You are on page 1of 7

seksual,termasuk didalamnya HIV/AIDS.

Upaya pencegahan yang dianjurkan


adalah: tidak melakukan hubungan seksual. Jika sudah berhubungan dianjurkan untuk
memakai alat kontrasepsi terutama kondom (pencegahan Infeksi Menular Seksual) atau
alat kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan dianjurkan
untuk mempunyai
(KB) adalah: 3,0 -14,2% dan gonore 0,1% - 2,8%.11 Di Thailand, pada 1999 Paz-
Bailey, dkk. melakukan penelitian di tiga sekolah kejuruan di Propinsi Chiang Rai.
Mereka melaporkan bahwa dari 359 remaja wanita usia 15–21 tahun yang telah
melakukan hubungan seksual, dengan pemeriksaan laboratoriumpolymerase chain
reaction (PCR), 22 orang (6,1%) positif terinfeksi klamidia dan 3 orang (0,3%)
terinfeksi gonore.6,9,10
Di Indonesia sendiri hingga saat ini sistem pencatatan dan pelaporan kunjungan
berobat di sarana pelayanan kesehatan dasar tidak dapat dijadikan acuan untuk
menentukan besaran masalah IMS/ISR. Data yang berasal dari laporan bulanan
puskesmas dan rumah sakit pemerintah hanya mencantumkan dua macam IMS yaitu:
gonore dan sifilis. Laporan tersebut juga tidak melakukan analisis berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin. Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Ciptomangunkusumo, pada tahun
2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang
terbanyak yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita. Sedangkan gonore
ditemukan pada 17 pasien wanita dan trikomonas pada 11 pasien wanita. 2,9
Pencegahan dan penanganan IMS/HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja
merupakan bagian dari paket kesehatan reproduksi esensial (PKRE), yang disetujui
dalam Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi Mei 1996, selain kesehatan ibu &
anak (KIA) serta KB.14 Pada tahun 1999 Departemen Kesehatan melalui Direktorat
Bina Kesehatan Keluarga mencoba mewujudkan keterpaduan PKRE tersebut, dengan
menyusun langkah-langkah praktis PKRE di tingkat pelayanan kesehatan dasar menjadi
beberapa komponen. Komponen tersebut adalah: kontrasepsi, pelayanan kehamilan,
persalinan & nifas, perawatan pasca keguguran, kasus perkosaan, serta pemeriksaan
IMS/ISR dan HIV di kalangan remaja. Pelayanan kesehatan reproduksi di tingkat
pelayanan kesehatan dasar tersebut diharapkan dapat menurunkan risiko keguguran,
kehamilan tak dikehendaki, persalinan pada usia muda, dan menurunkan angka
IMS/ISR serta HIV pada remaja. Namun, hingga saat ini belum ada implementasi
nyata, walaupun beberapa uji coba untuk memadukan pelayanan IMS dengan
pelayanan KIA atau KB telah dilakukan oleh Depkes dan lembaga lain. 6,10

Salah satu penyebab berbagai permasalahan diatas terjadi akibat pengetahuan remaja
mengenai PHBS dan kesehatan reproduksi remaja masih kurang dan tidak tepat. Dengan
demikian diperlukan adanya pendidikan kesehatan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif anak usia sekolah dan
remaja tentang kesehatan khususnya PHBS dan kesehatan reproduksi remaja. Dengan
mengetahui informasi yang benar dan resiko-resikonya, diharapkan anak usia sekolah dan
remaja dapat lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

1.3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja


Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari anak-anak ke masa dewasa. Pada
masa transisi, remaja sering menghadapi permasalahan yang sangat kompleks dan sulit
ditanggulangi sendiri. Tiga risiko yang sering dihadapi oleh remaja (TRIAD KRR) yaitu
risiko-risiko yang berkaitan dengan seksualitas (kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan
terinfeksi Penyakit Menular Seksual), penyalahgunaan NAPZA, dan HIV/AIDS.6

Dalam rangka menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat bagi remaja, maka perlu
kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang benar serta
kesepahaman bersama akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat
membantu mereka dalam menentukan pilihan masa depannya.

2.3.1 Rekomendasi Pelayanan Remaja


Pelayanan kesehatan reproduksi yang direkomendasikan adalah:2

 Konseling , informasi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)


 Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman,
pelayanan bayi baru lahir/neonatal)

 Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS),
termasuk pencegahan kemandulan

 Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)

 Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

2
2.3.2 Remaja perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan informasi yang
benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai
proses reproduksi. 2

Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi Kesehatan Reproduksi:7
1. Masa rernaja (usia 10-19 tahun), merupakan masa yang khusus dan penting, karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas merupakan periode peralihandan masa anak ke masa dewasa. Masa remaja
merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi
dan psikhis.
2. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan (mentalemosional). Perubahan yang cukup besar
ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu pengertian,
bimbingan dan dukungan lingkungan di sekitamya, agar mereka dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat balk jasmani, mental maupun
psikososial.
3. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja
laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki masa remaja merupakan saat diperolehnya
kebebasan, sementara untuk remaja perempuan merupakan saat dimulainya segala
bentuk pembatasan (pada masa lalu; gadis mulai dipingit ketika mereka mulal
mengalami haid).
Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang ditemukan, namun perbedaan perlakuan
terhadap remaja laki-laki dan perempuan dapat menempatkan remaja perempuan dalam
posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan
diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar masalahnya dapat
tertangani secara tuntas.7

2.3.3 Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja. 4

 Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
 mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana ymerencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya
3
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap ykondisi
kesehatan reproduksi

 Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada kesehatan yreproduksi

 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual

 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

ALUR PELAYANAN KESEHATAN REMAJA8

Kontak Remaja

ANAMNESISI
Identitas
Apa yang sudah dketahui tentang kes. reproduksi remaja :
- Perubahan fisik & psikis
- Masalah yang mungkin timbul
- Cara menghadapi masalah
Apa yang sudah diketahui ttg prilaku hidup sehat bagi remaja
- Pemeliharaan kesehatan diri (gizi, hygiene)
- Hal - hal yang perlu dihindari : napza, termasuk rokok dan minuman keras ;
serta pergaulan bebas
- Hubungan antara laki-laki & perempuan
Apa yang sudah diketahui tentang persiapan berkeluarga
- kehamilan
- KB
- PMS/HIV/AIDS
Masalah yang dihadapi
- Fisik
- Psikis
- Kekerasan
- Pergaulan antara laki-laki & perempuan

PEMERIKSAAN FISIK
Umum :
- Tanda-tanda anemia
- Tanda-tanda KEK
- Tanda-tanda Ktp
Khusus :
- Semua dengan keluhan dirujuk ke Puskesmas/Petugas Kesehatan

4
PELAYANAN KONSELING
Kesehatan Reproduksi Remaja
Perilaku hidup sehat bagi remaja
Persiapan berkeluarga
Konseling untuk mengatasi masalah yang dihadapi  bila tidak dapat
ditangani dirujuk  ke fasilitas kesehatan yang sesuai

2.3.7 BAGAN ALUR PELAYANAN KESEHATAN REMAJA (HAMIL)8

Remaja Hamil atau Tersangka Hamil

ANAMNESIS
Identitas
Kapan melakukan hubungan seksual
Resiko penularan PMS
Perkiraan umur kehamilan
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Keluhan yang dirasakan
Riwayat KtP
Dukungan keluarga/orang terdekat
Sikap penderita terhadap kehamilan saat ini

PEMERIKSAAN FISIK
Umum :
- Penilaian umum fisik & psikis
Pemeriksaan fisik kehamilan (sama dengan Bagan
Alur Pelayanan Antenatal)
Bila perlu dilakukan test kehamilan

PELAYANAN KONSELING
Pelayanan Antenatal
Konseling yang berkaitan dengan kehamilan di
luar nikah
- Anjuran untuk mempertahankan kehamilan
- Membantu mengatasi masalah yang timbul
akibat kehamilannya
Percobaan pengguguran kandungan
Pengaturan kelangsungan pendidikan
Hubungan dengan pasangan seksual 5
Hubungan dengan keluarga
Persiapan menjadi orang tua
BAB III
PENUTUP

Masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan


penanganan secara lintas program, lintas sektor dan lintas disiplin ilmu dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Berbagai masalah kesehatan reproduksi
berkaitan erat dengan isu tersebut dan hak reproduksi bagi wanita. Keterkaitan yang erat
antara masalah kesehatan reproduksi dengan masalah di luar ruang lingkup bidang kesehatan
ini menuntut adanya upaya koordinasi yang intensif.
Puskesmas sebagai tingkat pelayanan primer mempunyai program “Puskesmas
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)” yang memberikan layanan kesehatan bagi
remaja berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di puskesmas PKPR,
disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas konseling tenaga
kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’ sebaya.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). November 1st, 2011 [cited 2015
April 10th]. Available: http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?option=
com_content&view=article&id=68:pelayanan-kesehatan-peduli-remaja-pkpr@catid=
39:subdit-4%Itemid=82.
2. Adjie SJM. Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Aspek Sosial. 2009 [cited 2015 April
10th]. Available: http//www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20103211494.
3. Situmorang A. Adolescent Reproductive Health in Indonesia: A report 1. prepared for
STARH program Johns Hopkins University. Jakarta: Center for Communication Program,
2003.
4. Regional Training Seminar on guidance and counseling.Modul 7, Adolescent 2.
Reproductive Health.ed: John Allen.UNESCO.France.June.2002
5. Leveno K,Cunningham FG, Alexander JM. Early Pregnancy Loss.Williams 5. Manual of
Pregnancy Complication,22nd ed.Mc Graw-Hill Companies.2007.p.3-14
6. Paz-Bailey G, Kilmarx PH, Supatwikul S, Chaowanachan T, Jeeyapant S, 12. Sternberg
M, etc. Risk Factor for Sexually Transmitted Diseases in Northern Thai Adolescents. Sex
Transm Dis; 2003; 30: p. 320-6.
7. Departemen Kesehatan RI. Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), Kesehatan Reproduks untuk Petugas Kesehatan di
Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes; 2008; p.17.8.
8. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Program Kesehatan Reproduksi dan
Pelayanan Integratif di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat; 2008; p. 33-4.
9. Paramitha A, Widjiartini, Soeparmanto P. Pelayanan Kesehatan Remaja yang di Wilayah
Kerjanya Terdapat Lokasi Prostitusi. Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan 2007; 9: 156-63.
10. Pencegahan Kehamilan Remaja 2010-2015. Alabama Departemen Kesehatan [serial
online] 2010 [cited 2015 April 10]; 1: 1-2. Available:
http://www.cdc.gov/TeenPregnancy/PreventTeenPreg.htm

You might also like