You are on page 1of 20

LAPORAN

MARINE DIESEL
ME 141313

SEMESTER GANJIL 2016/2017

Oleh
Okta Rijal Nur Pratama (4215100044)
Sasmita Adi Nugraha (4215100047)
Anak Agung Ngurah T. P. (4215100341)

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mesin diesel pertama kali ditemukan oleh Rudolf Diesel pafa tahun 1892 dan
mendapatkan hak paten pada tahun 1893. Mesin diesel merupakan mesin pembakaran dalam
yang menggunakan panas kompresi untuk menciptakan npenyalaan,mesin diesel biasa
disebut compression ignition engine. Mesin diesel merupakan mesin yang memiliki effisiensi
thermal terbaik dibanding mesin pembakaran luar maupun dalam lainnya. Mesin ini awalnya
digunakan sebagai pengganti mesin uap,sejak tahun 1910 mesin ini sudah digunakan di kapal
dan kapal selam. Penggunaan mesin diesel semakin meningkat seiring perkembangan jaman.
Penggunaan atau aplikasi Motor diesel sebagai motor penggerak sangatlah
berkembang pesat dan akan terus berkembang. Motor diesel banyak dipergunakan untuk
keperluan transportasi seperti truk,bis, kapal dll. Untuk kepentingan pertanian, Motor diesel
digunakan pada traktor untuk mengolah lahan pertanian. Pada industri kontruksi bangunan
dan pertambangan, Motor diesel digunakan sebagai tenaga penggerak untuk mesin-mesin
pengeruk dan pemindah tanah, buldozer dll.. Motor diesel lebih kuat dan mempunyai daya
tahan yang lebih lama. Motor diesel memiliki tenaga yang lebih besar sehingga Motor diesel
dapat menjadi motor penggerak. Motor diesel mengakibatkan polusi udara yang lebih kecil
karena motor diesel bersifat fuel lean yang menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna.
Dalam praktikum kali ini, kita akan mengamati karakteristik mesin diesel. Untuk
mengetahui karakteristik yang terjadi, motor kita putar dengan berbagai kecepatan dengan
pembebanan yang bervariasi. Dengan demikian diharapkan hasil pengujian dengan data yang
merefleksikan nilai sebenarnya akan didapatkan melalui percobaan ini.

1.2 Rumusan Masalah


2 Bagaimana hubungan antara grafik SFOC vs daya engine performance pada mesin diesel
yang digunakan?
3 Bagaimana hubungan antara grafik effisiensi thermal vs daya engine performance pada
mesin diesel yang digunakan?
4 Bagaimana hubungan antara grafik daya full load vs putaran engine performance pada
mesin diesel yang digunakan?
5 Bagaimana hubungan antara grafik torsi full load vs putaran engine performance pada
mesin diesel yang digunakan?
6 Bagaimana hubungan antara grafik BMEP vs putaran engine performance pada mesin
diesel yang digunakan?
7 Bagaimana gambar engine an envelope engine performance pada mesin diesel yang
digunakan?

7.1 Tujuan
1. Mengtahui hubungan antara grafik SFOC vs daya engine performance pada mesin
diesel yang digunakan
2. Mengetahui hubungan antara grafik efisiensi thermal vs daya engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
3. Mengetahui hubungan antara grafik daya full load vs putaran engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
4. Mengetahui hubungan antara grafik torsi full load vs putaran engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
5. Mengetahui hubungan antara grafik BMEP vs putaran engine performance pada
mesin diesel yang digunakan
6. Mengetahui gambar engine an envelope engine perfomance pada mesin diesel yang
digunakan
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Parameter unjuk kerja mesin diesel


Pada umumnya performa suatu mesin bisa diketahui dengan membaca laporan
spesifikasi mesin dari produsen pembuat mesin tersebut. Dari laporan spesifikasi
tersebut dapat diketahui daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar spesifik dari mesin
tersebut. Parameter itulah yang menjadi pedoman praktis prestasi sebuah mesin..
Parameter tersebut relatif penting digunakan pada mesin yang berkemampuan kerja
dengan variasi kecepatan operasi dan tingkat pembebanan.
Performa mesin juga dapat diketahui dari beberapa parameter yang dicatat
selama pengujian unjuk kerja mesin digunakan sebagai data mentah yang kemudian
diolah menjadi data hasil pengujian. Dari data hasil pengujian akan terlihat ada tidaknya
peningkatan atau penurunan performa mesin yang diuji dengan bahan bakar solar.
Hasil pengujian tersebut ditunjukkan dengan parameter fuel consumtion, specific
fuel consumtion, daya, dan efisiensi thermal yang pada pengujian ini akan diukur
kapasitasnya.

2.1.1 Torsi dan Daya Pembebanan


Torsi adalah ukuran dari kemampuan sebuah mesin melakukan kerja sedangkan
daya adalah angka dari kerja telah dilakukan. Besarnya daya mesin yang diukur seperti
dengan didiskripsikan di atas dinamakan dengan brake power (Pb). Daya disini adalah
daya yang dihasilkan oleh mesin untuk mengatasi beban, dalam kasus ini adalah sebuah
lampu.Torsi yang dihasilkan mesin adalah :
T=Fxb
Dimana ,T = torsi ( Nm)
F = gaya penyeimbangan (N)
b = jarak lengan torsi (m)
Adapun hubungan torsi dangan daya :
P = 2 x Rps x T
Dimana , Rps = Putaran mesin per detik

2.1.2 Tekanan Efektif Rata-Rata (BMEP)


Untuk kerja mesin relatif yang diukur, dapat diperoleh dari perbandingan kerja
per siklus dengan perpindahan volume silinder per siklus. Parameter ini merupakan gaya
per satuan luas dan dinamakan mean effective pressure (mep).
Tekanan efektif rata-rata juga dapat dinyatakan dengan torsi.
𝟔,𝟐𝟖 𝒙 𝐧𝐑 𝒙 𝑻
BMEP =
𝑽𝒅

Dimana :nR = jumlah putaran engkol untuk setiap langkah kerja


2 ( untuk siklus 4 langkah)
1 ( untuk siklus 2 langkah)
Vd = volume silinder / displacement volume (dm3)

Brake mean effective pressure (bmep) didefinisikan sebagai tekanan konstan


teoritik yang dapat dibayangkan terjadi pada setiap langkah kerja dari mesin untuk
menghasilkan output daya yang sama dengan brake horsepower-BHP (effective
horsepower). BHP itu sendiri didefinisikan sebagai jumlah daya yang terdapat pada
poros, sedangkan indicated horsepower / IHP didefinisikan sebagai daya yang dikonsumsi
oleh motor.

2.1.3 Konsumsi Bahan Bakar (Fuel Consumption/FC)

Jumlah massa bahan bakar yang dibutuhkan oleh suatu motor dalam rentang
waktu operasionalnya. Fuel Consumtion dapat ditentukan melalui persamaan berikut :

𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝑽𝒈
FC =
𝒕

Dimana : Vg = volume bahan bakar yang dipergunakan [liter]

t = waktu yang dibutuhkan [detik]

2.1.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Jumlah massa bahan bakar yang dibutuhkan oleh suatu motor untuk setiap satuan
daya dan waktu pada beban dan putaran tertentu. Untuk menghitung konsumsi bahan
bakar spesifik adalah sebagai berikut:

𝒎𝒃𝒃
SFC = 𝑷 .𝒕

Dimana : SFC = Spesifik fuel oil consumtion (kg/kWh)

P = Daya (kW)

t = waktu (detik)

mbb = jumlah bahan bakar (kg) = Vg x ρ


2.1.5 Jumlah input energy bahan bakar

Jumlah kalor masuk (Qm) dirumuskan :

Qm = mbbx LHV

Dimana : Qm = jumlah kalor masuk (kkal)

LHV = nilai kalor bawah bahan bakar (kkal/kg)

mbb = jumlah bahan bakar (kg)

2.2.4 Efisiensi thermal (𝜼th)

Efisiensi thermal, merupakan ukuran pemakaian bahan bakar oleh mesin.


Efisiensi ini menunjukkan seberapa banyak daya yang dihasilkan oleh sejumlah laju panas
yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar. Laju pelepasan panas sendiri merupakan hasil
dari laju aliran bahan bakar dan nilai pembakaran bahan bakar. Sehingga untuk
meningkatkan efisiensi thermal, daya output mesin dapat ditambah dengan cara
meningkatkan laju aliran bahan bakar atau dengan menggunakan bahan bakar dengan nilai
pembakaran yang tinggi. Efisiensi thermal dapat ditentukan melalui persamaan :
𝑷
‘ηth= x 100%
𝑸𝒎

Dimana : ‘ηth = efisiensi thermal


P = Daya (kW)
Q = jumlah kalor masuk (kKal)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan Praktikum


No Nama Peralatan Gambar Kegunaan
1 Diesel Engine Sebagai penggerak
utama

2 Generator Merubah energi


listrik menjadi
energi mekanik
(rotasi)
3 Tachometer Untuk mengukur
besar putaran
(rpm)

4 Voltmeter Untuk mengukur


tegangan listrik
pada beban

5 Ampere meter Untuk mengukur


arus yan mengalir
pada rangkaian

6 Cairan bahan bakar Sebagai bahan


bakar diesel

7 Panel Untuk mengatur


besar kecil nilai
beban
8 Rangkaian lampu Sebagai beban dari
rangkaian

9 Tangki air cooler Untuk mengurangi


panas berlebih
yang dihasilkan
oleh kerja mesin
diesel

3.2 Tahapan Pengujian


a) Pengujian dilakukan pada lima variasi putaran engine yang ditentukan ( 1700
rpm, 1800 rpm, dan 1900 rpm, 2000 rpm, 2100 rpm).
b) Pada setiap variasi putaran engine, tentukan besar beban lampu yang digunakan
pada pengujian (beban nol, beban lampu pijar 1000 W, beban lampu pijar 2000
W, beban lampu pijar 3000 W, beban lampu pijar 4000W dan beban lampu pijar
5000W).
c) Terapkan pembebanan pada mesin dengan mempertahankan putaran tetap.
d) Mencatat parameter – parameter yang diperlukan sesuai tabel pengamatan yang
disediakan (Tegangan, Arus, Jumlah Bahan Bakar, Load Faktor, Waktu, Putaran
Alternator).
e) Pembebanan ditambah bertahap, dengan tetap mempertahankan putaran.
f) Point a, b, c, d juga dilakukan pada putaran berbeda.

3.3 Grafik-grafik Prestasi

3.3.1 Pengujian pada Putaran Berubah


Pengujian pada putaran berubah dilakukan dalam interval putaran,
dengan tahapan kenaikan putaran dalam interval tersebut pada masing-masing
posisi pembebanan. Tahap pengujian sebagai berikut :
a. Naikkan putaran mesin pada suatu putaran tertentu.
b. Tuntukan pembebanan yang dikehendaki (beban nol, beban lampu pijar 1000;
2000; 3000; 4000 dan 5000, dengan mempertahankan putaran tersebut.
c. Amati data- data percobaan yang diperlukan (tabel pengamatan).
d. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali.
e. Dengan pembebanan tetap, naikkan putaran mesin dalam tahapan- tahapan yang
dikehendaki, dalam interval putaran ditentukan.
f. Pengamatan seperti pada point c dilakukan pada setiap tahapan putaran dengan
keadaan b.

3.2.2 Pengujian pada Putaran Tetap


Tahapan pengujian putaran tetap sebagai berikut :
a. Putaran mesin ditentukan yaitu 1700 rpm, 1800 rpm, dan 1900 rpm, 2000 rpm,
dan 2100 rpm
b. Pembebanan dilakukan secara bertingkat.
c. Pada masing-masing pembebanan dilakukan pengamatan data- data (seperti
tabel pengamatan).
d. Tahapan pengujian pada titk b dan c dilakukan pada masing- masing putaran yang
ditentukan (1700 rpm, 1800 rpm, dan 1900 rpm, 2000 rpm, 2100 rpm).

3.3 Spesifikasi Engine

a. Merk : Yanmar
b. Model : TF 85 MH
c. Type : In line, single cylinder, 4 stroke, air cooled, direct injection
d. Rated Power/Speed : 5.5 kW / 2200
e. Cylinder Bore : 85 mm
f. Stroke : 87 mm
g. Piston Displacement : 493 cc
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil praktikum marine diesel yang dilaksanakan, kami
mendapatkan data sebagai berikut.
Alternator Jml.
Putaran Putaran
Load Bahan
No Engine Generator Beban Tegangan Arus Waktu
Factor Bakar
(RPM) (RPM) (Volt) (Ampere) (ml)
1 1238 0 0 0 0.85 189
2 1235 1000 165 3,3 0.85 124
3 1225 2000 175 7,1 0.85 105
1700 20
4 1221 3000 177 10,8 0.85 79
5 1210 4000 179 14,2 0.85 66
6 1207 5000 186 17,5 0.85 49

1 1211 0 0 0 0.85 178


2 1294 1000 178 3,3 0.85 125
3 1299 2000 190 7,3 0.85 99
1800 20
4 1294 3000 191 11,1 0.85 70
5 1288 4000 188 14,8 0.85 61
6 1284 5000 182 18,3 0.85 48

1 1382 0 0 0 0.85 157


2 1377 1000 195 3,5 0.85 110
3 1370 2000 203 7,6 0.85 98
1900 20
4 1366 3000 203 11,5 0.85 70
5 1360 4000 200 15,4 0.85 57
6 1351 5000 193 19,0 0.85 43

1 1451 0 0 0 0.85 146


2 1446 1000 210 3,7 0.85 108
3 1432 2000 216 7,9 0.85 85
2000 20
4 1428 3000 216 11,9 0.85 62
5 1430 4000 213 16,0 0.85 53
6 1415 5000 204 19,6 0.85 40
1 1526 0 0 0 0.85 142
2 1515 1000 225 3,9 0.85 97
3 1511 2000 230 8,2 0.85 76
2100 20
4 1507 3000 230 12,4 0.85 59
5 1499 4000 226 16,5 0.85 47
6 1488 5000 217 20,3 0.85 38

4.2 Perhitungan
Berdasarkan data pengamatan diatas, diperlukan perhitungan-perhitungan yang
harus dilakukan untuk membuat grafik. Dalam perhitungan di bawah diambil sampel
pada RPM Engine 1700 pada beban 1000.
1. Perhitungan daya engine
𝑉 × 𝐼 × 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑃 =
𝜂𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 × 𝜂𝐵𝑒𝑙𝑡
165 × 3.3 × 0.9
𝑃 =
0.85 × 1.068
𝑃 = 540.9702 𝑊𝑎𝑡𝑡
𝑃 = 0.5409702 𝑘𝑊
2. Perhitungan SFC
2.1 Perhitungan nilai laju aliran massa bahan bakar (mf)
𝜌 × 𝑉𝑏𝑏
𝑚𝑓 =
𝑡
830 × 20 × 10−6
𝑚𝑓 =
124
𝑚𝑓 = 0.0001338 𝑘𝑔/𝑠
2.2 Perhitungan SFC
𝑚𝑓
𝑆𝐹𝐶 =
𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟
0.0001338
𝑆𝐹𝐶 =
0.5409702
𝑆𝐹𝐶 = 0.000247465 𝑘𝑔/𝑘𝑊ℎ
3. Perhitungan Efisiensi Thermal (𝜼𝑻𝒉𝒆𝒓𝒎𝒂𝒍)
3.1 Perhitungan Massa Bahan Bakar
𝑚𝑏𝑏 = 𝜌 × 𝑉𝑏𝑏
𝑚𝑏𝑏 = 830 × 20 × 10−6
𝑚𝑏𝑏 = 0.0166 𝑘𝑔
3.2 Perhitungan Energi Pembakaran
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 𝑚𝑏𝑏 × 𝐿𝐻𝑉
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 0.0166 × 41800
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 5.5958 kJ
3.3 Perhitungan Efisiensi Thermal
𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙
0.5409702
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
5.5958
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 0.09667

Berdasarkan perhitungan di atas, didapat hasil data perhitungan secara kesuluruhan


serta dimasukkan pada tabel berikut.
Volume Massa Jenis Waktu LHV Daya SFOC Efisiensi
No
(m^3) (kg/m^3) (s) (kJ/kg) (kW) (kg/kWh) Thermal

1 20x10^-6 830 189 41800 0 ∞ 0


2 20x10^-6 830 124 41800 0.54097017 0.890872567 0.09667421
3 20x10^-6 830 105 41800 1.24452235 0.45731831 0.18832485
4 20x10^-6 830 79 41800 1.92098401 0.393785525 0.218708907
5 20x10^-6 830 66 41800 2.57749835 0.351291998 0.245164713
6 20x10^-6 830 49 41800 3.30891883 0.368577139 0.233667238

1 20x10^-6 830 178 41800 0 ∞ 0


2 20x10^-6 830 125 41800 0.58974686 0.810652889 0.106240788
3 20x10^-6 830 99 41800 1.38718149 0.435153128 0.19791746
4 20x10^-6 830 70 41800 2.12857053 0.401073995 0.214734445
5 20x10^-6 830 61 41800 2.80652992 0.349068835 0.246726127
6 20x10^-6 830 48 41800 3.36994978 0.369441707 0.233120409

1 20x10^-6 830 157 41800 0 ∞ 0


2 20x10^-6 830 110 41800 0.67969768 0.799285837 0.107751693
3 20x10^-6 830 98 41800 1.54431587 0.394864762 0.218111136
4 20x10^-6 830 70 41800 2.34363648 0.364269072 0.236430728
5 20x10^-6 830 57 41800 3.10569554 0.337580113 0.255122854
6 20x10^-6 830 43 41800 3.72222509 0.37337007 0.230667664

1 20x10^-6 830 146 41800 0 ∞ 0


2 20x10^-6 830 108 41800 0.77566856 0.713363102 0.120730105
3 20x10^-6 830 85 41800 1.72013008 0.408724219 0.210715191
4 20x10^-6 830 62 41800 2.59833995 0.370956452 0.232168497
5 20x10^-6 830 53 41800 3.44022632 0.327753777 0.262771654
6 20x10^-6 830 40 41800 4.07899586 0.366266614 0.235141284
1 20x10^-6 830 142 41800 0 ∞ 0
2 20x10^-6 830 97 41800 0.87790446 0.701764828 0.122725447
3 20x10^-6 830 76 41800 1.89186433 0.415630115 0.207214056
4 20x10^-6 830 59 41800 2.86846155 0.353109615 0.243902738
5 20x10^-6 830 47 41800 3.77053968 0.33721681 0.255397713
6 20x10^-6 830 38 41800 4.48709852 0.350478504 0.245733763

Selain data perhitungan di atas adapun perhitungan yang perlu dilakukan yaitu pada
kondisi full load. Kondisi full load merupakan kondisi dimana engine menerima beban
maksimum. Berikut data perhitungan untuk beberapa nilai full load.

Daya BMEP (kPa)


No RPM Torsi
(kW) 1 2 3
1 1700 2.421 0.013606 210.4351 265.9408 333.3201
2 1800 2.451 0.01301 198.7443 251.1663 314.8023
3 1900 2.648 0.013315 188.2841 237.947 298.2338
4 2000 2.923 0.013963 178.8699 226.0497 283.3221
5 2100 3.216 0.014631 170.3522 215.2854 269.8305

Nilai pada kondisi tersebut didapat dari analisa grafik yang telah ada, yaitu
pada titik kurva maksimum grafik. Sebagai contoh pada saat 1700 RPM nilai daya full
load didapat dari grafik SFOC VS Daya. Ditarik garis vertikal pada saat nilai SFOC berada
paling rendah yaitu pada 0.29025 kg/kWh, sehingga diketahui berapa besar daya pada
SFOC tersebut. Nilai SFOC paling rendah memiliki arti bahwa mesin bekerja pada daya
tertentu dengan laju aliran massa bahan bakar paling irit atau rendah. Sedangkan nilai
BMEP didapat dari penarikan garis vertikal pada daya tetap. Daya tetap diambil nilai
1). 1.471 kW, 2). 1.859 kW, 3). 2.33 kW.
4.3 Grafik Engine Performance
4.3.1 Grafik SFOC VS Daya

SFOC VS DAYA
1.6
1.4
1.2
SFOC (kg/kWh)

1 1700 RPM
0.8 1800 RPM
0.6 1900 RPM
0.4 2000 RPM
0.2 2100 RPM
0
0 1 2 3 4 5
Daya (kW)

Berdasarkan grafik di atas dapat kita amati bahwa Nilai SFOC turun
hingga daya tertentu kemudian naik kembali. Pada daya 0 kW dimisalkan nilai
SFOC 1.4 kg/kWh karena memiliki nilai tak terhingga, pada grafik kita ambil
sampel acak pada setiap RPM. Data pada 1700 RPM, saat daya 1.165 kW
diperoleh SFOC 0.5902 kg/kWh. Pada 1800 RPM, saat daya 1.386 kW diperoleh
SFOC 0.489 kg/kWh. Pada 1900 RPM, disaat daya bekerja 1.39 kW diperoleh
SFOC sebesar 0.516 kg/kWh. Selanjutnya pada 2000 RPM, disaat daya yang
bekerja 1.879 kW diperoleh SFOC sebesar 0.3908 kg/kWh. Saat 2100 RPM, daya
yang bekerja 1.604 kW diperoleh SFOC sebesar 0.533 kg/kWh.
Selain itu nilai full load dapat ditentukan dari grafik pada RPM mesin
secara berturut-turut. Pada 1700 RPM daya full load 2.421 kW dan SFOC sebesar
0.271 kg/kWh. Pada 1800 RPM daya full load 2.451 kW dan SFOC 0.279 kg/kWh.
Pada 1900 RPM daya full load 2.648 kW dan SFOC 0.247 kg/kWh. Pada 2000 RPM
daya full load 2.293 kW dan SFOC 0.246 kg/kWh. Pada 2100 RPM daya full load
3.216 kW dan SFOC 0.241 kg/kWh. Berdasarkan nilai SFOC full load, dapat
disimpulkan bahwa pada 2100 RPM saat daya bekerja 3.216 kW memiliki SFOC
paling irit.
4.3.2 Grafik Efisiensi Thermal VS Daya

Ef. THERMAL VS DAYA


0.3

Efisiensi Thermal 0.25

0.2
1700 RPM
0.15 1800 RPM
1900 RPM
0.1
2000 RPM
0.05 2100 RPM

0
0 1 2 3 4 5
Daya (kW)

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa efisiensi thermal naik


hingga titik daya tertentu kemudian turun kembali. Diambil sampel secara acak
pada nilai RPM berturut-turut. Pada putaran 1700 RPM, disaat daya yang
bekerja 1.176 kW didapat efisiensi thermal 0.172. Pada putaran 1800 RPM, saat
daya bekerja 1.872 kW didapat efisiensi thermal 0.221. Pada putaran 1900
RPM, saat daya bekerja 1.358 kW diperoleh efisiensi thermal 0.188. Pada
putaran 2000 RPM, saat daya bekerja 2.208 kW diperoleh efisiensi thermal
0.234. Pada putaran 2100 RPM, saat daya 1.248 kW diperoleh efisiensi thermal
sebesar 0.153.
Selain itu, masing – masing besar putaran RPM mesin memiliki nilai
efisiensi thermal maksimum. Hal ini dapat dikatakan sebagai paling efisien,
secara berturut-turut. Pada putaran 1700 RPM daya 2.641 kW memiliki efisiensi
thermal 0.247. Pada putaran 1800 RPM daya 2.715 kW memiliki efisiensi thermal
0.244. Pada putaran 1900 RPM daya 2.821 kW memiliki efisiensi 0.257. Pada
putaran 2000 RPM daya 3.419 kW memiliki efisiensi 0.258. Pada putaran 2100
RPM daya 3.546 kW memiliki efisiensi thermal 0.26. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan efisiensi thermal paling besar pada 2000 RPM saat daya 3.419 kW.
4.3.3 Grafik Daya Full Load VS RPM

Daya Full Load VS RPM


3.5

Daya Full load (kW) 2.5

1.5

0.5

0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa daya full load naik
hingga RPM yang ditentukan yaitu 2100 RPM. Data hasil pengamatan dapat
disebutkan secara berturut-turut yaitu pada 1700 RPM daya full load adalah
2.421 kW, pada 1800 RPM daya full load adalah 2.715 kW, pada 1900 RPM daya
full load adalah 2.648 kW, pada 2000 RPM daya full load adalah 2.923 kW, serta
pada putaran 2100 RPM daya full load adalah 3.216 kW. Sehingga disimpulkan
daya full load maksimum berada pada putaran 2100 RPM.

4.3.4 Grafik Torsi Full Load VS RPM

Torsi Full Load VS RPM


0.0148
0.0146
0.0144
0.0142
Torsi Full Load

0.014
0.0138
0.0136
0.0134
0.0132
0.013
0.0128
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai torsi full load
turun hingga putaran tertentu kemudian naik secara signifikan. Data hasil
pengamatan dapat disebutkan secara berturut-turut yaitu pada 1700 RPM
memiliki torsi 0.0136 kN, pada 1800 RPM memiliki torsi 0.01301 kN, pada 1900
RPM memiliki torsi 0.0133 kN, pada 2000 RPM memiliki torsi 0.0139 kN, serta
pada 2100 RPM memiliki torsi yaitu 0.0146 kN. Sehingga dapat disimpulkan
putaran yang memiliki torsi full load paling besar adalah pada 2100 RPM

4.3.5 Grafik BMEP VS RPM

BMEP VS RPM
350

300

250
BMEP (kPa)

200
P1
150
P2
100 P3

50

0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa grafik BMEP dari 1700
RPM hingga 2100 RPM mengalami penurunan. Data hasil pengamatan dapat
disebutkan berturut-turut yaitu pada P1 diambil daya konstan 1.471 kW nilai
BMEP antara lain 210.43 kPa, 198.74 kPa, 188.28 kPa, 178.86 kPa, 170.35 kPa.
Pada P2 diambil daya konstan yaitu 1.859 kW sehingga nilai BMEP berturut-turut
256.94 kPa, 251.16 kPa, 237.94 kPa, 226.04 kPa, 215.28 kPa. Pada P3 diambil
daya konstan yaitu 2.33 kW sehingga diperoleh BMEP secara berturut-turut
333.32 kPa, 314.08 kPa, 298.23 kPa, 283.32 kPa, 269.83 kPa.
4.3.6 Grafik Engine an Envelope

Engine Envelope
3.5

Daya (kW) 2.5

1.5

0.5

0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui nilai daya full load turun
hingga putaran tertentu kemudian naik kembali serta grafik terhitung daya full
load 100% dan 60% untuk membuat engine an envelope. Data hasil perhitungan
dapat disebutkan bahwa daya full load 100% secara berturut-turut 2.241 kW,
2.451 kW, 2.648 kW, 2.923 kW, 3.216 kW. Sehingga daya full load 60% secara
berturut-turut 1.452 kW, 1.47 kW, 1.588 kW, 1.753 kW, 1.9296 kW.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dengan penjelas grafik
engine performance, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Jumlah SFOC paling irit yaitu 0.241 kg/kWh berada pada putaran 1700 RPM saat
daya bekerja 3.216 kW.
2. Efisiensi thermal paling besar yaitu 0.258 berada pada putaran 1700 RPM saat daya
3.419 kW.
3. Daya full load paling besar yaitu 3.216 kW berada pada putaran 2100 RPM.
4. Torsi full load paling besar yaitu 0.014 kN berada pada putaran 2100 RPM.
5. Besar BMEP setiap daya konstan pada putaran paling rendah hingga tertinggi
mengalami penurunan.

5.2 Saran
1. Praktikum Marine Diesel seharusnya dilakukan lebih dari satu kali guna memperkecil
kesalahan pengamatan.
2. Setiap praktikum seharusnya praktikan memakai seragam safety lengkap.
Daftar Pustaka

Admin, 2016. Engine Formulas. [online] Tersedia melalui:


<http://www.thecartech.com/subjects/engine/engine_formulas> [Diakses pada 24
November 2016]
Nofica, dkk, 2012. Efek Hidromagnetik Terhadap Performa Mesin Diesel pada Sistem Hot EGR. [online]
Tersedia melalui: <http://eprints.undip.ac.id/41566/3/BAB_II_giant.pdf> [Diakses pada
24 November 2016]
Sanguri, Chief Engineer Mohit. 2016. How to Use Main Engine Performance Curve for
Economical Fuel Consumption on Ships?. [online] Tersedia melalui:
<http://www.marineinsight.com/main-engine/how-to-use-main-engine-
performance-curve-for-economical-fuel-consumption-on-ships/> [Diakses pada 24
November 2016]
Drs. Buntarto, M.PD, 2016. Mesin Diesel. Jakarta: Pustaka Baru Press
Arismunandar, Koici. T. 1993. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramitha

You might also like