dan terlihat seperti anak dengan gizi
kurang. Ibu Y mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan
pertumbuhan, jadi bodoh. Ibu Y mengatakan ingin merawat an.B dengan masalah
gizi kurang dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu Y
mengatakan cara mengatasi kurang gizi yaitu makan makanan seimbang, makan
teratur, sesuai kebutuhan balita. Ibu Y mengatakan triguna makanan terdiri dari
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


35

zat tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan
bubur, zat pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh ayam dan tempe,
serta zat pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-
buahan dan sayur. Ibu Y mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk
An.B sesuai jadwal. Ibu Y mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah
yang harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu
Y mengatakan cara mengolah bahan majanan yang baik ialah cuci tangan sebelum
masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru dipotong, sayur jangan
dimasak terlalu lama, beras dicuci hanya dua kali saja. Ibu Y menyebutkan
pengertian cemilan sehat yakni makanan selingan yang mengandung nilai gizi.
Ibu Y menyebutkan tujuan cemiilan sehat yakni untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi anak terutama bagi anak yang sulit makan. Ibu Y menyebutkan
manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan
nutrisi anak, bahan mudah diperoleh. Ibu Y menyebutkan contoh cemilan sehat
ialah bubur sumsum, bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai
kacang, buah dan sayur potong, sereal, puding susu atau puding buah. Ibu Y
menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu snack, chiki, minuman bersoda,
makanan berpengawet dan makanan ber-MSG. ibu Y mengatakan tips menyajikan
makanan untuk anak yaitu jumlah makan sesuai dengan porsi, sesuai jadwal
menun, makanan bervariasi, harus ada lauk hewani dan nabati. Ibu Y mengatakan
prinsip mengatasi anak yang tidak mau makan ialah jangan dipaksa, beri makan
sesuai selera anak dan tidak membosankan, jangan memberi makanan yang manis
sebelum makan, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu Y mengatakan fasilitas
terdekat ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu Y mengatakan manfaat ke
pelayanan kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat
penyuluhan tentang gizi kurang. Ibu Y mengatakan nanti kalau punya uang ingin
memeriksakan anaknya. Ibu Y melaporkan pola makan An.B masih sedikit, 3-5x
suap, namun ibu Y mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan sayur
dan lauk dalam setiap kali makan. Pada evaluasi yang dilakukan perawat setiap
kunjungan, dengan menanyakan menu apa yang disiapkan ibu Y hari ini, Ibu Y
mengatakan ia berusaha menyiapkan nasi, sayur dan lauk untuk An.B dalam

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


36

sekali makan setiap hari. Ibu Y juga mengatakan ia mau membuat menu seimbang
untuk seterustnya untuk An.B.

3.5.1.2 Objektif
Keluarga tampak antusias dalam proses penyampaian dan demonstrasi pada setiap
implementasi yang dilakukan perawat. Keluarga tampak terlibat aktif dalam
diskusi. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda gejala,
dan akibat gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan kembali komponen triguna
makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilih bahan makanan sesuai
triguna makanan yang tepat. Pada evaluasi dan monitoring setiap minggu terhadap
penyusunan menu yang dilakukan perawat, Ibu Y tampak melaksanakan jadwal
menu berdasarkan triguna makanan yang dibuat bersama perawat dengan
melaporkan dan menunjukkan makanan apa saja yang dibuat dan dihidangkan
untuk An.B pada hari itu. Menu makanan yang dibuat ibu Y rata-rata terdiri dari
nasi, sayur, dan lauk yang bervariasi setiap hari. Pada kunjungan mendadak yang
dilakukan perawat, ibu Y sedang menyuapi an.B dengan makanan yang terdiri
dari nasi dan sayur sop yang mencakup kentang, wortel, dan ayam. Pada
kunjungan mendadak selanjutnya, ibu Y juga terlihat mengolah makanan dengan
mencuci tangan, mencuci bahan makanan baru kemudian mengupas dan
memotongnya. Pada posyandu tanggal 10 Juni 2013, Berat Badan An.B naik
menjadi 7,5kg, dimana menurut BB/PB An.B masih dalam kategori gizi kurang,
namun kenaikan berat badan ini menunjukan ada perubahan yang baik yang
terjadi pada An.B. Hasil pengukuran NCHS dalam kategori BB/U, An.B berada di
antara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa an.B berada dalam kategori
kurus. Hal ini menunjukan kemajuan dimana sebelumnya menurut kategori BB/U,
An.B berada tepat di percentil -3SD yang menunjukan bahwa An/B masuk ke
dalam kategori sangat kurus.

3.5.1.3 Analisis
Hasil observasi yang dilakukan penulis atau yang dilaporkan oleh keluarga
didapatkan perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1
hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An.B juga telah teratasi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


37

ditunjukkan dengan peningkatan berat badan, walaupun masih berada dalam


status gizi kurang menurut BB/PB, namun An.B telah berubah statusnya dari
sangat kurus menjadi kurus menurut BB/U.

3.5.1.4 Planning
Rencana yang dilakukan perawat merupakan rencana tindak lanjut atau discharge
planning. Tindak lanjut untuk keluarga ialah meminta ibu Y untuk terus
menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan dan kebutuhan makan
untuk anak balita serta menyediakan menu seimbang untuk An.B. Penulis juga
akan berkordinasi dengan mahasiswa Spesialis Keperawatan Komunitas dalam
pemantauan status gizi keluarga Bapak S khususnya An.B, dan melaporkan hasil
pengkajian sampai evaluasi ke Puskesmas.

3.5.2 Evaluasi Sumatif


Keluarga Bapak S mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan materi yang
diberikan perawat. Keluarga Bapak S telah dapat mengerti, menyebutkan, dan
aktif dalam melakukan apa yang telah diajarkan perawat pada saat tahap
implementasi. Hal ini dilihat dari keluarga mampu menyebutkan definisi gizi,
menyebutkan definisi gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi,
menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah kurang gizi. Keluarga juga mampu mencapai tujuan
khusus kedua, dimana keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi
dan memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi dengan
mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang.

Tujuan khusus ketiga juga telah dicapai oleh keluarga Bapak S. Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan kembali
takaran porsi untuk anak usia 14 bulan dan mendemonstrasikannya, menyebutkan
kembali definisi triguna makanan, komponen-komponen triguna makanan, dan
memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, mendemonstrasikan
memilah makanan berdasarkan triguna makanan dengan food model, menyusun
jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


38

dijadwalkan, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik,


mendemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, menyebutkan
kembali cemilan sehat beserta manfaat dan contohnya.

Keluarga dapat mencapai tujuan khusus keempat, dimana keluarga mampu


menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5 prinsip
cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,dan menyebutkan lingkungan
yang dapat mendukung peningkatan status gizi balita. Keluarga juga dapat
mencapai tujuan khusus kelima, yakni keluarga mampu menyebutkan 4 fasilitas
kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal dan menyebutkan 2 manfaat
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, serta mau mengunjungi fasilitas
kesehatan saat mengalami masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
asuhan keperawatan telah tercapai.

3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian


Keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian I, saat perawat pertama kali
melakukan asuhan, dimana keluarga dapat menerima kehadiran perawat dan mau
mengikuti proses asuhan keperawatan yang direncanakan. Tingkat kemandirian
keluarga Bapak S meningkat menjadi tingkat kemandirian III, setelah dilakukan
asuhan keperawatan. Hal ini tercermin dari kemampuan keluarga mau
memanfaatkan fasilitas kesehatan yakni posyandu, sesuai anjuran guna
mengetahui perkembangan kesehatan An.B. Ibu Y juga mengunjungi dokter saat
An.B demam. Ibu Y juga telah melakukan perawatan sederhana yakni
menyediakan makanan sesuai triguna makanan dan berdasarkan jadwal menu
seimbang yang telah dibuat. Keluarga juga telah melakukan pencegahan dengan
selalu memantau kesehatan An.B.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik


Kelurahan Cisalak pasar merupakan salah satu kelurahan di Depok dengan luas
wilayah 1,71 km2. Kelurahan ini berbatasan langsung dengan Kelurahan
Mekarsari dan DKI Jakarta, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Curug dan
Kecamatan Tapos, serta Kecamatan Sukmajaya. Kelurahan ini berada di bawah
cakupan Puskesmas Cimanggis bersama dengan Kelurahan Curug. Kelurahan ini
memiliki 8 Rukun Warga (RW), yang masing-masing RW memiliki 5 sampai 9
Rukun Tetangga (RT). Salah satu Rukun Warga dengan penduduk yang banyak
dan wilayah yang besar ialah RW 07.

Jumlah total penduduk di Cisalak Pasar berdasarkan rekapitulasi yang didapat dari
data di kantor kelurahan Cisalak Pasar pada bulan Desember 2012 ialah sebesar
24.617 jiwa. Total penduduk di RW 07 mencapai hampir 10% dari jumlah total
penduduk Cisalak Pasar, yakni sebanyak 2248 jiwa yang terdiri dari 1243 jiwa
laki-laki dan 1005 jiwa perempuan. Jumlah total penduduk ini mencakup berbagai
usia, di antaranya ialah lansia, dewasa, remaja, anak sekolah dan juga balita.
Mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan SMA, menganut agama Islam
dan berasal dari suku Jawa. Pekerjaan yang dimiliki oleh penduduk RW 07
bermacam-macam, diantaranya ialah pegawai swasta, buruh, wiraswasta, PNS,
dan penarik ojek. Mayoritas penduduk RW 07 memiliki pendapatan perbulan
sebesar lebih dari RP 1.000.000,00.

Jumlah penduduk yang besar membuat keadaan lingkungan RW 07 menjadi


sangat padat. Hal ini terlihat dari jarak antar rumah yang sangat berdekatan dan
jalan penghubung setiap RT di RW 07 yang berupa gang-gang sempit yang hanya
bisa dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Padatnya rumah-rumah warga di
wilayah RW 07 membuat pencahayaan di setiap rumah menjadi minim. Tempat
pembuangan sampah juga memiliki jumlah yang minim di wilayah RW 07. RW
07 tidak memiliki tempat pembuangan sampah umum. Warga RW 07 juga jarang

39 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


40

memiliki tempat sampah permanen di depan rumahnya, biasanya warga hanya


memakai kardus dan plastik untuk membuang sampah di depan rumah yang
nantinya akan diambil oleh petugas kebersihan RW 07. Tumpukan sampah juga
masih terlihat di beberapa tanah kosong. Saluran limbah di RW 07 menggunakan
sistem terbuka, namun ukurannya kecil sehingga apabila hujan lebat sampah
mudah sekali tersangkut dan menyebabkan aliran air tidak lancar dan
menggenang.

Beberapa warga mengatakan sumber pencemaran lingkungan di RW 07 ialah asap


kendaraan bermotor dan bau sampah rumah tangga, beberapa lagi mengeluhkan
adanya warga RW 07 yang memelihara unggas sehingga kotorannya sering
mengotori atap rumah warga. Air yang dipakai oleh warga sehari-hari ialah air
sumur, menurut warga air yang dipakai bersih, tidak berbau dan tidak berasa.
Sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan makan di wilayah RW 07 cukup
memadai. Warung makan, warung nasi, maupun warung kelontong banyak
dijumpai di wilayah RW 07. Penjaja makanan yang berkeliling maupun penjual
sayur juga banyak ditemukan di RW 07. Beberapa warga RW 07 mengaku lebih
sering membeli makanan di luar daripada memasak sendiri untuk keluarga karena
pilihan makanannya lebih bervariasi.

Warga RW 07 biasa menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di


lingkungannya apabila anggota keluarga mengalami sakit yang cukup parah
seperti demam, batuk, dan beberapa penyakit lainnya yang tidak kunjung sembuh.
Warga RW 07 yang mengalami penyakit ringan jarang memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan dan biasanya hanya mengonsumsi obat warung. Fasilitas
yang biasa digunakan oleh warga RW 07 ialah Puskesmas Cimanggis, praktik
dokter 24 jam, praktik bidan, posbindu, dan posyandu. Posbindu RW 07
mencakup keseluruhan RT yang terdapat di RW 07 dan dilaksanakan 1 bulan
sekali dengan jumlah kehadiran kurang lebih 30 lansia setiap pelaksanaan. RW 07
juga memiliki tiga posyandu, yakni Flamboyan 1, 2, dan 3. Posyandu Flamboyan
1 terletak di RT 01 dan memiliki cakupan balita yang tinggal di RT 01 RW 07.
Posyandu Flamboyan 2 memiliki cakupan wilayah RT 03, 04, 05, 06, dan 07.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


41

Posyandu Flamboyan 3 merupakan posyandu paling baru yang dimiliki oleh RW


07 karena posyandu ini baru terbentuk hasil dari pemecahan dengan posyandu
Flamboyan 1, yang saat ini memiliki cakupan wilayah RT 02. Rata-rata balita
yang datang di setiap posyandu ialah 40-60 balita per posyandu.

Hasil pengkajian yang didapat oleh penulis dan kelompok dari mengikuti tiga
posyandu di RW 07 ialah setiap posyandu memiliki balita dengan masalah yang
sama yakni masalah gizi. Hasil screening penulis di tiga posyandu RW 07 didapat
data (menurut kategori BB/U) 13 dari seluruh balita yang datang di posyandu
RW 07 mengalami masalah gizi, dimana 5 diantaranya mengalami gizi buruk dan
8 balita lainnya mengalami gizi kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI
(2013) yang menyatakan 25% balita di Cisalak Pasar mengalami gizi kurang,
salah satu RW yang merupakan kantung balita gizi kurang di kelurahan Cisalak
Pasar ialah RW 07.

Kader dan warga di RW 07 mengatakan belum pernah diadakan penyuluhan


terkait gizi kurang pada balita di RW 07, sehingga mereka juga mengakui bahwa
pengetahuan mengenai gizi kurang masih sangat minim. Minimnya pengetahuan
kader tergambar pada pemberian makanan tambahan saat pelayanan posyandu,
dari tiga posyandu yang dilaksanakan masih ada posyandu yang menyediakan
makanan tambahan berupa sosis siap saji, biskuit kemasan dan wafer kemasan.
Kader juga mengatakan tidak mengetahui adanya program gizi yang terdapat di
Puskesmas Cimanggis. Kader dan keluarga sangat antusias dengan pelaksanaan
penyuluhan tentang gizi kurang yang diadakan oleh mahasiswa. Kader berharap
dapat membantu keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita. Salah satu
keluarga yang memiliki masalah balita dengan gizi kurang ialah keluarga Bapak S
khususnya An.B (14 bulan).

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori terkait KKMP
Dampak dari perkembangan perkotaan atau urbanisasi salah satunya ialah dampak
ekonomi. Fitriyani (2009) menyatakan kekurangan ekonomi sangat identik
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


42

dengan tidak tersedianya makanan yang adekuat dan rendahnya pengetahuan


keluarga dalam memelihara kesehatan anggota keluarga terutama anak balita.
Keluarga Bapak S merupakan salah satu keluarga di RW 07 yang memiliki
masalah kesehatan pada balita. Keluarga bapak S merupakan keluarga inti yang
memiliki jumlah pendapatan keluarga kurang lebih Rp 2.500.000,00-4.000.000,00
perbulan yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membayar uang
sewa toko nasi soto untuk Ibu Y berjualan, membayar uang sekolah, membayar
kredit motor dan membayar pegawai nasi soto. Keluarga Bapak S mengaku
pendapatan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan,
namun penulis menemukan masalah di keluarga Bapak S yakni masalah gizi
kurang pada An.B (14 bulan).

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis terhadap An.B didapat bahwa
An.B tampak kurus dengan berat badan 7,2 kg dan panjang badan 72cm, rambut
kemerahan, tipis, anak tampak lemas, rewel, lingkar lengan 12 cm, dan kulit
kusam. Hasil pengukuran dalam NCHS pada kategori BB/PB An.B berada
diantara percentil -2SD dan -3SD, dimana hal ini menunjukkan bahwa An.B
berada dalam status gizi kurang, sedangkan pada kategori BB/U An.B berada
tepat pada percentil -3SD yang menunjukan sangat kurus dan pada kategori PB/U
An.B berada di antara percentil -2SD dan -3SD yang menunjukan pendek
(Kemenkes, 2011). Lingkar lengan An.B, yakni 12cm, dalam standar NCHS
berada diantara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa kurang dari normal.
Rambut kemerahan, tipis, anak tampak lemas, Lingkar lengan atas berada di
antara 11,5-12,5, dan kulit kusam merupakan ciri anak dengan masalah gizi
kurang (Depkes RI, 2011; Wong, 2008).

Salah satu penyebab gizi kurang ialah penyebab langsung yang berupa kurangnya
asupan nutrisi ke dalam tubuh (UNICEF, 2010). Ibu Y mengatakan An.B hanya
makan 3-5 suap setelah itu An. B tidak mau makan lagi. Ibu Y mengatakan tidak
memberikan susu formula dengan alasan An.B tidak menyukai susu formula.
Hal-hal tersebut sesuai dengan pendapat Wong (2008) yang menyebutkan bahwa
pada masa balita terjadi penurunan asupan nutrisi yang dimanifestasikan dengan
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


43

berkurangnya selera makan, pemilih makanan, dan susah makan. Hal ini perlu
diperhatikan karena balita membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan
makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Basuki (2003) juga menyebutkan penyebab gizi kurang adalah salah satunya
rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi kurang
diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Ibu Y
mengatakan ia tidak mengetahui mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu
Y sudah menyadari kondisi anaknya yang kurus, namun ibu Y sendiri mengaku
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ibu Y pernah mengalami mengasuh anak
yang memiliki gizi kurang juga sebelumnya, yakni An.A, namun walaupun begitu
ibu Y mengaku belum paham mengenai gizi kurang. Ibu Y sebagai ibu dari An.B
yang memiliki masalah gizi kurang mengaku kurang memahami tentang gizi dan
gizi kurang sehingga ia tidak terlalu memikirkan keadaan anaknya.

Kurangnya pemahaman ibu Y terkait masalah gizi menyebabkan kurangnya


perhatian ibu Y terhadap gizi anaknya. Ibu Y mengaku saat ini jarang memasak
untuk keluarga, kalaupun memasak Ibu Y hanya memasak masakan praktik
seperti goreng telur, goreng tempe, goreng tahu. Ibu Y mengaku jarang memasak
sayur. Ibu Y sering membeli makanan di luar karna sibuk. Ibu Y mengaku jarang
menyediakan menu lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.B. Ibu Y hanya
mengusahakan untuk menyediakan makanan yang menurutnya bergizi dan
menuruti apa yang ingin dimakan oleh anaknya. Ibu Y sering membelikan jajanan
untuk An.B di warung apabila An.B tidak mau makan, seperti makanan ringan,
bolu kemasan, ataupun teh kemasan, agar An.B mendapat asupan makanan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mirayanti (2012) menyatakan bahwa pengetahuan
keluarga dalam memilih makanan sehat menunjukkan lebih banyak
berpengetahuan tidak baik (63,4%). Meningkatkan pengetahuan ibu dan
pemilihan makanan yang seimbang dalam menu makan sehari-hari guna
mengatasi masalah gizi kurang pada balita merupakan hal yang penting bagi
perawat untuk pemberian asuhan keparawatan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


44

4.3 Analisis Penyusunan Jadwal dan Menu Seimbang pada Balita


Berdasarkan Triguna Makanan dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Pemenuhan akan zat gizi penting untuk balita guna menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya. Hasil penelitian plan international Indonesia dan Departemen
Gizi Masyarakat IPB (2008, dalam Hidayati, 2011) di Kabupaten Timor tengah
Selatan menunjukkan prevalensi gizi kurang (30%) dan penyebabnya karena
kualitas dan kuantitas makanan. Gizi kurang yang dialami oleh An.B disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi yang seimbang pada An.B, kurangnya pengetahuan
ibu mengenai gizi balita dan kurangnya pemahaman ibu terkait masalah gizi.

Perawat melaksanakan penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita


berdasarkan triguna makanan, yang mencakup pemberian edukasi mengenai
triguna makanan dan pembuatan menu seimbang harian balita bersama keluarga
berdasarkan triguna makanan. Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, yakni zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. Pengetahuan ibu mengenai triguna makanan atau
gizi seimbang penting ditingkatkan untuk membantu anak balita mendapat asupan
yang seimbang. Basuki (2003) penyebab gizi kurang adalah salah satunya
rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi kurang
diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar.

Hasil yang diperoleh ialah setelah dilakukan intervensi selama 7 kali pertemuan,
An.B mengalami kenaikan berat badan dari 7,2 kg menjadi 7,5 kg, dan panjang
dari 72cm menjadi 73cm. Hasil pengukuran NCHS menurut BB/PB An.B masih
dalam kategori gizi kurang, namun kenaikan berat badan ini menunjukan ada
perubahan yang baik yang terjadi pada An.B. Hasil pengukuran NCHS dalam
kategori BB/U, An.B berada di antara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa
an.B berada dalam kategori kurus. Hal ini menunjukan kemajuan dimana
sebelumnya menurut kategori BB/U, An.B berada tepat di percentil -3SD yang
menunjukan bahwa An/B masuk ke dalam kategori sangat kurus. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Muhammad, Hadi, dan Budiman (2009) tentang pola asuh,
asupan zat gizi, dan hubungannya dengan status gizi balita yang mengidentifikasi
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


45

bahwa ada hubungan asupan zat gizi dengan status gizi balita menurut BB/U dan
TB/U.

Pembuatan jadwal menu seimbang harian juga harus dilakukan agar ibu
mengetahui seberapa banyak porsi yang dapat diberikan pada anak balita.
Almatsier (2009) menyebutkan menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari
beranekaragam makanan demgan jumlah dari proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Proverawati dan Asfuah
(2010) menambahkan bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein,
lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.

Penulis membuat jadwal makanan bersama-sama oleh keluarga dengan membuat


menu 3 kali makan dalam sehari dan setiap kali makan harus terdiri dari zat
tenaga, zat pembangun serta zat pengatur. Ibu Y melaporkan bahwa ia
menyediakan makanan sesuai yang dijadwalkan. Berdasarkan kunjungan dadakan
yang dilakukan oleh penulis juga didapat hasil bahwa ibu Y memberikan makanan
berupa nasi dan sayur sop yang terdiri dari wortel, kentang dan ayam kepada
anaknya. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Faith (2004) yang
mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
orangtua dalam pemenuhan gizi dengan indeks masa tubuh anak. Hasil penelitian
Chit, Kyi dan Thwin (2003, dalam Hidayati, 2011) juga menyatakan bahwa berat
badan anak sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi
balita.

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan


Hasil yang didapat dari dua implementasi unggulan yang terintegrasi dengan
implementasi lainnya ialah An.B mengalami kenaikan berat badan dimana berat
badan sebelum dilakukan asuhan keperawatan ialah 7,2 kg, sedangkan berat badan
setelah dilakukan asuhan keperawatan yakni 7,5 kg. Ibu Y juga mengatakan saat
ini sering mengusahakan menyediakan sayur dan lauk dalam setiap kali makan.
Hal ini menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik pada masalah gizi di
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


46

keluarga Bapak S. Tindak lanjut dapat dilakukan untuk terus memantau masalah
gizi yang terjadi di keluarga, yang dapat dilakukan oleh keluarga, kader, maupun
petugas kesehatan setempat.

Tindak lanjut yang dapat dilakukan keluarga ialah sebisa mungkin keluarga terus
menyediakan menu seimbang untuk kebutuhan gizi an.B. Tindak lanjut yang
dapat dilakukan kader ialah harus dapat menjadi role model dalam pemenuhan
gizi balita dengan menyediakan makanan tambahan dengan gizi seimbang saat
posyandu. Kader juga dapat memantau status gizi balita di wilayah RW 07, salah
satunya ialah keluarga Bapak S khususnya An.B. Tindak lanjut yang dapat
dilakukan tenaga kesehatan terutama perawat puskesmas ialah menindaklanjuti
laporan dari kader dengan melakukan kunjungan rumah untuk memantau
perkembangan balita yang memiliki masalah gizi kurang, serta melakukan
penyuluhan agar dapat membantu mengatasi gizi kurang yang terjadi di keluarga.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gizi kurang merupakan masalah umum yang terjadi dimasyarakat perkotaan.
Angka gizi kurang di perkotaan semakin sulit untuk diturunkan. Salah satu kota
yang memiliki angka gizi kurang yang tinggi ialah kota Depok. Angka gizi kurang
maupun gizi buruk di kota Depok pada tahun 2007 tercatat berasal dari enam
kecamatan, yaitu Kecamatan Pancoran Mas yang merupakan kecamatan dengan
penderita gizi buruk terbanyak yaitu 321 balita, diikuti Cimanggis 228 balita,
Sawangan 122 balita, Sukmajaya 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita
(Safi’i, 2008). Hal ini jelas perlu diperhatikan khususnya oleh tenaga kesehatan
salah satunya perawat. Perawat komunitas mempunyai peranan penting dalam
mengatasi masalah gizi kurang di daerah perkotaan.

Peran perawat komunitas pada tulisan ini tergambar pada asuhan keperawatan
keluarga yang dilaksanakan oleh penulis pada keluarga Bapak S, khususnya An.B.
An.B mengalami tanda-tanda kurang gizi seperti tampak kurus, rambut
kemerahan dan tipis, dan IMT berada di antara persentil -3SD dengan -2SD, dan
termasuk dalam kategori gizi kurang (Kemenkes, 2011). Salah satu hal yang
menjadi penyebab gizi kurang pada An.B di keluarga Bapak S ialah tingkat
pengetahuan ibu dan asupan gizi yang kurang seimbang pada An.B. perawat
komunitas memiliki tanggung jawab untuk melakukan implementasi guna
mengatasi masalah gizi kurang pada anggota keluarga.

Implementasi yang telah dilakukan perawat terdiri dari implementasi yang bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor. Implementasi ini dilakukan guna mencapai
tujuan yang telah dibuat oleh penulis pada perencanaan. Implementasi untuk
mengatasi masalah gizi kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas
kesehatan keluarga. Salah satu impelementasi yang dilakukan penulis ialah
penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan.

47 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


48

Penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan,
yang mencakup peningkatan pengetahuan mengenai triguna makanan dan
pembuatan jadwal menu harian berdasarkan triguna makanan, sangatlah penting
untuk mengatasi masalah gizi kurang. Hasil evaluasi yang didapat penulis dari
implementasi yang dilakukan ialah berat badan An.B naik dari 7,2kg saat
pengkajian awal menjadi 7,5 kg. Ibu Y melaporkan bahwa ia menyediakan
makanan sesuai yang dijadwalkan. Berdasarkan kunjungan dadakan yang
dilakukan oleh penulis juga didapat hasil bahwa ibu Y memberikan makanan
berupa nasi dan sayur sop yang terdiri dari wortel, kentang dan ayam kepada
anaknya.

5.2 Saran
Penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan asuhan keparawatan pada
keluarga Bapak S dengan masalah gizi kurang. Beberapa keterbatasan dalam
penulisan ini semoga dapat disempurnakan dan dilengkapi dikemudian hari. Saran
yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

5.2.1 Keluarga dengan balita


Penulis menyarankan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang baik yang
dapat dijadikan tempat yang efektif bagi perkembangan dan pertumbuhan balita
khususnya terkait masalah gizi, dengan selalu menyediakan makanan yang
memiliki nilai gizi seimbang. Makanan yang memiliki gizi seimbang cialah
makanan yang mengandung tiga komponen triguna makanan, yakni zat tenaga, zat
pembangun, serta zat pengatur. Hal ini bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita. Penulis juga menyarankan keluarga untuk lebih aktif dalam
menimbang berat badan balita setiap bulan di posyandu guna memantau
perkembangan status gizi anak balitanya, serta aktif bertanya dan mencari
informasi ke tenaga kesehatan mengenai status gizi balita.

5.2.2 Kader RW 07
Penulis menyarankan kepada kader, khususnya kader RW 07 agar dapat
melakukan pendampingan keluarga dengan anak ataupun balita yang berisiko
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


49

mengalami masalah gizi. Kader juga seharusnya dapat melakukan pengawasan


langsung ataupun pemantauan dengan melakukan kunjungan ke rumah keluarga
dengan balita yang megalami gizi kurang. Kader juga disarankan agar dapat
menjadi jembatan antara keluarga dengan balita yang memiliki masalah gizi
kurang dengan petugas kesehatan setempat ataupun puskesmas.

5.2.3 Puskesmas Cimanggis


Penulis menyarankan untuk lebih mensosialisasikan mengenai program gizi ke
keluarga dan kader yang berada di wilayah cakupan Puskesmas Cimanggis, yakni
kelurahan Cisalak Pasar dan kelurahan Curug, dengan meningkatkan peran
perkesmas (Perawat Kesehatan Masyarakat). Hal ini penting dilakukan mengingat
masih banyak kader yang tidak mengetahui Program Pelayanan Gizi yang terdapat
di Puskesmas Cimanggis, dan juga masih banyak balita di wilayah cakupan
Puskesmas Cimanggis yang memiliki masalah gizi.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th ed). Philadelphia : Lippincott.

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community Health Nursing:
promoting and protecting the public’s health. (7th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins

Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anonim (2012). Kasus Gizi Buruk, Indonesia Masuk Lima Besar. Diakses dari:
http://www.beritasatu.com/kesehatan/26743-kasus-gizi-buruk-indonesia-
masuk-lima-besar.html pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul 20.30)

Azwar, A. (2002). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Bina Kesehatan


Masyarakat, Departemen Kesehatan

Badan Pusat Statistik. (2008). Analisis dan Penghitungan tingkat Kemiskinan


2008. Diakses dari: http://daps.bps.go.id pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul
20.30)

Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta


(6-23 bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota
Bandar Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.

Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of


Nursing Diagnosis). Edisi 8, Alih bahasa monica Ester. Jakarta: EGC

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2007). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.


(2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. (2006). Buku Kader Posyandu dalam Usaha


Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk..


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah


Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.

50 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


51

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.


(2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Faith, et all. (2004). Parental feeding attitudes and styles and child body mass
index: Prospective analysis of a gene-environment interaction. Diakses dari
http://www.medline.com pada tanggal 11 Juli 2013 (pukul 11.00)

Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi


kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.
Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing :
research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.

Hamid, A.Y. S. (2003). Terapi keluarga pada masalah Kesehatan Jiwa dalam
konteks keluarga. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Makalah tidak diterbitkan.

Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik


keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas
Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana.
Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E & Thomas, S.A. (1999). Community health
nursing: caring in action. Albany: Delmar Publisher.

Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi


dengan status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program
Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Reupblik


Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian


makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Laporan nasional riset kesehatan dasar


tahun 2010. Badan Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. Diunduh dari:
http://www.litbang.depkes.go.id pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul 20.30)

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


52

Kusumaningrum, D. (2012). Implikasi Deurbanisasi Terhadap Konsumsi Lokal


di Wilayah Pinggiran Perkotaan (Studi Kasus di Perkampungan Karawaci,
Kabupaten Tangerang, Banten). Skripsi. Program Studi Sarjana Geografi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Depok.

Maglaya, A.S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.

Martianto, D. (2013). Menuju Konsumsi Pangan Rumahtangga yang Memenuhi


Prinsip Gizi Seimbang Melalui Pemanfaatan Pekarangan. Manado:
Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB.

Mirayanti, N.K.A. (2012). Hubungan Pola Asuh Pemenuhan Nutrisi Dalam


Keluarga dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Pasir Gunung Selatan
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana.
Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.

Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. (2009). Ilmu keperawatan komunitas:
pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika.

Muhammad, A., Hadi, H., dan Boediman, D. (2009). Pola asuh, asupan zat gizi
dan hubungannya dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Muaulu
di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provisi Maluku. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 2009.

NANDA, 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:


konsep, proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:


konsep, proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Proverawati, A &; Asfuah, S. (2010). Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Muha


Medika.

Safi’i, A. (2008). Gambaran Penyelenggaraan Pelatihan Tatalaksana Gizi


Buruk dalam Rangka Persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) di
Dinas Kesehatan Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi. De;artemen
Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masarakat
Universitas Indonesia, Depok.

Santoso, S & Rianti, AL. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


53

Soekirman, et all. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (5th ed). St Louis
United States: Mosby Inc.

Subandi. (2011). Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta

Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Tirta, Ilham. (2013). Gizi Buruk Ditemukan di 21 Kelurahan di Depok. Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/03/083451835/Gizi-Buruk-
Ditemukan-di-21-Kelurahan-di-Depok pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul
20.30).

UNICEF. (2010). Fact for Life. Diakses dari http://www.unicef.org/publications/


files/Fact_for_Life_EN_010810.pdf pada tanggal 11 Juli 2013 (pukul 11.00)

Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan


keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.

Wilkinson, J.M., dan Ahern, N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Wong, D.L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 1. Jakarta: EGC.

Zega, H.R. (2012). Status Gizi Balita dan Kemiskinan di Indonesia Tahun 20120
(Analisis Sata Sekunder Riskesdas 2010). Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK ) : Bapak S
2. Alamat dan Telpon : RT 01/07, Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok, telp.
085723481114
3. Komposisi Keluarga :
No Nama Jenis kelamin Hub dgn TTl/Umur Pendidikan
KK
1. Ibu Y Perempuan Istri 28 tahun SMA
2. An. A Perempuan Anak 9 tahun SD
3. An. B Laki-laki Anak 14 bulan Belum sekolah

Genogram

Bpk S Ibu Y
(34th) (28th)

An. A An.B
(9th) (14bln)

Riwayat
Gizi
Gizi
kurang
buruk
Keterangan
: entry point

: tinggal serumah

4. Tipe keluarga
Keluarga bapak S merupakan keluarga inti dengan bapak S yang berperan sebagai
pengambil keputusan dalam keluarga.

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
5. Suku
Bapak S berasal dari suku Jawa, sedangkan ibu Y berasal dari suku betawi. Dalam
berumah tangga, bapak S dan ibu Y lebih banyak membuat peraturan berdasarkan
suku Jawa, yakni harus sopan santun dan menghargai orang lain. Menurut Bpk S dan
Ibu Y, tidak ada pantangan dalam hal kesehatan terutama dalam hal makan. Mereka
makan seadanya. Ibu Y mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang
harus dipegang dan dapat mempengaruhi kesehatan dalam keluarga. Ibu Y
mengatakan, orangtua ibu Y masih mempercayai minuman dan obat-obatan herbal
yang dapat menyembuhkan penyakit, namun ibu Y dan bapak S sudah tidak
mempercayai lagi. Ibu Y juga mengatakan ia juga sudah tidak mempercayai
mengenai mitos-mitos mengenai cara pengolahan makanan, dan mitos-mitos lain
yang berhubungan dengan kesehatan. Bahasa yang digunakan keluarga sehari-
harinya adalah bahasa Indonesia.
6. Agama
Agama yang dianut adalah agama Islam. Keluarga mengaku taat menjalankan
ibadah shalat 5 waktu. Namun, keluarga mengatakan tidak biasa shalat berjamaah
dan mengaji bersama. Ibu Y maupun Bapak S mengaku jarang mengikuti pengajian
ibu-ibu RT maupun pengajian bapak-bapak. Menurut keluarga, tidak ada masalah
kesehatan yang mempengaruhinya untuk beribadah seperti shalat dan puasa. Selain
itu, keluarga menganggap bahwa makanan yang tidak boleh dimakan atau
diharamkan oleh agama yang dianut adalah seperti daging babi dan anjing, dan
pastinya makanan tersebut juga akan mempengaruhi kesehatan jika dimakan.
7. Status Sosek Keluarga
Bapak S dan ibu Y jarang mengikuti kegiatan yang diadakan di lingkungan rumah
karena sibuk bekerja. Bapak S bekerja sebagai supir pribadi di Kelapa Gading,
sehingga bapak S pulang ke rumah 3 hari sekali. Bapak S memiliki pendapatan
kurang dari Rp 2.500.000,00 /bulan. Pendapatan tersebut dipakai untuk kebutuhan
sehari-hari, biaya cicilan dua buah motor, biaya sekolah An.A, biaya sewa rumah
(kontrakan) dan biaya hidup Bpk S di tempat kerja. Ibu Y adalah seorang penjual
nasi soto di jalan raya Gadog. Ibu Y mengatakan pendapatan perbulannya tidak
menentu, kadang banyak kadang sedikit. Rata-rata pendapatannya perbulan kurang
lebih Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 yang dipakai untuk membeli lagi peralatan,

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
bahan yang diperlukan untuk soto, serta membayar uang kontrakan kios sebesar Rp
450.000 perbulan. Namun ibu Y mengatakan angka tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan keluarga sehari-hari.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Bapak S dan ibu Y jarang mengajak anak-anak berwisata. Biasanya bapak S dan ibu
Y hanya menonton tv dan bercerita mengenai yang dilakukan selama sehari. Bapak
S dan ibu Y juga kadang mengajak ana-anaknya mengunjungi keluarga ibu Y yang
tinggal di kelapa dua, depok.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


9. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini ialah keluarga dengan anak usia sekolah,
dimana anak pertama Bpk S yakni, An.A berusia 9 tahun. Tugas perkembangan
keluarga bapak S ialah:
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dengan
meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
10. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Dilihat dari tugas perkembangan keluarga maka tahap perkembangan keluarga Bpk
S tidak ada yang belum terpenuhi.
11. Riwayat keluarga inti
Ibu Y mengaku tidak melanjutkan sekolahnya di bangku SMA karena kedua
orangtuanya bercerai, sehingga ia memutuskan untuk bekerja demi memenuhi
kebutuhan pribadinya. Bapak S dulu bersekolah di Jawa, kemudian setelah lulus ia
memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Ibu Y mengatakan
bertemu dengan bapak S karena sama-sama bekerja di Jakarta pada tahun 2001, di
perusahaan catering. Ibu Y mengaku cocok, dan menjalin hubungan pacaran selama
5 bulan setelah itu ia dilamar oleh bapak S, dan kemudian menikah pada tahun 2002.
12. Riwayat keluarga sebelumnya

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
An. A (9tahun) pernah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan tanpa putus obat
dan telah diperiksa kembali dengan hasil bersih dari flek paru. Ibu Y mengaku saat
itu ia masih tinggal dengan keluarganya di kelapa dua, dan An.A tertular dari
keponakan ibu Y yang sama-sama tinggal di rumah tersebut. An. A juga pernah
memiliki riwayat gizi buruk saat berusia 1 tahun. Ibu Y mengatakan, orang tuanya
dan orangtua Bpk S tidak ada yang mengalami sakit yang parah seperti Hipertensi,
asam urat, DM, rematik. Ibu Y juga mengatakan, ia dan Bapak S sampai saat ini
tidak pernah mengalami penyakit yang parah, karena tidak ada keturunan.

III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah keluarga bapak S merupakan bangunan permanen dan merupakan rumah
kontrakan yang berukuran 5x10 m2. Rumah tersebut tampak bersih. Rumah tersebut
terdiri dari teras berukuran 1x5 meter, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, dan
ruang keluarga/ ruang TV.
Rumah tampak gelap, terutama di bagian dapur dan kamar tidur. Selain itu rumah
juga berantakan dan minim ventilasi. Jendela hanya ada di depan rumah (ruang tamu
dan salah satu kamar tidur) dan jarang dibuka sehingga rumah terasa gelap. Warna
dinding rumah adalah hijau. Selain itu, jarak air dan jamban rumah Bpk S > 10
meter. Ibu Y mengatakan airnya termasuk jernih karena digali lebih dalam yaitu 30
m. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di depan rumah dan tidak
ada sampah pada selokan tersebut. Selain itu, tempat pembuangan sampah adalah
tong sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua minggu
sekali. Ibu Y biasa mencuci dan menjemur pakaian di depan rumah.
Denah rumah:

dapur
Keterangan:
toilet
: jendela
Ruang : pintu
keluarga

Kamar tidur

4
terasAsuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Bpk S mengaku mengenal seluruh tetangga dan warga RT 1 dengan
baik. Walaupun jarang mengikuti kegiatan yang diadakan oleh RT maupun
pengajian, ibu Y mengaku sering main ke rumah tetangga yang merupaka salah satu
kader RT 01. Selain itu ibu Y mengaku pernah menjadi pengasuh anak dari salah
satu warga di RT 01.
Jarak antar rumah di daerah tempat tinggal keluarga Bpk S saling berhimpitan
satu sama lain. Rata-rata kondisi ekonomi tetangga keluarga Bpk S adalah menengah
ke bawah dengan karakteristik suami bekerja sebagai buruh bangunan, pegawai,
pedagang, dan istri sebagai ibu rumah tangga. RT 01 merupakan daerah pemukiman
warga yang teratur dibandingkan dengan RT lain di RW 07.
15. Mobilitas geografis keluarga
Saat ini keluarga Bapak S mengontrak di RT 01 RW 07, Cisalak Pasar, Depok,
setelah sebelumnya keluarga Bapak S tinggal di daerah Kelapa Dua, Jakarta. Bapak
S dan keluarga baru 1 tahun menempati rumah di Cisalak Pasar. Alasan keluarga
Bapak S pindah ke Cisalak Pasar ialah karena ingin mempunyai kediaman sendiri,
tidak menumpang dengan keluarga. Alat transportasi yang biasa digunakan keluarga
ialah sepeda motor. Keluarga bapak S memiliki 2 sepeda motor. Bapak S bekerja
menggunakan sepeda motor, ibu Y juga bermobilisasi dengan menggunakan sepeda
motor untuk antar jemput anak yang pertama.
16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menurut Bpk S dan Ibu y, interaksi dengan masyarakat sangat baik. Para tetangga
saling membantu jika ada tetangga yang butuh pertolongan. Begitu pula hubungan
keluarga dengan para tetangga juga baik. Anak pertama Bpk S juga sering bermain
dan berkumpul dengan teman sebayanya di sekitar rumah keluarga Bapak S. Bapak
S dan ibu Y mengaku jarang mengunjungi keluarga Bapak S di Jawa karena alasan
ekonomi. Namun apabila ada uang, bapak S dan ibu Y mengaku pulang ke Jawa saat
lebaran. Sedangkan keluarga ibu Y yang tinggal di kelapa dua, sering mengunjungi
rumah ibu Y, begitu pula sebaliknya.

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
17. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Bpk S tidak memiliki fasilitas pendukung yang dapat digunakan untuk
pemeliharaan kesehatan seperti Askes dan Jamkesmas. Segala kebutuhan keluarga
Bpk S semaksimal mungkin diusahakan sendiri tanpa meminta bantuan dari keluarga
lain. Namun, jika keluarga ada yang sakit atau kebutuhan mendadak, keluarga besar
siap membantu.

IV. Struktur keluarga


18. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga bersifat terbuka seperti bertukar pikiran satu sama lain
dan mendengarkan pendapat anggota keluarga yang lain. Jika ada suatu masalah
dalam keluarga, biasanya dibicarakan di dalam keluarga. Bpk S mengatakan bila ada
masalah maka akan didiskusikan dan bersama-sama ibu Y mencari solusinya.
19. Struktur kekuatan keluarga
Dalam hal struktur kekuatan keluarga, Bpk S yang memegang peranan penting
meski setiap keputusan yang ditentukan harus disepakati berdua bersama-sama
dengan ibu Y. Bpk S merupakan kepala keluarga di dalam lingkungan keluarga
tersebut. Namun, dalam hal perawatan dan mengasuh anak, serta kebutuhan
makanan, ibu Y lebih sering berperan karena Ibu Y dinilai Bpk S lebih mengerti
tentang hal-hal tersebut.
20. Struktur peran
Bpk S adalah seorang suami sekaligus ayah. Ia berperan sebagai kepala keluarga.
Dalam hal perawatan dan mengasuh anak, Bpk S dan Ibu Y dibantu oleh ibu R untuk
mengasuh kedua anak mereka, terutama anak yang paling kecil (an.B). Ibu Y
merupakan seorang ibu dan istri dari Bpk S. Ia berperan sebagai ibu rumah tangga
dan juga pencari nafkah tambahan dari hasil berjualan soto ayam. Pekerjaan sehari-
harinya yaitu memasak dan menjaga warung soto ayam. Jika ada masalah keluarga
terutama masalah anak, ibu Y dan Bpk S juga turut mencari solusi.
21. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma dalam keluarga Bpk S diterapkan dengan baik, masing-masing
anggota keluarga diajarkan untuk menghormati dan menghargai pendapat yang lain.
Bpk S dan Ibu Y memberi anak-anaknya kebebasan untuk beraktivitas, Anak-

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
anaknya juga patuh terhadap kedua orang tua mereka. Keyakinan agama yang dianut
adalah Islam sehingga menanamkan pendidikan agama semenjak kecil kepada anak-
anaknya. Bpk S mengatakan dirinya selalu mengajarkan pada keluarganya bahwa
hidup harus dinikmati, tidak perlu terlalu mencemaskan hari esok, yang terpenting
adalah hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin.

V. Fungsi keluarga
22. Fungsi Afektif
Bpk S dan Ibu Y sangat menyanyangi anaknya. Hal ini terlihat dari kesabaran Bpk S
dan Ibu Y dalam mengasuh anak-anaknya. Seluruh anggota keluarga Bpk S saling
menyayangi satu sama lain. Selain itu, Bpk S dan Ibu Y saling mengenali karakter
dan kebiasaan setiap anggota keluarganya.
23. Fungsi sosialisasi
Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bpk S
mengatakan karena ia mengganggap bahwa hidup harus dinikmati maka ia sering
mengajak anggota keluarga yang lain untuk bercanda atau bersenda-gurau, walaupun
Bpk S pulang ke rumah 3 hari sekali. Sosialisasi anggota keluarga dengan tetangga
juga baik. An.A juga aktif bermain dengan teman sebayanya.
24. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga mengatakan An.A (9tahun) pernah memiliki riwayat gizi buruk saat
berusia 1 tahun, saat itu keluarga masih tinggal di daerah Kelapa Dua, sehingga an.A
menjalani program rawat jalan gizi di puskesmas Kelapa Dua. Berat badan An.A
saat ini sudah sesuai dengan usianya yakni BB: 25, TB: 132, IMT: 14,34, masuk
dalam kategori gizi baik. Ibu Y mengatakan An.A juga memiliki riwayat Flek Paru
(TB) pada usia 1-2 tahun dan pernah mengalami pengobatan OAT selama 6 bulan
tanpa putus obat, dan telah diperiksa kembali dengan hasil bersih dari flek paru, saat
ini juga An.A mengatakan sudah tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu. Anggota
keluarga lain yang memiliki masalah kesehatan ialah An.B (14 bulan).
An.B tampak kurus. Ibu Y mengatakan An.B mengalami penurunan BB sejak
berusia kurang dari 1 tahun, dimana berat lahir An. B ialah 3800 gram dengan
panjang 42cm. An. B lahir spontan dengan dibantu bidan. Saat ini imunisasi An.B
telah lengkap dan telah mendapat vitamin A. Ibu Y mengatakan ia tidak mengetahui

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu Y memberikan makanan
pendamping ASI berupa bubur bayi kemasan saat An.B berusia 6-10 bulan.
Selanjutnya ia memberikan bubur tim yang diolah sendiri, namun ia mengaku
jarang mencampur sayur pada bubur tim tersebut. Ibu Y mengatakan saat ini An.B
makan sudah sama dengan menu orang dewasa. Ibu Y mengatakan An.B hanya
makan 3-5 suap setelah itu An. B tidak mau makan lagi. Ibu Y mengaku saat ini
jarang memasak untuk keluarga, kalaupun memasak ibu Y hanya memasak masakan
praktik seperti goreng telur, goreng tempe, goreng tahu. Ibu Y mengaku jarang
memasak sayur. Ibu Y sering membeli makanan di luar karna sibuk. Ibu Y mengaku
jarang menyediakan menu lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.B. Ibu Y sering
membelikan jajanan untuk An.B di warung, seperti makanan ringan, bolu kemasan,
ataupun teh kemasan, apabila An.B tidak mau makan. Frekuensi pemberian jajanan
ialah 3-4 kemasan dalam 1 hari. Ibu Y sudah menyadari kondisi anaknya yang
kurus, namun ibu Y sendiri mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ibu Y
hanya mengusahakan untuk menyediakan makanan yang menurutnya bergizi dan
menuruti apa yang ingin dimakan oleh anaknya. Walaupun ibu Y pernah mengatasi
anak yang memiliki gizi kurang juga sebelumnya, namun ibu Y mengaku belum
paham mengenai gizi kurang. Ibu Y mengatakan ia belum pernah membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan terkait masalah gizi anaknya, hanya ke posyandu
rutin untuk meninbang sehingga dapat memantau berat badan An.B.
Ibu Y mengatakan memberikan ASI kepada an.B sejak lahir sampai saat ini,
namun ASI yang keluar sedikit, ibu Y tidak tahu penyebabnya mengapa padahal ia
mengaku telah makan makanan yang bergizi seperti mengandung sayur dan lauk
saat hamil dan menyusui. Ibu Y mengatakan dari dulu ASI yang keluar hanya dari
payudara sebelah kanan, dan jumlahnya sedikit. Ibu Y mengatakan ia pernah
menanyakan kepada bidan, namun bidan mengatakan hal tersebut bukanlah suatu
masalah yang berarti. Ibu Y mengatakan ia tidak pernah melakukan perawatan
payudara karena ia tidak mengetahui caranya. Ibu Y mengatakan tidak memberikan
susu formula dengan alasan An.B tidak menyukai susu formula. Ibu Y mengatakan
ia ingin memberikan ASI kepada anaknya guna memenuhi kebutuhan nutrisi pada
anaknya.

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

VI. Stress dan koping keluarga


25. Stressor jangka pendek
Keadaan An. B dengan masalah gizi menjadi stressor bagi keluarga Bpk S.
Ditambah lagi dengan cicilan motor yang belum lunas, menjadi pikiran keluarga
bapak S.
26. Stressor jangka panjang
Ibu Y mengatakan stressor jangka panjang yang dialami keluarga ialah masalah
biaya untuk masa depan keluarga, apabila ada keluarga yang sakit parah sementara
keluarga Bapak S tidak mempunyai jaminan kesehatan. Ibu Y juga mengatakan
sering memikirkan biaya untuk kebutuhan masa depan kedua anaknya.
27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga tidak pernah membesar-besarkan masalah yang dialaminya. Setiap
masalah berusaha dihadapi dengan tenang dan dicari jalan penyelesaiannya secara
musyawarah.
28. Strategi koping yang digunakan
Keluarga memiliki koping yang baik dalam menyelesaikan masalah kesehatan
anggota keluarga. Jika timbul masalah dalam keluarga akan dibicarakan bersama
untuk mencari jalan penyelesaiannya. Untuk menghilangkan stress, keluarga
menonton televisi sambil berbincang-bincang.
29. Strategi adaptasi disfungsional
Saat ini tidak ada strategi adaptasi disfungsional dalam keluarga Bpk S.

VII. Harapan Keluarga


Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga
dapat terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga
sehingga keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat. Keluarga juga berharap mahasiswa
dapat memberikan informasi tentang perawatan bagi anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan di rumah, terutama cara-cara untuk mengatasi penyakit yang dialami
keluarga sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan dalam keluarga.

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

VIII. Pemeriksaan fisik


1. Bapak S
Tidak dilakukan pemeriksaan/ tidak terkaji
2. Ibu Y
No Pemeriksaan Hasil
1 Tanda Vital Suhu: 36,5C Nadi: 76x/menit
RR: 18x/menit TD: 110/90 mmHg
2 BB 53 Kg
3 TB 158 cm BMI= 21,23  normal
4 Kepala Rambut hitam, tebal, distribusi rambut merata
5 Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
6 Telinga Nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen
(-)
7 Hidung Tidak ada kelainan, sekret (-)
8 Mulut dan gigi Gigi masih utuh, bibir simetris, lidah berwarna merah
jambu, sariawan (-)
9 Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
10 Dada/thorax Tidak ada pembesaran, tidak ada ronkhi dan tidak ada
wheezhing, S1 & S2 normal, Payudara kanan dan kiri
simetris, Aerola hitam, Puting menonjol

11 Abdomen Perut datar, tidak ada lesi


12 Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555

13 Kulit Warna cokelat, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit
elastis, lembab
14 Pemeriksaan tambahan Glukosa: 88 mg/dl
3. An.A
No Pemeriksaan Hasil
1 Tanda Vital Suhu: 36,3C Nadi: 96x/menit
RR: 22x/menit
2 BB 25kg

10

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
3 TB 132 cm BMI= 14,34  gizi baik
4 Kepala Rambut hitam, tipis, distribusi rambut merata
5 Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
6 Telinga Nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen
(-)
7 Hidung Tidak ada kelainan, sekret (-)
8 Mulut dan gigi Gigi masih utuh, bibir simetris, lidah berwarna merah
jambu, sariawan (-)
9 Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
10 Dada/thorax Tidak ada pembesaran, tidak ada ronkhi dan tidak ada
wheezhing, S1 & S2 normal
11 Abdomen Perut datar, tidak ada lesi
12 Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555

13 Kulit Warna putih, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit
elastis, lembab
4. An.B
No Pemeriksaan Hasil
1 Tanda Vital Nadi: 98x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,50C (aksila)
2 BB 7,2kg
3 TB 72 cm
4 IMT - BB/U: sangat kurus (tepat di -3SD= 7,2kg)
- PB/U: pendek (diantara -3SD= 70,6 dan -2SD=73,1)
- BB/PB: kurang (diantara -3SD= 7,1 dan -2SD= 7,7)
5 Kepala rambut tipis, kemerahan
5 Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
6 Telinga Nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen
(-),bentuk normal
7 Hidung Tidak ada kelainan, sekret (-), tidak ada pembesaranpolip
8 Mulut dan gigi Gigi masih utuh, bibir simetris, lidah berwarna merah

11

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

jambu, sariawan (-), mukosa lembap, halitosis (-)


9 Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid
10 Dada/thorax Tidak ada pembesaran, tidak ada ronkhi dan tidak ada
wheezhing, S1 & S2 normal, retraksi (-), bunyi napas
vesikuler
11 Abdomen Perut datar, tidak ada lesi, lunak, nyeri tekan (-)
12 Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
Tonus otot baik, sianosis (-), CRT kurang dari 3 detik,
Akral hangat, Lingkar lengan = 12cm (kategori kurus,
diantara -3SD = 11,6 dan -2SD = 12,6)
13 Kulit Warna kulit terlihat kusam, lesi (-), integritas kulit utuh,
turgor kulit elastis, lembab, sianosis (-), jaundice (-)

12

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

ANALISIS DATA

DIAGNOSIS
No DATA
KEPERAWATAN
1. Data Subjektif Ketidakseimbangan nutrisi
- Ibu Y mengatakan ia tidak mengetahui kurang dari kebutuhan tubuh
mengapa anaknya makin lama makin pada An.B
kurus.
- Ibu Y mengatakan An.B hanya makan 3-5
suap setelah itu An. B tidak mau makan
lagi.
- Ibu Y mengaku jarang memasak sayur.
- Ibu Y sering membeli makanan di luar
karna sibuk
- Ibu Y mengaku jarang menyediakan menu
lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.B.
- Ibu Y sering membelikan jajanan untuk
An.B di warung, seperti makanan ringan,
bolu kemasan, ataupun teh kemasan,
apabila An.B tidak mau makan.
- Ibu Y sudah menyadari kondisi anaknya
yang kurus, namun ibu Y sendiri mengaku
tidak tahu apa yang harus dilakukan.
- Ibu Y mengaku belum paham mengenai
gizi kurang.
- Ibu Y mengatakan ia belum pernah
membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan terkait masalah gizi anaknya,
hanya ke posyandu rutin untuk meninbang
sehingga dapat memantau berat badan
An.B.
- Ibu Y mengatakan tidak memberikan susu
formula dengan alasan An.B tidak
menyukai susu formula.
Data Objektif
- An.B tampak kurus
- BB: 7,2 kg
- PB: 72cm
- IMT:
 BB/U: sangat kurus (tepat di -3SD=
7,2kg)
 PB/U: pendek (diantara -3SD= 70,6
dan -2SD=73,1)
 BB/PB: kurang (diantara -3SD= 7,1
dan -2SD= 7,7)
- Rambut kemerahan, tipis
- Lingkar lengan atas 12cm (kategori

13

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

kurus, diantara -3sd = 11,6 dan -2sd =


12,6)
- Warna kulit terlihat kusam,
- Anak tampak lemas dan rewel.

2. Data Subjektif Ketidakefektifan pemberian


- Ibu Y mengatakan memberikan ASI ASI pada ibu Y
kepada an.B sejak lahir sampai saat ini,
namun ASI yang keluar sedikit, ibu Y
tidak tahu penyebabnya mengapa
- Ibu Ymengaku telah makan makanan
yang bergizi seperti mengandung sayur
dan lauk saat hamil dan menyusui.
- Ibu Y mengatakan dari dulu ASI yang
keluar hanya dari payudara sebelah
kanan, dan jumlahnya sedikit.
- Ibu Y mengatakan ia pernah menanyakan
kepada bidan, namun bidan mengatakan
hal tersebut bukanlah suatu masalah yang
berarti.
- Ibu Y mengatakan ia tidak pernah
melakukan perawatan payudara karena ia
tidak mengetahui caranya.
- Ibu Y mengatakan ia ingin memberikan
ASI kepada anaknya guna memenuhi
kebutuhan nutrisi pada anaknya.
Data Objektif
- Payudara kanan dan kiri simetris
- Aerola hitam
- Puting menonjol
- ASI tampak sedikit
- BB lahir An.B 3800kg, PB lahir 42cm
- BB An.B saat ini= 7,2kg
- PB saat ini= 72cm
- BB/PB An.B= kurang (diantara -3SD=
7,1 dan -2SD= 7,7)

14

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

SKORING DATA

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B

Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah : 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini menjadi masalah
aktual yang terjadi saat ini dan menjadi
kekhawatiran Ibu Y

Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Ibu Y ingin sekali An.B sembuh


masalah untuk dari masalah kurang gizi, ia ingin
diubah : anaknya berada dalam status gizi
sebagian baik, namun ibu Y mengaku agak
sulit membuat An.B makan
banyak

Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga menganggap bahwa


masalah untuk masalah ini cukup serius karena
dicegah : kan berdampak pada kesehatan
tinggi

Menonjol-nya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga menganggap masalah ini


masalah : perlu ditangani segera
segera
ditangani
TOTAL 4
SKOR

2. Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y

Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah : 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
aktual yang timbul saat ini dan menjadi
kekhawatiran Ibu Y

Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Ibu Y ingin mengubah masalah


masalah untuk menyusui yang dialami, namun
diubah : ibu Y khawatir masalahnya akan

15

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275

sebagian sulit diatasi karena saat ini An.B


telah berusia 14 bulan, sehingga
ASI nya sudah sedikit sekali.

Potensi 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Keluarga menganggap masalah


masalah untuk menyusui bukanlah masalah
dicegah : kesehatan yang serius selagi
rendah masih bisa diganti oleh susu
formula

Menonjol-nya 0 2 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga menganggap bahwa


masalah : masalah menyusui merupakan
tidak masalah yang biasa yang
dirasakan umumnya terjadi pada perempuan
sehingga masalah tidak terlalu
drasakan
TOTAL 2 1/3
SKOR

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B = 4
2. Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y = 2 1/3

16

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Keperawatan


Keperawatan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Gangguan Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan
pemenuhan pertemuan pertemuan I
kebutuhan nutrisi: sebanyak 4 kali sebanyak 1x45
kurang dari kunjungan, menit, keluarga
kebutuhan tubuh keluarga mampu mampu mengenal
pada An. memenuhi masalah kurang
kebutuhan nutrisi gizi.
anak Z yang
ditandai dengan 1.1 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
peningkatan BB definisi gizi. Gizi yaitu zat-zat yang diketahui keluarga mengenai pengertian gizi.
ada di dalam makanan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
yang diperlukan tubuh pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi
untuk kelangsungan yang benar.
kehidupannya. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian gizi dengan menggunakan media
flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

1.2 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
definisi kurang gizi Kurang gizi adalah diketahui keluarga mengenai pengertian kurang
17

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


suatu keadaan dimana gizi.
tubuh tidak b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
mendapatkan zat-zat pemahaman keluarga mengenai pengertian
tubuh tertentu dari kurang gizi yang benar.
makanan. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
pengertian kurang gizi dengan menggunakan
media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.

1.3 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
tanda dan gejala mampu menyebutkan 4 diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala
masalah kurang gizi. dari 5 tanda dan gejala kurang gizi.
kurang gizi, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. badan kurus. pemahaman keluarga mengenai tanda dan
b. Rambut tipis dan gejala kurang gizi.
mudah dicabut. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
c. Lemah dan pucat. tanda dan gejala kurang gizi dengan
d. Kulit kering dan menggunakan media flip chart
kusam. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
e. Kaki, tangan, dan bertanya tentang materi yang disampaikan
sekitar mata e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
bengkak. belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
18

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.

1.4 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab timbulnya mampu menyebutkan 3 keluarga mengenai penyebab kurang gizi.
masalah kurang gizi. dari 4 penyebab kurang b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
gizi, yaitu: pemahaman keluarga mengenai penyebab
a. makanan yang kurang gizi yang benar.
masuk ke dalam c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tubuh kurang dari penyebab timbulnya kurang gizi dengan
kebutuhan tubuh. menggunakan media flip chart
b. Makanan yang d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
masuk ke dalam bertanya tentang materi yang disampaikan
tubuh tidak e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
seimbang. belum dimengerti
c. Makan tidak f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
teratur. telah dijelaskan
d. Adanya penyakit g. Berikan reinforcement positif atas usaha
tertentu. keluarga

1.5 Mengidentifikasi Respon verbal Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
anggota keluarga yang anak mengalami keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
mengalami kurang kurang gizi dengan tubuh kekurangan gizi.
gizi. menyebutkan tanda dan b. Berikan reinforcement positif atas apa yang
gejala tubuh yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
kekurangan zat gizi.
2. Setelah dilakukan
pertemuan ke 1
sebanyak 1x40
menit, keluarga
mampu
19

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang
mengalami kurang
gizi.

2.1 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
akibat kurang gizi. mampu menyebutkan 2 diketahui keluarga mengenai akibat kurang
dari 3 akibat kurang gizi.
gizi, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. gangguan pemahaman keluarga mengenai akibat kurang
pertumbuhan. gizi.
b. Mudah terserang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyakit. kurang gizi dengan menggunakan media flip
c. Menurunkan daya chart
pikir/kecerdasan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

2.2 Pengambilan Respon afektif Keluarga memutuskan a. Bantu keluarga untuk mengenal dan
keputusan untuk untuk merawat anak menyadari adanya masalah kurang gizi sesuai
mengatasi anggota yang mengalami dengan materi yang telah diberikan.
keluarga yang kurang gizi. b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
mengalami kurang anggota keluarga yang mengalami kurang gizi
gizi. c. Berikan reinforcement atas keputusan yang
20

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


telah diambil
3. Setelah dilakukan
kunjungan selama
5x45 menit,
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami kurang
gizi.

3.1. Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara mengatasi mampu menyebutkan 3 dilakukan untuk meningkatkan berat badan
masalah kurang gizi. dari 4 cara mengatasi anak Z.
kurang gizi, yaitu: b. Diskusikan cara mengatasi kurang gizi atau
a. makan makanan cara untuk meningkatkan berat badan anak Z.
yang seimbang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
(triguna makanan). cara mengatasi kurang gizi atau cara untuk
b.Makanan sesuai meningkatkan berat badan anak Z dengan
dengan kebutuhan menggunakan media flip chart.
balita (1200 kkal). d. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
c. Makan yang teratur. materi yang telah disampaikan.
d.Menggunakan e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
prinsip penyajian yang dicapai oleh keluarga.
makanan.

3.2 Menyebutkan dan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
mendemonstrasikan dan porsi makan untuk diketahui keluarga mengenai porsi makan
porsi makanan untuk psikomotor balita usia 14 bulan balita
balita usia 14 bulan dalam sehari ialah: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. Nasi 3 porsi (1 porsi= pemahaman keluarga mengenai porsi makan
¾ gelasatau 100gr); yang benar.
21

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


b.Sayuran 1 ½ porsi (1 c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
porsi= 1 gelas setelah porsi makan balita menggunakan media flip
dimasak); chart dan demonstrasi
c. Buah 3 porsi; d. Anjurkan keluarga untuk melakukan
d.Lauk nabati 1 porsi redemonstrasi mengenai penakaran porsi
(1 porsi= 2 potong makan balita usia 14 bulan.
sedang); e. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
e. Lauk hewani 1 porsi bertanya tentang materi yang disampaikan.
(1 porsi = 1 potong f. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
sedang); belum dimengerti.
f. Asi, susu 1 porsi (1 g. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
gelas) yang telah dijelaskan.
h. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga.

3.3 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
triguna makanan. komponen Triguna diketahui keluarga mengenai triguna makanan.
makanan beserta 2 b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
contohnya : pemahaman keluarga mengenai triguna
1. zat tenaga, sebagai makanan yang benar.
sumber tenaga c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
untuk beraktivitas triguna makanan dengan menggunakan media
dan sumber flip chart.
makanan pokok d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
(karbohidrat) bertanya tentang materi yang disampaikan.
seperti, nasi, roti, e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
gula, singkong, ubi, belum dimengerti.
dll. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
2. Zat pembangun, yang telah dijelaskan.
sebagai pupuk g. Berikan reinforcement positif atas usaha
untuk proses keluarga.
berpikir, terdapat
22

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


dalam lauk pauk
(protein dan
lemak), seperti
ikan, telur, tempe,
daging, susu, dll.
3. zat pengatur,
sebagai pengatur
lalu lintas (polisi)
makanan, terdapat
dalam buah dan
sayur (vitamin dan
mineral) seperti,
wortel, jeruk,
nanas, bayam,
kangkung, dll.

3.3 Mendemonstrasi- Respon Anggota keluarga a. Demonstrasikan cara pemilihan makanan


kan cara pemilihan psikomotor mampu berdasarkan triguna makanan kepada keluarga.
makanan mendemonstrasikan b. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan
berdasarakan triguna pemilihan makanan kembali
makanan berdasarkan triguna c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
makanan bertanya mengenai materi yang diberikan
d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
secara mandiri.
e. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

3.4 Menyusun jadwal Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana
menu harian & psikomotor mampu menyusun penyusunan menu
berdasarkan triguna jadwal menu b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
makanan berdasarkan triguna cara menyusun jadwal menu berdasarkan triguna
23

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


makanan makanan
c. Anjurkan keluarga untuk membuat menu harian
berdasarkan triguna makanan
d. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan.
e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
yang dicapai oleh keluarga.

3.5 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan cara
mengolah makanan. mampu menyebutkan 3 mengolah makanan.
dari 4 cara mengolah b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
makanan, yaitu: cara mengolah makanan dengan menggunakan
1. sayuran dan buah media flip chart.
dicuci di air yang c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
mengalir terlebih materi yang telah disampaikan.
dahulu baru d. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
dipotong-potong. yang dicapai oleh keluarga.
2. Sayuran dimasak
jangan terlalu lama.
3. Alat-alat masak
dan makan dicuci
bersih.
4. Cuci tangan
sebelum masak
dan makan.

3.6 Mendemonstrasi- Respon Mahasiswa dan a. Demonstrasikan cara mengolah makanan


kan cara mengolah psikomotor keluarga mengolah kepada keluarga.
makanan. makanan yang b. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan
sederhana, yaitu mengolah makanan bersama mahasiswa.
memasak sayur bayam. c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
Caranya sebagai bertanya mengenai materi yang diberikan
24

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


berikut: Sayuran dicuci d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
di air mengalir secara mandiri.
kemudian dipotong- e. Berikan reinforcement positif atas usaha
potong dan keluarga
dimasukkan saat air
mendidih. Sebelumnya
masukkan terlebih
dahulu bawang merah,
bawang putih, cabai,
garam, dan
secukupnya. dan
diangkat saat sayuran
tidak menjadi layu.

3.7 Menyebutkan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
cemilan sehat, menyebutkan cemilan diketahui keluarga mengenai cemilan sehat
manfaat, serta sehat ialah cemilan/ b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
contohnya makan selingan yang pemahaman keluarga mengenai cemilan sehat
disediakan di sela jam yang benar.
makan balita yang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
terbuat dari bahan cemilan sehat dengan menggunakan media flip
makanan yang aman leaflet.
yang mengandung d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
komponen gizi untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
membantu memenuhi e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
kebutuhan gizi belum dimengerti.
seimbang baita. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
Manfaatnya ialah: yang telah dijelaskan.
a. Aman bagi balita g. Berikan reinforcement positif atas usaha
b. Mengandung keluarga.
komponen gizi
c. Mudah dibuat
25

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


dirumah oleh ibu
balita
d. Bahan mudah
diperoleh dengan
harga terjangkau
e. Membantu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
anak
Contohnya yaitu
nagasari, bubur
sumsum, kacang hijau,
bukan makanan MSG,
buah, susu UHT.
3.8 Mendemonstrasi-
kan pembuatan Respon Mahasiswa dan a. Demonstrasikan cara mengolah makanan
cemilan/selingan psikomotor keluarga mengolah kepada keluarga.
sehat yaitu puding cemilan yang b. Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan
TKTP sederhana, yaitu mengolah makanan bersama mahasiswa.
membuat puding tinggi c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
karbohidrat tinggi bertanya mengenai materi yang diberikan
protein d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
secara mandiri.
e. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
sebanyak 1x40
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
26

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


lingkungan untuk
merawat.

4.1 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
penyajian & afektif mampu menyebutkan 3 menyajikan makanan.
makanan. dari 4 cara menyajikan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
makanan, yaitu: pemahaman keluarga yang benar.
a. jenis makanan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
bervariasi setiap cara menyajikan makanan dengan
harinya. menggunakan media flip chart.
b. Mengkombinasikan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
jenis makanan bertanya tentang materi yang disampaikan.
hewani dan nabati. e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
c. Perhatikan jadwal belum dimengerti.
menu makanan. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
d. Jumlah makanan yang telah dijelaskan.
sesuai dengan g. Berikan reinforcement positif atas usaha
kebutuhan keluarga.

4.2 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
mengatasi anak yang & afektif mampu menyebutkan 4 mengatasi anak yang tidak bersedia makan
tidak bersedia makan. dari 5 prinsip cara b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
mengatasi anak yang pemahaman keluarga yang benar.
tidak bersedia makan, c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
yaitu: cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
a. jangan dipaksa dengan menggunakan media flip chart.
tapi, ikuti d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
keinginan anak bertanya tentang materi yang disampaikan.
misalnya, sambil e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
bermain. belum dimengerti.
b. Beri makan sesuai f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
27

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


selera anak Zan yang telah dijelaskan.
tidak g. Berikan reinforcement positif atas usaha
membosankan. keluarga.
c. Jangan memberi
makanan yang
manis sebelum
makan.
d. Sajikan makanan
dalam bentuk
menarik.
e. Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi, sering.

4.3 Memodifikasi Respon Verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga tentang
lingkungan yang & afektif mampu menyebutkan 3 modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
mendukung untuk dari 4 lingkungan yang status gizi balita.
meningkatkan status mendukung untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
gizi balita. meningkatkan status pemahaman keluarga yang benar.
gizi balita, yaitu: c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
a. makan bersama modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
anggota keluarga status gizi balita dengan menggunakan media
yang lain. flip chart.
b. Menggunakan alat d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
makan yang bertanya mengenai materi yang dibahas
menarik. e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
c. Makan sambil yang telah dibahas
bercerita. f. Berikan reinforcement positif atas usaha
d. Jenis makanan keluarga.
bervariasi dan
menarik.
5. Setelah dilakukan
28

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


pertemuan 4,
selama 1x40 menit
keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan gizi
balita.

5.1 Menyebutkan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
fasilitas pelayanan menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan yang kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas
terdapat disekitar dikunjungi: kesehatan yang dapat dikunjungi
lingkungan tempat - Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha
tinggal terkait dengan - Rumah sakit keluarga
peningkatan status - Klinik dokter
gizi balita.

5.2 Menjelaskan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
manfaat mengunjungi menyebutkan manfaat diketahui keluarga mengenai manfaat
fasilitas pelayanan kunjungan: mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan sesuai - Mendapatkan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
jadwal. pemeriksaan pemahaman keluarga mengenai manfaat
kesehatan anak. tersebut
- Mendapatkan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyuluhan atau manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media flip
kesehatan. chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
29

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

5.3 Mengunjungi Respon afektif Keluarga rutin a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas pelayanan mengunjungi kesehatan.
kesehatan pelayanan kesehatan b. berikan reinforcement positif atas usaha
untuk pemeriksaan keluarga untuk menggunakan fasilitas
kesehatan anak pelayanan kesehatan.

30

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Intervensi
Keperawatan Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan Setelah Setelah pertemuan 3x
pemberian ASI dilakukan 45 menit, keluarga
pada ibu Y tindakan mampu :
keperawatan
dalam waktu 1.Mengenal menyusui Verbal ASI merupakan sumber Dengan menggunakan lembar balik
2 minggu pada anggota keluarga gizi yang sangat ideal 1.1.1 Jelaskan pada keluarga tentang pengertian ASI.
keluarga dengan : dengan komposisi yang 1.1.2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
dapat a. Menjelaskan seimbang dan sesuai kembali pengertian caries gigi
melakukan pengertian ASI dengan kebutuhan 1.1.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
pemberian pertumbuhan bayi, diberikan keluarga.
ASI secara karena ASI adalah
efektif makanan bayi yang
paling sempurna baik
secara kualitas maupun
kuantitas

b. Menjelaskan Verbal Menyusui adalah 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang pengertian
pengertian memberikan makanan menyusui.
menyusui kepada bayi yang 1.2.2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
langsung dari payudara kembali pengertian caries gigi
1.2.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
diberikan keluarga.

c. Menyebutkan Verbal 3 dari 6 Faktor yang 1.3.1 Diskusikan dengan keluarga faktor yang
faktor-faktor yang menghambat proses menghambat proses menyusui
menghambat menyusui: 1.3.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
proses menyusui 1. Kelainan pada bayi faktor penghambat proses menyusui
(kelainan mencerna 1.3.3 Jelaskan kembali faktor penghambat menyusui
31

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


ASI, kelainan mulut) dengan bahasa yang lebih sederhana jika keluarga
2. Kelainan pada ibu belum mencapai standar yang ditentukan.
(hormon, kelenjar 1.3.4 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
payudara) diberikan kel.
3. Salah posisi dalam
menyusui
4. Obat yang dikonsumsi
ibu
5. Kurangnya motivasi
pada ibu yang dilihat
dengan kurang sering
menyusui atau
memerah payudara
6. Kurangnya gizi ibu
7. Kurangnya
pengetahuan ibu
tentang menyusui

d. Menyebutkan Verbal 3 dari 6 Manfaat 1.4.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
manfaat menyusui menyusui bagi anak: bayi
bagi anak 1. anak mendapat 1.4.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
immunoglobulin untuk 1.4.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat
melindunginya dari menyusui yang telah di jelaskan.
banyak penyakit dan 1.4.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
infeksi 1.4.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
2. anak lebih optimal
dalam perkembangan
3. anak lebih jarang
mengalami diare dan
penyakit saluran cerna
lain
4. jenis protein dalam
32

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


ASI mengurangi
kemungkinan
timbulnya reaksi
alergi
5. Mengurangi
kemungkinan anak
terkena berbagai
penyakit kronik di
kemudian hari
6. menyusui
meningkatkan kontak
ibu-anak

e. Menyebutkan Verbal 3 dari 5 Manfaat 1.5.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
manfaat menyusui menyusui bagi ibu: ibu
bagi Ibu 1. mencegah perdarahan 1.5.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
dan anemia pasca 1.5.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat
melahirkan menyusui yang telah di jelaskan.
2. mengurangi risiko 1.5.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
kanker ovarium dan 1.5.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
payudara
3. memberikan rasa
dibutuhkan
4. mempercepat kembali
ke berat semula pasca
melahirkan
5. sebagai metoda KB
dengan syarat bayi
diberi ASI ekslusif
sebelum 6 bulan

f. Menyebutkan Verbal 2 dari 3 manfaat 1.6.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
33

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


manfaat menyusui menyusui bagi keluarga: ibu
bagi keluarga 1. mudah pemberiannya 1.6.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
2. menghemat biaya 1.6.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat
3. anak sehat, jarang menyusui yang telah di jelaskan.
sakit 1.6.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
1.6.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.

2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan untuk
merawat masalah
pemberian ASI pada
anggota keluarga :
a. Menjelaskan akibat Verbal 2 dari 4 Akibat tidak 2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat
tidak menyusui menyusui tidak menyusui
1. Anak mudah sakit 2.1.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
2. Nutrisi yang didapat 2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali
anak kurang dari akibat jika caries gigi tidak ditangani.
kebutuhan tubuhnya 2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
3. Risiko kanker
payudara pada ibu
akibat ASI yang tidak
dikeluarkan
4. Perasaan tidak nyaman
pada payudara ibu
akibat payudara
membengkak

b. Mengambil Verbal Ungkapan merawat 2.2.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara merawat
keputusan masalah menyusui pada masalah menyusui pada anggota keluarga yang
34

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


merawat anggota anggota keluarga. telah dilakukan.
keluarga dengan 2.2.2 Bimbing dan motivasi keluarga untuk
masalah memutuskan merawat masalah menyusui pada
menyusui anggota keluarga dengan tepat.
2.2.3 Beri reinforcement positif atas keputusan
keluarga.

3. Keluarga mampu
merawat masalah
pemberian ASI pada
anggota keluarga
dengan
a. Menjelaskan Verbal Cara-cara merawat 3.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang cara
cara perawatan masalah menyusui: perawatan anggota keluarga dengan masalah
masalah 1. Mulailah menyusui menyusui.
pemberian ASI pada saat anak baru 3.1.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
dilahirkan apa yang telah disampaikan.
2. Lakukan menyusui 3.1.3 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga
dengan kedua belum mampu mengungkapkan sesuai dengan
payudara secara standar.
bergantian 3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
3. Lakukan perawatan keluarga.
payudara
4. Berikan posisi yang
nyaman saat menyusui
bagi ibu dan anak
5. Tetap menyusui
apabila ibu bekerja
dengan memompa
35

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


ASI dan menyimpan
dalam botol, dan
hangatkan apabila
ingin diberikan
6. Makan makanan yang
menyehatkan (buah,
sayur, ikan laut,
daging dan susu).

b. Mendemonstrasikan Redemons- Merawat payudara pada 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat payudara pada
cara perawatan trasi anggota keluarga: anggota keluarga.
payudara Cara merawat payudara 3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
yang benar: kembali apa yang telah diajarkan.
1. Membersihkan puting 3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih
susu dengan memerlukan.
mengompres kedua 3.2.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
puting susu dengan
kapas yang sudah
dibahasi baby oil/
minyak selama 3-5
menit setelah itu usap
daerah puting dengan
kapas untuk
mengangkat kotoran
2. Memijat payudara
dengan memakai
kedua tangan,
sekeliling payudara
diurut memutar searah
jarum jam dan
kemudian berbalik
arah/berlawanan
36

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


jarum jam. Setelah itu
lakukan pengurutan
dari bawah menuju
puting.
3. Mengompres kedua
payudara dengan
waslap hangat
bergantian dengan
waslap dingin selama
5 menit.

c. Merawat masalah Kunjungan Melakukan perawatan 3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat
menyusui pada tidak masalah menyusui masalah menyusui pada anggota keluarga
anggota keluarga terencana 3.3.2 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.

4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
untuk merawat
masalah menyusui
a. Menyebutkan Verbal Modifikasi lingkungan 4.1.1 Diskusikan dengan keluaraga cara memodifikasi
modifikasi dalam merawat masalah lingkungan untuk merawat masalah menyusui
lingkungan menyusui : 4.1.2 Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali
dalam merawat 1. Estimasi pekerjaan hal yang telah di diskusikan.
masalah dan lamanya waktu 4.1.3 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
menyusui menyusui 4.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
2. Sediakan keluarga.
kenyamanan dan
privasi saat menyusui
3. Menyusui sepanjang
bayi menginginkan
37

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


4. Diet seimbang selama
menyusui
5. Gunakan bra yg
nyaman dan menyerap
6. Hindari penggunaan
pil KB selama
menyusui
7. Hindari rokok selama
menyusui
8. Istirahat secara teratur
9. Kontak dengan
petugas kesehatan
sebelum minum obat
selama menyusui

b. Melakukan Kunjungan Melakukan modifikasi 4.2.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam


modifikasi tidak lingkungan merawat memodifikasi lingkungan dalam merawat
lingkungan untuk terencana masalah menyusui masalah menyusuipada anggota keluarga.
merawat masalah 4.2.2 Beri reinforcement positf atas perilaku yang
menyusui positif yang telah dilakukan keluarga.

5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
dan sosial untuk
merawat anggota
keluarga dengan
caries gigi.
a. Menyebutkan Verbal Fasilitas kesehatan dan 5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan
fasilitas sosial yang dapat yang digunakan keluarga dalam merawat
kesehatan yang digunakan keluarga anggota keluarga dengan masalah kesehatan
38

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


tersedia. untuk menangani 5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan
masalah pada anggota yang akan digunakan.
keluarga 5.1.3 Beri pujian atas pilihan keluarga.
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Dokter praktik
4. Praktik swasta lainnya

b. Menyebutkan Verbal Manfaat fasilitas 5.2.1 Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang


manfaat fasilitas kesehatan: Memberi manfaat fasilitas kesehatan.
kesehatan. informasi/ tentang cara 5.2.2 Diskusikan dengan keluarga manfaat fasilitas
menyusui dan perawatan kesehatan.
masalah menyusui 5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat
fasilitas kesehatan.
5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
keluarga.

c. Memanfaatkan Pada Kunjungan keluarga ke 5.3.1 Motivasi keluarga untuk memanfaatkan


fasilitas kunjungan fasilitas kesehatan/sosial fasilitas kes.
kesehatan tidak untuk membawa anggota 5.3.2 Evaluasi penyalahgunaan fasilitas kesehatan
terencana merawat masalah oleh keluarga.
kesehatan 5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah
memanfaatkan fasilitas kesehatan

39

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal
1 21 Mei Ketidakseimbangan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai S:
2013 nutrisi: kurang dari pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang,  Ibu Y mengatakan gizi seimbang adalah makanan
kebutuhan tubuh penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi yang dimakan mengandung zat tenaga, pembangun
kurang dan pengatur
 Membantu keluarga mengidentifikasi anggota  Ibu Y menyebutkan zat tenaga untuk sumber energi,
keluarga dengan masalah gizi kurang dengan pembangun pertumbuhan badan dan pengatur
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang pelindung dari penyakit
mempunyai tanda seperti yang telah disebutkan  Ibu Y menyebutkan penyebab gizi gizi kurang karena
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai ekonomi, penyakit, makanan tidak seimbang, kondisi
akibat lanjut dari gizi kurang lingkungan dan pola asuh keluarga
 Memotivasi dan membantu keluarga untuk  Ibu Y menyebutkan tanda dan gejala gizi tidak
memutuskan merawat anggota keluarga yang seimbang anak kurus, rambut rontok, lemas dan tidak
mengalami gizi kurang bersemangat
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara  Ibu Y menyebutkan akibat gizi kurang yaitu mudah
mengatasi masalah gizi kurang sakit, prestasi menurun, gangguan perkembangan
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk  Ibu Y mengatakan akan lebih mengontrol gizi dan
bertanya makanan yang dimakan An. B
 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu Y menyebutkan cara mengatasi gizi kurang yaitu
keluarga makan makanan yang seimbang; Makanan sesuai
dengan kebutuhan balita (1200 kkal); Makan yang
teratur; menggunakan prinsip penyajian makanan.
O:
 Ibu Y mampu menjelaskan kembali pengertian gizi
seimbang dengan benar
 Ibu Y mampu menyebutkan manfaat dari gizi
seimbang (zat tenaga, pembangun dan pengatur)
dengan benar dan di stimulus
40

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Ibu Y mampu menyebutkan penyebab gizi tidak
seimbang dengan benar
 Ibu Y mampu menyebutkan tanda dan gejala gizi tidak
seimbang dengan benar
 Ibu Y mampu menyebutkan akibat dari gizi tidak
seimbang
 Ibu Y mampu menyebutkan cara mengatasi gizi
kurang
A:
 Keluarga telah mampu mengenal masalah gizi tidak
seimbang
 Keluarga telah mampu mengambil keputusan dalam
merawat An. Dengan masalah gizi tidak seimbang
 Keluarga telah mampu merawat anggota keluarga
yang mengalami gizi tidak seimbang
P:
 Evaluasi Tuk 1-3
 Melanjutkan Tuk 3: mendiskusikan dan
mendemnostrasikan porsi makan sehari untuk anak
usia 14 bulan

2 24 Mei Ketidakseimbangan  Mengevaluasi TUK 1-3 yang dilakukan pada hari S:


2013 nutrisi: kurang dari sebelumnya  Ibu Y mengatakan porsi makan anak penting untuk
kebutuhan tubuh  Mendiskusikan bersaama keluarga porsi makan diletahui untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sesuai
sehari untuk anak usia 14 bulan usianya
 Mendemonstrasikan porsi makan yang diberikan  Ibu Y mengatakan selama ini tidak mengetahui porsi
untuk anak usia 14 bulan dalam sehari yang tepat untuk an.B
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk  Ibu Y mengatakan porsi untuk anak usia 14 bulan
bertanya ialah Nasi 3 porsi (1 porsi= ¾ gelasatau 100gr);
 Memberi reinforcement positif atas jawaban Sayuran 1 ½ porsi (1 porsi= 1 gelas setelah dimasak);
keluarga Buah 3 porsi; Lauk nabati 1 porsi (1 porsi= 2 potong
sedang); Lauk hewani 1 porsi (1 porsi – 1 potong
41

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


sedang); Asi, susu 1 porsi (1 gelas)
 Ibu Y mengatakan senang karena telah mengetahui
porsi untuk an.B
O:
 Ibu Y terlihat antusias
 Ibu Y dapat mendemonstrasikan penakaran untuk
porsi anak usia 14 bulan dalam sehari dengan benar
A: TUK 3 tercapai sebagian
P: Melanjutkan TUK 3: triguna makanan dan
mendemonstrasikan pemilahan makanan berdasarkan
triguna makanan
3 27 Mei Ketidakseimbangan  Mengevaluasi pemahaman keluarga mengenai S:
2013 nutrisi: kurang dari porsi makan untuk balita usia 14 bulan  Ibu Y menyebutkan gizi seimbang adalah makan
kebutuhan tubuh  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai yang mengandung karbohidrat, proteiin, dan sayur-
triguna makanan sayuran
 Mendemonstrasi pemilihan makanan berdasarkan  Ibu Y mengatakan karhobidrat sumber tenaga, protein
triguna makanan pembangun, sayur dan buah-buahan pengatur
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk  Ibu N mengatakan peyebab gizi kurang, penyakit,
bertanya ekonomi, anak susah makan, dan orang tua yang cuek
 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu N menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang anak
keluarga kurus, rambut rontok, lemas,
 Ibu Y menyebutkan triguna makanan, zat pembangun
adalah makanan karbohidrat seperti nasi, ubi-ubian,
kentang, mie, roti. Zat pembangun yaitu makan yang
berprotein daging, ayam, ikan. Zat pengatur yaitu
buah-buahan dan sayur-sayuran
O:
 Ibu Y mampu menjelaskan kembali pengertian gizi
seimbang dengan benar
 Ibu Y mempu menyebutkan triguna makanan dengan
stimulus
 Ibu Y mampu menyebutkan penyebab, tanda dan
42

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


gejala gizi kurang dengan benar
A: Keluarga telah mampu merawat anggota keluarga
dengan masalah gizi tidak seimbang ( menyusun menu
makanan dan menyiapkan makanan Seimbang)
P: Melanjutkan TUK 3: menyusun menu seimbang
4 31 Mei Ketidakseimbangan  Mengevaluasi pemahaman keluarga mengenai S:
2013 nutrisi: kurang dari Triguna Makanan, definisi gizi seimbang, dan  Ibu Y menyebutkan triguna makanan, zat pembangun
kebutuhan tubuh contoh dari setiap komponennya adalah makanan karbohidrat seperti nasi, ubi-ubian,
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai menu kentang, mie, roti. Zat pembangun yaitu makan yang
seimbang untuk anak umur 14 bulan berprotein daging, ayam, ikan. Zat pengatur yaitu
 Menyusun bersama keluarga jadwal menu buah-buahan dan sayur-sayuran
seimbang berdasarkan triguna makanan  Ibu Y mengatakan telah menyusun jadwal makanan
 Memotivasi keluarga untuk menyediakan menu sampai hari Jumat.
seimbang yang telah dijadwalkan  Ibu Y mengatakan akan memasak dan menyiapkan
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk makan sesuai dengan menu makanan yang telah dibuat
bertanya O:
 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu Y sudah mampu menyusun menu makanan
keluarga seimbang untuk 7 hari
 Ibu Y mampu menyebutkan triguna makanan dengan
stimulus
A: Keluarga telah mampu merawat anggota keluarga
dengan masalah gizi tidak seimbang ( menyusun menu
makanan dan menyiapkan makanan Seimbang)
P:
 Melanjutkan TUK 3: cemilan sehat
 Untuk Ibu Y. Melanjutkan menyusun menu untuk hari
selanjutnya dan mengevaluasi menu yang telah di buat
dan disajikan
5 3 Juni Ketidakseimbangan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai S:
2013 nutrisi: kurang dari cemilan sehat  Ibu Y menyebutkan pengertian cemilan sehat yakni
kebutuhan tubuh  Menyebutkan pengertian selingan sehat makanan selingan yang mengandung nilai gizi
 Menyebutkan manfaat selingan sehat  Ibu Y menyebutkan tujuan cemiilan sehat yakni untuk
43

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Menyebutkan contoh selingan sehat yang dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama
diberikan kepada anak B bagi anak yang sulit makan
 Mendemonstrasikan pembuatan selingan sehat  Ibu Y menyebutkan manfaat cemilan sehat yakni
 Menyebutkan cara pengolahan bahan makanan aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan nutrisi
yang baik anak, bahan mudah diperoleh
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk  Ibu Y menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur
bertanya sumsum, bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai
 Memberi reinforcement positif atas jawaban buah dan selai kacang, buah dan sayur potong, sereal,
keluarga puding susu atau puding buah
 Ibu Y menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu
snack, chiki, minuman bersoda, makanan berpengawet
dan makanan ber-MSG
O:
 Keluarga dapat menyebutkan kembali cara mengolah
makanan dengan benar
 Keluarga dapat menyebutkan kembali cara memilih
makanan dengan benar
 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tujuan, dan
manfaat cemilan sehat dengan benar
 Keluarga dan membedakan cemilan sehat dan tidak
sehat dengan benar
A: TUK 3 tercapai sebagian
P: Lanjutan TUK 3: mengolah bahan makanan
6 11 Juni Ketidakseimbangan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai S:
2013 nutrisi: kurang dari manfaat pengolahan bahan makanan yang baik  Ibu Y mengatakan pengolahan makanan yang baik
kebutuhan tubuh  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara penting dilakukan agar vitamin dalam makanan tidak
mengolah bahan makanan yang baik hilang
 Mendemonstrasikan cara pengolahan bahan  Ibu Y menyebutkan cara mengolah makanan yang
makanan yang baik baik ialah:
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk 1. sayuran dan buah dicuci di air yang mengalir
bertanya terlebih dahulu baru dipotong-potong.
 Memberi reinforcement positif atas jawaban 2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama.
44

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


keluarga 3. Cuci tangan sebelum masak dan makan.
O:
 Ibu Y menuliskan jadwal menu harian yang dimakan
oleh An. R, tidak tertulis An. R makan sayuran dengan
porsi seimbang
 Ibu Y dapat menyebutkan cara memilih dan mengolah
makanan yang baik dengan benar
A: TUK 3 tercapai
P: Lanjutkan TUK 4 dan 5
7 13 Juni Ketidakseimbangan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara S:
2013 nutrisi: kurang dari penyajian makanan  Ibu Y menyebutkan cara menyajikan makanan yaitu
kebutuhan tubuh  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai jenis makanan bervariasi setiap harinya; Perhatikan
prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia jadwal menu makanan; Jumlah makanan sesuai
makan dengan kebutuhan
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai  Ibu Y menyebutkan prinsip cara mengatasi anak yang
lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan tidak bersedia makan yaitu jangan dipaksa tapi, ikuti
status gizi balita keinginan anak misalnya, sambil bermain; Jangan
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai memberi makanan yang manis sebelum makan;
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Sajikan makanan dalam bentuk menarik; Berikan
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai makanan dalam porsi kecil tapi, sering.
manfaat fasilitas pelayanan kesehatan  Ibu Y menyebutkan lingkungan yang mendukung
 Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan untuk meningkatkan status gizi balita yaitu
fasilitas kesehatan menggunakan alat makan yang menarik; Makan
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk sambil bercerita; Jenis makanan bervariasi dan
bertanya menarik.
 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu Y menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat
keluarga dikunjungi Puskesmas, Rumah sakit, Klinik dokter
 Ibu Y menyebutkan manfaat kunjungan ke pelayanan
kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan kesehatan
anak dan mendapatkan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.
 Ibu Y menngatakan mau mengunjungi fasilitas
45

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


kesehatan
O:
 Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
menyajikan makanan
 Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5
prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia
makan
 Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4
lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan
status gizi balita
 Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi
 Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan
A: TUK 4 sampai 5 tercapai
P: Lanjutkan diagnosa 2 : ketidakefektifan pemberian
ASI pada ibu
8 15 Juni Ketidakefektifan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai S:
2013 pemberian ASI pada pengertian ASI, pengertian menyusui, faktor  Ibu Y menyebutkan ASI merupakan sumber gizi yang
ibu Y penghambat menyusui, manfaat menyusui sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
 Membantu keluarga mengidentifikasi anggota sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan anak
keluarga dengan masalah menyusui  Ibu Y mengatakan menyusui adalah memberikan
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai makanan kepada anak yang langsung dari payudara
akibat lanjut dari tidak menyusui  Ibu Y menyebutkanFaktor yang menghambat proses
 Memotivasi dan membantu keluarga untuk menyusui, yaitu Kelainan pada bayi (kelainan
memutuskan merawat anggota keluarga yang mencerna ASI, kelainan mulut); Obat yang
mengalami masalah menyusui dikonsumsi ibu; Kurangnya gizi ibu
 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara  Ibu Y menyebutkan Manfaat menyusui bagi anak
mengatasi masalah menyusui yaitu anak lebih optimal dalam perkembangan anak
 Mengajarkan dan mendemonstrasikan cara lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran
perawatan payudara cerna lain; Mengurangi kemungkinan anak terkena
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk berbagai penyakit kronik di kemudian hari; menyusui
bertanya meningkatkan kontak ibu-anak
46

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu Y menyebutkan manfaat menyusui bagi ibu, yaitu
keluarga memberikan rasa dibutuhkan; mempercepat kembali
ke berat semula pasca melahirkan; sebagai metoda KB
dengan syarat bayi diberi ASI ekslusif sebelum 6
bulan
 Ibu Y menyebutkan manfaat menyusui bagi keluarga
yaitu menghemat biaya dan anak sehat, jarang sakit
 Ibu Y menyebutkan akibat tidak menyusui adalah
anak mudah sakit dan nutrisi yang didapat anak
kurang
 Ibu Y menyatakan mau menangani masalah menyusui
yang dialaminya
 Ibu Y menyebutkan cara merawat anggota keluarga
dengan masalah menyusui ialah meakukan perawatan
payudara; Tetap menyusui apabila ibu bekerja ;
Makan makanan yang menyehatkan (buah, sayur, ikan
laut, daging dan susu).
O:
 Ibu Y dapat menyebutkan pengertian ASI dan
menyusui, 3 dari 6 faktor penghambat proses
menyusui, manfaat menyusui, 2 dari 4 akibat tidak
menyusui dengan benar
 Ibu Y dapat menyebutkan 3 dari 6 cara merawat
anggota keluarga dengan masalah menyusui
 Ibu Y dapat mendemonstrasikan kembali dengan
benar cara perawaran payudara
A: TUK 1-3 tercapai
P: Lanjutkan TUK 4 dan 5
9 17 Juni Ketidakefektifan  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai S:
2013 pemberian ASI pada lingkungan yang mendukung untuk menyusui  Ibu Y menyebutkan modifikasi lingkungan dalam
ibu Y  Mendiskusikan bersama keluarga mengenai merawat masalah menyusui yaitu diet seimbang
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi selama menyusui, gunakan bra yg nyaman dan
47

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Mendiskusikan bersama keluarga mengenai menyerap, hindari penggunaan pil KB selama
manfaat fasilitas pelayanan kesehatan menyusui, hindari rokok selama menyusui, istirahat
 Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan secara teratur
fasilitas kesehatan  Ibu Y menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk dikunjungi Puskesmas, Rumah sakit, Klinik dokter
bertanya  Ibu Y menyebutkan manfaat kunjungan ke pelayanan
 Memberi reinforcement positif atas jawaban kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan kesehatan
keluarga anak dan mendapatkan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.
 Ibu Y mengatakan mau mengunjungi fasilitas
kesehatan
O:
 Anggota keluarga mampu menyebutkan 5 dari 9
lingkungan yang mendukung untukperawatan masalah
menyusui
 Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi
 Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan
A: TUK 4 sampai 5 tercapai
P: Evaluasi sumatif untuk diagnosa pertama:
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
10 18 Juni Ketidakseimbangan  Melakukan evaluasi sumatif untuk diagnosa S:
2013 nutrisi: kurang dari Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari  Ibu Y menyebutkan pengertian gizi kurang, dan gizi
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh seimbang, penyebab, tanda gejala dan akibat gizi
 Memberi kesempatan pada keluarga untuk kurang
bertanya  Ibu Y menyebutkan cara merawat balita dengan gizi
 Memberi reinforcement positif atas jawaban kurang
keluarga  Ibu Y menyebutkan cara modifikasi lingkungan untuk
mendukung perawatan masalah balita dengan gizi
kurang
 Ibu Y menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat dan
manfaat fasilitas kesehatan untuk masalah gizi kurang
48

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Ibu Y mengatakan pendidikannya mengenai gizi
kurang meningkat
 Ibu Y melaporkan pola makan An.B masih sedikit, 3-
5x suap, namun ibu Y mengatakan saat ini sudah
sering berusaha menyediakan sayur dan lauk dalam
setiap kali makan.
O:
 Ibu Y dapat menyebutkan kembali mengenai materi
yang telah diajarkan dengan benar
 Ibu Y dapat mendemonstrasikan kembali materi yang
telah diajarkan
 Ibu Y antusias selama pemberian asuhan keperawatan
 Pada posyandu tanggal 10 Juni 2013, Berat Badan
An.B naik menjadi 7,5kg,
 menurut BB/PB An.B masih dalam kategori gizi
kurang, Hasil pengukuran NCHS dalam kategori
BB/U, An.B berada di antara -2SD dan -3SD yang
menunjukan bahwa an.B berada dalam kategori kurus,
sebelumnya kategori sangat kurus
A: TUK 1 sampai 5 tercapai
P:
 Melakukan evaluasi sumatif untuk diagnosa kedua:
ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y
 Melakukan terminasi
11 19 Juni Ketidakefektifan  Melakukan evaluasi sumatif untuk diagnosa S:
2013 pemberian ASI pada ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y  Ibu Y menyebutkan pengertian ASI dan menyusui,
ibu Y  Memberi kesempatan pada keluarga untuk faktor yang mengahambat menyusui, manfaat
bertanya menyusui dan akibat tidak menyusui
 Memberi reinforcement positif atas jawaban  Ibu Y menyebutkan cara merawat balita dengan
keluarga masalah menyusui
 Melakukan terminasi  Ibu Y menyebutkan cara modifikasi lingkungan untuk
mendukung perawatan masalah menyusui
49

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


 Ibu Y menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat dan
manfaat fasilitas kesehatan
 Ibu Y mengatakan pemahamannya mengenai
menyusui meningkat
 Ibu Y melaporkan saat ini ia masih berusaha
memberikan ASI kepada an.B
 Ibu Y mengatakan ia juga sudah rutin melakukan
perawatan payudara
O:
 Ibu Y dapat menyebutkan kembali mengenai materi
yang telah diajarkan dengan benar
 Ibu Y dapat mendemonstrasikan kembali materi yang
telah diajarkan
 Ibu Y antusias selama pemberian asuhan keperawatan
A: TUK 1 sampa 5 diagnosa kedua tercapai
P (discharge planning):
 Meminta ibu Y untuk terus menyediakan makanan
sesuai dengan triguna makanan dan kebutuhan makan
untuk anak balita serta menyediakan menu seimbang
untuk An.B.
 Meminta ibu Y untuk terus menyusui an.B sampai
usia 2 tahun.
 Berkordinasi dengan mahasiswa Spesialis
Keperawatan Komunitas dalam pemantauan status gizi
keluarga Bapak S khususnya An.B,
 Melaporkan hasil pengkajian sampai evaluasi ke
Puskesmas.

50

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


FORMAT EVALUASI SUMATIF
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian
Gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan √
yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan
kehidupannya.
2 Keluarga mampu menyebutkan Kurang gizi
adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak √
mendapatkan zat-zat tubuh tertentu dari
makanan.
3 Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 tanda
dan gejala kurang gizi, yaitu:
a. badan kurus. √
b. Rambut tipis dan mudah dicabut.
c. Lemah dan pucat.
d. Kulit kering dan kusam.
e. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak.

4 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4


penyebab kurang gizi, yaitu:
a. makanan yang masuk ke dalam tubuh
kurang dari kebutuhan tubuh. √
b. Makanan yang masuk ke dalam tubuh
tidak seimbang.
c. Makan tidak teratur.
d. Adanya penyakit tertentu.

5 Keluarga mampu mengidentifikasi anggota


keluarga yang mengalami kurang gizi dengan
menyebutkan tanda dan gejala tubuh yang √
kekurangan zat gizi.
6 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat
kurang gizi, yaitu: √
a. gangguan pertumbuhan.
b. Mudah terserang penyakit.
c. Menurunkan daya pikir/kecerdasan

7 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara


mengatasi kurang gizi, yaitu: √
a. makan makanan yang seimbang (triguna
makanan).
b.Makanan sesuai dengan kebutuhan balita
(1200 kkal).
51

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


c. Makan yang teratur.
d.Menggunakan prinsip penyajian makanan.

8 Keluarga mampu menyebutkan komponen


Triguna makanan beserta 2 contohnya :
1. zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk √
beraktivitas dan sumber makanan pokok
(karbohidrat) seperti, nasi, roti, gula,
singkong, ubi, dll.
2. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk
proses berpikir, terdapat dalam lauk pauk
(protein dan lemak), seperti ikan, telur,
tempe, daging, susu, dll.
3. zat pengatur, sebagai pengatur lalu lintas
(polisi) makanan, terdapat dalam buah dan
sayur (vitamin dan mineral) seperti,
wortel, jeruk, nanas, bayam, kangkung,
dll.

9 Keluarga mampu mendemonstrasikan Dengan menggunakan


pemilihan makanan berdasarkan triguna √ food model
makanan
10 Keluarga mampu menyusun menu berdasarkan √ Bersama-sama dengan
triguna makanan mahasiswa
11 Keluarga mampu menyebutkan takaran porsi Menggunakan
untuk anak usia 14 bulan dalam sehari, yaitu: √ makanan asli
 Nasi 3 porsi (1 porsi= ¾ gelasatau 100gr);
 Sayuran 1 ½ porsi (1 porsi= 1 gelas setelah
dimasak);
 Buah 3 porsi;
 Lauk nabati 1 porsi (1 porsi= 2 potong
sedang);
 Lauk hewani 1 porsi (1 porsi = 1 potong
sedang);
 Asi, susu 1 porsi (1 gelas)
12 Keluarga mampu mendemonstrasikan takaran √
porsi untuk anak usia 14 bulan
13 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
memilih makanan, yaitu:
a. harganya terjangkau.
b. Nila gizinya baik atau seimbang. √
c. Masih segar, tidak layu, tidak berbau busuk.
d. Mudah didapat.

14 Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari


4 cara mengolah makanan, yaitu: √
1. sayuran dan buah dicuci di air yang
mengalir terlebih dahulu baru dipotong-

52

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


potong.
2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama.
3. Alat-alat masak dan makan dicuci bersih.
4. Cuci tangan sebelum masak dan makan.

15 Keluarga mampu mendemonstrasikan cara √


pemilihan dan pengolahan makanan
16 keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
menyajikan makanan, yaitu: √
a. jenis makanan bervariasi setiap harinya.
b. Mengkombinasikan jenis makanan hewani
dan nabati.
c. Perhatikan jadwal menu makanan.
d. Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan

17 keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5


prinsip cara mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, yaitu: √
a. jangan dipaksa tapi, ikuti keinginan anak
misalnya, sambil bermain.
b. Beri makan sesuai selera anak Zan tidak
membosankan.
c. Jangan memberi makanan yang manis
sebelum makan.
d. Sajikan makanan dalam bentuk menarik.
e. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi,
sering.

18 keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4


lingkungan yang mendukung untuk
meningkatkan status gizi balita, yaitu: √
a. makan bersama anggota keluarga yang
lain.
b. Menggunakan alat makan yang menarik.
c. Makan sambil bercerita.
d. Jenis makanan bervariasi dan menarik.
19 Keluarga dapat menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi:
- Puskesmas √
- Rumah sakit
- Klinik dokter

20 Keluarga dapat menyebutkan manfaat


kunjungan:
- Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak. √
- Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.

53

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


Diagnosa 2:
Ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu Y
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian
ASI yaitu sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan sesuai √
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena
ASI adalah makanan bayi yang paling
sempurna baik secara kualitas maupun
kuantitas
2 Keluarga mampu menyebutkan pengertian
Menyusui adalah memberikan makanan √
kepada bayi yang langsung dari payudara
3 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 Faktor
yang menghambat proses menyusui: √
1. Kelainan pada bayi (kelainan mencerna
ASI, kelainan mulut)
2. Kelainan pada ibu (hormon, kelenjar
payudara)
3. Salah posisi dalam menyusui
4. Obat yang dikonsumsi ibu
5. Kurangnya motivasi pada ibu yang dilihat
dengan kurang sering menyusui atau
memerah payudara
6. Kurangnya gizi ibu
7. Kurangnya pengetahuan ibu tentang
menyusui
4 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6
Manfaat menyusui bagi anak:
1. anak mendapat immunoglobulin untuk
melindunginya dari banyak penyakit dan
infeksi √
2. anak lebih optimal dalam perkembangan
3. anak lebih jarang mengalami diare dan
penyakit saluran cerna lain
4. jenis protein dalam ASI mengurangi
kemungkinan timbulnya reaksi alergi
5. Mengurangi kemungkinan anak terkena
berbagai penyakit kronik di kemudian hari
6. menyusui meningkatkan kontak ibu-anak
5 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
Manfaat menyusui bagi ibu:
1. mencegah perdarahan dan anemia pasca √
melahirkan
2. mengurangi risiko kanker ovarium dan
54

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


payudara
3. memberikan rasa dibutuhkan
4. mempercepat kembali ke berat semula
pasca melahirkan
5. sebagai metoda KB dengan syarat bayi
diberi ASI ekslusif sebelum 6 bulan
6 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3
manfaat menyusui bagi keluarga: √
1. mudah pemberiannya
2. menghemat biaya
3. anak sehat, jarang sakit
7 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 Akibat
tidak menyusui
1. Anak mudah sakit √
2. Nutrisi yang didapat anak kurang dari
kebutuhan tubuhnya
3. Risiko kanker payudara pada ibu akibat ASI
yang tidak dikeluarkan
4. Perasaan tidak nyaman pada payudara ibu
akibat payudara membengkak
8 Keluarga menyatakan mau merawat anggota √
keluarga dengan masalah menyusui
9 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 Cara-
cara merawat masalah menyusui:
1. Mulailah menyusui pada saat anak baru √
dilahirkan
2. Lakukan menyusui dengan kedua payudara
secara bergantian
3. Lakukan perawatan payudara
4. Berikan posisi yang nyaman saat menyusui
bagi ibu dan anak
5. Tetap menyusui apabila ibu bekerja dengan
memompa ASI dan menyimpan dalam
botol, dan hangatkan apabila ingin
diberikan
6. Makan makanan yang menyehatkan (buah,
sayur, ikan laut, daging dan susu).
10 Keluarga mampu menyebutkan cara merawat
payudara yang benar: √
1. Membersihkan puting susu dengan
mengompres kedua puting susu dengan
kapas yang sudah dibahasi baby oil/
minyak selama 3-5 menit setelah itu usap
daerah puting dengan kapas untuk
mengangkat kotoran
2. Memijat payudara dengan memakai kedua
tangan, sekeliling payudara diurut memutar
searah jarum jam dan kemudian berbalik
arah/berlawanan jarum jam. Setelah itu
55

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


lakukan pengurutan dari bawah menuju
puting.
3. Mengompres kedua payudara dengan
waslap hangat bergantian dengan waslap
dingin selama 5 menit.
11 Keluarga mampu mendemonstrasikan √
perawatan payudara
12 Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 9 cara
memodifikasi lingkungan dalam merawat
masalah menyusui : √
1. Estimasi pekerjaan dan lamanya waktu
menyusui
2. Sediakan kenyamanan dan privasi saat
menyusui
3. Menyusui sepanjang bayi menginginkan
4. Diet seimbang selama menyusui
5. Gunakan bra yg nyaman dan menyerap
6. Hindari penggunaan pil KB selama
menyusui
7. Hindari rokok selama menyusui
8. Istirahat secara teratur
9. Kontak dengan petugas kesehatan sebelum
minum obat selama menyusui
13 keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4
lingkungan yang mendukung untuk
meningkatkan status gizi balita, yaitu: √
e. makan bersama anggota keluarga yang
lain.
f. Menggunakan alat makan yang menarik.
g. Makan sambil bercerita.
h. Jenis makanan bervariasi dan menarik.
14 Keluarga dapat menyebutkan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi:
- Puskesmas √
- Rumah sakit
- Klinik dokter
15 Keluarga dapat menyebutkan manfaat √
kunjungan:
- Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak.
- Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan.

56

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013


Tingkat Kemandirian Keluarga Bpk S (34 tahun)

NO KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN


1 Keluarga menerima petugas kesehatan √ Keluarga menerima
mahasiswa secara terbuka
2 Keluarga menerima pelayanan √ Keluarga menerima asuhan
kesehatan sesuai rencana keperawatan yang
diberikan secara antusias
3 Keluarga menyatakan masalah √ Keluarga menceritakan
kesehatan secara benar riwayat kesehatan
keluarga, dan mau
menceritakan tentang
kesulitan menaikkan berat
badan An.B
4 Keluarga memanfaatkan fasilitas √ Keluarga mau
kesehatan sesuai anjuran memanfaatkan fasilitas
kesehatan yakni posyandu,
sesuai anjuran guna
mengetahui perkembangan
kesehatan An.B. Ibu Y
juga mengunjungi dokter
saat An.B demam
5 Keluarga melaksanakan perawatan √ Ibu Y juga telah
sederhana sesuai anjuran melakukan perawatan
sederhana yakni
menyediakan makanan
sesuai triguna makanan dan
berdasarkan jadwal menu
seimbang yang telah dibuat
6 Keluarga melaksanakan tindakan √ Keluarga juga telah
pencegahan secara aktif melakukan pencegahan
dengan selalu memantau
kesehatan An.B.
7 Keluarga melaksanakan tindakan √
prommotif secara aktif

Kesimpulan:
Keluarga Bp S berada pada tahap kemandirian tingkat III

57

Asuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013

You might also like