You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat dan juga
termasuk faktor risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler, seperti stroke, penyakit jantung
koroner, hingga gagal ginjal. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi
lebih dikenal di masyarakat dengan istilah tekanan darah tinggi. Darah dibawa dari jantung ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdetak, darah dipompa ke
seluruh tubuh. Tekanan darah berasal dari kekuatan darah mendorong melawan resistensi
dinding pembuluh darah (arteri). Semakin tinggi resistensi pembuluh darah makan akan
semakin sulit jantung memompa.1 Berbagai faktor yang dapat mencetuskan hipertensi antara
lain faktor keturunan, usia, pola makan yang salah, aktifitas fisik yang berkurang, gaya hidup,
pengaruh pikiran dan juga stress emosional.2

Berdasarkan data WHO South East Asia Regional Office (SEARO) prevalensi
hipertensi meningkat dari 8% di tahun 1995 menjadi 32% di tahun 2008 di Indonesia.3
Hipertensi juga merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia, diperkirakan pada
tahun 2025 jumlah ini akan meningkat menjadi 1,6 miliar berdasarkan data Global Burden of
Disease (GBD), 50% dari penyakit jantung disebabkan oleh hipertensi. Angka kematian
akibat penyakit jantung meningkat hingga 46% pada orang dengan hipertensi.4 Berdasarkan
data di atas masalah hipertensi masih demikian besar dan membutuhkan daya dan upaya lebih
untuk dapat mengatasi masalah tersebut.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi yang
5
didasarkan atas hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 26.5 %. Di propinsi DKI
Jakarta menunjukkan prevalensi hipertensi yang terus meningkat. Pada sebuah penelitian
yang dilakukan di daerah Jakarta Utara tahun 2009, didapatkan bahwa hipertensi menjadi
urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak dengan persentase 6,9%.6,7

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian


untuk mengetahui seberapa banyak prevalensi penderita hipertensi serta profil penderita
hipertensi di rawat jalan RSUD Koja. Alasan dilakukannya penelitian di daerah Koja adalah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


karena hipertensi menjadi salah satu penyakit terbanyak di sekitar daerah RSUD Koja.6
Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi
khususnya di RSUD Koja. Diharapkan dengan menyadari prevalensi di rawat jalan RSUD
Koja ini, dapat menjadi bahan pertimbangan petugas kesehatan serta dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk mengontrol tekanan darah agar dapat menurunkan tingkat
hipertensi yang tinggi di daerah Koja.

1.2. Masalah Penelitian

Di RSUD Koja, pasien dengan hipertensi sangat banyak ditemukan. Namun belum pernah
ada penelitian yang pasti tentang proporsi pasien rawat jalan di RSUD Koja. Karena itu
peneliti ingin mengetahui seberapa besar proporsi pasien hipertensi di poli rawat jalan RSUD
Koja.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa proporsi pasien hipertensi terhadap jumlah pasien rawat jalan di RSUD Koja?
2. Bagamana mengetahui gambaran usia pada pasien hipertensi di RSUD Koja?
3. Bagaimana mengetahui gambaran jenis kelamin pada pasien hipertensi di RSUD Koja?
4. Bagaimana mengetahui karakteristik obesitas pada pasien hipertensi di RSUD Koja?
5. Bagaimana mengetahui gambaran suku/ras pada pasien hipertensi di RSUD Koja?
6. Bagaimana mengetahui karakteristik tekanan darah pada pasien hipertensi di RSUD
Koja?
7. Bagaimana mengetahui kebiasaan olahraga pada pasien hipertensi di RSUD Koja?
8. Bagaimana mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada pasien hipertensi di RSUD
Koja?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:
Mengidentifikasi gambaran tingkat kejadian hipertensi di RSUD Koja.
Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui gambaran usia pada pasien hipertensi di RSUD Koja
b. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin pada pasien hipertensi di RSUD Koja
c. Untuk mengetahui karakteristik obesitas pada pasien hipertensi di RSUD Koja

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


d. Untuk mengetahui gambaran suku/ras pada pasien hipertensi di RSUD Koja
e. Untuk mengetahui karakteristik tekanan darah pada pasien hipertensi di RSUD Koja
f. Untuk mengetahi kebiasaan olahraga pada pasien hipertensi di RSUD Koja
g. Untuk mengetahi gambaran kebiasaan merokok pada pasien hipertensi di RSUD Koja

1.5. Manfaat Penelitian


1. Manfaat bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan tekanan darah pada setiap pasien hipertensi.
2. Manfaat bagi pasien
a. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan informasi kesehatan dan
penyakit hipertensi
b. Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan hipertensi sehingga dapat
dikontrol apabila terjadi masalah dengan penyakit hipertensi khususnya.
3. Manfaat bagi RSUD Koja
Memberikan masukan dalam hal pemantauan hipertensi di wilayah RSUD Koja dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan kebijakan program penyakit.
4. Manfaat bagi fakultas:
Sebagai sarana atau acuan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
5.Manfaat bagi bidang Penyakit Dalam :
Sebagai tambahan referensi keilmuan untuk dapat memahami pasien hipertensi
sehingga dapat memberikan tambahan terapi yang lebih memadai. Sebagai bahan masukan
untuk dapat menentukan langkah selanjutnya dalam menurunkan angka pasien hipertensi.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Definisi Hipertensi atau yang disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.8

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu orang tua memiliki riwayat
hipertensi maka sepanjang hidup seseorang mempunyai 25 % kemungkinan mendapatkannya.
Jika kedua orang tua mempunyai hipertensi, mendapatkan penyakit tersebut adalah 60%.9
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi
yang disebut sebagai the silent killer.10,11

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung (penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. Pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol sudah banyak jumlahnya
dan cenderung meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai
bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar
hipertensi dapat dikendalikan.2,8

2.2. Klasifkasi Hipertensi

Menurut The Eighth Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi
hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok optimal, normal, normal tinggi,
hipertensi derajat I dan derajat II.8,12 Berikut adalah klasifikasi hipertensi menurut WHO.13

Tabel 11-1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO.13

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109

Tabel 11-2. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee.8

Kategori Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)


Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99


Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor
resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas
fisik, stress serta penggunaan esterogen.2,14

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibagi menjadi tiga golongan yaitu hipertensi


sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri saat jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik
merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan
darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
sistolik, biasanya ditemukan pada kelompok anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi
diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.12,15

Berdasarkan penyebab nya hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial yaitu hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).12,16

Kondisi hipertensi yang tidak tertangani dinamakan sebagai hipertensi yang tidak
terkontrol, hipertensi resisten ataupun hipertensi refrakter yakni hipertensi yang sulit
ditatalaksana dengan menggunakan terapi farmakologi. Hipertensi refrakter atau hipertensi
refrakter awalnya didefinisikan sebagai hipertensi yang gagal diterapi (>140/90) dengan
menggunakan lebih dari sama dengan tiga obat anti hipertensi dari tiga kelas yang berbeda,
termasuk penggunaan diuretik. Tujuan utama klasifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi
pasien yang dalam proses terapinya sulit terkontrol , maka, diperlukan pendekatan diagnostik
dan tatalaksana khusus.16

2.3 Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi. Sistem ini mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk
sistem kontrol yang bereaksi segera Hipertrofi pada ventrikel kiri merupakan kompensasi
jantung menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang
ditandai dengan penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik).17 Fungsi diastolik
akan mulai terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri kemudian disusul oleh
dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Kestabilan tekanan darah jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ terutama ginjal.12,17

2.3.1. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan
dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi
6

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol,
produk ekskresi seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh
darah.3,17 Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima
akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah,
pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh
darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara
memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.12,18

2.3.2 Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari


angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.12,21

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan


meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Sebagai upaya menurunkan osmolalitas
darah, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang kemudian meningkatkan tekanan
darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

2.3.3 Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.12

2.4. Epidemiologi

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuisioner terdiagnosis tenaga


kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat
sebesar 9,5 persen.17 Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan.
Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di
Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa =
426.655 jiwa.15

2.5. Keluhan dan Gejala Hipertensi

Pada tahap awal hipertensi umumnya pasien tidak ada keluhan. Bila timbul gejala,
biasanya hal ini disebabkan oleh :

1. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar rasa melayang (dizzy) dan
impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vascular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada (iskemia
miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vascular lainnya
adalah epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, transient cerebral
ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder. Polidipsia, polyuria, dan kelemahan otot
pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan dengan emosi yang labil dan
Sindrom Cushing. Feokromasitoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala,
palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).21,12

2.6 Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi


terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.10 Namun
ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
2.6.1. Genetik
Faktor genetik pada keluarga tertentu dapat mempengaruhi resiko kejadian hipertensi
pada keluarga tersebut. Hal ini berhubungan dengan pengeluaran Natrium seseorang, yakni
8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


terjadinya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antar potasium
terhadap sodium. Individu yang orang tuanya memiliki orang tua dengan hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.4,14,22
2.6.2. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA, prevalensi
tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah
38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan
17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional).14 Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat
badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi
saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.12,14
2.6.3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah penyakit
jantung koroner.14 Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).2 Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.4,14
2.6.4. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila
jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak
arteri.4,14
2.6.5. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram
garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.4,14
2.6.6. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan za-zat
yang terkandung dalam rokok. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau dapat
merusak lapisan dinding arteri, sehingga lebih mudah terjadi penumpukan plak atau
ateroslekrosis yang menyebabkan resiko terjadinya stenosis arteri renal pada perokok berat.
Beberapa zat kimia utama yang terdapat pada rokok antara lain, (1) Nikotin. Nikotin
merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan beracun bila dosisnya tinggi. Nikotin bekerja
sentral di otak dan akan mempengaruhi neuron dopaminergic yang dapat memberikan efek
fisiologis seperti rasa nikmat, tenang dan nyaman dalam sesaat. (2) Karbonmonoksida (CO).
Darah yang kaya akan oksigen akan tergantikan oleh gas CO yang memiliki kemampuan
mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, sehinga setiap ada asap
tembakau, selain kadar oksigen yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah yang
semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO bukan oksigen. (3) Tar. Zat ini
merupakan komponen pada asap rokok yang bersifat karsinogen. Tar akan masuk ke dalam
rongga mulut dalam bentuk uap ketika rokok dihisap. Setelah tar mengendap di gigi, zat ini
akan menyebabkan permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru. berwarna coklat. 22
Berdasarkan banyak rokok yang dihisap perhari, Bustan mengelompokkan perokok
dapat dalam 3 kelompok, perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1-10 batang rokok
sehari, perokok sedang, 11-20 batang sehari, dan perokok berat dari 20 batang rokok sehari.22

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.6.7. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat
sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah pun meningkat.14

2.7 Diagnosis Hipertensi

Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu
dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan prosedur diagnostik
lainnya. Hipertensi seringkali disebut silent killer karena pasien dengan hipertensi esensial
biasanya tidak ada gejala (asimtomatik). Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya
tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol
dilakukan untuk mendiagnosis hipertensi diawal. Tekanan darah ini digunakan untuk
mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatnya.12,14

Akan tetapi, dalam penelitian ini, alat pengukuran tekanan darah yang digunakan
hanya melalui sphygmomanometer.

2.8 Komplikasi Hipertensi

Bila hipertensi terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, akan muncul komplikasi.
Komplikasi tersebut dapat menyerang otak yang menyebabkan cardiovascular desease
(CVD), menyerang mata yang menyebabkan retinopati, menyerang pembuluh darah dan
jantung yang dapat menyebabkan pembuluh darah, serta ginjal yang menyebabkan gagal
ginjal kronik. Hipertensi adalah faktor resiko utama timbulnya stroke dan penyakit jantung
koroner (PJK).2 Sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya
mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal dan kebutaan.17 Kemungkinan terburuknya
adalah terjadi kematian pada penderita.14

2.9. Tatalaksana Hipertensi

Penanganan hipertensi menurut JNC adalah sebagai berikut:8

1. Pada populasi umum berusia lebih dari sama dengan 60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dumulai jika tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan150
mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg dengan target sistolik
kurang dari 90 mmHg. Pada populasi umum berusia lebih dari sama dengan 60 tahun, jika
11

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


terapi farmakologis hipertensi menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah (misalnya
kurang dari sama dengan 140 mmHg) dan ditolerasi baik tanpa efek samping kesehatan dan
kualitas hidup, dosis tidak perlu disesuaikan.

2. Pada populasi umum kurang dari 60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan
darah dimulai jika tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg dengan target
tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg (untuk usia 50-59 tahun)

3. Pada populasi umum kurang dari 60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan
darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dengan tearget ekanan darah sistolik
kurang dari140 mmHg

4. Pada populasi berusia lebih dari sama dengan 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik,
terapi farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg dengan target target tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan taret tekanan
darah diastolik kurang dari 90 mmHg

5. Pada populasi berusia lebih dari sama dengan 18 tahun dengan penyakit diabetes, terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg
dengan target target tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan taret tekanan darah
diastolik kurang dari 90 mmHg

6. Pada populasi non kulit hitam umum, termsuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe Thiazid, calcium channnel blocker
(CCB), angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), atau angiotensin reseptor blocker
(ARB)

7. Pada populasi kulit hitam umum, termsuk mereka dengan diabetes, terapi antihipertensi
awal sebaiknya mencakup diuretik tipe Thiazid, calcium channnel blocker (CCB)

8. Pada populasi berusia lebih dari sama dengan 18 dengan penyakit ginjal kronik , terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), atau
angiotensin reseptor blocker (ARB)

9. Tujuan utma terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target tekanan darah.
Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan perawatan tingkatkan dosis awal atau
12

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6
(thiazid type diuretic,CCB, ACEI atau ARB).

Meskipun ada kemajuan dalam bidang ilmiah mengenai obat-obatan baru serta teknik
diagnostic yang mutakhir, peningkatan diagnosis pada pasien hipertensi masih saja terus
meningkat tajam. Hal ini terutama terjadi dalam 20 tahun terakhir. Uji diagnostic dan obat-
obatan masih terus dilakukan. Namun pentingnya upaya pencegahan masih sangat diperlukan
sebagai terapi non-farmaklogois. Antara lain adalah pentingnya diet, olahraga, pengurangan
stress, serta selalu menerapkan gaya hidup sehat. Dengan mengikutii intervensi diet dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 6 hingga 11 mmHg.19

13

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.10. Kerangka Teori

14

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


2.11 Kerangka Konsep

Faktor resiko:
Hipertensi:
sistolik ≥140 dan Obesitas
diastolik ≥90 Jenis kelamin

Usia

Genetik

Suku

Tekanan Darah

Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan Merokok

15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain studi yang akan digunakan adalah deskriptif cross-sectional.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara
dengan periode penelitian dari April sampai dengan Agustus 2019.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah semua orang yang datang ke poli
rawat jalan RSUD Koja dengan diagnosis hipertensi.

3.3.2. Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, orang-orang yang menjadi sampel adalah yang memenuhi kriteria inklusi

3.4 Sampling

n = besarnya sampel

Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan yang akan
diteliti, sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan
atau membuat inferensi tentang populasi tersebut. Tujuannya adalah untuk melakukan
generalisir terhadap keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
simple random sampling yang merupakan cara sederhana dan mudah dilakukan dimana
semua populasi studi dianggap homogen.22 Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan
rumus yang dikembangkan oleh Snedecor dan Cochran sebagai berikut:

𝑍𝛼 2 𝜌𝑞
𝑛=
𝑑2

16

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


𝑍𝛼 2 = simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan alpha
(biasanya

95%=1,96)

p = Nilai prevalensi/proporsi penyakit yang diperoleh dari pustaka

q = 1-p

d2 = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (01)

Dari data Riskesdes tahun 2013, prevalensi hipertensi yang didasarkan atas hasil
pengukuran tekanan darah adalah sebesar 26,5% Berdasarkan rumus tersebut, maka besar
sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:

n = 74.82 dibulatkan menjadi 75 orang

(1,96)2 .0,265.0,735
𝑛= (0,1)2

Dari hasil tersebut, maka ditambahkan 10% untuk mencegah bias yang terjadi, sehingga besar
sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:

n = 75 + 10%

n = 85 orang

3.5. Bahan, alat dan cara pengambilan data


3.5.1 Bahan Penelitian

Data primer berupa data hasil wawancara pasien yang menderita hipertensi periode
April sampai dengan Agustus 2019.

3.5.2 Alat Penelitian

Alat penelitian adalah pulpen, kertas, dan komputer untuk mencatat dan melaporkan
hasil penelitian.Alat ukur untuk mengukur tekanan darah adalah stetoskop dan

17

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


spyhygmomanometer air raksa, untuk mengukur IMT dibutuhan Microtoise dan Timbangan
berat-badan. Sedangkan untuk mengetahui profil penderita dilihat dari formulir pasien yang
masuk ke poliklinik.

3.5.3 Cara Penelitian

Data primer yang diperoleh dikumpulkan kemudian menyisihkan kriteria eksklusi.


Setelah itu data diolah, pengolahan data menggunakan program Statistical Package for the
Social Sciences (SPSS) dan Microsoft Excel. Hasil penelitian akan dilaporkan secara tertulis
dalam bentuk laporan hasil penelitian dan selanjutnya dipresentasikan.

3.6 Kriteria Penelitian

3.6.1 Kriteria Inklusi


a. Semua pasien dengan diagnosa hipertensi di poli penyakit dalam pada periode
April sampai dengan Agustus 2019.
b. Semua pasien dengan dokter penanggung jawab (DPJP) atau rawat bersama
departemen penyakit dalam

3.6.2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan usia kurang dari 18 tahun.


b. Pasien yang sudah pernah kontrol di poli bagian penyakit dalam pada periode April
sampai dengan Agustus 2019. dengan diagnosa yang sama.

3.7. Parameter yang diperiksa

Parameter yang diperiksa pada penelitian ini adalah distribusi kejadian hipertensi
berdasarkan jenis kelamin, usia, IMT, Suku, Tekanan darah, serta gaya hidup pasien meliputi
kebiasaan merokok dan berolahraga.

3.8. Variabel penelitian

a. Hipertensi
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. IMT
18

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


e. Suku/Ras
f. Tekanan Darah
g. Kebiasaan Olahraga
h. Kebiasaan merokok

3.9. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat.
Analisa univariat dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian, berfungsi
untuk merangkum kumpulan data hasil penelitian serta ditampilkan dalam bentuk ukuran
statistik, tabel dan grafik.

3.10. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


operasional
1. Penderita Pasien yang Stetoskop Hipertensi Kategor
Hipertens didiagnosis spyhgmomanometer derajat I ik
i menderita air raksa
hipertensi Hipertensi
karena derajat II
memiliki
tekanan darah Hipertensi
sistolik ≥140 derajat III.8
mmHg dan
tekanan darah
diastolik ≥90
mmHg
2 Usia Lama waktu Wawancara 1. 17 – 25 tahun ordinal
hidup 2. 26 – 35 tahun
semenjak 3. 36 - 45 tahun
dilahirkan 4. 46-55 tahun
5.56-64 tahun
6. di atas 65
tahun.17

19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


3 Jenis Atribut Wawancara Laki - laki kategori
kelamin fisiologis Perempuan k
maupun
anatomis yang
membedakan
antara laki-laki
dan perempuan
4 IMT Alat ukur Wawancara <18 (kurus) Ordinal
untuk 18 – 24,9
menentukan (normal)
status gizi 25 – 29,9
berdasarkan (gemuk)
perbandingan 30 – 34,9
berat badan (Obesitas I)
dan tinggi >35 (Obesitas
badan dikali II).14
dua (dalam
meter)
5 Suku/ golongan Wawancara Betawi Kategor
Ras orang-orang Sunda ik
(keluarga) Jawa
yang seturunan Batak
Minang
Ambon
Lainnya
6 Tekanan tekanan yang Stetoskop Tekanan Sistolik Numeri
Darah dialami darah spyhygmomanometer Tekanan k
pada pembuluh air raksa Diastolik
arteri darah
ketika darah di
pompa
oleh jantung ke
seluruh

20

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


anggota tubuh

7. Olah Kebiasaan Wawancara Olahraga <3x Kategor


per minggu
Raga berolahraga ik
responden Olahraga ≥3x per
minggu

Tidak
berolahraga

8 Kebiasaa Kebiasaan Wawancara Bukan perokok Kategor


n merokok ik
merokok responden Perokok Ringan
(1-10
batang/hari)

Perokok Sedang
(11-20
batang/hari)

Perokok Berat
(20
batang/hari).22

3.11. Alur Penelitian

Pasien dengan diagnosa hipertensi di poli penyakit dalam

Pengumpulan data menggunakan form penelitian.

Analisis Data

3.12. Cara kerja


21

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


1. Semua pasien dengan diagnosa hipertensi di poli bagian penyakit dalam RSUD Koja
pada periode April sampai dengan Agustus 2019
2. Melakukan inform consent pada calon responden
3. Pengumpulan data pasien dengan form penelitian oleh peneliti.
4. Analisis data menggunakan Microsoft Excel serta Statistical Package for the Social
Sciences dengan tujuan mencari proporsi pasien hipertensi selama masa penelitian.

b. Analisis Data
Analisis data menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Package for the
Social Sciences dengan menghitung proporsi pasien hipertensi di poliklinik penyakit
dalam. Semua data numerik disajikan dalam mean (SD), sedangkan data kategorik
disajikan dalam bentuk n (%).

c. Dana Penelitian
Perkiraan dana yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebesar Rp.1.350.000
dengan rincian sebagai berikut

Transportasi Rp. 1.000.000

Alat (kertas, bolpoint) Rp. 150.000

Tinta dan Cetak Rp. 200.000

Total Rp. 1.350.000

22

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


d. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan (Tahun 2019)


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
1 Studi
Pustaka
2 Persiapan
alat dan
bahan
penelitian
3 Penelitian
4 Penulisian

23

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Daftar Pustaka

1. World Health Organization (WHO). Health topic: Hypertension [Internet]. Geneva:


WHO;2015. Available from : https://www.who.int/topics/hypertension/en/
2. Sofyan AM, dkk. Hubungan umur, jenis kelamin, dan hipertensi dengan kejadian
stroke. Medula vol 1(1). Kendari: Universitas Halu Uleo.2013;h.24-5
3. Neupane D, etc. Prevalence of Hypertension in Member Countries of South Asian
Association for Regional Cooperatio (SAARC) Systematic Review AND Meta-
Analysis.Medicine (Baltimore). WHO 2014 Sep;93(13) e74.h.1-3
4. World Health Organization (WHO). Hypertension fact sheet [Internet]. Departmen of
Sustainable Development and Healthy Environtmens. WHO: September 2011.
5. Riskesdas. Infodatin Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Mei, 2015;h.1-6
6. Herlina L, Winarsih W, Reknawati E. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
lansia dalam pengendalian hipertensi. Junal Keperawatan Komunitas Vol 1(2).
November 2013; Jakarta: Universitas Indonesia; 2013;h.108-9
7. Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatatlaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Dirjen PP & PL Depkes RI.2010;h.12
8. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.
Jakarta: Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2016;h.54-8
9. Sheps, Sheldon G. Mayo Clinic hypertensi mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:
PT Intisari Mediatama.2009;h.65-9
10. Yonatan A, Prartama AS.Hipertensi sebagai faktor pencetus terjadinya stroke.
Majority vol 5 (3). Lampung : Universitas Lampung.September 2016;h.17-21
11. Rahajeng, E., Tuminah, S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia. 2009. 59(12);h.580-7
12. Nuraini B. Risk Factor of hypertension. J Majority Vol 4(5), Feb 2015. Lampung:
Universitas Lampung. 2015;h.10-18
13. Runge, M. S. & M. A. Greganti. Netter’s Internal Medicine. USA: Icon Learning
System.2015;h.1244-48
14. Depkes RI. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia .2014;h.2-4

24

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


15. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.2009;
16. Putra BE. Kunci penanganan hipertensi refrakter: mendalami entitas hipertensi
esensial dan sekunder.J Indon Med Assoc vol 68(1) Januari 2018. Jakarta: Universitas
Indonesia.2018;h.1-2
17. Depkes RI. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2016;h.40
18. Cassani R, Nobre F, Schmidt A. Relationship between blood pressure and
anthropometry in a cohort of Brazilian men: A cross-sectional study. Am J Hypertens.
2009;22:980-4.
19. National Heart, Lung, and Blood Institute. DASH diet for patient with hypertension.
Artikel Mei, 2018;h.1-2
20. Yonatan A, Prartama AS.Hipertensi sebagai faktor pencetus terjadinya stroke.
Majority vol 5 (3) September 2016. Lampung : Universitas Lampung. 2016;h.17-20
21. Henderson. S O. Vademecum Kedokteran emergency. Jakarta: EGC:2009
22. Setyanda Y O, dkk.Hubungan Merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usai
35-65 tahun di kota Padang. Juranal Kesehatan Andalas 4(2). Padang : Universitas
Andalas. 2015;h.434-6

25

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

You might also like