Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH ;
KELOMPOK 5
Acnhis Akbar Jum 17.01.244
Fatriawati 17.01.284
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah inii
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan darii
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Makass
ar, Mei 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................... 1
I.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
BAB III........................................................................................................26
III.1 Kesimpulan..........................................................................................26
III.2 Saran...................................................................................................26
Daftar Pustaka..........................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Adapun rumusan masalah makalah ini ialah apa yang dimaksud
dengan penyakit cacingan (oleh nematoda) dan bagaimanakah terapi
pengobatannya ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan penyakit cacingan (oleh nematoda) dan terapi
pengobatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Cacing
Helmit (cacing) adalah organisme multisel yang menginfeksi
banyak orang dan menyebabkan beragam penyakit. Lebih dari 1 milyar
orang terinfeksi oleh nematode usus dan jutaan yang terinfeksi oleh
nematode filaria, flukes dan cacing pita (tapeworm). Tersedia banyak obat
yang ditujukan terhadap sejumlah sasaran berbeda, untuk mengobati
infeksi cacing. Pada banyak kasus, khususnya negara-negara yang
sedang berkembang, tujuannya adalah untuk mengontrol infeksi dengan
2
eliminasi sebagian besar parasit yang mengontrol gejala penyakit dan
penurunan penularan infeksi (Katzung, dkk. 2014).
Infeksi cacing terbagi dalam 3 kelompok yaitu cacing bundar (round
worms) atau nematode, cacing isap (flukes) atau trematoda, dan cacing
pita (tapeworms) atau cestoda. Sebagian besar infeksi pada manusia
adalah cacing nematoda dan pada hewan adalah cacing cestoda dan
trematoda, namun cacing inipun bisa menyebabkan infeksi pada manusia.
Satu faktor yang menentukan patogenitas dari infeksi cacing adalah
kepadatan populasinya, sebuah kepadatan populasi (worm burden)
menjadikan penampakan penyakit yang dapat diprediksi. Di Amerika
Serikat, infeksi ini dilaporkan paling sering terjadi pada imigran baru dari
Asia Selatan, Karibia, Meksiko, dan Amerika Tengah. Faktor risiko
termasuk pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, anak-anak
preschool, dan homoseksual. Kondisi dan obat tertentu (anestesi dan
kortikosteroid) dapat menyebabkan lokalisasi tipikal cacing (Dipiro, dkk.
2014).
3
4. Turunan benzimidazole (Mebendazole, Oxfendazole, flubendazole,
tiabendazol, kambendazol, albendazol, oksibendazol)
5. Turuna zat warna sianin (pirvinium pamoat) (Siswandono, )
II. 3 Infeksi Cacing Nematoda (Dipiro, dkk. 2014)
II.3.1 Penyakit Hookworm,
a. Penyebab
Infeksi ini terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale atau Necator americanus. N. americanus ditemukan di
Amerika Serikat tenggara, di mana suhu dan kelembaban
menyediakan lingkungan yang tepat. Ancylostoma jarang terlihat pada
Amerika Serikat.
b. Mekanisme infeksi
Siklus hidup pada spesies cacing tambang serupa. cacing dewasa
hidup di usus kecil yang menempel pada mukosa. Betina
membebaskan telur, yang dikeluarkan dalam tinja dan berkembang
menjadi larva. Larva yang infektif masuk ke inang dalam makanan
atau air yang terkontaminasi atau menembus kulit, tempat erupsi
papular dengan lokalisasi edema dan eritema dapat terjadi. Cacing
betina bertelur di dalam feses berkembang menjadi larva. orang akan
terularbila memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
dengan telur cacing atau menembus kulit yang mengalami erupsi
dengan pembengkakan dan kemerahan.
Di usus kecil, di mana cacing dewasa tinggal melekat pada mukosa,
terjadinya cedera biasanya disebabkan oleh kerusakan mekanis dan
litik jaringan. Hilangnya darah dapat menyebabkan anemia dan
hipoproteinemia.
c. Manifestasi klinik
Nyeri ringan epigastrik,epigastrik lunak, salit kepala, lemah, anemia
hypoproteinemia
d. Diagnosa
Pemeriksaan kotoran harus dilakukan untuk melihat telur dan larva
rhabditiform. Eosinofilia (30% hingga 60%) dapat ditunjukkan pada
pasien selama awal infeksi.
4
Dapat ditegakkan dengan pemeriksaan telur dan larva rhabditifor.
pasien dapat mengalami eosinophilia (30-60%) pada awal infeksi.
e. Pengobatan Penyakit Hookworm
Mebendazole (Vermox), benzimidazol sintetis oral, adalah agen
pilihan pertama. Ini juga efektif melawan ascariasis, enterobiasis,
trichuriasis, dan hookworm. Dosis untuk pengobatan dewasa infestasi
cacing tambang adalah 100 mg dua kali sehari selama 3 hari. Pasien
pediatrik yang berumur lebih tua dari 2 tahun harus menerima dosis
yang sama dengan orang dewasa. Albendazole dapat digunakan
sebagai terapi alternatif.
II.3.2 Ascariasis
a. Penyebab
Ascariasis disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Cacing
betina berkisar dari 20 hingga 35 cm panjangnya. Cacing ini ditemukan
di seluruh dunia tetapi lebih umum di daerah-daerah di mana sanitasi
buruk. Di Amerika Serikat, daerah endemik termasuk bagian tenggara
Appalachian dan negara-negara Teluk Meksiko.
b. Mekanisme Infeksi
Selama migrasi larva melalui paru-paru, pasien dapat mengalami
pneumonitis, demam, batuk, eosinofilia, dan infiltrat paru. Gejala lain
ascariasis termasuk ketidaknyamanan perut, obstruksi perut, muntah,
dan radang usus buntu
c. Manifestasi Klinik
Gangguan di saluran cerna, rasa tidak enak di perut, nyeri ringan di
kuadran kanan atas, kolik empedu, kholangitis, pankreatitis, obstruksi
abdominal, muntah dan apendisitis. Bila larva cacing bermigrasi melalui
paru, pasien akan mengalami demam, batuk dan pneumonitis.
d. Diagnosa
Diagnosis ditetapkan berdasarkan adanya telur di feses.
e. Pengobatan
Pada pasien dewasa dan anak-anak yang lebih dari 2 tahun,
pengobatan untuk ascariasis adalah mebendazole (Vermox) 100 mg
5
dua kali setiap hari selama 3 hari. Obat alternatif untuk ascariasis
adalah albendazole 400 mg sebagai dosis tunggal.
II.3.3 Enterobiasis
a. Penyebab
Enterobiasis, atau infeksi cacing kremi, disebabkan oleh Enterobius
vermicularis. Cacing kremi adalah cacing berbentuk ulir kecil, mirip ulir
sekitar 1 cm panjangnya. Ini adalah cacing yang paling banyak
didistribusikan infeksi di dunia. Diperkirakan ada 42 juta kasus di
Amerika Serikat.
b. Mekanisme infeksi
Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi adalah anak-anak.
Masalah paling umum dengan enterobiasis adalah iritasi kulit di
daerah perianal, dibuat oleh perempuan yang bermigrasi atau
kehadiran telur. Namun, ada laporan tentang komplikasi lain, termasuk
apendisitis dan perforasi usus. Intens pruritus dan goresan dapat
menyebabkan dermatitis dan bakteri sekunder infeksi. Pada anak-
anak, gatal dapat menyebabkan kehilangan tidur dan kegelisahan.
c. Manifestasi Klinik
Perut terasa tidak enak dan gatal pada daerah perianal karena
berpindahnya cacing betina atau adanya telur cacing. Garukan yang
kuat dan sering dapat menyebabkan dermatitis. Pada anak gatal
tersebut dapat menyebabkan gelisah dan gangguan tidur. Komplikasi
yang terjadi adalah apendisitis dan perforasi intestinal.
d. Diagnosa
Pemeriksaan mikriskopik telur cacing yang dapat diperoleh dari swab
perianal dengan tape adhesif yang ditempelkan ke perianal.
e. Pengobatan
Pengobatan umumnya termasuk pyrantel pamoate, mebendazole,
atau albendazole (Albenza). Dosis pirantel pamoat adalah 11 mg / kg
(maksimum 1 g) sebagai dosis tunggal yang dapat diulang dalam 2
minggu. Dosis mebendazole untuk orang dewasa dan anak-anak yang
lebih tua dari 2 tahun adalah 100 mg sebagai dosis tunggal; ini
mungkin diulang dalam 2 minggu.13,25 Dosis albendazole untuk
orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua dari 2 tahun adalah 400
6
mg, dan harus diulangdalam 2 minggu. Setelah perawatan, semua
selimut dan pakaian dalam harus disterilkan dengan mengukus atau
mencuci dalam siklus air panas pada mesin cuci biasa; ini akan
membasmi telur. Kamar mandi, karpet, dan aksesori toilet juga harus
dibersihkan dengan cara yang sama.
II.3.4 Strongyloidiasis
a. Penyebab
Strongyloidiasis disebabkan oleh Strongyloides stercoralis, yang
memiliki penyebaran di seluruh dunia dan sebagian besar lazim di
Selatan Amerika (Brasil dan Columbia) dan di Asia Tenggara.
b. Mekanisme Infeksi
Strongyloidiasis terutama terlihat di antara populasi yang
dilembagakan (Rumah mental, rumah anak-anak cacat mental) dan
imunokompromasi individu (pasien dengan human immunodeficiency
virus [HIV], AIDS, dan keganasan hematologi). Cacing ini biasanya
ditemukan di usus bagian atas tempat telur disimpan dan menetas
untuk membentuk larva rhabditiform. Larva rhabditiform (laki-laki dan
perempuan) bermigrasi ke usus di mana mereka dapat diekskresikan
dalam tinja. Jika diekskresikan dalam tinja, larva dapat berevolusi
menjadi baik salah satu dari dua bentuk setelah kopulasi: (a) hidup
bebas tidak menular larva rhabditiform atau (b) larva filariform infeksi.
Larva Filariform dapat menembus kulit tuan rumah, menyebar ke
paru-paru melalui bronkus dan glotis dan ke usus kecil. Pada suatu
waktu, larva filariform mungkin tidak masuk dalam tinja tetapi
sebaliknya bermigrasi ke paru-paru dan menghasilkan progeni,
sebuah proses yang disebut autoinfection. Ini dapat menyebabkan
hiperfeksi (yaitu, peningkatan jumlah larva di usus, paru-paru dan
organ internal lainnya), terutama di host immunocompromised. Gejala
dengan infeksi akut dapat muncul dengan ruam pruritus lokal tetapi
infestasi berat dapat menghasilkan eosinofilia (10% sampai 15%),
diare, nyeri perut dan obstruksi usus
c. Manifestasi Klinik
7
Gejala klinis pada saluran cerna yaitu nyeri perut, kembung, mual,
konstipasi, obstruksi, kardiopulmonari seperti batuk, efusi pleura, nyeri
dada, dyspnea. Untuk gejala klinis pada dermatologi/hematologi yaitu
pruriti pada betis dan eosinoflia. untuk SSP yaitu sakit kepala,
gangguan mental serta meningitis.
d. Diagnosa
Diagnosis strongyloidiasis dilakukan dengan mengidentifikasi larva
rhabditiform dalam tinja, dahak, cairan duodenum, dan cairan
serebrospinal, dengan biopsi usus kecil spesimen, atau dengan
pengujian antigen (ELISA assay).
e. Pengobatan
Obat pilihan untuk strongyloidiasis adalah ivermectin oral 200 mcg / kg
/ hari selama 2 hari dan alternatifnya adalah albendazole 400 mg dua
kali sehari selama 7 hari. Pada pasien dengan hiperinfeksi atau
penyebaran strongyloidiasis, obat imunosupresif harus dihentikan dan
pengobatan dimulai dengan ivermectin 200 mcg / kg / hari sampai
semua gejala teratasi (durasi: 5 hingga 14 hari).
II.3.5 Sistiserkosis dan Neurocysticercosis
a. Penyebab
Infeksi cacing pita yang disebabkan oleh Taenia solium adalah hasil
dari konsumsi daging babi yang dimasak dengan buruk yang
mengandung larva atau cysticercus. Dan disebabkan oleh Taenia
saginata pada sapi.
b. Mekanisme infeksi
Cacing pita yang hidup di jejunum bagian awal sapi Taenia saginata
dan babi Taenia solium, kemudian telur yang menetas menjadi larva
berpindah ke otot rangka sapi/babi. Manusia bisa terinfeksi karena
memakan daging sapi/babi yang tidak atau kurang masak yang
mengandung larva atau memakan sayuran yang tercemar kotoran
sapi atau babi yang mengandung telur. Telur yang termakan tersebut
akan menetas dan larvanya berpindah ke bagian tubuh manusia.
Cysticercus, ketika dilepaskan dari daging yang terkontaminasi oleh
pada pencernaan penderita, matang menjadi cacing pita dewasa dan
menempel pada jejunum penderita. Sistiserkosis adalah penyakit
8
sistemik yang disebabkan oleh larva T. solium (oncosphere) dan
biasanya diakuisisi oleh konsumsi telur di makanan yang
terkontaminasi atau oleh autoinfeksi. Larva dapat menembus usus
dan bermigrasi melalui aliran darah untuk menginfeksi berbeda organ
termasuk sistem saraf pusat (neurocysticercosis). larva menjadi
matang sekitar 8 minggu dan tetap sebagai semitransparan, kandung
kemih berbentuk oval, berisi cairan di jaringan. Di Amerika Serikat,
insiden tertinggi sistiserkosis telah dilaporkan pada imigran dari
Mexico. Cysticercosis di sebagian besar jaringan mungkin tidak
menghasilkan gejala utama dan biasanya bermanifestasi sebagai
nodul subkutan, terutama di lengan, kaki, dan dada. Namun, penetrasi
tahap larva (cysticercus) ke dalam sistem saraf pusat dapat
menghasilkan hidrosefalus, hipertensi intrakranial, stroke, dan
aktivitas kejang. Kejang epilepsi (50% hingga 80%) mungkin
merupakan gejala yang muncul pasien dengan neurocysticercosis.
Presentasi klinis, terutama riwayat kejang, bersama dengan
demonstrasi radiografi (CT dan pencitraan resonansi magnetik) dari
cysticercus dalam kandung kemih atau kista kalsifikasi di sistem saraf
pusat, adalah diagnostik untuk neurocysticercosis.
c. Manifestasi Klinik
Infeksi Taenia saginata akan menyebabkan rasa tidak enak pada
bagian perianal, berat badan menurun, rasa nyeri ringan di perut,
lemah, serta kehilangan selera makan. Sedangkan Taenia solium
akan menimbulkan rasa tidak enak di ulu hati, mual, sensasi lapar,
berat badan menurun, lemah dan dapat terjadi diare, tetapi seringkali
tanpa adanya keluhan.
d. Diagnosa
Dapat dilakukan diagnosis dengan mengambil telur pada feses dan di
bagian perianal, eosinofilia dan peningkatan IgE
e. Pengobatan
Cysticercosis (tidak termasuk neurocysticercosis) biasanya tidak
diobati. Manajemen untuk neurocysticercosis masih kontroversial
tetapi terapi yang dilakukan termasuk operasi, antikonvulsan
9
(neurocysticercosis-kejang yang diinduksi), dan terapi
antihelminthik.Terapi antihelminthic, yang diberikan, adalah
albendazole 400 mg dua kali sehari selama 8 hingga 30 hari. Namun,
dosis dan durasi terapi dengan albendazol tidak jelas. Dosis pediatrik
albendazole adalah 15 mg / kg (maksimum:800 mg) dalam dua dosis
terbagi selama 8 hingga 30 hari. Dosis untuk orang dewasa dan anak-
anak dapat diulang jika perlu.
Prazikuantel 10 mg/kg dalam dosis tunggaladalah terapi alternatif.
II.4 Monografi Obat
1. Mebendazol
Mebendazole, suatu senyawa benzimidazole sintetik, efektif melawan
spektrum nematoda yang luas. Obat ini merupakan obat terpilih pada
terapi infeksi oleh cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing kremi
(Enterobius vermicularis), cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale), dan cacing gelang (Ascaris lumbricoides).
Mebendazole bekerja dengan mengikat dan mengganggu
pembentukan mikrotubulus parasit dan juga menurunkan ambilan
glukosa. Parasit yang terkena dikeluarkan bersama dengan feses.
Mebendazole hamper tidak dapat larut dalam larutan cair. Sedikit dosis
oral (yang dikunyah) diabsorbsi oleh tubuh, kecuali jika diminum
bersama dengan makanan tinggi-lemak. Obat ini mengalami
metabolism lintas-pertama untuk menginaktifkan senyawa.
Mebendazole relatif bebas dari efek toksik, walaupun pasien dapat
mengeluhkan nyeri perut dan diare. Meskipun demikian, obat ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil karena telah menunjukan sifat
embriotoksik dan teratogenik pada hewan percobaan (Harvey, dkk. 2016).
Indikasi : Askariasis, enterobiasis, ankilostomiasis,
10
selama 3 hari ; > 6 bulan tapi BB < 10 kg,
11
dan ditambah dengan simetidin. Mebendazol
12
Obat ini mematikan telur cacing tambang,
dkk. 2014).
2. Albendazol
minggu
13
mg 1x sehari selama 3 hari (Daris, dkk.
2013).
Kontra Indikasi : Anak < 6 bulan, pasien dengan ocular
pusing, serangan
diketahui pasti
14
Dasar karbamat. Setelah pemberian oral,
2014).
Pemakaian : Albendazol diberikan pada lambung kosong
15
digunakan untuk parasit jaringan.
- Ascariasis
Terapi ini biasanya menghasilkan
neurosistiserkosis masih
parenkimatosa simtomatik.
16
yang lebih baik dan kadar obat yang
dkk. 2014)
Efek Samping : Gangguan saluran cerna, pusing, mengantuk,
dkk. 2014)
17
80% setelah pemberian oral. Konsentrasi
18
percobaan, pirazikuantel efektif terhadap
. Taeniasis
jarang.
B. Neurosistiserkosis
19
dalam dosis terbagi tiga selama 1 hari, lalu
4. Pirantel
2013)
Efek Samping : Gangguan saluran cerna, sakit kepala,
20
dkk. 2013).
21
saluran cerna, tetapi tidak terhadap stadium
22
(Katzung, dkk. 2014)
5. Ivermectin
Ivermectin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis
(river blindness) yang disebabkan oleh Onchocerca volvulus dan
merupakan obat pilihan pertama untuk pengobatan larva migran
kutaneus dan strongioloidiasis. Ivermectin membidik reseptor kanal
CI- yang bergerbang-glutamat (glutamate-gated CI- channel) pada
parasite. Aliran masuk klorida meningkat, dan terjadi
hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing. Obat ini diberikan
secara oral. Obat ini tidak melewati sawar darah-otak sehingga
tidak memiliki efek farmakologi pada SSP. Meskipun demikian, obat
ini dikontraindikasikan pada pasien dengan meningitis karena
sawar darah-otak pasien bersifat lebih permeabel dan mungkin
dapat terjadi efek pada SSP. Ivermectin juga dikontraindikasikan
pada kehamilan. Kematian mikrofilaria dapat menyebabkan reaksi
mirip-Mazotti (demam, sakit kepala, pusing, somnolen, dan
hipotensi) (Katzung, dkk. 2014).
Ivermectin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis
(river blindness) yang disebabkan oleh Onchocerca volvulus dan
merupakan obat pilihan pertama untuk pengobatan larva migran
kutaneus dan strongioloidiasis. Ivermectin membidik reseptor kanal
CI- yang bergerbang-glutamat (glutamate-gated CI- channel) pada
parasite. Aliran masuk klorida meningkat, dan terjadi
hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing. Obat ini diberikan
secara oral. Obat ini tidak melewati sawar darah-otak sehingga
tidak memiliki efek farmakologi pada SSP. Meskipun demikian, obat
ini dikontraindikasikan pada pasien dengan meningitis karena
sawar darah-otak pasien bersifat lebih permeabel dan mungkin
dapat terjadi efek pada SSP. Ivermectin juga dikontraindikasikan
pada kehamilan. Kematian mikrofilaria dapat menyebabkan reaksi
23
mirip-Mazotti (demam, sakit kepala, pusing, somnolen, dan
hipotensi) (Harvey, dkk. 2016).
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Cacing (helminth) adalah organisme multiseluler yang menginfeksi
banyak orang dan menyebabkan beragam penyakit termasuk
Nematoda usus. Cacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh
parasit berupa cacing yang menyerang tubuh inangnya dengan
cara menempelkan diri (di dalam maupun di luar tubuh) dengan
mengambil nutrisi dari inangnya.
Penyakit cacing (nematoda) usus terdiri atas 5 jenis antara lain :
Hookworm yang disebabkan oleh Anchylostoma duodenale dan
Necator Americanus; Ascariasis disebabkan oleh Ascaris
lumbricoides; Entherobiasis disebabkan oleh Entherobus
vermicularis; Srongyloidiasis disebabkan oleh Strongyloides
streocalis; dan Cystycercosis dan Neurocercosis disebabkan oleh
Taenia solium.
Dengan gejala epigastrik, lemah, sakit kepala, anemia, pankreatitis,
pneumotitis, gelisah, gannguan tidur, mual, diare berkala, dan gatal
di daerah perianal. Sumber penyakit berasal dari makanan dana
minuman yang terkontaminasi dan sanitasi buruk.
24
Pengobatannya, dengan terapi farmakologis menggunakan obat –
obatan seperti : Mebendazole, albendazole, pirantel pamoat,
invermectin oral,dan prazikuantel; dan non farmakologis yaitu
memperbaiki hygiene dengan selalu mencuci tangan sebelum
makan atau sebelum mengolah bahan makanan.
III.2 Saran
Diharapkan dapat memperbaiki sanitasi dan hygiene agar upaya
prevensi dan terapi dapat memberikan tingkat keberhasilan, sehingga
infeksi cacing bisa diatasi secara tuntas dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
25