Professional Documents
Culture Documents
MARINE DIESEL
ME 141313
Oleh
Okta Rijal Nur Pratama (4215100044)
Sasmita Adi Nugraha (4215100047)
Anak Agung Ngurah T. P. (4215100341)
7.1 Tujuan
1. Mengtahui hubungan antara grafik SFOC vs daya engine performance pada mesin
diesel yang digunakan
2. Mengetahui hubungan antara grafik efisiensi thermal vs daya engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
3. Mengetahui hubungan antara grafik daya full load vs putaran engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
4. Mengetahui hubungan antara grafik torsi full load vs putaran engine performance
pada mesin diesel yang digunakan
5. Mengetahui hubungan antara grafik BMEP vs putaran engine performance pada
mesin diesel yang digunakan
6. Mengetahui gambar engine an envelope engine perfomance pada mesin diesel yang
digunakan
BAB II
DASAR TEORI
Jumlah massa bahan bakar yang dibutuhkan oleh suatu motor dalam rentang
waktu operasionalnya. Fuel Consumtion dapat ditentukan melalui persamaan berikut :
𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝑽𝒈
FC =
𝒕
Jumlah massa bahan bakar yang dibutuhkan oleh suatu motor untuk setiap satuan
daya dan waktu pada beban dan putaran tertentu. Untuk menghitung konsumsi bahan
bakar spesifik adalah sebagai berikut:
𝒎𝒃𝒃
SFC = 𝑷 .𝒕
P = Daya (kW)
t = waktu (detik)
Qm = mbbx LHV
a. Merk : Yanmar
b. Model : TF 85 MH
c. Type : In line, single cylinder, 4 stroke, air cooled, direct injection
d. Rated Power/Speed : 5.5 kW / 2200
e. Cylinder Bore : 85 mm
f. Stroke : 87 mm
g. Piston Displacement : 493 cc
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan
Berdasarkan data pengamatan diatas, diperlukan perhitungan-perhitungan yang
harus dilakukan untuk membuat grafik. Dalam perhitungan di bawah diambil sampel
pada RPM Engine 1700 pada beban 1000.
1. Perhitungan daya engine
𝑉 × 𝐼 × 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑃 =
𝜂𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 × 𝜂𝐵𝑒𝑙𝑡
165 × 3.3 × 0.9
𝑃 =
0.85 × 1.068
𝑃 = 540.9702 𝑊𝑎𝑡𝑡
𝑃 = 0.5409702 𝑘𝑊
2. Perhitungan SFC
2.1 Perhitungan nilai laju aliran massa bahan bakar (mf)
𝜌 × 𝑉𝑏𝑏
𝑚𝑓 =
𝑡
830 × 20 × 10−6
𝑚𝑓 =
124
𝑚𝑓 = 0.0001338 𝑘𝑔/𝑠
2.2 Perhitungan SFC
𝑚𝑓
𝑆𝐹𝐶 =
𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟
0.0001338
𝑆𝐹𝐶 =
0.5409702
𝑆𝐹𝐶 = 0.000247465 𝑘𝑔/𝑘𝑊ℎ
3. Perhitungan Efisiensi Thermal (𝜼𝑻𝒉𝒆𝒓𝒎𝒂𝒍)
3.1 Perhitungan Massa Bahan Bakar
𝑚𝑏𝑏 = 𝜌 × 𝑉𝑏𝑏
𝑚𝑏𝑏 = 830 × 20 × 10−6
𝑚𝑏𝑏 = 0.0166 𝑘𝑔
3.2 Perhitungan Energi Pembakaran
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 𝑚𝑏𝑏 × 𝐿𝐻𝑉
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 0.0166 × 41800
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙 = 5.5958 kJ
3.3 Perhitungan Efisiensi Thermal
𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑄𝑓𝑢𝑒𝑙
0.5409702
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
5.5958
𝜂𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 0.09667
Selain data perhitungan di atas adapun perhitungan yang perlu dilakukan yaitu pada
kondisi full load. Kondisi full load merupakan kondisi dimana engine menerima beban
maksimum. Berikut data perhitungan untuk beberapa nilai full load.
Nilai pada kondisi tersebut didapat dari analisa grafik yang telah ada, yaitu
pada titik kurva maksimum grafik. Sebagai contoh pada saat 1700 RPM nilai daya full
load didapat dari grafik SFOC VS Daya. Ditarik garis vertikal pada saat nilai SFOC berada
paling rendah yaitu pada 0.29025 kg/kWh, sehingga diketahui berapa besar daya pada
SFOC tersebut. Nilai SFOC paling rendah memiliki arti bahwa mesin bekerja pada daya
tertentu dengan laju aliran massa bahan bakar paling irit atau rendah. Sedangkan nilai
BMEP didapat dari penarikan garis vertikal pada daya tetap. Daya tetap diambil nilai
1). 1.471 kW, 2). 1.859 kW, 3). 2.33 kW.
4.3 Grafik Engine Performance
4.3.1 Grafik SFOC VS Daya
SFOC VS DAYA
1.6
1.4
1.2
SFOC (kg/kWh)
1 1700 RPM
0.8 1800 RPM
0.6 1900 RPM
0.4 2000 RPM
0.2 2100 RPM
0
0 1 2 3 4 5
Daya (kW)
Berdasarkan grafik di atas dapat kita amati bahwa Nilai SFOC turun
hingga daya tertentu kemudian naik kembali. Pada daya 0 kW dimisalkan nilai
SFOC 1.4 kg/kWh karena memiliki nilai tak terhingga, pada grafik kita ambil
sampel acak pada setiap RPM. Data pada 1700 RPM, saat daya 1.165 kW
diperoleh SFOC 0.5902 kg/kWh. Pada 1800 RPM, saat daya 1.386 kW diperoleh
SFOC 0.489 kg/kWh. Pada 1900 RPM, disaat daya bekerja 1.39 kW diperoleh
SFOC sebesar 0.516 kg/kWh. Selanjutnya pada 2000 RPM, disaat daya yang
bekerja 1.879 kW diperoleh SFOC sebesar 0.3908 kg/kWh. Saat 2100 RPM, daya
yang bekerja 1.604 kW diperoleh SFOC sebesar 0.533 kg/kWh.
Selain itu nilai full load dapat ditentukan dari grafik pada RPM mesin
secara berturut-turut. Pada 1700 RPM daya full load 2.421 kW dan SFOC sebesar
0.271 kg/kWh. Pada 1800 RPM daya full load 2.451 kW dan SFOC 0.279 kg/kWh.
Pada 1900 RPM daya full load 2.648 kW dan SFOC 0.247 kg/kWh. Pada 2000 RPM
daya full load 2.293 kW dan SFOC 0.246 kg/kWh. Pada 2100 RPM daya full load
3.216 kW dan SFOC 0.241 kg/kWh. Berdasarkan nilai SFOC full load, dapat
disimpulkan bahwa pada 2100 RPM saat daya bekerja 3.216 kW memiliki SFOC
paling irit.
4.3.2 Grafik Efisiensi Thermal VS Daya
0.2
1700 RPM
0.15 1800 RPM
1900 RPM
0.1
2000 RPM
0.05 2100 RPM
0
0 1 2 3 4 5
Daya (kW)
1.5
0.5
0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa daya full load naik
hingga RPM yang ditentukan yaitu 2100 RPM. Data hasil pengamatan dapat
disebutkan secara berturut-turut yaitu pada 1700 RPM daya full load adalah
2.421 kW, pada 1800 RPM daya full load adalah 2.715 kW, pada 1900 RPM daya
full load adalah 2.648 kW, pada 2000 RPM daya full load adalah 2.923 kW, serta
pada putaran 2100 RPM daya full load adalah 3.216 kW. Sehingga disimpulkan
daya full load maksimum berada pada putaran 2100 RPM.
0.014
0.0138
0.0136
0.0134
0.0132
0.013
0.0128
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai torsi full load
turun hingga putaran tertentu kemudian naik secara signifikan. Data hasil
pengamatan dapat disebutkan secara berturut-turut yaitu pada 1700 RPM
memiliki torsi 0.0136 kN, pada 1800 RPM memiliki torsi 0.01301 kN, pada 1900
RPM memiliki torsi 0.0133 kN, pada 2000 RPM memiliki torsi 0.0139 kN, serta
pada 2100 RPM memiliki torsi yaitu 0.0146 kN. Sehingga dapat disimpulkan
putaran yang memiliki torsi full load paling besar adalah pada 2100 RPM
BMEP VS RPM
350
300
250
BMEP (kPa)
200
P1
150
P2
100 P3
50
0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa grafik BMEP dari 1700
RPM hingga 2100 RPM mengalami penurunan. Data hasil pengamatan dapat
disebutkan berturut-turut yaitu pada P1 diambil daya konstan 1.471 kW nilai
BMEP antara lain 210.43 kPa, 198.74 kPa, 188.28 kPa, 178.86 kPa, 170.35 kPa.
Pada P2 diambil daya konstan yaitu 1.859 kW sehingga nilai BMEP berturut-turut
256.94 kPa, 251.16 kPa, 237.94 kPa, 226.04 kPa, 215.28 kPa. Pada P3 diambil
daya konstan yaitu 2.33 kW sehingga diperoleh BMEP secara berturut-turut
333.32 kPa, 314.08 kPa, 298.23 kPa, 283.32 kPa, 269.83 kPa.
4.3.6 Grafik Engine an Envelope
Engine Envelope
3.5
1.5
0.5
0
1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200
RPM
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui nilai daya full load turun
hingga putaran tertentu kemudian naik kembali serta grafik terhitung daya full
load 100% dan 60% untuk membuat engine an envelope. Data hasil perhitungan
dapat disebutkan bahwa daya full load 100% secara berturut-turut 2.241 kW,
2.451 kW, 2.648 kW, 2.923 kW, 3.216 kW. Sehingga daya full load 60% secara
berturut-turut 1.452 kW, 1.47 kW, 1.588 kW, 1.753 kW, 1.9296 kW.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dengan penjelas grafik
engine performance, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Jumlah SFOC paling irit yaitu 0.241 kg/kWh berada pada putaran 1700 RPM saat
daya bekerja 3.216 kW.
2. Efisiensi thermal paling besar yaitu 0.258 berada pada putaran 1700 RPM saat daya
3.419 kW.
3. Daya full load paling besar yaitu 3.216 kW berada pada putaran 2100 RPM.
4. Torsi full load paling besar yaitu 0.014 kN berada pada putaran 2100 RPM.
5. Besar BMEP setiap daya konstan pada putaran paling rendah hingga tertinggi
mengalami penurunan.
5.2 Saran
1. Praktikum Marine Diesel seharusnya dilakukan lebih dari satu kali guna memperkecil
kesalahan pengamatan.
2. Setiap praktikum seharusnya praktikan memakai seragam safety lengkap.
Daftar Pustaka