You are on page 1of 10

Artikel Penelitian

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI HIPERTENSI PADA PASIEN


PUSKESMAS KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR 2018

Victor Morando Nainggolan1Yusuf Handoko2 Susanty Dewi Winata3

1
Strata 1 Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana

2
Staf Pengajar Departemen Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana

3
Staf Pengajar Departemen Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana

Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Email : victor.2013fk392@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Gangguan paru akibat kerja merupakan gangguan atau kelainan paru yang terjadi akibat
terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya saat seseorang sedang bekerja.
Penanganan untuk menghindari faktor resiko harus dilakukan secara obyektif dan ditekankan pada
lingkungan kerja. Di samping itu penanganan farmakologik dapat merupakan cara yang sangat
efektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan
data secara purposive sampling. Data yang di peroleh dari Pulau intan yakni total pekerja sebanyak
189 orang. Namun tidak semua dijadikan sampel penelitian berdasarkan rumus dan Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi dalam
penelitian sebanyak 64 orang. Data di analisis dan dikaji kesesuaiannya dengan WHO tahun 2005,
Journal of Occupational Medicine and Environmental Health tahun 2009 dan Guyton Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kategori umur frekuensi
terbanyak yakni 20 – 29 tahun (43,75%), dengan masa kerja kurang dari 5 tahun (56,25%) dan
status gizi normal sebanyak 32 orang dengan presentase 50%. perokok ringan terbanyak dengan
presentase (59,37%), juga kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 55 orang dengan
presentase 85,93% dan gambaran Faal paru pekerja bangunan Rumah Sakit Ukrida sebanyak 36
orang dengan presentase 56,25% normal. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh gambaran
faal paru berdasarkan umur, masa kerja, status gizi, riwayat merokok dan penggunaan alat
pelindung diri.

Kata Kunci : Gangguan paru, Pekerja, Rumah Sakit Ukrida

1
Abstract
Pulmonary failure due to work is a disorder or lung disorder that occurs due to inhalation of
particles, fog, vapor or harmful gas when someone is working. Handling to avoid risk factors
should be done objectively and emphasized on the work environment. In addition, pharmacologic
treatment can be a very effective way. The sampling technique used is cross sectional by taking
the data by purposive sampling. The data obtained from the island of diamond that total workers
as many as 189 people. But not all used as sample research based on the formula and Data obtained
analyzed descriptively adjusted to the inclusion and exclusion criteria in the study of 64 people.
Data were analyzed and assessed their conformity with WHO in 2005, Journal of Occupational
Medicine and Environmental Health in 2009 and Guyton Textbook of Medical Physiology in 2007.
The results showed that the most frequent age categories were 20 - 29 years (43.75%), with less
than 5 years working period (56.25%) and normal nutritional status of 32 people with a percentage
of 50%. light smokers with the highest percentage (59.37%), also compliance with the use of good
APD as much as 55 people with 85.93% percentage and illustration of lungs lungs of Ukrida
Hospital workers 36 people with a percentage of 56.25% normal. These results indicate no effect
of lung physiology based on age, duration of work, nutritional status, smoking history and use of
personal protective equipment.
Keywords: Pulmonary Disorders, Workers, Ukrida Hospital
Pendahuluan
Indonesia cinta sehat merupakan cermin sikap dan perilaku segenap bangsa Indonesia yang
mencintai kesehatan dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Hal itu adalah kunci keberhasilan
bagi terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri. Itu adalah salah satu program jaminan kesehatan
semesta pada tahun 2019.1 Pada masa sekarang ini banyak terjadi permasalahan di berbagai
bidang, termasuk di bidang kesehatan, yang tak kalah penting dari masalah kesehatan yang terjadi
sekarang ini yaitu perubahan pola penyakit yang dulunya di dominasi oleh penyakit infeksi
sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular. Diperkirakan terjadi peningkatan
insidens dan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) secara cepat, World Health Organization
(WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60%
seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara
berkembang termasuk Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.2 Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolistik di atas 90 mmHg.3 Menurut Eighth Joint National Committee (JNC 8), masalah
hipertensi bisanya menyebabkan myocardial infarction, stroke, gagal ginjal, bahkan bisa
meninggal jika tidak dideteksi dari awal dan diobati secara tidak adekuat. Maka dengan itu tekanan
darah yang harus dikontrol adalah dibawah 140/90 mmHg.4 Menurut WHO dan International
Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan
3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor resiko
nomor tiga penyebab kematian didunia. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi di indonesia 14% dengan kisaran sekitar 13,4 %-14,6 %.2 Sedangkan di Jakarta, pada
data riset kesehatan dasar (risdekas) 2013, Jakarta memiliki jumlah penduduk sekitar 10.135.030

2
jiwa, 20% diataranya adalah penderita hipertensi, sebesar 2.027.006 jiwa.5 Hipertensi menjadi
momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik
jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam
hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan
aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal
yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi
akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi menuju
penyakit non infeksi.5 Hipertensi bisa kambuh, karena secara keseluruhan hipertensi tidak dapat
disembuhkan. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol dan dapat
mengurangi resiko kekembuhan ulang dengan kombinasi modifikasi gaya hidup dan obat
antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah dalam kisaran yang tidak akan merusak
jantung dan organ lain.6
Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka penulis berinisiatif untuk
melakukan penilitian terhadap pasien puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Yang
bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan pasien pada Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta
Timur terhadap hipertensi.
Metode dan Hasil Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian akan dilakukan Puskesmas Kecamatan Makasar Jl. Pusdiklat Depnaker
No.4, RT.8/RW.6, Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jumlah sampel
236 responden dan sebanyak 50 responden dikeluarkan dikarenakan memiliki riwayat hipertensi
dan 1 responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Sehingga total subjek yang
menyelesaikan penelitian berjumlah 185 responden. Dimana memenuhi jumlah sampel minimal.
Data terkumpul dalam periode 10-12 Agustus 2018. Pengumpulan data menggunakan kuisioner
yang terdiri dari lembar informed consent, data demografi, dan angket mengenai hipertensi.

Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Hipertensi


Data tingkat pengetahuan dianalisis dengan menggunakan analisa statistik dengan metode tendensi
sentral yang mencakup mean, median, modus. Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui
apakah ada data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak normal. Berdasarkan hasil
perhitungan keseluruhan responden didapatkan 181 responden (97.8%) memiliki tingkat
pengetahuan yang baik, dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk sekitar 4 responden
(2.2%). Bahwa nilai mean lebih kecil dari nilai median lebih kecil dari nilai modus (mean = 79.6,
median = 80.00, modus = 86.67). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data normal karena
memiliki distribusi data menceng kiri.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Hipertensi Responden Pasien Puskesmas Kecamatan
Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Hipertensi

3
Buruk (%) Baik (%)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 2 1.8 108 98.2
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 3 2.7 110 97.3
b. Perempuan 1 1.4 71 98.6
3. Pendidikan
a. Menengah 4 2.8 138 97.2
b. Tinggi 0 0.0 43 100.0
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 1 2.3 42 97.7
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 2 2.0 100 98.0
d. Media Massa/TV 1 6.7 14 93.3
e. Lain-Lain 0 0.0 13 100.0
Menurut tabel 2, tingkat pengetahuan hipertensi usia ≤ 35 tahun lebih baik dibandingkan
usia > 35 tahun. Usia semakin tua tidak menyebabkan seseorang memiliki pengetahuan yang lebih
baik tentang hipertensi. Hal tersebut sama seperti yang diutarakan Debby Christy Sinaga (2012)
yang melakukan penelitian di Pondok Cina, Depok. Dimana usia tidak berpengaruh pada tingkat
pengetahuan hipertensi.7 Berbeda dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), menurut Notoatmodjo
bahwa usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.8
Bedasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik
dari jenis kelamin laki-laki. Berbeda dengan penelitian Debby Christy Sinaga, tingkat pengetahuan
hipertensi menurut Debby bedasarkan jenis kelamin lebih baik dari kategori laki-laki.7 Dari
penelitian yang dilakukan Mujib Hannan (2009) yang dilakukan di daerah Sumenep. Menurut
Mujib, proporsi tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari kategori laki-laki.9

Bedasarkan pendidikan, responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki


tingkat pengetahuan hipertensi lebih baik dari pada tingkat pendidikan menengah. Hal ini
menandakan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pengetahuan
hipertensi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo, secara umum orang yang memiliki
pengetahuan yang tinggi akan mempunyai wawasan atau pengetahuan yang luas dibandingkan
dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah.8 Dari hasil penelitian ini juga memiliki
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Debby dan Mujib. Dari penelitian mereka yang
dilakukan di tempat berbeda, tingkat pengetahuan hipertensi responden yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi akan lebih baik dari pada tingkat pendidikan menengah.7,9
Bedasarkan mendapat informasi mengenai hipetensi, kategori keluarga dan lain-lain
menjadi yang paling tinggi proporsi pengetahuannya mengenai hipertensi. Peneliti beranggapan
bahwa kategori keluarga bisa menjadi paling tinggi tingkat pengetahuan mengenai hipertensi

4
dikarenakan tingkat kepercayaan dari informasi itu didapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
responden mengenai hipertensi. Menurut Debby, dalam penelitiannya kategori keluarga juga
menjadi paling tinggi tingkat pengetahuan mengenai hipertensi.7
Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Hipertensi
Tingkat pengetahuan mengenai pengertian hipertensi dari 185 responden didapatkan 178
responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7 responden (3.8%) memiliki tingkat
pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan mengenai pengertian hipertensi, presentase responden
menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Tekanan darah mencapai ≥210/120 mmHg
termasuk ke dalam hipertensi sangat berat”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar
sebanyak 175 responden (94.6%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi merupakan
peninggian tekanan darah dimana mencapai 110/90 mmHg” dimana yang menjawab benar
sebanyak 113 responden (61.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti
terhadap responden mengenai pengertian hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik
(Skor tingkat pengetahuan >55).
Pada tabel 3 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai pengertian
hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pengertian Hipertensi
Buruk (%) Baik (%)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 5 4.5 105 95.5
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 6 5.3 107 94.7
b. Perempuan 1 1.4 71 98.6
3. Pendidikan
a. Menengah 5 3.5 137 96.5
b. Tinggi 2 4.7 41 95.3
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 1 2.3 42 97.7
b. Keluarga 1 8.3 11 91.7
c. Pelayan Kesehatan 3 2.9 99 97.1
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 0 0.0 13 100.0

Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Penyebab Hipertensi


Tingkat pengetahuan mengenai penyebab hipertensi dari 185 responden didapatkan 163
responden (88.1%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 22 responden (11.9%) memiliki tingkat
pengetahuan buruk. Dari 8 pertanyaan mengenai penyebab hipertensi, presentase responden

5
menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih dapat
menyebabkan hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 170
responden (91.9%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi dapat disebabkan karena
keturunan” dimana yang menjawab benar sebanyak 113 responden (61.1%). Dari keseluruhan
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai penyebab hipertensi,
memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).
Pada tabel 4 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai penyebab
hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)

No. Variabel Tingkat Pengetahuan Penyebab Hipertensi


Buruk (%) Baik (%)
1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 13 11.8 97 88.2
b. > 35 Tahun 9 12.0 66 88.0
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 11 9.7 102 90.3
b. Perempuan 11 15.3 61 84.7
3. Pendidikan
a. Menengah 19 13.4 123 86.6
b. Tinggi 3 7.0 40 93.0
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 4 9.3 39 90.7
b. Keluarga 2 16.7 10 83.3
c. Pelayan Kesehatan 12 11.8 90 88.2
d. Media Massa/TV 3 20.0 12 80.0
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3
Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Gejala Hipertensi
Tingkat pengetahuan mengenai gejala hipertensi dari 185 responden didapatkan 170
responden (91.9%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 15 responden (8.1%) memiliki tingkat
pengetahuan buruk. Dari 3 pertanyaan mengenai gejala hipertensi, presentase responden
menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi
adalah sakit kepala, rasa berat di tengkuk dan mudah marah”, dimana dari seluruh responden yang
menjawab benar sebanyak 176 responden (95.1%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Semua
orang yang menderita hipertensi menunjukkan gejala seperti pusing, mimisan, dan pandangan
berkunang-kunang” dimana yang menjawab benar sebanyak 121 responden (65.4%). Dari
keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai gejala
hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).

6
Pada tabel 5 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai gejala
hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Tabel 5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Gejala Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 7 6.4 103 93.6
b. > 35 Tahun 8 10.7 67 89.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 7 6.2 106 93.8
b. Perempuan 8 11.1 64 88.9
3. Pendidikan
a. Menengah 13 9.2 129 90.8
b. Tinggi 2 4.7 41 95.3
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 5 11.6 38 88.4
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 7 6.9 95 93.1
d. Media Massa/TV 1 6.7 14 93.3
e. Lain-Lain 2 15.4 11 84.6

Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pola Hidup Hipertensi


Tingkat pengetahuan mengenai pola hidup hipertensi dari 185 responden didapatkan 153
responden (82.7%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 32 responden (17.3%) memiliki tingkat
pengetahuan buruk. Dari 7 pertanyaan mengenai pola hidup hipertensi, presentase responden
menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Makan tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu
yang rendah lemak merupakan makanan yang dianjurkan pada penderita hipertensi”, dimana dari
seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 172 responden (93.0%). Dan yang terendah
pada pertanyaan “Hipertensi dapat disembuhkan” dimana yang menjawab benar sebanyak 19
responden (10.3%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden
mengenai pola hidup hipertensi, 6 pertanyaan berhasil dijawab dengan hasil tingkat pengetahuan
baik (Skor tingkat pengetahuan >55), akan tetapi 1 pertanyaan memiliki tingkat pengetahuan
buruk.
Pada tabel 6 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai pola hidup
hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Tabel 6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)

7
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Pola Hidup Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 15 13.6 95 86.4
b. > 35 Tahun 17 22.7 58 77.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 15 13.3 98 86.7
b. Perempuan 17 23.6 55 76.4
3. Pendidikan
a. Menengah 24 16.9 118 83.1
b. Tinggi 8 18.6 35 81.4
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 5 11.6 38 88.4
b. Keluarga 1 8.3 11 91.7
c. Pelayan Kesehatan 18 17.6 84 82.4
d. Media Massa/TV 4 26.7 11 73.3
e. Lain-Lain 4 30.8 9 69.2

Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Komplikasi Hipertensi


Tingkat pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi dari 185 responden didapatkan 178
responden (96.2%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 7 responden (3.8%) memiliki tingkat
pengetahuan buruk. Dari 5 pertanyaan mengenai komplikasi hipertensi, presentase responden
menjawab benar paling tinggi pada pertanyaan “Berhenti merokok sangat dianjurkan bagi
penderita hipertensi”, dimana dari seluruh responden yang menjawab benar sebanyak 177
responden (95.7%). Dan yang terendah pada pertanyaan “Hipertensi tidak menimbulkan
komplikasi pada anggota tubuh yang lain” dimana yang menjawab benar sebanyak 126 responden
(68.1%). Dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terhadap responden mengenai
komplikasi hipertensi, memiliki hasil tingkat pengetahuan baik (Skor tingkat pengetahuan >55).
Pada tabel 7 akan diperlihatkan sebaran data tingkat pengetahuan mengenai komplikasi
hipertensi terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, dan mendapat informasi mengenai hipertensi.
Tabel 7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi Responden Pasien Puskesmas
Kecamatan Makasar Periode Agustus 2018 (n=185)
No. Variabel Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi

Buruk (%) Baik (%)


1. Usia
a. ≤ 35 Tahun 5 4.5 105 95.5
b. > 35 Tahun 2 2.7 73 97.3
2. Jenis Kelamin
a. Laki – laki 4 3.5 109 96.5
b. Perempuan 3 4.2 69 95.8

8
3. Pendidikan
a. Menengah 7 4.9 135 95.1
b. Tinggi 0 0.0 43 100.0
4. Mendapat Informasi Hipertensi
a. Tidak Pernah 3 7.0 40 93.0
b. Keluarga 0 0.0 12 100.0
c. Pelayan Kesehatan 1 1.0 101 99.0
d. Media Massa/TV 2 13.3 13 86.7
e. Lain-Lain 1 7.7 12 92.3

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja bangunan Rumah Sakit Ukrida 2018 dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kategori umur frekuensi terbanyak yakni 20 – 29 tahun sebanyak 28 orang (43,75%),
dengan masa kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 36 orang dengan presentase 56,25%
dan status gizi normal sebanyak 32 orang dengan presentase 50%.
2. Gambaran derajat merokok pada kelompok perokok berdasarkan Indeks Brinkman
pada pekerja bangunan Rumah Sakit Ukrida adalah perokok ringan sebanyak 38 orang
dengan presentase (59,37%).
3. Gambaran Faal paru pekerja bangunan Rumah Sakit Ukrida sebanyak 36 orang
dengan presentase 56,25% normal. Di samping umur dan status gizi normal dengan
frekuensi yang relatif banyak, juga kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 55
orang dengan presentase 85,93% menjawab selalu menggunakan APD. Meskipun, masih
ada 16 orang dengan presentase 25% mengalami gangguan paru restriksi dan 12 orang
dengan presentase 18,75% mengalami gangguan paru obstruksi. Dimana gangguan fungsi
paru ini berdasarkan jumlah perokok aktif yang dominan.
Saran
1. Perlu dilakukan pemeriksaan kapasitas fungsi paru secara periodik sekurang –
kurangnya 1 tahun sekali .
2. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh pekerja yang telah
terjadi penurunan fungsi paru maupun tidak agar tidak mengalami penurunan fungsi
paru.
3. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian dalam skala yang lebih besar untuk
mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan gambaran fungsi paru pekerja konstruksi
bangunan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan indonesia 2012. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI;2012
2. Rahajeng, Tuminah. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI

9
Majalah Kedokteran Indonesia (Online), Volume 59 No. 12.
(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-laporannasional-riskesdas-
2007.pdf)
3. Bruner, Sudrath. Keperawatan Medical Bedah. Ed 8.vol 3 .Jakarta. EGC.2002.h.542
4. James PA, Oparil S, Carter BL, dkk.Evidence-Based Guideline For the Management Of High
Blood Pressure In Adults Report From The Panel Members Appointed To The Eighth Joint
National Committee (JNC 8). Chicago.JAMA;2014.
5. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Depkes RI;2013.Tersedia di
(www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin.)
6. Agoes, Azwar. Penyakit di Usia Tua. Palembang: EGC;2008.
7. Sinaga DC. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Pada Masyarakat yang
Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina Beji Depok. Jakarta:FKUI;2012.
8. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2007.
9. Hannan M. Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep.Sumenep:Jurnal kesehatan”wiraraja
medika”;2009.h7-8

10

You might also like